kesulitan dalam menjawab soal, dan juga akan berpengaruh terhadap nilai kelompok.
Langkah ke empat, penghitungan skor kemajuan individu. Setelah
siswa selesai mengerjakan tes, guru bertanya ke siswanya secara acak untuk mengetahui pemahaman perindividu, atau sebagai catatan skor kemajuan
individu. Hal ini dilakukan untuk mengetahui secara langsung, apakah siswa yang ditanya sudah benar-benar paham tentang materi yang dipelajari atau
belum. Setiap siswa dipastikan mendapat pertanyaan dari guru, sehingga catatan kemajuan siswa tidak ada yang luput. Skor perolehan dari pertanyaan
lisan ditambahkan dengan skor menjawab soal tes, kemudian diakumulasi dengan nilai teman sekelompok. Maksudnya, guru bisa melihat tingkat
pemahaman persiswa saat itu juga lewat pertanyaan lisan.
Langkah ke lima, penghargaan kelompok. Guru mengakumulasikan nilai
hasil tes siswa secara berkelompok, lalu memberikan penghargaan untuk kelompok yang mendapat skor tertinggi. Guru membagikan bungkusan kepada
kelompok yang mendapat skor tertinggi, sedangkan untuk yang mendapat skor rata-rata tetap dapat bungkusan dari guru, namun dengan bobot yang berbeda.
Kegiatan Akhir
Konfirmasi; Guru memberikan penguatan, membenarkan jawaban- jawaban siswa yang salah. Kemudian guru mengajak siswanya untuk membuat
kesimpulan dari pembelajaran yang sudah usai. Kesimpulan menjadi sangat penting karena memperkuat konsep-konsep yang sudah dibangun oleh siswa
sendiri, dilain sisi kesimpulan membawa siswa pada jawaban yang pasti dan jelas, namun cukup singkat. Langkah selanjutnya, guru bersama siswa melakukan
refleksi, dan diakhiri doa penutup.
3. Pengamatan
a. Proses Pembelajaran
Pengematan siklus II dilakukan oleh guru kelas dan rekan peneliti selama proses pembelajaran. Hal itu memudahkan peneliti untuk mengetahui
keberhasilan maupun kendala selama pelaksanaan proses pembelajaran. Selain PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
itu, juga memudahkan peneliti mengumpulkan data kerjasama siswa selama pelaksanaan siklus II. Berdasarkan pengamatan guru kelas dan rekan peneliti
pada siklus II, diperoleh hasil bahwa dalam proses menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, peneliti sudah cukup baik, dari segi
manajemen kelas maupun dari kemampuan merangsang siswa untuk bekerjasama dengan rekan sekelompok. Lebih dari itu, peneliti sudah cukup
menguasai model pembelajaran kooperatif tipe STAD, sehingga dapat membuat para siswa kelas IV bekerjasama dengan lebih baik.
b. Hasil Pembelajaran berdasarkan Pengamatan dan Kuesioner
Berdasarkan hasil perolehan data siklus II mengenai kerjasama siswa yang dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Data kerjasama diperoleh dari nilai
rata-rata lembar pengamatan dan lembar kuesioner. Pengamatan dilakukan oleh guru kelas dan rekan peneliti, sedangkan lembar kuesionar diisi oleh siswa.
Dari lembar pengamatan dan kuesioner diperoleh data kerjasama siswa pada siklus II, sebagai berikut :
Tabel 4.5 Data Kerjasama Siswa pada Siklus II No
Nama Siklus II
Rata- Rata
Kategori Pengamatan Kuesioner
1. SCL
70 80
75 Tinggi
2. AMP
65 60
62,5 Cukup
3. AZN
70 78
74 Tinggi
4. EFP
70 78
74 Tinggi
5. DAP
85 82
83,5 Sangat
Tinggi 6.
GRN 85
76 80,5
Tinggi 7.
JOP 75
78 76,5
Tinggi 8.
MDA 60
76 68
Tinggi 9.
NPK 75
74 74,5
Tinggi 10. STM
70 70
70 Tinggi
11. TGF 70
76 73
Tinggi 12. PAS
65 80
72,5 Tinggi
13. TRW 70
68 62,5
Cukup 14. KUR
75 70
72,5 Tinggi
15. YAD 85
76 80,5
Tinggi
Rata-rata 72, 66
74, 8 73, 73
tinggi
Berdasarkan data di atas, diketahui nilai rata-rata kerjasama siswa dari lembar pengamatan dan kuesioner yang dirata-ratakan 7373, menunjukan
tingkat kerjasama siswanya ―tinggi‖. Data di atas dapat rinci sebagai berikut; 1 siswa
kategori ―sangat tinggi‖ 6,67, 12 siswa kategori ―tinggi‖ 80,, dan 2 siswa kategori
―cukup‖ 13,33. Pada siklus II, peneliti menargetkan nilai rata-rata kerjasama siswa 70, nilai tersebut telah tercapai, dengan perolehan
nilai rata-rata kerjasama siswa siklus II adalah 73,73.
c. Prestasi Belajar Siswa Berdasarkan Soal Evaluasi