dijadikan referensi teori. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan kerjasama dan prestasi belajar siswa, sesuai dengan hasil
penelitian relevan yang telah dilakukan oleh Sari 2014 dan Wahyudi 2015.
4.2.2 Peningkatan Kerjasama Siswa
Dalam penelitian ini terdapat dua variable yaitu, kerjasama dan prestasi belajar. Menurut Suprihanto dalam Zulkarnain, 2013: 4 kerjasama merupakan
interaksi dalam kelompok dengan cara-cara tertentu, sehingga prilaku atau prestasi seseorang mempengaruhi prestasi atau prilaku orang lain untuk mencapai
tujuan tertentu. Pendapat tersebut diperkuat oleh pernyataan Sutikno 2012:212 yang mengatakan, untuk mencapai hasil belajar yang optimal, dianjurkan agar
guru membiasakan diri menggunakan komunikasi banyak arah atau komunikasi sebagai transaksi, yakni komunikasi yang tidak hanya melibatkan interaksi
dinamis antara guru dengan siswa, melainkan juga melibatkan interaksi dinamis antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya sebagai bentuk kerjasama
mereka dalam upaya memahami suatu materi yang dipelajari.
Teori perkembangan Piaget dalam Trianto, 2015:70 memperkuat pendapat di atas yakni perkembangan kognitif sebagian besar ditentukan oleh manipulasi
dan interaksi siswa dengan lingkungan dan sesama. Untuk itu, peneliti menggunakan model pembelajaran yang menitikberatkan pada interaksi dan
kerjasama antar siswa dalam kelompok. Pengetahuan datang dari tindakan, bahwa interaksi dengan teman sekelompok, khususnya berargumentasi dan berdiskusi
mampu memperjelas pemikiran itu lebih logis Trianto, 2015:70. Dalam penelitian ini, tingkat kerjasama siswa dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat dilihat melalui lembar pengamatan dan lemar kuesioner. Lembar pengamatan diisi oleh guru kelas dan rekan peneliti,
sedangka lembar kuesioner diisi oleh siswa pada tiap akhir pertemuan. Menurut Johnson Johnson dalam Huda, 2011:55, ketrampilan sosial yang harus
dimiliki siswa untuk meningkatkan kemampuan kerjasama siswa antara lain:
1. Saling mengerti dan percaya satu sama lain.
2. Berkomunikasi dengan jelas dan tidak ambigu.
3. Saling menerima dan mendukung satu sama lain.
4. Mendamaikan setiap perdebatan yang sekiranya melahirkan konflik.
Berdasarkan beberapa pendapat yang menjelaskan mengenai ciri-ciri atau indikator kerjasama kelompok di atas, maka indikator yang digunakan dalam
menentukan kerjasama siswa pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Saling membantu sesama anggota dalam kelompok mau menjelaskan kepada anggota kelompok yang belum jelas.
2. Setiap anggota ikut memecahkan masalah dalam kelompok sehingga
mencapai kesepakatan. 3.
Menghargai kontribusi setiap anggota kelompok. 4.
Berada dalam kelompok kerja saat kegiatan berlangsung. 5.
Memberi kesempatan siswa lain untuk berpartisipasi dalam tugas kelompok. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus meliputi
perencanaa, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Siklus I dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Pertemuan pertama pada hari Jumat, 23 September, dan
pertemuan ke dua pada hari Sabtu, 24 September 2016. Untuk siklus II juga dilaksanakan dalam dua kali pertemuan, pertemuan pertama pada Jumat, 30
September 2016, dan pertemuan ke dua pada hari Sabtu, 1 Oktober 2016. Berdasarkan lembar pengamatan dan lembar kuesioner yang telah diisi, diperoleh
data kerjasama siswanya sebagai berikut :
Tabel 4.7 Peningkatan Kerjasama Siswa No
Nama Kondisi Awal
Siklus I Siklus II
Rata- rata
Kategori Rata-
rata Kategori
Rata- rata
Kategori
1. SCL
58 Cukup
70,5 Tinggi
75 Tinggi
2. AMP
39 Rendah
58 Cukup
62,5 Cukup
3. AZN
42 Rendah
64 Cukup
74 Tinggi
4. EFP
41 Rendah
58 Cukup
74 Tinggi
5. DAP
68 Tinggi
80 Tinggi
83,5 Sangat Tinggi
6. GRN
34 Rendah
68 Tinggi
80,5 Tinggi
7. JOP
42 Rendah
63 Cukup
76,5 Tinggi
8. MDA
24 Rendah
63 Cukup
68 Tinggi
9. NPK
32 Rendah
74 Tinggi
74,5 Tinggi
10. STM
62 Cukup
67 Tinggi
70 Tinggi
11. TGF
62 Cukup
73 Tinggi
73 Tinggi
12. PAS
41 Rendah
59 Cukup
72,5 Tinggi
13. TRW
46,5 Rendah
62 Cukup
62,5 Cukup
14. KUR
31 Rendah
63 Cukup
72,5 Tinggi
15. YAD
66,5 Tinggi
72 Tinggi
80,5 Tinggi
Nilai Rata- rata
45, 93 Rendah
66, 29 tinggi
73, 73 Tinggi
Berdasarkan tabel di atas, hasil pengamatan dan kuesioner menganai kerjasama siswa, diperoleh nilai rata-rata 45,93, pada kondisi awal yang
menunjukkan tingkat kerjasama siswanya ―rendah‖. Rinciannya, 2 siswa memiliki
tingkat kerjasama ―tinggi‖, 3 siswa memiliki tingkat kerjasama ―cukup‖ dan 10
siswa memiliki tingkat kerjasama ―rendah‖. Setelah menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siklus I, nilai kerjasama siswanya meningkat, diperoleh nilai rata-rata 66,29 menunjukkan tingkat kerjasama
siswanya ―tinggi‖. Rincianya, 7 siswa memiliki tingkat kerjasama ―tinggi‖, dan 8
siswa memiliki tingkat kerjasama ―cukup‖.
Sedangkan pada siklus II, diperoleh nilai rata-rata 73,73 menunjukkan tingkat kerjasama siswanya
―tinggi‖. Rinciannya, 1 siswa memiliki tingkat kerjasama
―sangat tinggi‖, 12 siswa memiliki tingkat kerjasama ―tinggi‖, dan 2 siswa memiliki tingkat kerjasama ―cukup‖. Data pada tabel telah mencapai target
yang ditentukan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut :
Tabel 4.8 Data Capaian Kerjasama Siswa Variabel
Indikator Penilaian
Kondisi Awal
Siklus I Siklus II
Target Capaian
Target Capaian
Kerjasama Skor
Kerjasama 45 ,93
Rendah 65
Cukup 66, 29
Tinggi 70
Tinggi 73,73
Tinggi Dari data di atas menunjukkan peningkatan kerjasama siswa pada tiap
tahapnya. Dari nilai rata-rata kerjasama siswa pada kondisi awal 45,93, yang termasuk dalam kategori
―rendah‖. Namun setelah dilakukan tindakan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siklus I, nilai siswa
meningkat dengan rata-rata 66,29 termasuk dalam kategori ―tinggi‖. Nilai
tersebut mengalami peningkatan sebesar 20,36 poin dari kondisi awal. Nilai rata- rata siklus I sebesar 66,29 mampu melampaui target yang ditentukan yaitu, 65.
Sedangkan untuk siklus II, nilai rata-rata kerjasama siswanya 73,73, menunjukkan tingkat kerjasama siswanya mengalami peningkatan sebesar 27,8
poin dari kondisi awal, dan 20,36 poin pada siklus I. Hasil rata-rata kerjasama siswa pada siklus II 73,73, mampu melampaui target yang ditentukan 70. Data
tersebut dapat digambarkan dengan diagram sebagai berikut :
Gambar 4.1 Diagram Peningkatan Kerjasama Siswa
Berdasarkan diagram di atas, diketahui tingkat kerjasama siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD mengalami peningkatan
tiap tahapnya. Menurut Huda 2011:24-25, hal tersebut disebabkan karena pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih menekankan pada pembelajaran dalam
kelompok, sehingga siswa dapat saling memotivasi dan saling membantu untuk menguasai materi. Ketika siswa bekerjasama untuk menyelesaikan suatu tugas
kelompok, mereka memberikan dorongan, anjuran, dan informasi pada teman sekelompoknya yang membutuhkan bantuan. Inilah sebabnya kerjasama siswa
pada penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam penelitian ini cendrung mengalami peningkatan. Selanjutnya dijelaskan oleh Johnson dalam Solihatin,
2005:4, yang mengatakan bahwa gagasan utama STAD adalah untuk memotivasi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
siswa supaya dapat saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai pengetahuan yang diajarkan oleh guru.
Berdasarkan uraian dan hasil yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk kelas IV SD Negeri
Weroharjo pada mata pelajaran IPA dapat meningkatkan kerjasama siswanya. Untuk itu, penelitian ini layak dikatakan berhasil.
4.2.3 Peningkatan Prestasi Belajar