Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Nanggulan melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

(1)

ABSTRAK

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI NANGGULAN MELALUI PENERAPAN MODEL

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

Polycarpus Bruri Olan Atmaja Universitas Sanata Dharma

2016

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas IV SD Negeri Nanggulan. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan (1) upaya peningkatan keaktifan belajar dan prestasi belajar IPA siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD;(2) peningkatan keaktifan belajar IPA siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STADdari skor kondisi awal 45,78 (rendah) menjadi 75 (tinggi) dan (3) peningkatan prestasi belajar IPA melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dari nilai rata-rata 68,94 menjadi 78 dan dari persentase ketuntasan 46,42% menjadi 70%.

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Subjek pada penelitian ini adalah 31 siswa kelas IV SD Negeri Nanggulan tahun pelajaran 2015/2016. Objek penelitian ini adalah keaktifan dan prestasi belajar IPA. Instrumen penelitian ini menggunakan angket, lembar pengamatan dan tes. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah kualitatif dan kuantitatif deskriptif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa:(1) upaya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD telah dapat dilaksanakan dengan langkah-langkah: presentasi dari guru, pembentukan kelompok, belajar dalam kelompok, kuis, pemberian skor, dan pemberian penghargaan; (2) penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa. Pada kondisi awal keaktifan belajar siswa sebesar 45,78 (rendah) di siklus I meningkat menjadi 70,84 (tinggi) dan di siklus II menjadi 80,48 (tinggi);(3) penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Padakondisi awal nilai rata-rata siswa 68,94 dengan persentase pencapaian KKM sebesar 46,42%, pada siklus I menjadi 75,32 dengan persentase pencapaian KKM sebesar 63,33%, dan di siklus II menjadi sebesar 81,29 dengan persentase pencapaian KKM 74,19%.


(2)

ABSTRACT

THE IMPROVEMENT OF THE ACTIVENESS AND LEARNING ACHIEVEMENT ON SCIENCE IN GRADE IV AT NANGGULAN ELEMENTARY SCHOOL THROUGH THE APPLICATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL OF

STAD TYPE

Polycarpus Bruri Olan Atmaja Sanata Dharma University

2016

This research was formed the background of activeness and learning achievement in grade IV Nanggulan Elementary School. The aims of this research was (1) the efforts to improve activness and learning science education achievement of through the application cooperative learning model of STAD type;(2) improve learning science activeness through the application cooperative learning model of STAD type from the early condition score 45,78 (low) become score 75 (high) and (3) improve learning science achievement of through the application cooperative learning model of STAD type from the average value 68,94 become 78 and from the percentage of completeness 46,42% become 70%.

The kind of this research was Classroom Action Research. The subjects of this research was 31 fourth grade students in Nanggulan Elementary School odd semester of year academic 2015/2016. The object was improving activeness and learning achievement of Science.The instrument of the research used observation sheet, questionnaire sheet, and test. The technique of analysis data was qualitative and quantitative descriptive data.

The results of research showed that (1) the effort to improvement activeness and learning science achievement of through the application cooperative learning model of STAD type has done with many steps are: teacher presentation, making group, learning activites in the group, quiz, giving score, and giving reward;(2) through the application cooperative learning model of STAD type can improve student activeness. From student learning activeness early condition at 45,78 (low) in the cycle I improve become 70,84 (high) and in the cycle II become 80,48 (high);(3) through the application cooperative learning model of STAD type can be improve student learning achievement. From student learning achievement early condition from the average value 68,94 with the percentage accomplishment KKM of 46,42%, after action in the cycle I become 75,32 with the percentage accomplishment KKM of 63,33%, in the cycle II average value become 81,29 with the percentage accomplishment KKM of 74,19%.

Keyword: Activeness, Learning Achievement, Cooperative Learning Model of STAD Type.


(3)

i

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR IPA

SISWA KELAS IV SD NEGERI NANGGULAN MELALUI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIFTIPE

STAD

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh :

Polycarpus Bruri Olan Atmaja NIM: 121134177

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(4)

(5)

(6)

iv

PERSEMBAHAN

Tuhan Yesus Kristus & Santo Polycarpus yang selalu memberkati, melindungi, dan membimbing setiap tingkah laku serta tutur kataku dalam berdinamika hidup

dengan sesama.

Skripsi ini ku persembahkan untuk:

1. Orang tuaku Bapak Antonius Sukandar & Ibu Fransiska Jaituni terimakasih untuk doa serta dukungannya dalam menyelesaikan skripsiku selama ini.

2. Kakakku Elisabet Novia Asni Utami, Antonius Junianto Waluyo & adikku Pascalin Sari Asih terimakasih atas semangat yang diberikan untuk menyelesaikan skripsiku ini.

3. My special person Priskila Cahyatri terimakasih untuk motivasi, doa, dan dukungannya dalam menyelesaikan skripsiku selama ini.

4. Teman-teman PPL, seluruh warga SD Negeri Nanggulan Depok terimakasih untuk bantuan, serta dukungannya selama ini.


(7)

v MOTTO

Aku yakin akan merasakan kebaikan Tuhan selagi aku masih hidup. (Mazmur 26 (27): 13)

Firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruh kepadanya.


(8)

(9)

(10)

viii ABSTRAK

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI NANGGULAN MELALUI PENERAPAN MODEL

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

Polycarpus Bruri Olan Atmaja Universitas Sanata Dharma

2016

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas IV SD Negeri Nanggulan. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan (1) upaya peningkatan keaktifan belajar dan prestasi belajar IPA siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD;(2) peningkatkan keaktifan belajar IPA siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STADdari skor kondisi awal 45,78 (rendah) menjadi 75 (tinggi) dan (3) peningkatkan prestasi belajar IPA melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dari nilai rata-rata 68,94 menjadi 78 dan dari persentase ketuntasan 46,42% menjadi 70%.

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Subjek pada penelitian ini adalah 31 siswa kelas IV SD Negeri Nanggulan tahun pelajaran 2015/2016. Objek penelitian ini adalah keaktifan dan prestasi belajar IPA. Instrumen penelitian ini menggunakan angket, lembar pengamatan dan tes. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah kualitatif dan kuantitatif deskriptif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa:(1) upaya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD telah dapat dilaksanakan dengan langkah-langkah: presentasi dari guru, pembentukan kelompok, belajar dalam kelompok, kuis, pemberian skor, dan pemberian penghargaan; (2) penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa. Pada kondisi awal keaktifan belajar siswa sebesar 45,78 (rendah) di siklus I meningkat menjadi 70,84 (tinggi) dan di siklus II menjadi 80,48 (tinggi);(3) penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Padakondisi awal nilai rata-rata siswa 68,94 dengan persentase pencapaian KKM sebesar 46,42%, pada siklus I menjadi 75,32 dengan persentase pencapaian KKM sebesar 63,33%, dan di siklus II menjadi sebesar 81,29 dengan persentase pencapaian KKM 74,19%.


(11)

ix

ABSTRACT

THE IMPROVEMENT OF THE ACTIVENESS AND LEARNING ACHIEVEMENT ON SCIENCE IN GRADE IV AT NANGGULAN ELEMENTARY SCHOOL THROUGH THE APPLICATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL OF

STAD TYPE.

Polycarpus Bruri Olan Atmaja Sanata Dharma University

2016

This research was formed the background of activeness and learning achievement in grade IV Nanggulan Elementary School. The aims of this research was (1) the efforts to improve activness and learning science education achievement of through the application cooperative learning model of STAD type;(2) improve learning science activeness through the application cooperative learning model of STAD type from the early condition score 45,78 (low) become score 75 (high) and (3) improve learning science achievement of through the application cooperative learning model of STAD type from the average value 68,94 become 78 and from the percentage of completeness 46,42% become 70%.

The kind of this research was Classroom Action Research. The subjects of this research was 31 fourth grade students in Nanggulan Elementary School odd semester of year academic 2015/2016. The object was improving activeness and learning achievement of Science.The instrument of the research used observation sheet, questionnaire sheet, and test. The technique of analysis data was qualitative and quantitative descriptive data.

The results of research showed that (1) the effort to improvement activeness and learning science achievement of through the application cooperative learning model of STAD type has done with many steps are: teacher presentation, making group, learning activites in the group, quiz, giving score, and giving reward;(2) through the application cooperative learning model of STAD type can improve student activeness. From student learning activeness early condition at 45,78 (low) in the cycle I improve become 70,84 (high) and in the cycle II become 80,48 (high);(3) through the application cooperative learning model of STAD type can be improve student learning achievement. From student learning achievement early condition from the average value 68,94 with the percentage accomplishment KKM of 46,42%, after action in the cycle I become 75,32 with the percentage accomplishment KKM of 63,33%, in the cycle II average value become 81,29 with the percentage accomplishment KKM of 74,19%.

Keyword: Activeness, Learning Achievement, Cooperative Learning Model of STAD Type.


(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, Santo Polycarpus, dan Bunda Maria yang telah melimpahkan berkat, karunia, dan cinta kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD

NEGERI NANGGULAN MELALUI PENERAPAN MODEL

PEMBELAJARAN KOOPERATIFTIPE STAD” dengan lancar sesuai waktu yang diharapkan. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan program studi S-1 PGSD Universitas Sanata Dharma serta dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terlaksana dengan baik, tanpa bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam halaman ini penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada:

1. Rohandi, Ph. D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku Kaprodi PGSD.

3. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S.,M.Pd. selaku Wakaprodi PGSD.

4. Drs. YB. Adimassana, M.A. selaku dosen pembimbing I yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Agnes Herlina Dwi H, S.Si., M.T., M.Sc. selaku dosen pembimbing II yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Sri Rahayu, S.Pd. selaku kepala SD Negeri Nanggulan Depok yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian ini.

7. Surantini, S.Pd. selaku guru kelas IV A SD Negeri Nanggulan Depok yang telah memberikan dukungan, kritik maupun saran selama penulis melaksanakan penelitian tindakan kelas ini.

8. Semua guru SD Negeri Nanggulan Depok yang telah membantu dan memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian ini. 9. Siswa/i kelas IV A SD Negeri Nanggulan Depok tahun pelajaran 2015/2016

yang telah membantu serta bekerjasama dengan penulis selama penelitian berlangsung.


(13)

xi

10. Teman-teman PPL; Bernadus Johan Susanto, Oka Deby Setiawan, Theresia Dian Nofitri, Luciana Puput Indriati, Aldika Sabdarey, Yoseph Bravian Aderika Sinaba, dan Muhammad Yusuf Arrofiq yang telah membantu selama penelitian serta dukungannya pada penulis untuk menyelesaikan penelitian ini.

11. Segenap dosen Program Studi PGSD Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah mendidik dan membimbing dengan sabar dalam memberikan ilmu serta pengetahuan selama penulis menempuh perkuliahan.

12. Teman-teman PGSD angkatan 2012 terutama kelas E (CAP’E) yang telah memberikan dinamika serta warna baru dalam bekerjasama maupun ketika berproses bersama menyelesaikan pendidikan di PGSD.

13. Keluargaku terkasih, Bapak Antonius Sukandar, Ibu Fransiska Jaituni, kakakku Elisabet Novia Asni Utami, Antonius Junianto Waluyo dan adikku Pascalin Sari Asih terimakasih untuk doa,semangat, dan dukungannya dalam menyelesaikan skripsiku selama ini.

14. Terimakasih untuk semua pihak yang tidak bisa sebutkan satu persatu, yang telah membantu, memberikan semangat, motivasi, doa, dan dukungannya. Penulis menyadari bahwa karya ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis berharap saran serta kritik yang membangun dari berbagai pihak untuk perbaikan menuju kesempurnaan karya ini. Semoga karya ini bermanfaat bagi dunia pendidikan.


(14)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ...viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DARTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ...xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

1.5 Definisi Operasional ... 9

BAB II LANDASAN TEORI ... 11

2.1 Kajian Pustaka ... 11

2.1.1 Teori Belajar ... 11


(15)

xiii

2.1.3 Prestasi Belajar ... 15

2.1.4 Pembelajaran IPA ... 18

2.1.5 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD... 25

2.2 Penelitian yang Relevan ... 30

2.3 Kerangka Berpikir ... 34

2.4 Hipotesis Tindakan ... 37

BAB III METODE PENELITIAN... 38

3.1 Jenis Penelitian ... 38

3.2 Setting Penelitian ... 42

3.3 Persiapan Penelitian ... 43

3.4 Rencana Setiap Siklus ... 44

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 52

3.6 Instrumen Penelitian ... 55

3.7 Teknik Pengujian Instrumen ... 62

3.7.1 Validitas ... 62

3.7.2 Reliabilitas ... 69

3.8 Teknik Analisis Data ... 71

3.8.1 Perhitungan Keaktifan dan Prestasi Belajar Siswa ... 72

3.8.2 Kriteria Keberhasilan ... 75

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 76

4.1 Hasil Penelitian ... 76

4.1.1 Proses Penelitian Tindakan Kelas ... 76

4.1.2 Prasiklus ... 76

4.1.3 Siklus I... 76

4.1.4 Siklus II ... 84

4.1.5 Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa ... 93


(16)

xiv

4.1.7 Data Keaktifan Belajar Siklus II ... 98

4.1.8 Peningkatan Prestasi Belajar Siswa... 100

4.2 Pembahasan ... 105

4.2.1 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 105

4.2.2 Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa ... 108

4.2.3 Peningkatan Prestasi Belajar Siswa... 115

BAB V PENUTUP ... 125

5.1 Kesimpulan ... 125

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 126

5.3 Saran ... 127

DAFTAR REFERENSI ... 128


(17)

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian... 43

Tabel 3.2 Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pertemuan I ... 45

Tabel 3.3 Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pertemuan II ... 46

Tabel 3.4 Pelaksanaan Tindakan Siklus II Pertemuan I ... 49

Tabel 3.5 Pelaksanaan Tindakan Siklus II Pertemuan II ... 50

Tabel 3.6 Kisi-kisi Pengamatan Keaktifan Belajar Siswa ... 56

Tabel 3.7 Kisi-kisi Angket Keaktifan Belajar Siswa ... 56

Tabel 3.8 Kisi-kisi Pedoman Wawancara Guru ... 57

Tabel 3.9 Lembar Pengamatan Keaktifan Belajar Siswa ... 58

Tabel 3.10 Kriteria Penskoran ... 59

Tabel 3.11 Modifikasi Kriteria Penskoran ... 60

Tabel 3.12 Angket Keaktifan Belajar Siswa ... 60

Tabel 3.13 Pedoman Skoring Angket Keaktifan Belajar Siswa ... 61

Tabel 3.14 Kisi-kisi Tes Prestasi Belajar Siklus I ... 61

Tabel 3.15 Kisi-kisi Tes Prestasi Belajar Siklus II ... 62

Tabel 3.16 Kriteria Validasi Lembar Angket dan Pengamatan Pembelajaran ... 64

Tabel 3.17 Skor Perhitungan Hasil Validasi Angket ... 64

Tabel 3.18 Skor Perhitungan Hasil Validasi Pengamatan atau Observasi ... 65

Tabel 3.19 Hasil Uji Validasi Soal Siklus I ... 66

Tabel 3.20 Hasil Uji Validasi Soal Siklus II ... 67

Tabel 3.21 Kriteria Validasi Perangkat Pembelajaran ... 68

Tabel 3.22 Rata-rata Hasil Validasi Oleh Ahli ...68

Tabel 3.23 Tingkat Reliabilitas Berdasarkan Nilai Alpha ... 70

Tabel 3.24 Hasil Uji Reliabilitas Soal Evaluasi Siklus I ... 70

Tabel 3.25 Hasil Uji Reliabilitas Soal Evaluasi Siklus II ... 71

Tabel 3.26 Target Kriteria Keberhasilan ... 75


(18)

xvi

Tabel 4.2 Rekapitulasi Capaian Keaktifan Belajar Siswa ... 91

Tabel 4.3 Capaian Keaktifan Belajar dan Prestasi Belajar Siswa Siklus II ... 92

Tabel 4.4 Keaktifan Belajar Siswa Pada Kondisi Awal ... 93

Tabel 4.5 Capaian Keaktifan Belajar Siswa Pada Kondisi Awal... 94

Tabel 4.6 Hasil Rata-rata Keaktifan Belajar Siswa Pada Kondisi Awal... 95

Tabel 4.7 Observasi Siklus I ... 96

Tabel 4.8 Angket Keaktifan Belajar Siklus I ... 96

Tabel 4.9 Hasil Rata-rata Keaktifan Belajar Siswa Siklus I ... 97

Tabel 4.10 Observasi Siklus II ... 98

Tabel 4.11 Angket Keaktifan Belajar Siklus II ... 99

Tabel 4.12 Hasil Rata-rata Keaktifan Belajar Siswa Siklus II ... 100

Tabel 4.13 Prestasi Belajar Siswa 2013/2014 ... 100

Tabel 4.14 Prestasi Belajar Siswa 2014/2015 ... 101

Tabel 4.15 Rata-rata Prestasi Belajar Siswa Pada Kondisi Awal ... 102

Tabel 4.16 Prestasi Belajar Siswa Pada Siklus I ... 103

Tabel 4.17 Prestasi Belajar Siswa Pada Siklus II ... 104

Tabel 4.18 Capaian Keaktifan Belajar Siswa Pada Siklus I ... 109

Tabel 4.19 Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa Pada Siklus I ... 110

Tabel 4.20 Capaian Keaktifan Belajar Siswa Pada Siklus II ... 111

Tabel 4.21 Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa Pada Siklus II... 112

Tabel 4.22 Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa ... 113

Tabel 4.23 Capaian Prestasi Belajar Siswa Pada Siklus I ... 116

Tabel 4.24 Capaian Prestasi Belajar Siswa Pada Siklus II... 119


(19)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Literatur Map Penelitian Terdahulu ... 33

Gambar 2.2 Literatur Kerangka Berpikir ... 36

Gambar 3.1 Siklus PTK Kemmis dan MC Taggart ... 40

Gambar 4.1 Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa ... 113

Gambar 4.2 Persentase Pencapaian KKM Prestasi Belajar Kondisi Awal ... 115

Gambar 4.3 Persentase Pencapaian KKM Siklus I ... 118

Gambar 4.4 Persentase Pencapaian KKM Siklus II ... 120

Gambar 4.5 Persentase Jumlah Siswa yang Mencapai KKM ... 122


(20)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

LAMPIRAN 1 Surat Izin Penelitian ... 132

LAMPIRAN 2 Validasi Perangkat Pembelajaran ... 135

LAMPIRAN 3 Validasi Instrumen ... 157

LAMPIRAN 4 Data Observasi Kondisi Awal ... 167

LAMPIRAN 5 Data Nilai IPA Siswa Tahun Pelajaran 2013/2014 dan Tahun Pelajaran 2014/2015 ... 170

LAMPIRAN 6 Persentase Nilai IPA Kondisi Awal ... 175

LAMPIRAN 7 Perangkat Pembelajaran Siklus I ... 178

LAMPIRAN 8 Perangkat Pembelajaran Siklus II ... 205

LAMPIRAN 9 Hasil LKS Siklus I ... 233

LAMPIRAN 10 Hasil LKS Siklus II ... 236

LAMPIRAN 11 Hasil Soal Evaluasi Siklus I ... 239

LAMPIRAN 12 Hasil Soal Evaluasi Siklus II ... 245

LAMPIRAN 13 Hasil Lembar Observasi Siklus I ... 251

LAMPIRAN 14 Hasil Lembar Observasi Siklus II ... 260

LAMPIRAN 15 Hasil Lembar Angket Siswa ... 269

LAMPIRAN 16 Hasil Uji Coba Soal Sebelum Penelitian ... 274

LAMPIRAN 17 Hasil Wawancara Guru ... 279

LAMPIRAN 18 Foto-foto Kegiatan Penelitian ... 282


(21)

1 BAB I PENDAHULUAN

Bab I ini berisi (1) latar belakang masalah, (2) rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) manfaat penelitian, dan (5) definisi operasional.

1.1 Latar Belakang

Manusia selain sebagai makhluk individu, manusia juga disebut makhluk sosial. Artinya manusia membutuhkan interaksi dengan sesamanya untuk berbagi rasa, bertukar pikiran dan kehendak, baik secara langsung maupun tidak langsung, verbal maupun non verbal (Effendi, 2002: 8). Dikehidupan sehari-hari siswa juga memerlukan kemampuan bekerjasama dengan orang lain. Kemampuan bekerjasama penting karena pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan sesamanya. Proses kerjasama ini juga dapat membantu siswa dalam kegiatan pembelajaran misalnya dalam bentuk kerja kelompok yang dapat membangun kemampuan kerjasama siswa yang heterogen. Kerjasama kelompok atau tim yang heterogen akan menimbulkan dampak yang besar terhadap hubungan antar kelompok pertemanan lintas-rasial lebih kuat (Slavin, 2005: 104). Okebukola (1986) dan Wheeler dan Ryan (1973 dalam Slavin, 2005: 91) menemukan bahwa para siswa yang lebih memilih pembelajaran kooperatif bisa belajar lebih banyak dengan metode-metode kooperatif dari pada mereka yang memilih kompetisi. Siswa yang belajar dalam tim-tim lebih banyak sukses dalam


(22)

belajar dari pada yang kurang sukses (Chamber dan Abrami, 1991 dalam Slavin, 2005: 91).

Proses dalam bekerjasama yang dilakukan kelompok atau tim diharapkan mampu mendidik siswa untuk bertanggungjawab terhadap materi, menghargai teman yang berbeda dengan dirinya. Pada masa ini, siswa telah mengalami perkembangan-perkembangan yang membantunya untuk dapat menerima bahan yang diajarkan oleh gururnya. Masa usia sekolah dasar, terutama kelas atas (9 sampai 13 tahun) siswa sudah siap menjelajahi lingkungannya. Siswa tidak puas lagi sebagai penonton saja, ia ingin mengetahui lingkungannya, tata kerjanya, bagaimana perasaan-perasaan, dan bagaimana ia dapat menjadi bagian dari lingkungannya (Djamarah, 2011: 124). Hal tersebut akan membangun karakter dalam diri siswa, diantaranya toleransi, tanggung jawab. Karakter merupakan suatu nilai yang diwujudkan dalam bentuk perilaku anak Kesuma, dkk (2011: 11). Pendidikan karakter menurut Megawangi (dalam Kesuma, 2011: 5) merupakan sebuah usaha untuk mendidik anak-anak supaya dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya. Toleransi merupakan penghargaan terhadap orang lain yang memiliki ide, ras, jenis kelamin, tingkat intellegensi, serta ajaran agama yang berbeda (Kesuma, dkk 2011: 68). Proses pembelajaran di sekolah dasar merupakan tempat yang cocok digunakan untuk menumbuhkan karakter baik, salah satunya melalui pelajaran IPA. Sebagai disiplin ilmu dan penerapannya dalam masyarakat membuat pendidikan IPA menjadi penting karena memberikan kesempatan pada anak untuk


(23)

berlatih keterampilan-keterampilan proses IPA sesuai dengan tahapan perkembangan kognitifnyan Samatowa (2011: 5). Somatowa (2011: 3) menerangkan empat alasan IPA diajarkan di sekolah dasar. Pertama bahwa IPA berfaedah bagi suatu bangsa, kiranya tidak perlu dipersoalkan panjang lebar. Kedua bila IPA diajarkan dengan cara yang tepat, maka IPA merupakan suatu mata pelajaran yang memberikan kesempatan berpikir kritis. Ketiga bila IPA diajarkan melalui percobaan-percobaan yang dilakukan sendiri oleh anak, maka IPA tidaklah merupakan mata pelajaran yang bersifat hapalan belaka. Keempat mata pelajaran IPA mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu mempunyai potensi yang dapat membentuk kepribadian anak secara keseluruhan. Potensi yang mampu berkembang salah satunya adalah siswa aktif dalam belajar.

Rusman (2013: 394) menjelaskan bahwa siswa aktif ketika siswa belajar sesuatu sebagai pengalaman langsung dan hasil dari pengalaman tersebut akan menjadi individu yang memiliki kepribadian dan sikap positif. Sanjaya (dalam Rusman, 2013: 395) juga berpendapat bahwa siswa dikatakan aktif ketika siswa melakukan kegiatan mendengarkan, berdiskusi, bermain peran, melakukan pengamatan, melakukan eksperimen membuat sesuatu, menyusun laporan, memecahkan masalah dan praktik melakukan sesuatu. Pat Hollingsworth dan Gina Lewis (2008: viii) menerangkan siswa belajar secara aktif ketika mereka secara terus menerus terlibat, baik secara mental maupun secara fisik. Pembelajaran aktif melibatkan pembelajaran yang terjadi ketika siswa bersemangat, siap secara mental, dan bisa memahami pengalaman yang dialami. Dijelaskan lebih lanjut oleh (Suryosubroto,2002:71) siswa dikatakan aktif dalam


(24)

pembelajaran bila; siswa berbuat sesuatu untuk memahami materi pelajaran, pengetahuan dipelajari, dialami, dan ditemukan oleh siswa, mencobakan sendiri konsep-konsep, siswa mengkomunikasikan hasil pemikirannya.

Dari hasil pengamatan peneliti di kelas IV A SD Negeri Nanggulan pada Senin, 21 September 2015, peneliti melihat bahwa guru menyampaikan materi secara text book. Siswa terlihat duduk memperhatikan penjelasan materi. Keterlibatan siswa dalam pembelajaran belum terlihat dalam kelas, suasana kelas terasa datar saja. Selama observasi yang peneliti lakukan siswa kurang aktif, baik bertanya, menjawab, maupun mengajaukan pendapat. Di kelas terdapat LCD, proyektor, dan ada pula KIT IPA di ruang perpustakaan. Namun, belum terlihat beliau menggunakan dengan efektif, sehingga proses belajar mengajar konvesional yang terjadi. Selanjutnya, melalui wawancara yang peneliti lakukan beliau menyadari bahwa dirinya tidak mempunyai waktu untuk menyiapkan media tersebut. Selain itu, beliau juga tidak membentuk siswa bekerja dalam kelompok. Siswa lebih banyak bekerja sendiri-sendiri, terlihat hasilnya ketika mereka mengerjakan tugas. Banyak siswa yang masih bingung, bahkan mencontek pekerjaan teman lain, yang belum tentu benar. Beliau beranggapan bahwa dalam membuat kelompok membutuhkan waktu yang relatif lama, sehingga mengurangi waktu belajar. Padahal, dengan memberikan kesempatan siswa bekerja dalam kelompok akan memberikan banyak kesempatan bagi siswa untuk berinteraksi dengan teman yang berbeda kemampuan, ras, suku, agama. Di sisi lain, siswa akan lebih berani jika bertanya tentang materi pelajaran yang


(25)

belum dipahami dengan temannya, maka akan terjadi interaksi dan memberikan pemahaman satu sama lain.

Pada pembelajaran IPA kelas IV A semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014 terdapat materi sistem rangka pada manusia. Materi ini merupakan materi yang sulit bagi siswa karena banyaknya materi yang harus dikuasai. Selain itu, materi ini juga spesifik tentang rangka manusia yang membutuhkan hapalan dan daya ingat yang tinggi. Media yang tersedia hanya mampu memberikan gambaran tentang rangka. Berdasarkan sumber yang peneliti peroleh dari hasil wawancara yang dilakukan dengan guru kelas IV A SD Negeri Nanggulan Depok pada tanggal 8 Agustus 2015 pukul 09.50-10.30 WIB, diperoleh informasi bahwa siswa di kelas tersebut mengalami kesulitan dalam mata pelajaran IPA tentang sistem rangka pada manusia. Informasi ini dibuktikan dengan data hasil ulangan pada materi tersebut di semester ganjil tahun ajaran 2013/2014, sebanyak 53,57% dari 15 siswa memperoleh nilai di bawah KKM yang telah ditentukan yaitu 75. Siswa yang telah mencapai KKM sebesar 46,42% dari 13 siswa. Didukung pula dengan hasil ulangan semester ganjil 2014/2015. Siswa yang mencapai sebanyak 13 siswa atau 46,42%. Sedangkan siswa yang belum mencapai KKM sebanyak 15 siswa atau 53,57%. Rata-rata prestasi ulangan siswa sebesar 68,94.

Upaya yang peneliti lakukan untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Nanggulan yaitu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams-Achievement Division). STAD merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi


(26)

para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif (Slavin,2005: 143). STAD bermanfaat untuk meningkatkan kerjasama siswa dalam belajar kelompok, saling berbagi pengetahuan, semakin mengenal antar siswa, melatih siswa bertanggungjawab akan materi yang diperolehnya.

Student Teams-Achievement Divisions (STAD) merupakan salah satu dari dua tipe pembelajaran yang paling tua dan paling banyak diteliti. STAD terdiri dari atas lima komponen utama, yaitu presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual, dan rekognisi tim atau penghargaan Slavin (2005: 143). Menurut Slavin (dalam Miftahul, 2011: 116) dalam pembelajaran yang menggunakan tipe STAD siswa dikelompokkan secara beragam berdasarkan kemampuan,gender,ras, dan etnis. Pertama-tama, siswa mempelajari materi bersama dengan teman-teman satu kelompoknya, kemudian mereka diuji secara individual melalui kuis-kuis. Perolehan nilai kuis setiap anggota menentukan skor yang diperoleh oleh kelompok mereka. Jadi, setiap anggota harus berusaha memperoleh skor maksimal jika kelompoknya ingin mendapat skor yang tinggi.

Siswa dalam satu kelompok atau tim terdiri dari empat atau lima orang yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras, dan etnisitas (Slavin, 2005: 144). Memahami masyarakat di Indonesia multikultural dan sangat mengedepankan akan nilai-nilai agama yang dianut, melalui keberagaman inilah banyak yang harus diperhatikan ketika membuat kelompok belajar. Komponen bangsa Indonesia terdiri dari beragam konteks sosial dan budaya yang terus berkembang dari waktu ke waktu (Kesuma, 2011: 1). Apabila terdapat siswa perempuan yang tidak diperbolehkan untuk


(27)

bekerja kelompok dengan siswa putra, maka guru akan membuatkan kelompok yang beranggotakan siswa perempuan semua, demikian jika hal ini terjadi dengan siswa putra. Hal ini bertujuan supaya masing-masing kelompok memiliki komposisi anggota yang comparable, namun komposisi ini harus selalu diubah dan dijalankan pada setiap minggunya atau ketika ujian tengah semester maupun ujian akhir semester.

Penelitian ini dibatasi pada upaya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Nanggulan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk semester ganjil tahun pelajaran 2015/2016 pada materi Rangka Pada Manusia dan Cara Perawatannya.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana upaya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Nanggulan tahun pelajaran 2015/2016 melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ?

1.2.2 Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan keaktifan belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Nanggulan tahun pelajaran 2015/2016 dari skor kondisi awal 45,78 (rendah) menjadi 75 (tinggi) ?

1.2.3 Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Nanggulan tahun pelajaran 2015/2016 dari nilai rata-rata kondisi awal 68,94 menjadi 78 dan dari persentase ketuntasan 46,42% menjadi 70% ?


(28)

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Untuk mendeskripsikan upaya peningkatan keaktifan belajar dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Nanggulan melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD tahun pelajaran 2015/2016. 1.3.2 Untuk meningkatkan keaktifan belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri

Nanggulan melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD tahun pelajaran 2015/2016 dari skor kondisi awal 45,78 (rendah) menjadi 75 (tinggi).

1.3.3 Untuk meningkatkan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Nanggulan melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD tahun pelajaran 2015/2016 dari nilai rata-rata kondisi awal 68,94 menjadi 78 dan dari persentase ketuntasan 46,42% menjadi 70%.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara praktis : 1.4.1 Bagi Siswa

1. Siswa akan lebih aktif, kreatif, senang dalam belajar IPA melalui belajar kelompok.

2. Siswa akan lebih mengenal karakter temannya dalam belajar.

3. Siswa akan mendapat pengetahuan lebih, baik dari hasil pemahamannya maupun dari kelompok.


(29)

1.4.2 Bagi Guru

a. Guru dapat menerapkan belajar kelompok untuk meningkatkan prestasi siwa pada pelajaran IPA.

b. Guru dapat membuka pengetahuan lebih luas pembelajaran yang menarik.

c. Guru dapat lebih memahami kemampuan siswa dalam belajar baik individu maupun bekerja dalam kelompok.

1.4.3 Bagi Peneliti

Dapat menambah pengalaman dalam melakukan PTK khususnya dalam upaya meningkatkan prestasi belajar dengan menggunakan tipe STAD. 1.4.4 Bagi Sekolah

a. Sekolah dapat meningkatkan prestasi sekolah dengan peningkatan prestasi belajar siswa.

b. Sekolah dapat meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan di sekolah.

1.5 Definisi Operasional 1.5.1 Keaktifan Belajar

Keaktifan belajar adalah kegiatan yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran untuk mendapatkan pengalaman langsung dan membentuk kepribadian dan sikap siswa yang positif.

1.5.2 Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh oleh seseorang setelah seseorang melakukan kegiatan belajar.


(30)

1.5.3 Model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana yang memiliki ciri khas melibatkan siswa belajar dalam kelompok, dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif.

1.5.4 IPA adalah ilmu pengetahuan tentang alam semesta dengan segala isinya yang mempelajari tentang kehidupan (biologi) untuk memahami dan mengerti peristiwa-peristiwa serta melakukan percobaan yang berkaitan dengan peristiwa- peristiwa tersebut.


(31)

11 BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab ini akan membahas (1) kajian pustaka, (2) penelitian yang relevan, (3) kerangka berpikir, dan (4) hipotesis tindakan.

2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Teori Belajar

Pengertian belajar menurut Winkel ( dalam Susanto, 2013: 4) yaitu suatu aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pemahaman-pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Sedangkan menurut Slameto ( dalam Jihan dan Haris, 2012: 2) belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagian hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Dipaparkan lebih lanjut oleh Gagne (dalam Djamarah, 2011: 22) belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku.

Dari beberapa pernyataan ahli di atas, dapat disimpulkan belajar merupakan suatu proses yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh pengetahuan maupun pengalaman.


(32)

2.1.2 Pengertian Keaktifan Belajar

Rusman (2013: 394) menjelaskan bahwa siswa aktif ketika siswa belajar sesuatu, sebagai pengalaman langsung dan hasil dari pengalaman tersebut akan menjadi individu yang memiliki kepribadian dan sikap positif. Sanjaya (dalam Rusman, 2013: 395) juga berpendapat bahwa siswa dikatakan aktif ketika siswa melakukan kegiatan mendengarkan, berdiskusi, bermain peran, melakukan pengamatan, melakukan eksperimen membuat sesuatu, menyusun laporan, memecahkan masalah dan praktik melakukan sesuatu.

Yamin (2007: 77) menyatakan bahwa keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dapat merangsang dan mengembangkan bakat yang dimilikinya, berfikir kritis, dan dapat memecahkan permasalahan-permasalahan dalam kehidupan sehari hari. Keaktifan dapat dikatakan mempunyai peran yang sangat penting dalam pembelajaran karena ketika siswa dapat mengembangkan bakat yang dimiliki, berfikir kritis dan dapatmemecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari, sudah pasti prestasi siswa tersebut akan bagus dan pemahaman materinya akan tetap.

Keachie (dalam Yamin 2007: 77) menyebutkan aspek terjadinya keaktifan siswa yaitu partisipasi siswa dalam menetapkan tujuan kegiatan pembelajaran, tekanan pada aspek afektif dalam belajar, partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran. Kelompok kelas sebagai kelompok belajar. Kebebasan belajar yang diberikan pada siswa, pemberian waktu untuk mengulangi masalah pribadi siswa, baik berhubungan atau tidak berhubungan dengan pelajaran. Partisipasi merupakan komponen utama dalam menumbuhkan keaktifan siswa pada kegiatan


(33)

pembelajaran yang didukung dengan pembentukan kelompok, kebebasan belajar dan waktu yang cukup. Kesimpulan dari pendapat ahli di atas, bahwa seorang siswa dikatakan aktif dalam belajar apabila siswa tersebut berusaha belajar langsung dengan pengalamannya.

2.1.2.1Faktor yang Berpengaruh pada Keaktifan Belajar

Keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran dapat merangsang dan mengembangkan bakat yang dimilikinya.Selain itu, untuk melatih siswa agar berfikir kritis dan dapat memecahkan berbagai permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Di samping itu, guru juga dapat merencanakan sistem pembelajaran secara sistematis, sehingga merangsang keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran. Gagne dan Briggs (dalam Martinis, 2007:84) mengatakan bahwa faktor-faktor yang dapat menumbuhkan timbulnya keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran, yaitu:

a. Memberikan dorongan atau menarik perhatian siswa, sehingga mereka dapat berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran.

b. Menjelaskan tujuan intruksional (kemampuan dasar kepada siswa). c. Mengingatkan kompetensi belajar kepada siswa.

d. Memberikan stimulus (masalah,topik dan konsep yang akan dipelajari). e. Memberi petunjuk kepada siswa cara mempelajarinya.

f. Memunculkan aktivitas, partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran. g. Memberi umpan balik (feed back)


(34)

h. Melakukan tagihan-tagihan kepada siswa berupa tes, sehingga kemampua siswa selalu terpantau dan terukur.

i. Menyimpulkan setiap materi yang disampaikan di akhir pelajaran.

2.1.2.2Ciri-ciri Siswa Aktif

Sudjana (2009: 61) menyatakan, keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar dapat dilihat dalam hal:

1) Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya. 2) Terlibat dalam pemecahan masalah.

3) Bertanya pada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya.

4) Berusaha mencari informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah. 5) Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru.

6) Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya. 7) Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis.

8) Kesempatan menggunkan atau menerapkan media yang telah diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.

Dari ciri-ciri siswa aktif di atas, peneliti menggunakan tujuh deskripsi sebagai acuan indikator keaktifan belajar siswa, yaitu ciri-ciri nomor satu sampai dengan nomor 7. Nomor 8 tidak digunakan sebagai indikator penelitian ini karena dalam penelitian ini siswa tidak menerapakan atau menggunakan media.


(35)

2.1.3 Prestasi Belajar 2.1.3.1Pengertian Prestasi

Prestasi merupakan hasil penilaian pendidikan atas perkembangan dan kemajuan siswa dalam belajar (Umiarso dan Gojali, 2010: 226). Prestasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 1101) berarti hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya). Sedangkan menurut Sardiman (2001:46) prestasi adalah kemampuan nyata yang merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang berpengaruh baik dari dalam maupun luar individu dalam belajar.

Dari pernyataan beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi adalah hasil yang dicapai dari suatu proses interaksi yang telah dilakukan oleh individu dalam belajar.

2.1.3.2Pengertian Belajar

Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik (Djamarah, 2011: 13). Sedangkan belajar menurut Syah (2008: 92) belajar adalah tahapan seluruh perubahan tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Dijelaskan lebih lanjut Mulyati (2005: 5) belajar adalah suatu usaha sadar individu untuk mencapai tujuan peningkatan diri atau perubahan diri melalui latihan-latihan dan pengulangan-pengulangan dan perubahan yang terjadi bukan karena


(36)

peristiwa kebetulan. Hergenhahn (dalam Samatowa, 2011: 104) menerangkan, belajar adalah perubahan perilaku yang relative permanen sebagai hasil dari proses pembelajaran.

Dari pernyataan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa, belajar merupakan kegiatan perubahan tingkah laku kognitif, afektif, dan psikomotorik yang diperoleh dari pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungan.

2.1.3.3Ciri-ciri Belajar

Menurut Djamarah (2011: 15-17) ada enam ciri-ciri belajar; 1. Perubahan yang terjadi secara sadar

Individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu sekurang-kurangnya individu merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya. Misalnya, menyadari bahwa pengetahuannya bertambah, kecakapannya bertambah, dan kebiasaannya bertambah. 2. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional

Perubahan yang terjadi dalam diri individu berlangsung terus menerus dan tidak statis. Suatu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguan bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya.

3. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif

Dalam belajar, suatu perubahan akan bertambah dan tertuju untuk memperoleh yang lebih baik dari sebelumnya. Perubahan yang bersifat aktif artinya, bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan karena usaha individu sendiri.


(37)

4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara

Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanaen. Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap.

5. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah

Perubahan tingkah laku terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai, dengan demikian perbuatan belajar yang dilakukan senantiasa terarah pada tingkah laku yang telah ditetapkan.

6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku dalam sikap kebiasaan, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya.

2.1.3.4Prestasi Belajar

Prestasi belajar menurut Purwanto (dalam Hasbari, 2005: 75) adalah hasil-hasil belajar yang diberikan guru kepada murid-murid atau dosen kepada mahasiswanya dalam jangka tertentu. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 895) prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan atau dikerjakan). Chosiyah (2001: 84) menyatakan bahwa prestasi belajar merupkan rangkaian hasil usaha yang telah dilatih dalam suatu sistem atau rangkaian kegiatan pendidikan yang dinyatakan dengan nilai. Susana (2006: 10) menyatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang ingin dicapai, bagaimana cara pencapainnya, metode belajar mengajarnya, apa kriteria keberhasilannya dan


(38)

bagaimana cara pengukurannya. Supriyono (2007: 151) prestasi belajar adalah usaha bekerja atau belajar yang menunjukkan ukuran kecakapan yang dicapai dalam bentuk nilai.

Berdasarkan beberapa pernyataan ahli di atas dapat disimpulkan bahwa, prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai siswa dari proses belajar,pengetahuan, pemahaman yang telah diperoleh sebelumnya menuju perubahan kearah yang lebih baik.

2.1.4 Pembelajaran IPA 2.1.4.1Hakikat IPA

Kata “Ilmu Pengetahuan Alam” merupakan terjemahan dari kata-kata dalam Bahasa Inggris “Natural Science” secara singkat sering disebut “Science”. Natural artinya alamiah, berhubungan dengan alam atau bersangkut paut dengan alam. Science artinya pengetahuan. Jadi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau science itu secara harafiah dapat disebut sebagai ilmu tentang alam ini, ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam (Samatowa, 2011: 3). IPA menurut Benjamin (dalam Liem, 2007: xv) adalah suatu cara penyelidikan yang mencoba sampai ke informasi mengenai dunia kita (alam semesta) dengan menggunakan metode pengamatan dan metode hipotesis-hipoteis yang telah teruji yang didasarkan pada pengamatan.

IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia (Samatowa, 2011: 3). Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh


(39)

Powler (dalam Winaputra, 1992: 122 dalam Samatowa, 2011: 3) bahwa IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen/sistematis. Sistematis artinya pengetahuan itu tersusun dalam suatu sistem, tidak berdiri sendiri, namun menjadi satu kesatuan yang utuh. Sedangkan berlaku umum artinya pengetahuan itu tidak hanya berlaku oleh seseorang atau beberapa orang dengan cara eksperimentasi yang sama akan memperoleh hasil yang sama atau konsisten. IPA tidak hanya merupakan kumpulan pengetahuan tentang benda atau makhluk hidup, tetapi memerlukan kerja, cara berpikir, dan cara memecahkan masalah Winaputra (dalam Samatowa, 2011: 3).

Conant (dalam Samatowa, 2011: 1) mendefinisikan sains sebagai suatu deretan konsep serta skema konseptual yang berhubungan satu sama lain, dan yang tumbuh sebagai hasil eksperimentasi dan observasi, serta berguna untuk diamati dan dieksperimentasikan lebih lanjut. Whitehead (dalam Samatowa, 2011: 1) menyatakan bahwa sains dibentuk karena pertemuan dua orde pengalaman. Orde pertama didasarkan pada hasil observasi terhadap gejala atau fakta (orde observasi), dan kedua didasarkan pada konsep manusia mengenai alam (orde konsepsional).

Dari pernyataan ahli di atas dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang didapatkan dengan cara observasi, dan eksperimen yang sistematis untuk memecahkan masalah yang ada.


(40)

2.1.4.2Pembelajaran IPA di SD

IPA sebagai disiplin ilmu dan penerapannya dalam masyarakat membuat pendidikan IPA menjadi penting karena memberikan kesempatan pada anak untuk berlatih keterampilan-keterampilan proses IPA sesuai dengan tahapan perkembangan kognitifnyan (Samatowa, 2011: 5). Somatowa (2011: 3) menerangkan empat alasan IPA diajarkan di sekolah dasar. Pertama bahwa IPA berfaedah bagi suatu bangsa, kiranya tidak perlu dipersoalkan panjang lebar. Kedua bila IPA diajarkan dengan cara yang tepat, maka IPA merupakan suatu mata pelajaran yang memberikan kesempatan berpikir kritis. Ketiga bila IPA diajarkan melalui percobaan-percobaan yang dilakukan sendiri oleh anak, maka IPA tidaklah merupakan mata pelajaran yang bersifat hapalan belaka. Keempat mata pelajaran IPA mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu mempunyai potensi yang dapat membentuk kepribadian anak secara keseluruhan.

Trianto (2010:136) menerangkan IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur dan sebagainya.

IPA adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya (Darmojo, 1992: 3 dalam Samatowa, 2011: 2). Sedangkan menurut Mudakir (2005: 83), IPA juga merupakan bagian dari ilmu pengetahuan (science) yaitu mempelajari tentang kehidupan (biologi) dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam, untuk memahami dan mengerti peristiwa-peristiwa perlu


(41)

pengamatan, melakukan percobaan yang berkaitan dengan peristiwa- peristiwa tersebut. Pelajaran IPA modern tidak hanya mengajarkan fakta-fakta seperti jenis-jenis hewan atau tumbuhan, hukum-hukum ini dan itu namun juga keterampilan-keterampilan sesuai perkembangan kognitif anak. Keterampilan proses sains didefinisikan oleh Paolo dan Marten (dalam Carin, 1993: 5 dalam Samatowa, 2011: 5) adalah (1) mengamati, (2) mencoba memahami apa yang diamati, (3) mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang terjadi, (4) menguji ramalan-ramalan untuk melihat apakah ramalan tersebut benar.

Beberapa aspek penting yang dapat diperhatikan guru dalam memberdayakan anak melaui pembelajaran IPA menurut Samatowa (2011: 10) adalah (1) pentingnya memahami bahwa pada saat melalui kegiatan pembelajarannya,anak telah memiliki berbagai konsepsi, pengetahuan, yang relevan dengan apa yang mereka pelajari, (2) aktivitas anak melalui berbagai kegiatan nyata dengan alam menjadi hal utama dalam pembelajaran IPA, (3) dalam setiap pembelajaran IPA kegiatan bertanyalah yang menjadi bagian penting, bahkan menjadi bagaian yang utama dalam pembelajaran, (4) dalam pembelajaran IPA memberikan kesempatan kepada anak untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya dalam menjelaskan suatu masalah.

Blough (1958 dalam Samatowa, 2011: 104) menerangkan pembelajaran IPA di sekolah dasar perlu didasarkan pada pengalaman untuk membantu siswa belajar, mendeskripsikan, menjelaskan, hasil kerja dan prosedurnya. Tujuan utama pembelajaran IPA di sekolah dasar adalah membantu siswa memperoleh ide, pemahaman, dan keterampilan (life skills) esensial sebagai warga negara. Life


(42)

skills esensial yang perlu dimiliki siswa adalah kemampuan menggunakan alat tertentu, kemampuan mengamati benda dan lingkungan sekitarnya, kemampuan mendengarkan, kemampuan berkomunikasi secara efektif, menanggapi dan memecahkan masalah secara efektif. Samatowa (2011: 2) menerangkan fokus program pembelajaran IPA di SD hendaknya ditujukan untuk memupuk minat dan pengembangan anak didik terhadap dunia mereka di mana mereka hidup.

Pernyataan-pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang didapatkan dengan cara observasi, dan eksperimen yang sistematis untuk memecahkan masalah yang ada.

2.1.4.3Materi Kerangka Tubuh Manusia dan Fungsinya

Penelitian ini menggunakan materi IPA kelas IV pada semester ganjil 2015/2016 dengan SK. 1. Memahami hubungan antara struktur organ tubuh manusia dengan fungsinya, serta pemeliharaannya. KD. 1.1 Mendeskripsikan hubungan antara struktur kerangka tubuh manusia dan 1.2 Menerapkan cara memelihara kesehatan kerangka tubuh dengan fungsinya. Rangka manusia terdiri atas tiga bagian, yaitu rangka kepala, rangka badan, dan rangka alat-alat gerak. 1. Rangka Kepala

Rangka kepala tersusun dari tulang dahi, tulang hidung, rahang atas, rahang bawah dan tulang pipi.

2. Rangka Badan

Rangka badan bersambung-sambung. Dimulai dari tulang leher sampai tulang ekor. Tulang-tulang rusuk melekat pada tulang dada membentuk rongga dada.


(43)

Sedikit di atas rongga dada terdapat rangka pundak. Rangka ini dibentuk oleh tulang selangka dan tulang belikat. Tulang leher dibentuk oleh 7 ruas tulang dan bersambungan dengan tulang punggung serta tulang ekor. Tulang punggung hingga tulang ekor terdiri dari 26 ruas tulang. Jadi jumlah ruas tulang dari tulang leher sampai tulang ekor ada 33 ruas tulang. Tulang-tulang ini disebut tulang belakang. Letaknya berada di bagian belakang tubuh. Pada badan bagian bawah terdapat rangka panggul. Rangka ini terdiri dari tulang pinggul dan tulang kemaluan.

3. Rangka Alat Gerak

Rangka alat gerak terdiri dari lengan dan kaki. Untuk memudahkan mempelajarinya, kita kelompokkan menjadi dua bagian. Bagian tersebut adalah alat gerak atas dan bawah. Alatgerak atas berupa rangka lengan. Rangka gerak atas terdiri dari:a)tulang lengan atas, b) hasta, c) pengumpil, d) pergelangan tangan, e) telapak tangan, dan f) jari tangan. Alat gerak bawah berupa rangka kaki. Rangka gerak bawah tersusun dari: a) tulang paha, c) tempurung lutut, d) betis, e) tulang kering, f) pergelangan kaki, g) telapak kaki, dan h) jari kaki. 4. Sendi

Sendi merupakan pertemuan antara dua tulang. Adanya sendi menyebabkan tulang dapat digerakkan. Jadi sendi memiliki peran penting bagi pergerakan tubuh. Tubuh kita dapat bergerak karena kerja sama antara tulang, sendi, dan otot. Tubuh manusia memiliki lima jenis sendi. Sendi-sendi tersebut adalah sendi engsel, sendi pelana, sendi peluru, dan sendi putar. Sendi ini hanya dapat digerakkan ke satuarah. Contohnya lutut, siku, serta ruas jari tangan dan


(44)

kaki.Sendi pelana dapat digerakkan ke kedua arah (ke samping dan ke depan). Contohnya tulang pangkal ibu jari tangan dan tulang pertama pergelangan tangan. Sendi peluru merupakan pertemuan antara ujung tulang berbentuk bola dan tulang berbentuk mangkuk. Sendi peluru memungkinkan gerakan ke semua arah. Contoh sendi peluru terdapat di antara tulang lengan atas dan gelang bahu. Sendi putar memungkinkan tulang yang satu berputar mengelilingi tulang lain yang bertindak sebagai poros. Sendi putar terdapat pada pertemuan antara tulang leher pertama dan tulang leher kedua. Sendi putar mengakibatkan kepala dapat diputar.

Fungsi Rangka Manusia

1. Rangka adalah tempat melekatnya otot 2. Rangka menentukan bentuk tubuh

3. Rangka melindungi bagian tubuh yang penting 4. Rangka menegakkan tubuh

5. Tempat pembentukan sel darah merah. Gangguan pada Rangka dan Cara Mencegahnya

a. Kifosis, yaitu tulang punggung terlalu bengkok ke belakang. Hal ini disebabkan sikap duduk dan berdiri yang sering membungkuk.

b. Lordosis, yaitu tulang punggung terlalu bengkok ke depan.

Ini disebabkan kebiasaan duduk dan berjalan yang terlalu membusungkan dada ke depan.


(45)

c. Skoliosis, yaitu tulang punggung bengkok ke kiri atau ke kanan. Biasanya disebabkan kebiasaan duduk dengan posisi miring. Atau mengangkat beban berat yang tidak seimbang antara bahu kanan dan bahu kiri.

2.1.5 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Menurut Arends (dalam Suprijono, 2009: 46) model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap, dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Menurut Panitz (dalam Suprijono, 2009: 54) Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa bekerjasama dalam kelompok kecil dan saling membantu dalam belajar. Di dalam satu kelompok biasanya terdiri dari empat sampai lima siswa dengan kemampuan berbeda-beda (Slavin, 1994).

2.1.5.1Jenis-jenis pembelajaran kooperatif

Ada beberapa jenis pembelajaran kooperatif (Johnson, Johnson, & Smith, 1998), empat diantaranya;


(46)

1. Kelompok pembelajaran kooperatif formal (formal cooperative learning group).

2. Kelompok pembelajaran kooperatif informal (informal cooperative learning group).

3. Kelompok besar kooperatif (cooperative base group).

4. Gabungan tiga kelompok kooperatif (integrated use of cooperative learning groups).

Slavin (2008: 11) menerangkan lima metode pembelajaran kooperatif yang dapat diadaptasikan pada sebagian mata pelajaran dan tingkat kelas, yaitu:

1) Student Team-Achievement Division (STAD) atau Pembagian Pencapaian Tim Siswa.

2) Team-Games-Tournament (TGT) atau Turnamen Game Tim. 3) Jigsaw II (Teka-teki II)

4) Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) atau Mengarang dan Membaca Terintegrasi yang Kooperatif.

5) Team Accelerated Instruction (TAI) atau Percepatan Pengajaran Tim.

Penelitian ini menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

2.1.5.2Ciri khas pembelajaran kooperatif

Berikut ini adalah ikhtisar konseptual tentang model pembelajaran kooperatif (diadaptasi dari Johnson, Johnson, & Smith, 1998) dalam (Miftahul Huda, 2011: 75) ;


(47)

2. Mengupayakan keberhasilan kerja teman-teman satu kelompok 3. Apa yang bermanfaat bagi diri sendiri harus bermanfaat bagi yang lain 4. Keberhasilan bersama dirayakan bersama

5. Penghargaan dipandang sebagai sesuatu yang tak terbatas 6. Dievaluasi dengan membandingkan performa satu sama lain.

2.1.5.3Aspek-aspek Pembelajaran Kooperatif

Berikut aspek-aspek pembelajaran kooperatif (diadaptasi dari Johnson, Johnson, & Smith, 1998) dalam (Miftahul Huda, 2011:78) ;

1. Tujuan : Semua siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil (beragam atau kelompok heterogen) dan diminta untuk (a) mempelajari materi tersebut dan (b) saling memastikan semua anggota kelompok juga mempelajari materi tersebut.

2. Level kooperasi : Kerjasama dapat diterapkan dalam level kelas (dengan catatan bahwa semua siswa mempelajari materi yang ditugaskan) dan level sekolah (dengan catatan semua siswa di sekolah benar-benar mengalami kemajuan secara akademik).

3. Pola interaksi : Setiap siswa saling mendorong kesuksesan antar satu sama lain. Siswa mempelajari materi pembelajaran bersama siswa lain, saling menjelaskan cara menyelesaikan tugas pembelajaran, saling menyimak penjelasan masing-masing, saling mendorong untuk bekerja keras, dan saling memberikan bantuan akademik jika ada yang membutuhkan. Pola interaksi ini muncul di dalam dan di antara kelompok-kelompok kooperatif.


(48)

4. Evaluasi : Sistem evaluasi didasarkan pada kriteria tertentu.

2.1.5.4Student Teams-Achievement Divisions (STAD)

STAD merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif (Slavin, 2005:143). Inti dari STAD adalah penyajian materi, kemudian siswa bergabung dalam kelompoknya yang terdiri atas empat sampai lima orang untuk menyelesaikan tugas-tugas dan menyerahkan pekerjaannya secara bersama untuk setiap kelompok. Siswa kemudian diberi kuis atau tes secara individual. Skor hasil kuis atau tes, di samping untuk menentukan skor individu juga digunakan untuk menentukan skor kelompoknya. STAD terdiri dari lima komponen utama sebagaimana dikemukakan oleh Slavin (2005:143-145).

1. Presentasi kelas

Materi dalam STAD pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru, namun dapat pula menggunakan audiovisual. Dengan cara ini, siswa akan menyadari bahwa mereka harus benar-benar memberi perhatian penuh selama presentasi kelas, karena demikian akan sangat membantu mengerjakan kuis, dan skor kuis mereka menentukan skor tim.

2. Tim

Tim terdiri dari 4 sampai 5 siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras, dan etnisitas. Fungsi utama


(49)

dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik. Setelah menerima materi, siswa berkumpul dalam kelompok masing-masing untuk mempelajari lembar-kegiatan atau materi. Dalam pembelajaran biasanya melibatkan pembahasan permasalahan bersama, membandingkan jawaban, dan mengoreksi tiap kesalahan pemahaman apabila anggota tim ada yang membuat kesalahan. Tim ini memberikan dukungan kelompok bagi kinerja akademik penting dalam pembelajaran,diantaranya untuk memberikan perhatian dan aspek yang mutual yang penting untuk akibat yang dihasilkan seperti hubungan antar kelompok, rasa harga diri ata rasa dihargai, penerimaan terhadap siswa-siswa mainstream.

3. Kuis

Kuis diberikan oleh guru setelah melakukan presentasi sekitar satu atau dua periode presentasi, dan satu atau dua periode praktik tim. Kuis akan diberikan secara individual, siswa akan mngerjakan secara individual pula. Siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis, sehingga setiap siswa bertanggungjawab secara individual untuk memahami materinya. 4. Skor kemajuan individual

Hal ini bertujuan untuk memberikan kepada setiap siswa tujuan kinerja yang akan dapat dicapai apabila mereka bekerja lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih baik daripada sebelumnya. Setiap siswa bisa memberikan point, apabila benar-benar berusaha untuk yang terbaik. Siswa diberikan skor awal


(50)

yang diperoleh dari hasil sebelumnya, kemudian siswa akan mengumpulkan poin untuk tim mereka berdasarkan tingkat kenaikan skor kuis mereka dibandingkan dengan skor awal mereka.

5. Rekognisi Tim

Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu.

Dari penjelasan di atas, dapat disumpulkan bahwa pembelajaran STAD terdiri dari lima komponen yaitu presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual, dan rekognisi tim.

2.2 Penelitian yang Relevan

2.2.1 Penelitian Tentang Pembelajaran Menggunakan STAD

Pangando (2011) meneliti tentang “Pembelajaran menggunakan tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar siswa.”Tujuan dari penelitin ini adalah meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievements Divisions. Hasil dari penelitian ini adalah, adanya peningkatan aktivitas siswa.

Dari hasil pembahasan yang telah dipaparkan dapat dilihat bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions cukup efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas IV SDN 1 Tumora.

Sumarni (2010) meneliti tentang “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Terhadap Hasil Belajar IPA Ditinjau Dari Minat


(51)

Terhadap Lingkungan Pada Siswa Kelas V SD Se-Desa Sibangkaja Tahun Pelajaran 2010/2011.”Peneliti mengambil judul tersebut berdasarkan latar belakang beberapa hambatan dalam pelaksanaan pembelajaran IPA di SDN Sibangkaja antara lain:pemahaman siswa terhadap konsep-konsep IPA rendah, dalam proses pembelajaran guru jarang menghubungkan konsep-konsep atau materi yang diajarkan dengan kehidupan yang dialami di dunia nyata, pembelajaran di kelas hanya berorientasi pada target menuntaskan materi dalam kurikulum. Dalam proses pembelajaran, perbedaan individu kurang mendapat perhatian yang serius, guru cenderung menggunakan seting kelas konvensional.

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, menguji ada tidaknya perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti modelpembelajaran kooperatif tipe STAD dan siswa yang mengikuti modelpembelajaran konvensional. Kedua, menguji ada tidaknya perbedaan hasilbelajar IPA antara siswa yang mengikutimodel pembelajaran kooperatif tipeSTAD dan siswa yang mengikuti modelpembelajaran konvensional, setelahkovariabel minat terhadap lingkungandikendalikan. Ketiga, menentukan besarkontribusi minat terhadap lingkunganpada hasil belajar IPA pada siswa SDkelas V se-Desa Sibangkaja.

Berdasarkan hasil analisis data, terbukti bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti model pembelajaran koperatif tipe STAD dan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional. Hal ini ditunjukkan dengan koefisien (F) sebesar 9,702 yang ternyata signifikan. Selanjutnya, berdasarkan perhitungan statistik, didapat bahwa hasil belajar IPA


(52)

siswa yang mengikuti model pembelajaran koperatif tipe STAD memiliki skor rata-rata sebesar 28,23 lebih tinggi daripada hasil belajar IPA siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional yang memiliki skor rata-rata sebesar 23,67.

2.2.2 Penelitian Tentang Keaktifan dan Prestasi Belajar

Dewi (2006) meneliti tentang “Belajar Kelompok Model STAD dan Jigsaw Untuk Meningkatkan Motivasi dan Keaktifan Mahasiswa”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkanmotivasi dan keaktifan mahasiswa melalui belajar kelompok model STAD dan Jigsaw. Dari hasil analisis data menunjukkan mahasiswa sangat antusias menyelesaikan soal latihan secara kelompok dan aktif bertanya ketika dosen menyampaikan materi menggunakan pembelajaran STAD.

Kulsum dan Hindarto (2011) meneliti peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas VII dengan menerapkan model learning cycle pada sub bahasan kalor di SMPN 1 Welahan tahun ajaran 2010/2011. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan ketuntasan hasil belajar dari siklus I, II, dan III, dengan masing-masing skor 40, 80, dan 100. Keaktifan siswa juga mengalami peningkatan dari siklus I hingga siklus III dari rata-rata kelas sebesar 62,55% menjadi 82,15%.

Dari beberapa penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan model kooperatif dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa.


(53)

Gambar 2.1 Literatur Map Penelitian Terdahulu

Penelitian ini memiliki unsur kesamaan variabel dengan penelitian yang relevan di atas, yaitu meneliti tentang peningkatan keaktifan belajar dan prestasi belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Dewi (2006)

Belajar Kelompok Model STAD dan Jigsaw Untuk Meningkatkan Motivasi dan Keaktifan Mahasiswa. Sumarni (2010)

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Terhadap Hasil

Belajar IPA Ditinjau Dari Minat Terhadap Lingkungan Pada Siswa Kelas

V SD Se-Desa Sibangkaja.

Pangando (2011)

Pembelajaran menggunakan tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar IPA.

Kulsum dan Hindarto (2011) Peningkatan keaktifan dan hasil

belajar siswa kelas VII dengan menerapkan model learning cycle pada sub bahasan kalor di SMPN 1

Welahan tahun ajaran2010/2011.

Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Negeri Nanggulan Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Penelitian Tentang Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD, Prestasi

Belajar, dan Pelajaran IPA

Penelitian tentang Keaktifan Belajar


(54)

Perbedaan antara penelitian yang relevan di atas dengan penelitian ini salah satunya terletak pada setting penelitian.

2.3 Kerangka Berpikir

Siswa SD yang pada umumnya berada pada usia 7-12 tahun telah memasuki tahap operasional konkret dan memasuki periode sensitif. Pada tahap ini, anak memiliki kemampuan berpikir yang bersifat holistik, memiliki rasa ingin tahu yang besar, dan memiliki keinginan untuk berkelompok. Kemampuan berpikir anak yang holistik membuat anak akan lebih mudah menerima informasi bila menggunakan objek dan aktivitas nyata atau berkelompok. Maka dari itu, dalam pembelajaran dibutuhkan kegiatan atau aktivitas yang sesuai dengan tahap perkembangan siswa.

Modern ini, penyampaian matapelajaran IPA di Sekolah Dasar masih kurang baik dari pembelajaran IPA yang semestinya. Siswa masih berada di level mampu mengingat fakta, dan hukum-hukum pengetahuan alam saja. Siswa cenderung lebih terbiasa untuk menghafal materi secara mandiri sehingga kemampuan berpikir ilmiah masih rendah atau kurang memadai. Siswa biasanya mengerjakan tugas secara mandiri sehingga apabila siswa kurang memahami suatu materi maka pengetahuannya akan berkurang pula atau siswa akan kesulitan dalam belajar. Hal tersebut juga menyebabkan prestasi belajar siswa juga menurun, karena siswa kurang mendapat dukungan, kurang berbagi pengetahuan dengan teman, apabila berbagi pengetahuan maka siswa akan memilih-milih teman yang disukainya saja.


(55)

Di kelas ketika peneliti mengamati siswa kurang terbiasa bekerja dalam kelompok, karena guru lebih banyak ceramah di kelas lalu memberikan tugas dan mengerjakan secara mandiri tanpa memberikan kasus untuk dianalisis bersama dalam kelompok-kelompok kecil. Sekalipun membentuk kelompok guru kurang memerhatikan komposisi siswa, bahkan siswa diminta untuk memilih sendiri. Akibatnya, ketika masuk ke dalam kelompok siswa tidak akan serius dalam bertukar pemahaman materi, diskusi, mengerjakan tugas, menghargai sesama, namun siswa akan cenderung akan ramai. Siswa kurang bisa fokus dengan instruksi yang diberikan guru, sehingga mempengaruhi prestasi belajar siswa menjadi kurang baik.

Disisi lain peranan guru juga sangat penting dalam menentukan kerja dalam kelompok ini, selain menunjang perkembangan penguasaan materi, siswa juga akan belajar menghargai pendapat orang lain, membenarkan yang kurang tepat, saling bertukar pengetahuan. Sehingga siswa akan mendapatkan pengetahuan serta pemahaman yang kompleks baik dari guru maupun dari teman. Bekerja dalam kelompok sesuai dengan komposisi yang heterogen, akan membuat siswa lebih banyak melakukan interaksi antar anggota kelompok tanpa harus membeda-bedakan satu sama lain, namun saling membantu untuk menguasai materi sehingga mendapatkan skor yang tinggi dalam ujian.

Dari masalah tersebut, peneliti akan melakukan sebuah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pelajaran IPA. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD di kelas akan lebih efektif dan siswa terlibat aktif dalam pembelajaran, serta


(56)

anggota bisa berbagi pengetahuan dalam kelompoknya, saling bertanya jawab, saling menghargai, membantu apabila ada anggota kelompok yang kurang memahami materi atau keliru dalam menjelaskan. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini dilakukan dengan cara saling bertatap muka, individu-individu dalam kelompok bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Mereka juga memaksimalkan pembelajaran dirinya dan rekan-rekannya. Jika STAD digunakan dalam pembelajaran IPA, maka dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV A SD Negeri Nanggulan Depok.

Kondisi Awal

Gambar 2.2 Literatur Kerangka Berpikir Pembelajaran

berpusat pada guru

Keaktifan belajar dan prestasi belajar siswa

rendah

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD

Kondisi Akhir Keaktifan belajar

dan prestasi belajar siswa meningkat


(57)

2.4 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka berpikir tersebut, peneliti merumuskan hipotesis dari penelitian yang akan dilakukan. Hipotesis penelitian berisi tentang dugaan sementara yang akan terjadi dalam penelitian, yang dirumuskan sebagai berikut :

2.4.1 Upaya untuk meningkatkan keaktifan belajar dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV di SD Negeri Nanggulan semester ganjil tahun pelajaran 2015/2016 melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: presentasi dari guru, pembentukan kelompok, belajar dalam kelompok, kuis, pemberian skor, dan pemberian penghargaan pada siswa.

2.4.2 Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan keaktifan belajar IPA siswa kelas IV di SD Negeri Nanggulan semester ganjil tahun pelajaran 2015/2016 dari skor kondisi awal 45,78 (rendah) menjadi 75 (tinggi).

2.4.3 Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar IPA siswa kelas IV di SD Negeri Nanggulan semester ganjil tahun pelajaran 2015/2016 dari nilai rata-rata 68,94 menjadi 78 dan dari persentase ketuntasan 46,42% menjadi 70%.


(58)

38 BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab III ini akan dijelaskan mengenai (1) jenis penelitian, (2) setting penelitian, (3) persiapan penelitian, (4) rencana setiap siklus, (5) teknik pengumpulan data, (6) instrumen penelitian, (7) teknik pengujian instrumen, dan (8) validitas dan reliabilitas instrumen, dan (9) teknik analisis data.

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK merupakan proses pengkajian masalah yang terjadi di dalam kelas melalui refleksi sebagai upaya untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut (Sanjaya, 2011:26). Metode ini meliputi serangkain siklus yang saling terkait (berkesinambungan). Setiap siklus mencakup empat tahapan, yaitu: persiapan tindakan (planning), tindakan (acting), observasi (observation), dan refleksi (reflecting). Setelah satu siklus berakhir, dilanjutkan dengan siklus berikutnya dengan memanfaatkan hasil refleksi pada siklus sebelumnya (Arcana, 2013:22).

Suhardjono (2009:58) menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas adalahpenelitian tindakan yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki danmeningkatkan mutu praktik pembelajaran.Pendapat yang tidak jauh berbedadari Taniredja (2010: 16) penelitian tindakan kelas adalah penelitian


(59)

yangmengangkat suatu permasalahan aktual yang dilakukan oleh para guru danberupa tindakan untuk memperbaiki serta meningkatkan praktik pembelajaransecara lebih profesional. Penelitian ini dilakukan oleh peneliti, sehingga dapat dikatakan bahwa penelitian ini menggunakan pola kolaboratif.

Penelitian tindakan kelas diartikan lebih lanjut oleh Asrori (2007) sebagai bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melaksanakan tindakan-tindakan tertentu untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran menjadi lebih berkualitas agar siswa memperoleh hasil belajar yang baik.

Arikunto (2010: 12) menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. PTK dilaksanakan dengan tahap-tahap umum yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

Dari pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk penelitian berupa tindakan yang sengaja dimunculkan dalam kelas dan bersifat reflektif untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran supaya menjadi lebih baik.

Proses pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas dalam penelitian ini, dapat dilihat pada bagan di bawah ini.


(60)

Gambar 3.1 Siklus PTK Kemmis dan MC Taggart (dalam Arikunto, 2010: 12)

3.1.1 Perencanaan tindakan (planning)

Kegiatan perencanaan meliputi identifikasi masalah, analisis penyebab adanya masalah, dan pengembangan bentuk tindakan (aksi) sebagai pemecahan masalah.Hal yang harus diperhatikan dalam mengidentifikasi masalah dalam penelitian tindakan kelas yaitu masalah harus benar-benar terjadi, masalah yang perlu dipecahkan berkaitandengan tanggung jawab, kewenangan, tugas seorang guru serta memiliki, manfaat yang jelas, dan dapat dipecahkan dalam penelitian tindakan kelas.


(61)

3.1.2 Pelaksanaan tindakan (acting)

Dalam menentukan tindakan perlu mempertimbangkan pertanyaan-pertanyaanseperti: a) apakah tindakan (aksi) yang dipilih telah mempunyailandasan berpikir yang mantap, b) apakah alternatif tindakan (aksi) yang dipilih dapat menjawabpertanyaan yang muncul, c) bagaimana cara melaksanakan tindakan dalambentuk strategi langkah-langkah setiap siklus dalam proses pembelajaran dikelas, d) Bagaimana cara menguji tindakan (aksi) sehingga dapat dibuktikantelah terjadi perbaikan kondisi dan peningkatan proses dalam kegiatanpembelajaran di kelas yang diteliti.

3.1.3 Pengamatan (observation)

Kegiatan observasi atau pengamatan dilakukan untuk mengetahui dan memperoleh gambaran lengkap secara objektif tentang perkembangan proses pembelajaran dan pengaruh dari tindakan yang dipilih terhadap kondisi kelas dalam bentuk data.

3.1.4 Refleksi (reflecting)

Peneliti dapat menentukan apakah tindakan yang dilakukan sebagai pemecahan masalah sudah mencapai tujuan atau belum serta akan menentukan keputusan untuk melakukan siklus lanjutan ataukah berhenti karena masalahnnya telah terpecahkan.


(62)

3.2 Setting Penelitian

3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di SD Negeri Nanggulan, Sleman, Yogyakarta. SD Negeri Nanggulan terletak di Jl. Ngringin 88, Naggulan, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta.

3.2.2 Subjek Penelitian

SD Negeri Nanggulan memiliki siswa sebanyak 168 siswa masing-masing kelas memiliki 2 rombongan belajar. Kelas I A berjumlah 31 siswa, Kelas II B berjumlah 33 siswa, Kelas III A berjumlah 33 siswa, Kelas III B berjumlah 29 siswa, Kelas IV A berjumlah 31 siswa, Kelas IV B berjumlah 29 siswa, Kelas V A berjumlah 32 siswa, Kelas V B berjumlah 32 siswa, Kelas VI A berjumlah 25 siswa, Kelas IV B berjumlah 27 siswa.

Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas IV A tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 31 siswa. Karakteristik siswa sebagai berikut: 17 siswa perempuan, dan 14 siswa laki-laki. 6 siswa berkemampuan akademis tinggi, 13 siswa berkemampuan sedang, dan 12 siswa berkemampuan rendah. Rata-rata siswa di SD Negeri Nanggulan, kelas IV A berasal dari keluarga menengah ke bawah, orang tua siswa ada yang bekerja sebagai guru (PNS), petani, pedagang, wirausaha.


(63)

3.2.3 Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Nanggulan terhadap materi rangka pada manusia dan cara perawatannya pada semester ganjil tahun ajaran 2015/2016.

3.2.4 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2015/2016 yaitu pada 27 Juli 2015 sampai Februari 2016. Berikut ini jadwal penelitian yang telah dilaksanakan.

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

No. Kegiatan Tahun pelajaran 2015/2016

Juli Agst Sept Okt Nov Des Jan Feb

1. Proses perizinan ke sekolah

2. Observasi pra penelitian

3. Penyusunan proposal 4. Pengajuan proposal 5. Persiapan perangkat

pembelajaran

6. Pelaksanaan penelitian 7. Pengolahan data hasil

penelitian 8. Penyelesaian

kelengkapan penelitian 9. Ujian skripsi

10. Revisi

3.3 Persiapan Penelitian

Sebelum melakukan penelitian peneliti mempersiapkanberbagai hal terlebih dahulu seperti:


(64)

Sleman untuk melakukan kegiatan penelitian di SD tersebut.

2. Melakukan observasi pada siswa kelas IV SD Negeri Nanggulan Condong Catur, Depok, Sleman mata pelajaran IPA untuk memperoleh informasi mengenai kegiatan pembelajaran dan keaktifan siswa di kelas.

3. Melakukanwawancara dengan guru kelas IV SD Negeri Nanggulan Condong Catur, Depok, Sleman untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat keaktifan dan prestasi belajarsiswa.

4. Peneliti mengidentifikasi masalah yang muncul yaitu mengenai keaktifan dan prestasi belajar siswa di kelas.

5. Merumuskan masalah.

6. Mengkaji standar kompetensi, kompetensi dasar, dan materi pokok tentang Rangka Pada Manusia.

7. Menyusun instrumen pembelajaran (RPP, LKS, silabus, materi ajar, kisi-kisi soal evaluasi, soal evaluasi)

8. Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan kelas dalam kegiatan belajar.

3.4 Rencana Setiap Siklus

Dalam penelitian ini akan dilaksanakan 2 siklus. Setelah diperoleh gambaran keadaan kelas, maka dilakukan tindakan kelas sebagai berikut:


(1)

No Pedoman Wawancara Deskripsi

1. Apakah siswa mendengarkan penjelasan guru saat pelajaran ?

Iya mas, beberapa siswa mendengarkan namun banyak juga yang justru mengganggu temannya ketika saya menjelaskan materi. Harus, sering ditegur anak-anaknya.

2. Pernahkah siswa mengamati fenomena di lingkungan sekitar ?

Pernah, terutama pelajaran IPA tetapi yang ada di lingkungan sekitar sekolah saja. Seperti tumbuh-tumbuhan (akar serabut, batang, dll)

4. Apakah siswa terlihat aktif dalam mengikuti pembelajaran ?

Pernah mas tapi tidak sering, soalnya pasti ramai sekali dan bisa-bisa materinya tidak terselesaikan.

5.

Apakah siswa sering bekerja dalam kelompok ketika diberikan soal atau masalah yang harus dipecahkan ?

Ya itu tadi mas, saya tidak banyak membuat kelompok. Kerena satu, siswa pasti akan banyak ngobrol daripada belajar maupun mengerjakan tugas. Kemudian, ketika membuat kelompok itu sangat memakan waktu, membagi siswanya, menyampaikan instruksi, justru materinya akan lama selesai.

Lebih keefisienan waktu saja sebenarnya, kalau tugasnya ringan-ringan saja bisa dibuat kelompok.

6.

Apakah pernah menggunakan sistem kompetisi antar kelompok untuk memecahkan masalah atau soal yang diberikan ?

Sesekali saja, lebih banyak ke individu untuk menjawab. Bukan antar kelompok.


(2)

8. Apakah siswa mengerjakan tes dengan sungguh-sungguh ?

beberapa saja yang “sembrono” ya karena keinginan anak untuk mengerjakan berbeda-beda.

9.

Apakah siswa memberikan respon pada teman yang mengalami kesulitan dalam memahami materi ?

Dari pengamatan saya, sebagian siswa memberikan bantuan satu sama lain. Tapi begini, kebanyakan mereka yang sudah dekat atau sering bersama-sama itu yang akan saling membantu.

10.

Apakah sudah pernah menerapkan model pembelajaran kooperatif terutama tipe STAD dalam proses pembelajaran di kelas ?


(3)

LAMPIRAN 18


(4)

Penjelasan materi oleh guruMenempelkan reward


(5)

Refleksi

Pendampingan kelompok

Mengerjakan soal evaluasi Kuis


(6)

Menengah

Pertama

ditamatkan

di

SMP

Xaverius

Tugumulyo

pada

tahun

2009.

Pendidikan Menengah Atas diperoleh di SMA

Pangudi Luhur Sedayu tamat pada tahun 2012. Pada tahun 2012

melanjutkan pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta,

Jurusan Ilmu Pendidkan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Pendidikan akhir di

Universitas Sanata Dharma menulis skripsi berjudul: “Peningkatan

Keaktifan dan Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Negeri

Nanggulan

Melalui

Penerapan

Model

Pembelajaran

KooperatifTipe STAD

”.


Dokumen yang terkait

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Stad (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran IPS kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang

0 13 0

Peningkatan kerjasama dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Weroharjo melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD tahun ajaran 2016/2017.

0 0 232

Peningkatan kerjasama dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Karangmloko 1 tahun pelajaran 2016/2017 melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

0 0 2

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA pada siswa kelas IV A SD Negeri Tlacap melalui penerapan model pembelajaran kooperatif Tipe STAD.

2 14 384

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas VB SD K Sengkan melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

0 1 304

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas V B SD Negeri Tlacap melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

1 2 314

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas V SD Negeri Ungaran 1 melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

0 7 402

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD N Petinggen melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

1 1 355

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Sarikarya melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

0 9 245

Peningkatan kerjasama dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Weroharjo melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD tahun ajaran 2016 2017

0 0 230