Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas V SD Negeri Ungaran 1 melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

(1)

ABSTRAK

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD NEGERI UNGARAN I MELALUI PENERAPAN

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD Alvionita Nur Arifah

Universitas Sanata Dharma 2016

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya keaktifan dan prestasi belajar IPA pada siswa kelas VC di SD Negeri Ungaran 1 Yogyakarta. Tujuan penelitian ini adalah: (1) untuk mendeskripsikan upaya penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas VC SD Negeri Ungaran 1, (2) untuk meningkatkan keaktifan belajar IPA siswa kelas VC SD Negeri Ungaran 1 melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dari skor 47 (rendah) menjadi 85 (tinggi), (3) untuk meningkatkan prestasi belajar IPA siswa kelas VC SD Negeri Ungaran 1 melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dari nilai rata-rata 76 menjadi 85 dan dari persentase ketuntasan belajar 60% menjadi 75%..

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Ungaran 1, dengan jumlah subjek penelitian 30 siswa. Objek penelitian ini adalah keaktifan siswa dan prestasi belajar siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar pengamatan keaktifan siswa, kuesioner keaktifan siswa, pedoman wawancara, dan tes pilihan ganda. Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) upaya untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar kelas VC SD Negeri Ungaran 1 dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a) persiapan, b) penyampaian indikator dan tujuan, c) pembagian kelompok secara heterogen, d) penyajian materi dari guru, e) kegiatan belajar kelompok, f) kuis dan evaluasi individu, dan g) penghargaan tim; (2) Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan keaktifan belajar IPA pada siswa kelas VC SD Negeri Ungaran 1. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan rata-rata keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA dari kondisi awal 47 (Rendah), pada siklus I menjadi 78 (Sedang) dan meningkat pada siklus II menjadi 89 (Tinggi); (3) Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar IPA pada siswa kelas VC SD Negeri Ungaran 1. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan nilai rata-rata ulangan siswa dari kondisi awal 76, menjadi 80,5 pada siklus I, dan pada siklus II menjadi 89,8. Persentase ketuntasan meningkat dari kondisi awal 60% pada siklus I menjadi 86,7% dan pada siklus II menjadi 96,7%.

Kata kunci: Keaktifan Belajar, Prestasi Belajar, Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD.


(2)

ABSTRACT

INCREASING OF ACTIVENESS AND LEARNING ACHIEVEMENT IPA GRADE V SD NEGERI UNGARAN I THROUGH THE APPLICATION OF

THE COOPERATIVE LEARNING MODEL TYPE STAD

Alvionita Nur Arifah Sanata Dharma University

2016

This research actived by the low activity and learning achievement IPA grade V C in SD Negeri 1 Ungaran Yogyakarta. The purpose of this research are: (1) to describe the efforts of the implementation of cooperative learning model STAD in improving activity and learning achievements IPA grade VC SD Negeri Ungaran 1, (2) to increase the activity of learning IPA grade VC SD Negeri Ungaran 1 by applying STAD type from the cooperative lerning model from score of 47 (low) to 85 (high), (3 ) to improve learning achievements IPA grade VC SD Negeri Ungaran 1 by applying STAD type from the cooperative lerning model from score 76 to 85 and the percentage of completeness 60% to 75%.

This type of research is the Classroom Action Research (PTK). This research was conducted in SD Negeri Ungaran 1, with a number of research subjects 30 students. The object in this research is the involvement of the student and student achievement. The instrument used in this study was the observation sheet student activity, student activity questionnaires, interview guides, and a multiple-choice test. Data analysis techniques used in this research is quantitative descriptive analysis.

The results showed that (1) efforts to improve the activity and learning achievement grade VC SD Negeri Ungaran 1 can be done with the following steps: a) the preparation, b) the delivery of indicators and objectives, c) division of the group as heterogeneous, d) presentation of the material of teachers, e) group learning activities, f) quiz and individual evaluation, g) team award; (2) The implementation of cooperative learning model STAD can enhance the activity of learning IPA in grade VC SD Negeri Ungaran 1. It can be seen from the increase in the average activity of students in learning IPA from the initial conditions 47 (Low), the first cycle to 78 (medium) and increased again in the second cycle to 89 (High); (3) The implementation of the cooperative learning model STAD can improve learning IPA achievement on grade VC SD Ungaran. It can be seen from the increase in the average value of replications of student achievement IPA learning from the initial conditions 76, after subjected to be 80.5 in the first cycle, while in the second cycle to 89.8. Increasing the percentage of completeness of the initial conditions of 60% in the first cycle increased to 86.7% and the second cycle be 96.7%.

Keywords: Learning Activeness and Learning Achievement, Learning Model Cooperative type STAD.


(3)

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR IPA

SISWA KELAS V SD NEGERI UNGARAN I MELALUI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE STAD

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Alvionita Nur Arifah NIM: 121134050

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(4)

i

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR IPA

SISWA KELAS V SD NEGERI UNGARAN I MELALUI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE STAD

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Alvionita Nur Arifah NIM: 121134050

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(5)

(6)

(7)

iv

PERSEMBAHAN

Alhamdullilah, atas rahmat dan hidayah Allah SWT sehingga saya dapat menyelesaikan studi saya dengan baik.

Karya ini ku persembahkan untuk:

Orang tuaku, Bapak Joko Surono dan Ibu Siti Mardiyah, yang telah senantiasa memberikan semangat dan dukungan serta do’a yang tidak pernah putus demi kesusksesan hidupku

Kedua adikku Afif Fauzi dan Alam Firmansyah yang selalu membantu dan menjadi penyemangat dalam menjalani hidupku

Dosen-dosen PGSD Sanata Dharma yang senantiasa memberikan bimbingan dan mendidikku dengan segala cara supaya saya menjadi pendidik yang berkualitas

Teman-temanku yang telah memberikan semangat dan dukungan dalam menjalani dan menghadapi segala rintangan

Teman-teman payung STAD yang telah bekerjasama dan saling membantu dalam proses skripsi

Kupersembahkan karya ini untuk almamaterku:


(8)

v MOTTO

“Semangatmu akan menghantarkanmu pada sebuah kesuksesan”

“Belajarlah dari pengalaman, karena pengalaman adalah pelajaran yang paling berharga”

“Bekerjalah dengan hati, jangan bekerja karena terpaksa

Sungguh kesuksesan akan diraih bagi orang yang mau berusaha dengan keras”

“Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut oleh manusia ialah

menundukkan diri sendiri” (Ibu Kartini)


(9)

(10)

(11)

viii ABSTRAK

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD NEGERI UNGARAN I MELALUI PENERAPAN

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD Alvionita Nur Arifah

Universitas Sanata Dharma 2016

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya keaktifan dan prestasi belajar IPA pada siswa kelas VC di SD Negeri Ungaran 1 Yogyakarta. Tujuan penelitian ini adalah: (1) untuk mendeskripsikan upaya penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas VC SD Negeri Ungaran 1, (2) untuk meningkatkan keaktifan belajar IPA siswa kelas VC SD Negeri Ungaran 1 melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dari skor 47 (rendah) menjadi 85 (tinggi), (3) untuk meningkatkan prestasi belajar IPA siswa kelas VC SD Negeri Ungaran 1 melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dari nilai rata-rata 76 menjadi 85 dan dari persentase ketuntasan belajar 60% menjadi 75%..

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Ungaran 1, dengan jumlah subjek penelitian 30 siswa. Objek penelitian ini adalah keaktifan siswa dan prestasi belajar siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar pengamatan keaktifan siswa, kuesioner keaktifan siswa, pedoman wawancara, dan tes pilihan ganda. Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) upaya untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar kelas VC SD Negeri Ungaran 1 dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a) persiapan, b) penyampaian indikator dan tujuan, c) pembagian kelompok secara heterogen, d) penyajian materi dari guru, e) kegiatan belajar kelompok, f) kuis dan evaluasi individu, dan g) penghargaan tim; (2) Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan keaktifan belajar IPA pada siswa kelas VC SD Negeri Ungaran 1. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan rata-rata keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA dari kondisi awal 47 (Rendah), pada siklus I menjadi 78 (Sedang) dan meningkat pada siklus II menjadi 89 (Tinggi); (3) Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar IPA pada siswa kelas VC SD Negeri Ungaran 1. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan nilai rata-rata ulangan siswa dari kondisi awal 76, menjadi 80,5 pada siklus I, dan pada siklus II menjadi 89,8. Persentase ketuntasan meningkat dari kondisi awal 60% pada siklus I menjadi 86,7% dan pada siklus II menjadi 96,7%.

Kata kunci: Keaktifan Belajar, Prestasi Belajar, Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD.


(12)

ix ABSTRACT

INCREASING OF ACTIVENESS AND LEARNING ACHIEVEMENT IPA GRADE V SD NEGERI UNGARAN I THROUGH THE APPLICATION OF

THE COOPERATIVE LEARNING MODEL TYPE STAD

Alvionita Nur Arifah Sanata Dharma University

2016

This research actived by the low activity and learning achievement IPA grade V C in SD Negeri 1 Ungaran Yogyakarta. The purpose of this research are: (1) to describe the efforts of the implementation of cooperative learning model STAD in improving activity and learning achievements IPA grade VC SD Negeri Ungaran 1, (2) to increase the activity of learning IPA grade VC SD Negeri Ungaran 1 by applying STAD type from the cooperative lerning model from score of 47 (low) to 85 (high), (3 ) to improve learning achievements IPA grade VC SD Negeri Ungaran 1 by applying STAD type from the cooperative lerning model from score 76 to 85 and the percentage of completeness 60% to 75%.

This type of research is the Classroom Action Research (PTK). This research was conducted in SD Negeri Ungaran 1, with a number of research subjects 30 students. The object in this research is the involvement of the student and student achievement. The instrument used in this study was the observation sheet student activity, student activity questionnaires, interview guides, and a multiple-choice test. Data analysis techniques used in this research is quantitative descriptive analysis.

The results showed that (1) efforts to improve the activity and learning achievement grade VC SD Negeri Ungaran 1 can be done with the following steps: a) the preparation, b) the delivery of indicators and objectives, c) division of the group as heterogeneous, d) presentation of the material of teachers, e) group learning activities, f) quiz and individual evaluation, g) team award; (2) The implementation of cooperative learning model STAD can enhance the activity of learning IPA in grade VC SD Negeri Ungaran 1. It can be seen from the increase in the average activity of students in learning IPA from the initial conditions 47 (Low), the first cycle to 78 (medium) and increased again in the second cycle to 89 (High); (3) The implementation of the cooperative learning model STAD can improve learning IPA achievement on grade VC SD Ungaran. It can be seen from the increase in the average value of replications of student achievement IPA learning from the initial conditions 76, after subjected to be 80.5 in the first cycle, while in the second cycle to 89.8. Increasing the percentage of completeness of the initial conditions of 60% in the first cycle increased to 86.7% and the second cycle be 96.7%.

Keywords: Learning Activeness and Learning Achievement, Learning Model Cooperative type STAD.


(13)

x

KATA PENGANTAR

Alhamdulilahirobbil’alamin. Puji Syukur peneliti panjatkan kehadirat

Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan karuniaNya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini dengan sebaik-baiknya. Penelitian ini ditulis sebagai relisasi untuk memenuhi tugas akhir skripsi. Selain itu, penelitian ini diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik atas bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu peneliti mengucapkan terimakasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd selaku Kaprodi PGSD.

3. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd selaku Wakaprodi PGSD.

4. Drs. Y.B. Adimassana M.A selaku dosen pembimbing I yang telah membimbing, memberikan masukkan, saran, dukungan dan motivasi sejak awal hingga terselesaikannya penyusunan skripsi ini.

5. Agnes Herlina Dwi H., S.Si., M.T., M.Sc selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, masukkan, saran, dukungan dan motivasi sejak awal hingga penyususnan skripsi selesai.

6. Seluruh dosen dan karyawan PGSD yang telah membekali penelitian dengan berbagi ilmu pengetahuan dan membantu untuk menyelesaikan kesulitan yang dihadapi peneliti.


(14)

xi

7. Dwi Atmi Sutarini, M.Pd selaku kepala SD Negeri Ungaran 1 yang telah bersedia memberi ijin untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas di kelas VC.

8. Endang Srie W, S.Pd selaku guru kelas VC SD Negeri Ungaran 1 yang telah bersedia memberikan waktu, tenaga dan pikiran selama menjadi pengajar dan membantu dalam pelaksanaan penelitian tindakan di kelas. 9. Bapak, Ibu guru dan siswa klas VC SD Negeri Ungaran 1 yang telah

membantu dan memberikan motivasi serta dukungan sehingga penelitian ini terselesaikan.

10.Orangtua tercinta Bapak Joko Surono dan Ibu Siti Mardhiyah, kedua

adikku Afif Fauzi dan Alam Firmansyah yang telah memberikan do’a,

semangat dan dukungan kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini sampai akhir.

11.Teman-teman payung STAD dan ICT saya ucapkan terimakasih telah membantu dalam bekerjasama untuk menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

12.Teman-teman angkatan 2012 yang lain, saya ucapkan terimakasih dan semoga sukses untuk kita semua.

13.Sahabat-sahabatku Kos Kemuning (Tri Rahmah S, Ari Nur W, Ayu Mega M, Elisa Desy RP, Dhea,S, Yunita DS)yang telah memberikan motivasi dan dukungan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

14.Seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu telah membantu dan memberikan dukungan kepada peneliti.


(15)

xii

Penulis menyadari bahwa karya ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, peneliti berharap saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak untuk perbaikan menuju kesempurnaan karya ini. Semoga karya ini bermanfaat bagi dunia pendidikan.


(16)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ...v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSTUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ...x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ...xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang Penelitian ...1

B. Batasan Masalah ...7

C. Rumusan Masalah ...7

D. Tujuan Penelitian...8

E. Manfaat Penelitian ...8

F. Definisi Operasional ...10

BAB II LANDASAN TEORI ...11

A.Kajian Teori...11

1.Keaktifan ...11

2.Prestasi Belajar ...15

3.IPA ...17

4.Pembelajaran Kooperatif ...29

5.Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ...33

6.Penelitian Lain yang Relevan...39

7.Kerangka Berpikir ...42

8.Hipotesis Tindakan...44

BAB III METODE PENELITIAN...45

A.Jenis Penelitian ...45

B.Setting Penelitian ...48

C.Rencana Tindakan ...50

D.Teknik Pengumpulan Data ...64

E.Instrumen Penelitian ...67

F.Validitas dan Reliabilitas Instrumen ...72

1.Validitas ...73

2.Reliabilitas ...89

G.Teknik Analisis Data ...91


(17)

xiv

2.Analisis Prestasi Belajar ...94

H.Kriteria Keberhasilan ...94

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...96

A.Proses Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ...96

B.Hasil Penelitian ...97

1.Data Keaktifan Kondisi Awal ...98

2.Data Keaktifan Siklus I ...107

3.Data Keaktifan Siklus II ...117

4.Data Prestasi Belajar Kondisi Awal ...120

5.Data Prestasi Belajar Siklus I ...121

6.Data Prestasi Belajar Siklus II...123

C.Pembahasan ...126

1.Upaya Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ...126

2.Peningkatan Keaktifan ...136

3.Peningkatan Prestasi Belajar ...138

BAB V PENUTUP ...143

A.Kesimpulan ...143

B.Keterbatasan Penelitian ...144

C.Saran ...144

DAFTAR REFERENSI ...145


(18)

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian...50

Tabel 3.2 Kisi-kisi Lembar Observasi Keaktifan ...67

Tabel 3.3 Lembar Observasi Keaktifan ...68

Tabel 3.4 Lembar Kuesioner Keaktifan ...69

Tabel 3.5 Kisi-kisi Pedoman Wawancara ...70

Tabel 3.6 Lembar Pedoman Wawancara ...71

Tabel 3.7 Kisi-kisi Soal Siklus I ...72

Tabel 3.8 Kisi-kisi Soal Siklus II ...72

Tabel 3.9 Hasil Perhitungan Validasi Silabus ...75

Tabel 3.10 Hasil Perhitungan Validasi RPP Siklus I ...76

Tabel 3.11 Hasil Perhitungan Validasi RPP Siklus II ...78

Tabel 3.12 Hasil Perhitungan Validasi Soal Siklus I ...80

Tabel 3.13 Hasil Perhitungan Validasi Soal Siklus II ...81

Tabel 3.14 Hasil Uji Validitas Soal Siklus I ...84

Tabel 3.15 Hasil Uji Validitas Soal Siklus II ...86

Tabel 3.16 Klasifikasi Indeks Kesukaran...87

Tabel 3.17 Hasil Perhitungan Indeks Kesukaran Soal Siklus I ...88

Tabel 3.18 Hasil Perhitungan Indeks Kesukaran Soal Siklus II ...89

Tabel 3.19 Tingkat Reliabilitas Nilai ...90

Tabel 3.20 Hasil Reliabilitas Soal Siklus I...90

Tabel 3.21 Hasil Reliabilitas Soal Siklus II ...91

Tabel 3.22 Kriteria Keaktifan (Masidjo) ...93

Tabel 3.23 Kriteria Keaktifan ...93

Tabel 3.24 Kriteria Keberhasilan ...95

Tabel 4.1 Hasil Keaktifan Belajar Siswa Kondisi Awal ...98

Tabel 4.2 Hasil Keaktifan Belajar Siswa Siklus I ...107

Tabel 4.3 Hasil Keaktifan Belajar Siswa Siklus II ...117

Tabel 4.4 Hasil Prestasi Belajar Siswa Kondisi Awal ...120

Tabel 4.5 Hasil Prestasi Belajar Siswa Siklus I ...121

Tabel 4.6 Hasil Prestasi Belajar Siswa Siklus II ...123

Tabel 4.7 Rekapitulasi Hasil Penelitian ...125

Tabel 4.8 Rekapitulasi Hasil Skor Rata-rata Keaktifan Belajar ...136

Tabel 4.9 Prestasi Belajar Kondisi Awal ...139


(19)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Bagan Penelitian Lain yang Relevan ...41

Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berpikir ...43

Gambar 3.1 Siklus Model Kemmis & Mc.Taggart ...46

Gambar 4.1 Grafik Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa ...118

Gambar 4.2 Grafik Persentase Peningkatan Siswa Lulua KKM ...124

Gambar 4.3 Grafik Peningkatan Nila Rata-rata Kelas ...124

Gambar 4.4 Kegiatan Pembagian Siswa dalam Kelompok ...129

Gambar 4.5 Kegiatan Guru Menjelaskan LKS ...129

Gambar 4.6 Kegiatan Siswa Bekerja dalam Kelompok ...130

Gambar 4.7 Kegiatan Siswa Berdiskusi ...131

Gambar 4.8 Kegiatan Siswa Bekerjasama ...131

Gambar 4.9 Kegiatan Siswa Presentasi ...132

Gambar 4.10 Kegiatan Siswa Mengidentifikasi...133

Gambar 4.11 Kegiatan Siswa dalam Bekerjasama ...133

Gambar 4.12 Kegiatan Siswa Mengamati ...134

Gambar 4.13 Kegiatan Siswa Berdiskusi ...135

Gambar 4.14 Grafik Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa ...137

Gambar 4.15 Grafik Persentase Peningkatan KKM ...141


(20)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

LAMPIRAN 1 Surat Keterangan dan Daftar Siswa ...148

LAMPIRAN 2 Lembar Keaktifaan dan Kuesioner ...152

LAMPIRAN 3 Silabus dan RPP ...157

LAMPIRAN 4 Lembar Kegiatan Siswa dan Soal...238

LAMPIRAN 5 Lembar Validasi ...278

LAMPIRAN 6 Validitas dan Reliabilitas ...306

LAMPIRAN 7 Data Keaktifan Kondisi Awal, Siklus I, Siklus II ...314

LAMPIRAN 8 Data Nilai Kondisi Awal, Siklus I, Siklus II ...335

LAMPIRAN 9 Hasil LKS dan Soal Evaluasi ...339


(21)

1 BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Penelitian

Pendidikan yang baik dapat dilihat dari proses pembelajaran di dalam kelas, yaitu proses belajar mengajar yang mampu membantu siswa untuk mengembangkan potensi keaktifan dan prestasi belajarnya. Seperti yang dikatakan

Wenger (dalam Huda, 2013:2) “Pembelajaran bukanlah aktivitas, tetapi sesuatu yang dilakukan oleh seseorang ketika ia tidak melakukan aktivitas yang lain. Pembelajaran juga bukanlah sesuatu yang berhenti dilakukan oleh seseorang. Lebih dari itu, pembelajaran bisa terjadi dimana saja dan pada level yang

berbeda-beda, secara individual, kolektif, dan sosial.” Secara umum pembelajaran

merupakan rekontruksi dari pengalaman masa lalu yang berpengaruh terhadap perilaku seseorang ataupun kelompok. Pembelajaran juga dipengaruhi oleh pengajaran yang merupakan gaya penyampaian dan perhatian terhadap siswa yang diterapkan di dalam kelas ataupun dalam lingkungan belajar.

Selain itu, pengajaran menjadi efektif jika didukung dengan keaktifan siswa. Pengajaran yang membuat siswa lebih aktif yaitu dengan melibatkan siswa dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat berinteraksi dengan teman-teman lainnya dan dapat bertukar pendapat ataupun pengetahuan yang sedang mereka pelajari bersama. Siswa juga mendapatkan pengetahuan yang bermakna bagi mereka sendiri. Pengetahuan yang mereka peroleh dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga siswa tidak hanya mengetahui tetapi juga


(22)

memahami. Pembelajaran berpengaruh pada prestasi belajar siswa. Prestasi merupakan hasil yang dicapai dari setiap siswa selama pembelajaran. Seperti yang dikatakan Winkel (1996:226) prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Prestasi dapat menunjukkan bahwa siswa telah mencapai target atau belum. Selain pembelajaran, prestasi belajar juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu materi ajar yang sulit, kondisi siswa yang kurang mampu, lingkungan sekolah yang kurang kondusif, dan cara guru dalam menyampaikan materi atau metode pembelajaran yang digunakannya.

IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) termasuk salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari di sekolah. IPA merupakan konsep pembelajaran alam yang mempunyai hubungan terkait dengan kehidupan manusia. Adapun menurut Wanaha (dalam Trianto, 2010) IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Dengan pembelajaran IPA ini diharapkan bisa menjadi wahana bagi siswa untuk dapat memahami tentang alam sekitar dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, pembelajaran IPA di SD juga membuka kesempatan untuk memupuk rasa ingin tahu siswa secara ilmiah. Hal ini akan membantu siswa mengembangkan kemampuan bertanya dan mencari jawaban berdasarkan bukti serta mengembangkan cara berpikir ilmiah. Proses pembelajaran IPA tidak hanya menjelaskan tentang benda atau makhluk hidup, tetapi juga memerlukan cara kerja dan cara berpikir dengan tujuan agar siswa dapat menganalisis, mencermati secara lengkap dan dapat menghubungkannya dengan fenomena-fenomena lain. Pembelajaran IPA di sekolah seharusnya


(23)

dituntut untuk siswa supaya aktif mencari informasi, mengemukakan pendapat sesuai yang dipahami, dan dapat berinteraksi dengan sesama siswa atau guru dengan siswa.

Seperti yang dikatakan oleh Samatowa (2010:5) pendekatan belajar mengajar yang paling cocok dan paling efektif adalah pendekatan yang mencakup kesesuaian antara situasi belajar anak dengan situasi kehidupan nyata di masyarakat dan model pembelajaran yang cocok untuk anak adalah melalui pengalaman langsung (Learning by doing). Namun dalam kenyataannya, saat pembelajaran IPA berlangsung di sekolah aktivitas siswa yang ditunjukkan kurang aktif dan cenderung malas dalam belajar. Hal ini terlihat pada saat peneliti melakukan observasi di kelas VC SD Negeri Ungaran 1 pada tanggal 6 Oktober 2015 bahwa sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran IPA kurang memperhatikan penjelasan materi dari guru, siswa sibuk berbincang-bincang dengan teman sebangkunya. Kemudian selama pembelajaran belum terjadi kerjasama antar siswa dalam kelompok, hanya beberapa siswa yang berani mengungkapkan pendapatnya dan hanya beberapa siswa yang mengajukan pertanyaan. Berdasarkan sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran dapat disimpulkan bahwa keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran IPA kurang aktif. Hal ini juga terlihat dari perolehan data skor rata-rata keaktifan belajar siswa pada kondisi awal yaitu 47 yang termasuk dalam kategori rendah.

Peneliti juga memperoleh data nilai yang menunjukkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA tahun ajaran 2013/2014 rendah, karena masih banyak siswa yang mendapat nilai di bawah KKM. KKM pada mata pelajaran IPA di SD


(24)

Negeri Ungaran 1 yaitu 75. Untuk nilai ulangan IPA menunjukkan bahwa dari jumlah 30 siswa masih ada 14 siswa atau 47% siswa yang mendapat nilai di bawah KKM. Selanjutnya, nilai UTS semester I pada tahun 2013/2014 dengan KKM 75 menunjukkan bahwa dari 30 siswa masih ada 10 siswa atau sebesar 37% masih ada siswa yang mendapat nilai di bawah KKM.

Selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan guru kelas VC SD N Ungaran 1 pada saat jam istirahat. Peneliti menanyakan bagaimana aktivitas siswa saat pembelajaran berlangsung, bagaimana cara guru menyampaikan materi pembelajaran, dan metode apakah yang sering digunakan dalam pembelajaran. Dari hasil wawancara kepada guru kelas VC yaitu secara garis besar siswa-siswa kelas VC masih kurang aktif dalam pembelajaran IPA, tidak hanya pelajaran IPA saja tetapi pelajaran-pelajaran yang mereka anggap sulit mereka kurang aktif dan tidak semangat, hanya beberapa siswa yang aktif bertanya. Hal ini terlihat saat guru menerangkan siswa tidak memperhatikan dan asik dengan kesibukkannya atau bahkan berbincang-bincang dengan teman sebangkunya. Untuk metode pembelajaran, guru masih dominan menggunakan metode teacher center, hanya tempat duduk siswa saja yang berubah setiap hari Senin. Saat pembelajaran guru juga jarang mengelompokkan siswa ke dalam kerja kelompok, jadi interaksi antar siswa untuk berdiskusi masih kurang. Penjelasan tentang proses pembelajaran IPA dan hasil tanya jawab di atas mengindikasi bahwa proses pembelajaran IPA belum mencapai tujuan yang ditetapkan. Keaktifan siswa dalam pembelajaran masih rendah yang berakibat tidak semua siswa memahami materi dengan baik, sehingga dapat berpengaruh pada prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari nilai-nilai


(25)

prestasi belajar siswa dan jumlah siswa yang lulus Kriteria Kelulusan Minimal (KKM) pada mata pelajaran IPA masih terdapat siswa yang belum mencapai KKM.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan pada tanggal 6 Oktober 2015, menunjukkan bahwa proses pembelajaran IPA belum mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan yaitu siswa terlihat aktif dalam pembelajaran IPA dan nilai yang mencapai KKM. Selain itu, kurangnya keaktifan dalam mengikuti pembelajaran terlihat saat guru mengajukan pertanyaan hanya beberapa siswa yang berani mengungkapkan pendapatnya. Keaktifan siswa saat pembelajaran sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa nantinya.

Untuk mencapai suatu pembelajaran yang efektif dan menimbulkan keaktifan siswa, guru dapat menerapkan beberapa model pembelajaran di dalam kelas ataupun lingkungan belajar. Salah satu model pembelajaran yang sering digunakan yaitu model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif adalah salah satu model pembelajaran yang mengajarkan kepada siswa untuk saling bekerjasama dengan temannya dan saling menghargai pendapat orang lain. Menurut Slavin (dalam Isjoni, 2013:15) mengatakan “Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan

struktur kelompok heterogen”. Banyak tipe model pembelajaraan kooperatif yang

dapat diterapkan dalam proses pembelajaran. Salah satu tipe pembelajaran kooperatif yaitu Student Team Achievement Divisions (STAD).


(26)

Menurut Slavin (2008) model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang mengacu pada kelompok belajar siswa secara heterogen. Student Team Achievement Divisions (STAD) adalah suatu strategi atau tipe pembelajaran yang didalamnya terdapat beberapa kelompok kecil siswa dengan level kemampuan akademik yang berbeda-beda, kemudian ras dan gender yang berbeda untuk saling bekerjasama menyelesaikan tujuan pembelajarannya (Huda, 2013:201). Ciri-ciri pembelajaran tipe STAD yaitu kelas terbagi dalam kelompok-kelompok kecil, setiap kelompok-kelompok terdiri dari 4-5 anggota secara heterogen dan prosedur kuis. Pengadaan kuis diakumulatif menjadi nilai kelompok, namun anggota dari kelompok tersebut tidak boleh membantu temannya dalam pengerjaan kuis. Terakhir dengan memberikan penghargaan tim. Dengan adanya penghargaan tim, akan mendorong kualitas masing-masing siswa supaya lebih maju dan mendapatkan nilai yang baik dan juga mengalami kemajuan menjadi pemenang. Pemilihan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) diharapkan dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA.

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, maka peneliti melakukan penelitan tindakan kelas (PTK) dengan judul ”Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri Ungaran I Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD”. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement


(27)

Divisoin (STAD) dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas VC SD Negeri Ungaran 1.

1.2 Batasan Masalah

Peneliti berfokus pada meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA dengan melalui model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) siswa kelas VC SD Negeri Ungaran 1 pada Tema 3 Subtema 1 dengan Kompetensi Dasar 3.4 mengenal rangkaian listrik sederhana dan sifat magnet serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dengan materi energi dan penggunaannya.

1.3Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti merumusan masalah sebagai berikut:

1.3.1 Bagaimana upaya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas VC SD Negeri Ungaran 1 melalui penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD?

1.3.2 Apakah penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan keaktifan belajar IPA siswa kelas VC SD Negeri Ungaran 1 dari skor 47 (rendah) menjadi 85 (tinggi)?

1.3.3 Apakah penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar IPA siswa kelas VC SD Negeri Ungaran


(28)

1 dari nilai rata-rata 76 menjadi 85 dan dari persentase ketuntasan belajar 60% menjadi 75%?

1.4Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.4.1 Untuk mendeskripsikan upaya penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas VC SD Negeri Ungaran 1.

1.4.2 Untuk meningkatkan keaktifan belajar IPA siswa kelas VC SD Negeri Ungaran 1 melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dari skor 47 (rendah) menjadi 85 (tinggi).

1.4.3 Untuk meningkatkan prestasi belajar IPA siswa kelas VC SD Negeri Ungaran 1 melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dari nilai rata-rata 76 menjadi 85 dan dari persentase ketuntasan belajar 60% menjadi 75%.

1.5Manfaat Hasil Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian yang dilaksanakan di kelas VC SD Negeri Ungaran 1 adalah sebagai berikut :

1.5.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dikembangkan untuk meningkatkan pemahaman tentang proses belajar mengajar yang dapat


(29)

meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa. Hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai referensi oleh pendidik atau guru tentang pentingnya macam-macam tipe pembelajaran yang dapat diterapkan di dalam kelas.

1.5.2 Manfaat Praktis Bagi Siswa :

Siswa mendapatkan pengalaman baru dalam belajar yaitu berdiskusi, saling tukar pikiran, dan saling bekerjasama memahami materi untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Bagi Guru :

Penelitian ini untuk guru dapat sebagai tambahan variasi dalam pembelajaran dan dapat mengetahui cara-cara belajar yang menarik dan menyenangkan bagi siswa.

Bagi Sekolah :

Manfaat untuk sekolah dapat menambahkan referensi atau bahan pertimbangan untuk menyusun program pengajaran sekolah dalam usaha meningkatkan prestasi belajar siswa.

Bagi Peneliti :

Peneliti dapat mengetahui pengaruh tipe STAD dalam pengajaran dan pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga dapat menjadi bekal peneliti sebelum terjun langsung ke dalam dunia pendidikan.


(30)

1.6Definisi Operasional

1.6.1Keaktifan belajar adalah kegiatan siswa dalam belajar baik mendengar, melihat, meraba, berfikir dengan akal, mengingat dan lain-lain yang dapat menunjang keberhasilan belajar siswa. Keaktifan dalam hal ini meliputi, aktif bertanya, aktif mencatat hal penting, aktif mencari sumber belajar, aktif mengerjakan evaluasi, dan aktif dalam kerja kelompok.

1.6.2Prestasi belajar adalah hasil usaha belajar atau kemampuan yang dicapai individu dari suatu kegiatan pembelajaran sesuai dengan standar kecapaian yang telah ditetetapkan.

1.6.3Model pembelajaran kooperatif adalah salah satu model pembelajaran yang melibatkan kelompok di dalamnya untuk mencapai tujuan pembelajaran bersama-sama.

1.6.4Student Team Achievement Division (STAD) merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang di dalamnya terdapat beberapa kelompok kecil dengan gender, kemampuan dan ras yang berbeda utuk saling bekerjasama menyelesaikan tujuan pembelajaran.

1.6.5Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah salah satu ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang alam dan faktor-faktor yang mempengaruhi alam termasuk makhluk hidup yang ada di alam ini.

1.6.6Kompetensi Dasar 3.4 mata pelajaran IPA mengenal rangkaian listrik sederhana dan sifat magnet serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dengan materi energi dan penggunaannya.


(31)

11 BAB II

LANDASAN TEORI

2.1Kajian Teori

Dalam kajian teori ini akan dibahas mengenai keaktifan belajar, prestasi belajar, hakikat IPA, pembelajaran kooperatif dan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

2.1.1 Keaktifan Belajar

Dalam keaktifan belajar akan dijelaskan mengenai pengertian keaktifan belajar, indikator keaktifan dan faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan belajar.

2.1.1.1Pengertian Keaktifan Belajar

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “aktif” diartikan sebagai giat.

Dengan ini, dapat diartikan bahwa “keaktifan” adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan giat dan sugguh-sungguh oleh seseorang untuk menghasilkan perubahan perilaku. Annurahman (2009:119) menyatakan keaktifan siswa dalam belajar merupakan persoalan penting dan mendasar yang harus dipahami dan dikembangkan setiap guru dalam proses pembelajaran. Berdasarkan pendapat ahli dan penjelasan di atas dapat disimpulkan keaktifan belajar adalah kegiatan belajar yang sangat penting dipahami dan dikembangkan, sehingga siswa dapat belajar dengan cepat, menyenangkan dan penuh semangat untuk menunjang keberhasilan


(32)

belajar siswa. Keaktifan juga berpengaruh pada aktivitas siswa yaitu keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, kesibukan, atau kegiatan siswa dalam proses belajar mengajar.

Ketika siswa hanya mendengar penjelasan dari guru, maka siswa cepat lupa dengan informasi yang didengarnya. Karena jika siswa belajar hanya mengandalkan indera pendengarannya saja, maka itu sangat lemah pada ingatan siswa dan prestasi belajar juga kurang maksimal. Untuk memaksimalkan prestasi belajar siswa, seharusnya siswa memahami materi yang dipelajari dengan aktif melibatkan semua indera yang dimiliki dalam proses pembelajaran. Keaktifan itu dapat berupa mengerjakan tugas, berdiskusi, mengumpulkan data, dan lain-lain. Bentuk keaktifan siswa dalam belajar salah satunya pemusatan terhadap materi yang dijelaskan oleh guru dan penerapan-penerapan dalam menyelesaikan masalah, sehingga keaktifan belajar menjadi sangat dominan karena siswa banyak melakukan aktivitas. Seorang guru hendaknya menciptakan keaktifan agar pembelajaran menjadi lebih bermakna. Dengan cara, guru memfasilitasi siswa agar dapat aktif berproses dalam membangun pengetahuannya sendiri.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keaktifan yang diharapkan dalam penelitian ini yaitu siswa memperhatikan dan mendengarkan penjelasan materi yang diberikan oleh guru. Kemudian siswa mampu bekerjasama dalam kelompok, siswa berani mengajukan pertanyaan dan mengeluarkan pendapat. Selain itu, siswa mampu mencari informasi dari berbagai sumber belajar, menerapkan langkah-langkah/instruksi dari guru, melatih diri mengerjakan soal dan berani mengkomunikasikan hasil diskusi kelompoknya.


(33)

2.1.1.2Indikator Keaktifan Belajar

Menurut Yamin (2007:77) keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dapat merangsang dan mengembangkan bakat yang dimilikinya, berpikir kritis, dan dapat memecahkan permasalahan-permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Mc. Keachie (dalam Yamin, 2007:77) mengemukakan 7 aspek terjadinya keaktifan siswa yaitu: (1) partisipasi siswa dalam menetapkan tujuan kegiatan pembelajaran, (2) tekanan pada aspek apektif dalam belajar, (3) partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran, terutama yang berbentuk interaksi antar siswa, (4) penerimaan (acceptance) guru terhadap perbuatan atau kondisi siswa yang kurang relevan atau bahkan sama sekali salah, (5) kekompakkan kelas sebagai kelompok belajar, (6) kebebasan belajar yang diberikan kepada siswa, dan kesempatan untuk berbuat serta mengambil keputusan penting dalam proses pembelajaran, (7) pemberian waktu untuk menanggulangi masalah pribadi siswa, baik berhubungan maupun tidak berhubungan dengan pembelajaran.

Menurut Sudjana (2009:61) keaktifan siswa dalam pembelajaran dapat dilihat sebagai berikut: (1) siswa turut serta dalam melaksanakan tugas dalam proses belajar, (2) siswa terlibat dalam pemecahan masalah dalam kegiatan belajar, (3) siswa bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya, (4) siswa berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan persoalan yang sedang dihadapinya, (5) siswa melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru, (6) siswa melatih diri dalam memecahkan masalah atau soal dalam kegiatan belajarnya, (7)


(34)

siswa menerapkan apa yang telah diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.

Berdasarkan pendapat dari para ahli tersebut peneliti merumuskan indikator keaktifan yang akan digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut: (1) mencatat, memperhatikan, mendengarkan penjelasan materi atau instruksi dari guru, (2) bekerjasama dalam kelompok, (3) bertanya kepada guru atau teman apabila belum memahami materi, (4) mencari informasi dari berbagai sumber belajar untuk memecahkan persoalan, (5) menerapkan langkah-langkah cara kerja atau instruksi dari guru, (6) melatih diri memecahkan soal atau mengerjakan soal di LKS/Lembar evaluasi, (7) mampu mengkomunikasikan hasil diskusi kelompok. 2.1.1.3Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keaktifan Belajar

Dalam aktivitas belajar tujuan utamanya yaitu untuk meningkatkan prestasi atau hasil belajar. Artinya jika keaktifan siswa dalam melakukan aktifitas belajar meningkat maka hasil belajar siswa juga akan meningkat. Hamalik (2012:21) mengatakan keaktifan belajar data dipengeruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

1)Faktor Internal (dari dalam diri siswa) adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri yang meliputi kemampuan, motivasi, minat dan perhatian, sikap kebiasaan siswa, ketekunan, sosial ekonomi dan sebagainya.

2)Faktor Eksternal (faktor dari luar) adalah faktor yang berasal dari luar yang mencakup:


(35)

a) Sekolah

Lingkungan sekolah mempengaruhi keaktifan belajar seperti kompetensi guru dalam mengajar, karakteristik kelas, karakteristik sekolah dan teman dalam kelas.

b) Masyarakat

Lingkungan belajar yang mempengaruhi selanjutnya masyarakat yang berupa keluarga, teman sebaya, serta bentuk kehidupan masyarakat sekitar. c) Kurikulum

Merupakan suatu program yang disusun secara terinci yang menggambarkan kegiatan siswa di sekolah dengan bimbingan guru. Hal ini dapat mempengaruhi karena penyusunan kurikulum harus disesuaikan dengan perkembangan zaman dan teknologi serta lingkungan kondisi siswa.

2.1.2 Prestasi Belajar

Di dalam prestasi belajar akan dijelaskan mengenai pengertian belajar, pengertian prestasi belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar.

2.1.2.1Pengertian Belajar

Menurut James O. Whittaker (dalam Djamarah, 2011:12) belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Sejalan dengan pendapat Slameto (dalam Djamarah, 2011:13) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil


(36)

pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Prayitno (2009:12) belajar merupakan proses perubahan tingkah laku individu yang diperoleh melalui pengalaman, melalui proses stimulus-respon, melalui pembiasan, melalui peniruan, melalui pemahaman dan penghayatan. Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli tentang pengertian belajar yang dikemukakan di atas dapat dipahami bahwa belajar adalah suatu kegiatan atau usaha yang dilakukan untuk memperoleh perubahan tingkah laku dalam dirinya sebagai hasil belajar atau interaksi dengan lingkungannya.

2.1.2.2Pengertian Prestasi Belajar

Menurut Winkel (1996:226) prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Arifin (2009:12) mendefinisikan prestasi belajar berbeda dengan hasil belajar. Prestasi belajar berkenaan dengan aspek pengetahuan, sedangkan hasil belajar meliputi aspek pembentukan watak siswa. Berdasarkan pengertian-pengertian para ahli di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi belajar mencakup pada aspek kognitif, yang berkenaan dengan hasil belajar intelektual, mencakup aspek pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.

2.1.2.3Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Prestasi belajar merupakan ukuran keberhasilan yang diperoleh siswa selama proses belajarnya. Keberhasilan itu ditentukan oleh berbagai faktor yang saling berkaitan. Menurut Mahmud (1989:84-87), mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa mencakup faktor-faktor internal dan faktor eksternal sebagai berikut:


(37)

1) Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari diri siswa sendiri. Faktor ini meliputi motivasi dan keyakinan, memperhatikan pada penjelasan materi, penerimaan materi saat pembelajaran, kemampuan menerapkan materi yang sudah dipelajari. Selain itu, faktor internal juga meliputi rasa takut gagal. Rasa takut gagal yang berupa kecemasan siswa saat akan menempuh ujian dan takut merasa tidak berhasil dalam menempuh ujian. 2) Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar. Hal ini dapat berupa sarana prasarana, situasi lingkungan baik itu lingkungan keluarga, sekolah maupun lingkungan masyarakat. Faktor ini meliputi kualitas guru dalam mengajar di kelas dan cara memberikan materi pembelajaran, fasilitas media pembelajaran, suasana kelas, kondisi atau lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakatnya.

2.1.3 Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Dalam Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) ini akan dijelaskan mengenai pengertian IPA, tujuan IPA, prinsip pembelajaran IPA di SD, dan materi pembelajaran IPA pada Kompetensi Dasar 3.4 dengan materi energi dan penggunaannya.

2.1.3.1Pengertian IPA

IPA merupakan kumpulan pengetahuan yang diperoleh melalui pengamatan, eksperimen, analisis dan berfikir secara ilmiah. Selain itu juga


(38)

mengembangkan sikap ilmiah yang objektif dan jujur. Trianto (2010:136) menyatakan bahwa IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala alam, melalui metode ilmiah dan menuntut sikap ilmiah. Jadi pada hakikatnya IPA terdiri dari tiga komponen, yaitu proses ilmiah, sikap ilmiah, dan produk ilmiah. Proses ilmiah yang dimaksud yaitu misalnya melalui pengamatan, eksperimen. Sedangkan untuk sikap ilmiah yang dimaksud yaitu dengan objektif melakukan pengamatan dan jujur dalam mengumpulkan data-data. Dengan adanya proses ilmiah dan penerapan sikap ilmiah yang baik, maka akan memperoleh penemuan-penemuan saat bereksperimen yang berupa produk ilmiah yang dapat berupa fakta, konsep, prinsip, atau teori.

Sedangkan menurut beberapa ahli mengenai pengertian IPA, yaitu menurut Fowler (dalam Trianto, 2010) bahwa IPA adalah “Ilmu yang sistematis dan dirumuskan, ilmu ini berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan terutama didasarkan atas pengamatan dan dedukasi”. Kemudian menurut Nash (dalam Samatowa, 2010) IPA adalah “Suatu cara atau metode untuk mengamati alam yang yang bersifat analisis, lengkap, cermat serta menghubungkan antara fenomena lain sehingga keseluruhannya membentuk suatu prespektif yang baru

tentang objek yang diamati”.

Dari ketiga pendapat para ahli tersebut dapat diartikan bahwa IPA adalah sebuah teori yang didapat dengan menggunakan metode tertentu untuk memperoleh suatu konsep berdasarkan hasil kenyataan seperti observasi,


(39)

pengamatan, analis dan eksperimen tentang gejala-gejala alam dan memecahkan rasa ingin tahu tentang alam serta perannya dalam kehidupan manusia.

2.1.3.2Tujuan IPA

IPA memiliki tujuan utama untuk mengembangkan pemikiran ilmiah siswa saat pembelajaran IPA dan memiliki sikap yang positif. Menurut Maslichah (2006:23) tujuan pembelajaran IPA di SD yaitu “Untuk menumbuhkan rasa ingin tahu dan sikap positif terhadap sains, teknologi dan masyarakat, mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan, mengembangkan gejala alam, sehingga siswa dapat berfikir

kritis dan objektif”.

Mulyasa (2010:111) tujuan pendidikan IPA di Sekolah Dasar berdasarkan kurikulum Kurikulum Tingkat Satuan Pendidika (KTSP) adalah agar peserta didik mampu memiliki kemampuan sebagai berikut :

1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya. 2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat.

4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.


(40)

5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA di SD dapat melatih dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan proses dan dapat melatih siswa untuk berpikir dan bertindak rasional dan kritis. Selain itu, pembelajaran IPA juga mengajarkan siswa untuk dapat mengenal dan menghargai alam sebagai ciptaan Tuhan dan meningkatkan kesadaran peserta didik untuk memiliki sikap positif.

2.1.3.3Prinsip Pembelajaran IPA di SD

Pembelajaran di Sekolah Dasar akan menjadi sangat efektif jika semua siswa terlibat aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Keterlibatan siswa tidak hanya dalam pembelajaran IPA saja tetapi juga pembelajaran pada mata pelajaran yang lain. Oleh karena itu, guru sebaiknya perlu memperhatikan beberapa prinsip pembelajaran dan menerapkannya. Ada beberapa prinsip-prinsip pembelajaran di SD menurut Depdiknas (dalam Maslichah, 2006:44) adalah prinsip motivasi, prinsip latar, prinsip menemukan, prinsip belajar melakukan, prinsip belajar sambil bermain, dan prinsip hubungan sosial, yang diuraikan sebagai berikut :


(41)

1) Prinsip motivasi, yaitu sebuah gaya dorongan. Dalam hal ini, guru harus berperan sebagai motivator untuk menumbuhkan rasa ingin tahu siswa terhadap pembelajaran.

2) Prinsip latar, dalam prinsip ini diharapkan guru dapat menggali pengetahuan, keterampilan dan pengalaman yang sudah dimiliki oleh siswa.

3) Prinsip menemukan, mengolah rasa ingin tahu siswa sehingga akan mendapatkan sesuatu.

4) Prinsip belajar sambil melakukan, dalam hal ini guru harus memaksimalkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran.

5) Prinsip belajar sambil bermain, bermain merupakan kegiatan yang disukai oleh siswa, karena bermain itu sangat menyenangkan. Dengan prinsip ini guru harus menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.

6) Prinsip hubungan sosial, kegiatan belajar akan lebih berhasil jika dikerjakan secara kelompok. Dengan kegiatan berkelompok siswa dapat saling berkerjasama dengan orang lain.

Dari beberapa prinsip-prinsip pembelajaran di atas, jika diterapkan maka pembelajaran akan menjadi sangat baik dan menyenangkan sehingga dapat dipahami oleh siswa. Hal ini juga berpengaruh pada keaktifan siswa, dengan kegiatan kelompok dan saling kerjasama maka siswa akan lebih aktif dalam pembelajaran. Pemahaman siswa yang baik, maka akan memberikan hasil yang baik pada hasil belajar siswa.


(42)

2.1.3.4Materi Pembelajaran IPA Energi Listrik dan Penggunaannya a) Arus Listrik

Arus listrik adalah aliran muatan listrik pada rangkaian tertutup yang mengalir dari tempat yang berpotensial tinggi ke tempat yang berpotensial rendah. Tempat yang berpotensial tinggi disebut kutub positif dan tempat berpotensial rendah disebut kutub negatif.

Perbedaan potensial antara kutub negatif dan kutub positif disebut tegangan listrik atau potensial listrik. Satuan tegangan listrik adalah volt yang diukur menggunakan alat voltmeter. Alat pengukur yang merupakan penggabungan dari amperemeter, voltmeter, dan ohmmeter disebut avometer atau multimeter. Perhatikan satuan listrik lain di bawah ini!

Ada berbagai sumber energi listrik di sekitar kita. Misalnya, sinar matahari, air, angin, uap, baterai, dan aki.

b) Baterai

1. Pada ujung batu baterai terdapat kutub positif (+) dan terdapat kutub negatif (–). Apabila kedua kutub tersebut dihubungkan maka akan menghasilkan energi listrik. Jika bungkus luar pada baterai dibuka, akan terlihat lapisan seng. Lapisan seng ini berfungsi sebagai kutub negatif. Benda yang berperan sebagai kutub positif adalah batang arang. Batang arang terdapat di bagian tengah baterai.


(43)

2. Batu baterai memiliki besar tegangan listrik yang berbeda-beda. Besar tegangan listrik biasanya terdapat pada bungkus baterai. Misalnya, pada bungkus baterai tertulis 1 V. Artinya, baterai tersebut mempunyai tegangan listrik sebesar 1 volt. Batu baterai biasanya digunakan pada jam dinding, mainan anak-anak, dan radio.

c) Accumulator/Aki

Aki biasanya digunakan pada mobil dan sepeda motor. Di dalam aki terdapat cairan kimia, yaitu larutan asam sulfat encer. Zat kimia dapat diubah menjadi energi listrik. Kutub positif (+) dan kutub negatif (–) dihubungkan dengan alatalat listrik. Misalkan lampu, radio, dan kendaraan bermotor. Seperti halnya baterai, sumber energi listrik aki juga dapat habis. Akan tetapi, kita tidak perlu membeli aki yang baru. Aki cukup disetrum untuk memperoleh energi listrik.

d) Generator

Angin, air, matahari, dan panas bumi dapat digunakan sebagai pembangkit tenaga listrik. Diesel uap dan nuklir juga dapat digunakan sebagai pembangkit tenaga listrik. Angin digunakan untuk menggerakkan kincir angin. Selanjutnya, angin akan memutar turbin yang dihubungkan dengan generator. Generator akan ikut berputar dan menghasilkan energi listrik. Energi gerak angin dapat diubah menjadi energi listrik menggunakan generator tersebut.


(44)

e) Sel Surya

Matahari merupakan sumber energi yang sangat besar. Energi matahari berupa energi panas dan cahaya. Seiring perkembangan teknologi, energi matahari dapat diubah menjadi energi listrik. Alat yang mampu mengubahnya disebut sel surya. Sel surya dapat dipasang di atap rumah. Sel surya akan menangkap energi matahari dan menyimpannya dalam elemen listrik. Selanjutnya, energi tersebut dapat digunakan untuk menyalakan peralatan listrik. Selain itu, sel surya juga digunakan pada kalkulator dan mobil tenaga surya. Stasiun-stasiun luar angkasa juga memanfaatkan energi matahari.

f) Nuklir

Nuklir merupakan sumber energi yang sangat besar. Energi nuklir dihasilkan dari reaksi atom di dalam sebuah reaktor. Nuklir dapat digunakan sebagai bahan pembuat bom atom. Selain itu, nuklir dapat digunakan sebagai pembangkit listrik. Penggunaan nuklir sebagai sumber energi listrik tidak menimbulkan polusi. Hanya saja, kebocoran nuklir perlu diwaspadai. Kebocoran dapat menyebabkan cacat tubuh, bahkan kematian.

g) Rangkaian Listrik

Rangkaian listrik adalah suatu hubungan sumber listrik dengan alat listrik lainnya yang mempunyai fungsi-fungsi tertentu. Contoh alat-alat listrik yang sering digunakan dalam rangkaian listrik sederhana adalah sakelar dan lampu. Berdasarkan susunan hubungan alat-alat listrik maka


(45)

rangkaian listrik tersusun dengan dua cara, yaitu rangkaian seri dan rangkaian paralel.

1) Rangkaian Seri

a. Rangkaian seri adalah rangkaian alat-alat listrik yang disusun berurutan tanpa cabang. Perhatikan gambar rangkaian seri di samping!

b. Berdasarkan contoh rangkaian seri disamping maka ciri-ciri rangkaian seri adalah sebagai berikut :

- Arus listrik mengalir tanpa melalui cabang. Arus listrik yang mengalir melalui lampu 1 melalui lampu 2, demikian pula yang melalui baterai 1 dan baterai 2.

- Jika salah satu alat listrik dilepas atau rusak maka arus listrik akan putus.

2) Rangkaian Paralel

Rangkaian paralel adalah rangkaian alat-alat listrik yang dihubungkan secara berjajar dengan satu atau beberapa cabang. Alat listrik yang dapat dirangkai secara paralel adalah lampu dan baterainya. Perhatikan gambar rangkaian paralel di bawah ini! a) Lampu disusun secara paralel


(46)

b) Baterai disusun secara paralel

Berdasarkan contoh di atas maka ciri-ciri rangkaian paralel sebagai berikut :

- Arus mengalir melalui satu cabang atau lebih. Arus listrik yang melalui lampu 1 atau baterai 1 tidak melalui lampu 2 atau baterai 2.

- Jika salah satu alat listrik dilepas atau rusak arus listrtik akan tetap mengalir melalui cabang yang lain.

- Rangkaian listrik di rumah kita dipasang secara paralel, sehingga jika salah satu lampu dipadamkan lampu yang lainnya tetap menyala.

h) Konduktor dan Isolator

Pada rangkaian tertutup bola lampu dapat menyala jika dihubungkan dengan kutub-kutub sumber listrik oleh kawat/benda penghantar listrik yang baik. Benda-benda yang dapat menghantarkan arus listrik dengan baik disebut konduktor, umumnya terbuat dari logam seperti tembaga, besi, alumunium, seng dan sebagainya. Sedangkan benda-benda penghantar arus listrik yang buruk disebut isolator, umumnya terbuat dari bahan bukan logam seperti plastik, kayu, udara, kertas, air dan sebagainya.


(47)

i) Manfaat Energi Listrik

Pada era modern ini, energi listrik merupakan bentuk energi yang paling banyak dimanfaatkan daripada bentuk-bentuk energi lainnya. Hal ini disebabkan dua alasan yaitu:

a. Energi listrik mudah diangkut

Energi listrik yang digunakkan di rumah kita berasal dari PLTA, PLTD, atau PLTU. Dari pembangkit listrik, energi diangkut oleh konduktor menempuh jarak berpuluh-puluh, beratus-ratus, bahkan beribu-ribu kilometer hingga mencapai rumah kita. Pengangkutan dengan cara ini mudah, cepat, dan terus-menerus tanpa putus. b. Energi listrik mudah dimanfaatkan

Memanfaatkan energi listrik berarti mengubah energi listrik menjadi bentuk-bentuk energi lainnya. Dengan menggunakan energi listrik, kita banyak mendapatkan kemudahan, misalnya:

a) Energi listrik berubah menjadi energi kalor/panas, contohnya setrika listrik. Setrika listrik lebih mudah dipakai dibandingkan dengan setrika konvensional yang menggunakan arang yang dibakar.

b) Energi listrik berubah menjadi energi cahaya, contohnya bola lampu atau lampu neon. Bandingkan betapa rumitnya jika kita menggunakalampu petromak atau lampu minyak yang menggunakan bahan bakar minyak tanah. Pada lampu petromak terjadi perubahan energi kimia menjadi energi cahaya.


(48)

c) Energi listrik menjadi energi gerak, contohnya kipas angin. Bandingkan jika kita menggunakan kipas, maka tenaga yang dibutuhkan lebih banyak dan terjadi perubahan energi kimia dari makanan menjadi energi gerak.

j) Penghematan Energi

Energi yang kita pakai setiap hari lama-kelamaan akan habis. Energi listrik dan energi minyak bumi merupakan energi yang dapat cepat habis jika dipergunakan terus-menerus. Penggunaan energi listrtik dan energi minyak bumi haruslah dipergunakan sehemat mungkin, dengan cara memakainya seperlunya sesuai dengan keperluan atau mencari alternatif lain sebagai pengganti energi listrik dan energi minyak bumi. Apa yang harus kita lakukan untuk menghemat energi listrik?

Cara untuk menghemat energi listrik di antaranya adalah:

a. Menggunakan listrik seperlunya, misalnya pada saat menghidupkan televisi atau radio, kita tidak membiarkannya tetap hidup sementara kita sudah tidak menonton atau mendengarkan siaran radio.

b. Menggunakan lampu dengan daya yang rendah sesuai dengan kebutuhan.

c. Tidak terlalu sering menghidupkan dan mematikan alat listrik dengan daya tinggi, misalnya setrika.


(49)

2.1.4 Pembelajaran Kooperatif

Di dalam pembelajaran kooperatif dijelaskan mengenai pengertian model pembelajaran kooperatif, macam-macam model pembelajaran kooperatif, unsur-unsur pembelajaran kooperatif dan tujuan pembelajaran kooperatif.

2.1.4.1Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah salah satu model pembelajaran yang mengajarkan kepada siswa untuk saling bekerjasama dengan temannya dan saling menghargai pendapat orang lain. Menurut Slavin (dalam Isjoni, 2013:15)

mengatakan “Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana

siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen”. Sedangkan menurut Sunal dan Hans (dalam Isjoni, 2010) mengemukakan “Pembelajaran kooperatif merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberikan dorongan kepada peserta didik agar bekerjasama selama proses pembelajaran”. Selanjutnya Shoimin (2014)

menyatakan “Cooperative Learning adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengonstruksi konsep dan menyelesaikan persoalan”. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif atau cooperative learning adalah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok dengan beranggotakan 4-6 orang dengan struktur kelompok secara heterogen (kemampuan, gender, karakter) yang bertujuan untuk melatih siswa saling berbagi pengetahuan, pengalaman, tugas dan tanggung jawab.


(50)

2.1.4.2Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Menurut (Slavin,2008:33) tujuan yang paling penting dari pembelajaran kooperatif adalah untuk memberikan para siswa pengetahuan, konsep, kemampuan, dan pemahaman yang mereka butuhkan supaya bisa menjadi anggota yang memberikan konstribusi. Sejalan dengan pendapat (Shoimin, 2014:45) yang menyatakan pembelajaran kooperatif sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang penuh ketergantungan dengan orang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama, pembagian tugas dan rasa senasib. Berdasarkan dua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa secara berkelompok dengan saling bekerjasama, berkolaborasi, dan menerima keragaman pendapat untuk mendapatkan pemahaman, baik yang berguna meningkatkan prestasi belajar siswa secara individu maupun secara kelompok.

2.1.4.3Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif

Menurut Isjoni (2013:16) terdapat tujuh unsur-unsur dalam pembelajaran kooperatif yaitu :

1) Para siswa harus memiliki presepsi bahwa mereka “tenggelam atau

berenang bersama”.

2) Para siswa harus memiliki rasa tanggung jawab terhadap siswa lain dalam kelompoknya, selain itu juga bertanggung jawab terhadap diri sendiri untuk memahami materi.


(51)

4) Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab di antara para anggota kelompok.

5) Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh pada evaluasi kelompok.

6) Para siswa berbagi keterampilan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerjasama selama belajar.

7) Setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Dari beberapa unsur-unsur dalam pembelajaran kooperatif tersebut, terdapat tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik dari pembelajaran kooperatif yaitu pertama penghargaan kelompok, penghargaan diperoleh jika kelompok mencapai skor yang diatas kriteria yang ditentukan dengan didasarkan pada penampilan individu sebagai anggota kelompok dalam menciptakan hubungan antar personal yang saling mendukung, saling membantu dan saling peduli. Kemudian yang kedua pertanggung jawaban individu yaitu pertanggungjawaban yang menitik beratkan pada aktivitas anggota kelompok yang saling membantu dalam belajar. Sedangkan yang ketiga yaitu kesempatan yang sama untuk berhasil dengan metode scoring yang digunakan berkesempatan kepada semua siswa untuk berhasil dan melakukan yang terbaik bagi kelompoknya. Dengan kata lain, pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk meraih keberhasilan dalam belajar, mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan secara penuh dalam suasana belajar yang terbuka dan demonstrasi.


(52)

2.1.4.4Macam-macam Model Pembelajaran Kooperatif

Dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa variasi model yang dapat diterapkan, Isjoni (2013:73) antara lain sebagai berikut:

1)Tipe Student Team Achievement Division (STAD)

Tipe Student Team Achievement Division (STAD) adalah model pembelajaran yang lebih menekankan pada aktivitas dan interaksi siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal.

2)Tipe Jigsaw

Tipe Jigsaw adalah model pembelajaran yang mendorong siswa aktif dan bekerja sama dengan siswa lain saling membantu menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal.

3)Tipe Team Games Tournaments (TGT)

Tipe Team Games Tournaments (TGT) adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam sebuah kelompok untuk memainkan permainan dengan anggota kelompok lain untuk memperoleh skor bagi kelompok mereka masing-masing.

4)Tipe Group Investigation (GI)

Tipe Group Investigation (GI) adalah model pembelajaran kooperatif yang melibatkan kelompok kecil, kemudian siswa belajar dengan metode inkuiri dengan menganalisis, menyimpulkan, membuat kesimpulan dan mempresentasikan hasil belajar mereka di depan kelas.


(53)

5)Tipe Make a Match

Tipe Make a Match adalah model pembelajaran yang diterapkan dengan teknik yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa yang cocok diberi poin.

2.1.5 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD)

Dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini akan dijelaskan mengenai pengertian pembelajaran kooperatif tipe STAD, langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD, komponen pembelajara kooperatif tipe STAD, penghargaan prestasi tim, dan keunggulan pembelajaran kooperatif tipe STAD.

2.1.5.1Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa variasi model yang dapat diterapkan, salah satunya pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division). Menurut Slavin (2008) bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang mengacu pada kelompok belajar siswa secara heterogen. Selain itu, model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini mampu menumbuhkan kerjasama antar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran bersama. Antar anggota kelompok dapat berkompetisi dengan anggota kelompok lainnya untuk saling memperbanyak mendapatkan poin.


(54)

2.1.5.2Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD)

Menurut Shoimin (2014:187) langkah-langkah dalam melaksanakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divison (STAD) adalah sebagai berikut:

1)Penyiapan materi

Guru menyampaikan materi pembelajaran dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut.

2)Tes Kuis

Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individu sehingga akan diperoleh nilai awal kemampuan siswa.

3)Pembagian Kelompok

Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa secara heterogen (keberagaman jenis kelamin, suku, karakteristiknya dan kemampuannya).

4)Kegiatan dalam tim

Siswa belajar dalam kelompok yang telah terbentuk. Guru memberikan tugas kepada kelompok berkaitan dengan materi yang telah diberikan, kemudian mendiskusikannya secara bersama-sama, saling membantu antar anggota tim. Selama tim bekerja, guru melakukan pengamatan, memberikan bimbingan, dorongan dan bantuan bila ada yang mengalami kesulitan. Kerja tim ini merupakan ciri terpenting dari STAD.


(55)

5)Kuis (Evaluasi)

Guru memberikan kuis/tes kepada setiap siswa secara individu dan tidak diperbolehkan dalam kerja kelompok.

6)Penegasan materi

Setelah melakukan kegiatan berdiskusi dan bekerja dalam kelompok, guru memberikan penguatan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari, kemudian memfasilitasi siswa untuk membuat rangkuman. 7)Penghargaan tim

Guru memberikan penghargaan kepada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari nilai awal ke nilai kuis berikutnya.

2.1.5.3Komponen dalam Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD)

Menurut Slavin (2008:143), STAD terdiri atas lima komponen utama, yaitu:

1) Presentasi Kelas (Class Presentation)

Penyampaian materi di lakukan dalam presentasi kelas. Metode yang digunakan dapat menggunakan pembelajaran langsung atau diskusi. Selama presentasi kelas, siswa harus benar-benar memperhatikan karena dapat membantu mereka dalam mengerjakan kuis.

2) TIM/Kerja Kelompok (Team Work)

Tim terdiri dari 4-5 siswa yang heterogen. Heterogen dalam hal ini berbeda dari sukunya, karakternya, jenis kelaminnya dan kemampuan


(56)

berpikirnya. Fungsi utama tim adalah untuk menyiapkan anggotanya untuk dapat mengerjakan kuis dengan baik. Dan hal yang ditekankan dalam tim adalah membuat anggota tim melakukan yang terbaik untuk tim.

3) Kuis (Quizzes)

Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis tentang materi yang dipelajari dan juga melakukan penilaian terhadap presentasi hasil kerja masing-masing kelompok. Siswa diberikan kuis secara individual dan tidak dibolehkan bekerja sama. Ini dilakukan untuk siswa secara individual dapat bertanggungjawab kepada diri sendiri dalam memahami materi.

4) Peningkatan Nilai Individu (Individual Improvement Score)

Peningkatan nilai individu dilakukan untuk memberikan tujuan prestasi yang ingin dicapai jika siswa dapat berusah keras dan hasil prestasi lebih baik dari yang telah dipelajari sebelumnya. Nilai kelompok yang didapatkan ditambah nilai kuis yang didapatkan setiap individu kemudian akan dirata-rata dan akan nilai individu setiap siswa.

5) Perhargaan Kelompok (Team Recognation)

Setelah pelaksanaan kuis guru memeriksa hasil kerja siswa dan diberikan angka dengan rentang 0-100. Selanjutnya pemberian penghargaan atas keberhasilan kelompok dapat dilakukan oleh guru dengan melakukan menghitung skor individu, menghitung skor kelompok, pemberian hadiah dan skor kelompok.


(57)

2.1.5.4Penghargaan Prestasi Tim

Setelah melakukan kuis, menghitung skor peningkatan individual dan skor tim, kemudian memberikan penghargaan untuk tim yang mendapat skor tertinggi: 1) Skor Peningkatan Individual

Perhitungan berdasarkan pada skor awal. Perhitungan perkembangan skor individu ini dimaksudkan agar siswa termotivasi untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimal. Menurut Slavin (dalam Isjoni, 2013:76) perhitungan skor individual berdasarkan pada tabel 2.1 pedoman sebagai berikut:

Tabel 2.1 Poin Berdasarkan Tingkat Kuis

Kemudian perhitungan skor kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan masing-masing perkembangan skor individu dan hasilnya dibagi sesuai dengan jumlah kelompok.

2) Skor Tim

Menurut Rusman (2013:216) skor tim dihitung dengan cara menjumlahkan semua skor perhitungan individu anggota kelompok dan membagi sejumlah anggota kelompok tersebut. Skor perkembangan tim berdasarkan pada perolehan skor rata-rata yang dikategorikan menjadi tiga, yaitu :

1)Kelompok dengan skor rata-rata 15 sebagai kelompok baik 2)Kelompok dengan skor rata-rata 20 sebagai kelompok hebat


(58)

3)Kelompok dengan skor rata-rata 25 sebagai kelompok super 4)Penghargaan Kelompok

Setelah mengetahui skor tim, guru memberikan penghargaan kelompok. Bentuk penghargaan kepada kelompok yang diberikan berupa alat tulis yaitu bolpoin dan pensil. Selain alat tulis, bentuk lain penghargaan juga dapat diberikan misalnya sertifikat, hadiah kecil-kecil atau yang lainnya. 2.1.5.5Keunggulan pembelajaran kooperatif Tipe STAD

Suatu model pembelajaran mempunyai keunggulan dan kelemahan. Demikian pula dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD ini memiliki beberapa kelebihan. Menurut Slavin (dalam Isjoni, 2013:80) keunggulan STAD adalah sebagai berikut :

1)Siswa bekerjasama dalam mencapai tujuan dengan menjungjung tinggi norma-norma kelompok.

2)Siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama. 3)Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan

keberhasilan kelompok.

4)Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan keunggulan dari model STAD adalah dengan menggunakan model ini akan meningkatkan norma sosial yang dimiliki siswa, membantu siswa memecahkan masalah secara bersama, melatih siswa menjadi tutor temannya dan meningkatkan kemampuan siswa untuk berpendapat.


(59)

2.2Penelitian Lain yang Relevan

Penelitian ini berkesinambungan dengan penelitian yang ditulis oleh Mubaizah, Siti Roudlotul Hikamah, Haning Hasbiyati (2013) dengan judul

penelitian “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Sistem Pencernaan Manusia”. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui peningkatan aktifitas dan hasil belajar siswa dalam mempelajari sistem percernaan pada manusia dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Peneliti melakukan penelitian di kelas VIII SMP Al-Mursyidiyah Mayang. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Prosedur yang digunakan adalah model siklus, berdasarkan hasil penelitian, persentase aktifitas belajar siswa pada siklus I sebesar 82% dan siklus II sebesar 93%. Sedangkan hasil ulangan harian siswa pada siklus I yang diperoleh nilai rata-rata 77,36 sedangkan pada siklus II sebesar 86,05. Hal tersebut membuktikan bahwa aktifitas dan hasil belajar siswa dapat meningkat dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Untuk pokok bahasan tertentu, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD digunakan untuk menghindari rasa jenuh dalam kegiatan pembelajaran.

Selain itu juga berkesinambungan dengan penelitian yang ditulis dan dilakukan oleh Nur Ida Lisa Aryani (2012) pada skripsinya dengan judul” Upaya Peningkatan Hasil Belajar Ips Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Team Achievement Division) Kelas IV A MIN Yogyakarta II Tahun

Ajaran 2011/2012”. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas IV A MIN Yogyakarta II. Jenis penelitian ini adalah Penelitian


(60)

Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan secara kolaboratif. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV A MIN Yogyakarta II yang berjumlah 24 siswa. Penelitian tindakan dilaksanakan dalam dua siklus, setiap siklus terdiri dari dua pertemuan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi aktivitas guru dan siswa, wawancara terhadap siswa dan guru, tes tertulis, catatan lapangan, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Dari tes awal sebesar 61,87, menjadi 76,95 pada siklus I, dan 89,71 pada siklus II. Presentase ketuntasan juga meningkat. Pada pra penelitian presentase ketuntasan sebesar 29,16%, siklus I sebesar 65,21% dan siklus II sebesar 91,66%. Dari penelitian ini diperoleh kesimpulan, bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas IV A MIN Yogyakarta II.

Hal ini juga sangat berkesinambungan dengan penelitian yang ditulis dan dilakukan oleh Sun Blandina (2012) pada skripsinya dengan judul” Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar PKn Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

STAD Siswa Kelas IV SDN Minomartani Tahun Pelajaran 2012/2013”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatkan prestasi belajar dan keaktifan siswa kelas IV SDN Minomartani tahun pelajaran 2012/2013. Jenis penelitian yang digunakan yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dengan subjek penelitian 24 siswa kelas IV yang terdiri dari 10 laki-laki dan 1 perempuan. Penelitian ini dilakukan dengan 2 siklus. Pengumpulan data didapatkan dengan teknik tes dan non tes. Instrumen yang digunakan untuk perbandingan yaitu observasi keaktifan siswa dalam pembelajaran, dan dengan soal tes dengan 20 pilihan ganda, 10 soal


(61)

essay untuk keberhasilan belajar siswa. Kriteria minimal yang ditetapkan yaitu 65 batas minimal nilai siswa. Sebelum penelitian dilakukan, data awal yang diperoleh pada tahun pelajaran 2011/2012 13 siswa dari 24 siswa (60% ) mendapat > 60 dan 11 siswa (40%) mendapat < 60. Setelah penelitian selesai, data yang diperoleh pada siklus 1untuk prestasi siswa yaitu 24 siswa dapat mencapai batas KKM dengan persentase (80,75%) dan di siklus kedua terjadi ketercapaian yang sukses dengan persentase (95,56%). Data pada keaktifan siswa saat pembelajaran yatu (84,86%) pada siklus 1 dan meningkat (95,38%) pada silklus 2. Dari penelitian ini diperoleh kesimpulan, bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas IV SDN Minomartani.

Gambar 2.1 Bagan Penelitian Lain yang Relevan Hasbiyati.,dkk (2013). Upaya

meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Islam

Al-Mursyidiyah Mayang melalui Model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada system

pencernaan manusia.

Lisa (2012). Upaya Peningkatan Hasil Belajar Ips Melalui

Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (student team achievement division) Kelas IV A MIN Yogyakarta II Tahun Ajaran 2011/2012

Yang Diteliti:

Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri Ungaran I Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Belinda (2012). Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar Pkn Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Siswa Kelas IV SDN Minomartani Tahun Pelajaran 2012/2013.


(62)

Berdasarkan penelitian-peneitian di atas, ketiga penelitian tersebut menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar. Pada penelitian sebelumnya terfokus pada Mata Pelajaran IPS, Pkn, dan IPA. Untuk yang materi IPA terbatas pada materi pencernaan manusia. Dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD, peneliti akan meneliti tingkat keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas VC SD Negeri Ungaran 1 pada mata pelajarn IPA tentang energi listrik dan penggunaannya.

2.3Kerangka Berpikir

Berpijak pada permasalahan dalam pembelajaran IPA di Sekolah Dasar yaitu kurangnya keaktifan belajar siswa dan prestasi belajar siswa yang kurang maksimal. Padahal keaktifan siswa sangat berpengaruh dengan prestasi belajar siswa yang didapatkan. Pada umumnya dalam proses pembelajaran IPA, siswa hanya mendengarkan penjelasan materi yang dikatakan oleh guru, sedangkan IPA adalah mata pelajaran yang memiliki tujuan supaya siswa dapat lebih mengenal alam dan menghargai alam serta siswa dapat memiliki sikap ilmiahnya.

Sistem pembelajaran yang dilakukan oleh guru juga kurang maksimal, karena siswa hanya bekerja secara individual, jadi kegiatan kerja kelompok masih jarang dilakukan. Padahal kerja kelompok akan sangat mudah menumbuhkan keaktifan siswa dalam belajar, karena mereka belajar dengan teman-temannya serta mengajarkan siswa untuk saling mengeluarkan pendapat. Model pembelajaran yang melibatkan kelompok salah satunya model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Devision), dalam pembelajaran


(63)

IPA model ini sangat baik untuk diterapkan karena siswa akan bersama tim kelompoknya memahami materi, melakukan pengamatan bersama, menyimpulkan hasil bersama. Selain itu, siswa dapat memiliki sikap tanggung jawab dan sikap ilmiah yang nantinya berpengaruh pada prestasi belajar siswa. Setelah itu, siswa diberikan kuis individu untuk melihat seberapa jauh tingkat pemahaman siswa. Penilaian yang didapat siswa berdasarkan akumulasi dari penilaian setiap siklusnya. Kemudian pemberian hadiah untuk kelompok yang mendapatkan nilai terbaik. Jadi kerjasama dan tanggung jawab sangat penting dalam Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD).


(64)

2.4Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka peneliti merumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut:

2.4.1 Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas VC SD Negeri Ungaran 1 dilakukan sesuai dengan langkah-langkah STAD secara berurutan, yaitu: (1) pembagian kelompok, (2) penyajian materi, (3) kerjasama tim, (4) kuis, (5) penghargaan tim.

2.4.2 Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan keaktifan belajar IPA siswa kelas VC SD Negeri Ungaran 1 dari skor 47 (rendah) menjadi 85 (tinggi).

2.4.3 Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar IPA siswa kelas VC SD Negeri Ungaran 1 dari nilai rata-rata 76 menjadi 85 dan dari persentase ketuntasan belajar 60% menjadi 75%.


(1)

Pembagian Kelompok


(2)

378

Penjelasan LKS

Kerja Kelompok


(3)

Kerja Kelompok


(4)

380

Pemberian Penghargaan

Keaktifan Siswa


(5)

Pengisisan Soal Evaluasi


(6)

382

DAFTAR RIWARAT HIDUP

Alvionita Nur Arifah lahir di Sragen tanggal 08 Oktober 1994. Anak pertama dari pasangan Joko Surono dan Siti Mardhiyah. Pendidikan dasar di peroleh di Sekolah Dasar Negeri Musuk 1 pada tahun 2000-2006.

Dilanjutkan ke jenjang menengah pertama di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Sambirejo pada tahun 2006-2009. Kemudian pada tahun 2009-2012 penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Muhammadiyah 1 Sragen. Pada tahun 2012 melanjutkan studi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Masa Pendidikan akhir di Universitas Sanata Dharma menulis skripsi dengan

judul: “PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD NEGERI UNGARAN I MELALUI PENERAPAN

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD”.


Dokumen yang terkait

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Stad (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran IPS kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang

0 13 0

PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA PEMBELAJARAN PKn SISWA KELAS V Peningkatan Keaktifan Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Pembelajaran PKn Siswa Kelas V SD Negeri 03 Wonorejo, Gondan

0 0 15

PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA PEMBELAJARAN PKn SISWA KELAS V Peningkatan Keaktifan Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Pembelajaran PKn Siswa Kelas V SD Negeri 03 Wonorejo, Gondan

0 1 16

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA pada siswa kelas IV A SD Negeri Tlacap melalui penerapan model pembelajaran kooperatif Tipe STAD.

2 14 384

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas VB SD K Sengkan melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

0 1 304

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas V B SD Negeri Tlacap melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

1 2 314

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Nanggulan melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

0 2 305

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD N Petinggen melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

1 1 355

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Sarikarya melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

0 9 245

PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DI KELAS V SD NEGERI I SUDAGARAN

0 0 16