1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Usaha meningkatkan kualitas pendidikan tanpa mengutamakan perbaikan kualitas guru, bukan hanya omong kosong, tetapi juga telah memasung
kemerdekaan berpikir. Lalu, apa ukuran guru disebut pintar? Pertama, pintar memberi motivasi kepada anak didik supaya mereka mempunyai idola positif
yang menjadi teladan sebagai manusia yang berbudaya. Dengan begitu siswa tergugah empati, simpati dan semangatnya berupaya dan berusaha keras meniru
keberhasilan dan prestasinya, minimal semangat juangnya. Kedua, guru menguasai ilmu yang harus diajarkan kepada anak didiknya. Ketiga, guru mampu
mengajarkan mata pelajaran yang menjadi tanggung-jawabnya dengan cara-cara yang kreatif, menyenangkan, menarik, mudah, dan jelas untuk ditangkap anak
serta meresap pada anak. Keempat, guru dapat mengikuti proses kemajuan zaman, inovatif, suka pada hal-hal baru yang terkait dengan model atau metode
pembelajaran, menggunakan alat peraga yang bervariasi serta membangun kondisi proses pembelajaran berdasarkan kegembiraan siswa dan guru Kompas,
04 September 2006. Pendidikan merupakan kebutuhan yang mutlak bagi pembangunan
masyarakat suatu negara, sebab pendidikan merupakan dasar bagi perkembangan
1
2
pembangunan nasional harus didukung oleh manusia cerdas, terampil, berbudi pekerti, dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sekolah merupakan lembaga
pendidikan yang memiliki
peranan penting bagi pembinaan generasi muda
untuk berpartisipasi dalam proses terjadinya perubahan tertentu dengan cara bertindak yang tepat dan selaras dengan situasi yang dihadapinya. Proses
perubahan tersebut mengalami perbuatan belajar. Proses perbuatan belajar ini banyak sekali aspek-aspeknya, seperti latar belakang timbulnya belajar, jenis
dan bentuk-bentuk belajar, faktor yang mempengaruhi perbuatan belajar yang efisien, transfer dalam belajar dan sebagainya. Belajar membawa suatu perubahan
terhadap individu yang melakukannya. Perbuatan itu tidak hanya mengenai jumlah pengetahuan, melainkan juga berbentuk percakapan, sikap, pengertian,
pengharapan, minat, penyesuaian diri. Pendeknya, mengenal aspek-aspek organisasi pribadi seseorang.
Dalam profil pendidikan, seseorang dikatakan belajar jika berusaha mengembangkan dirinya agar dapat berdiri sendiri dan mandiri dalam berbagai
pengalaman tersebut. Sebagai contoh, bagaimana cara mencapai suatu prestasi yang tinggi. Dalam mencapai prestasi belajar, ada dua faktor yaitu faktor dari luar
dan faktor dari dalam diri siswa itu sendiri. Faktor dari dalam adalah segala sesuatu yang mempengaruhi individu dalam mencapai prestasi belajar, sebagai
contoh adalah kondisi fisik, minat, dan motivasi. Faktor yang berasal dari luar adalah segala sesuatu yang berasal dari luar individu siswa, sebagai contoh adalah
lingkungan yang bersifat sosial.
3
Agar prestasi siswa meningkat, maka siswa harus belajar dengan giat serta mendapat bimbingan dari guru untuk mengembangkan minat belajar. Dengan
bimbingan guru, minat belajar dan motivasi belajar, siswa dapat aktif dalam kegiatan belajar-mengajar di kelas. Makin banyak siswa yang aktif di kelas,
makin tinggi kemungkinan prestasi belajar yang dicapainya. Hubungan bimbingan guru di kelas, minat belajar dan motivasi belajar
dipilih untuk diteliti hubungannya dengan prestasi belajar, karena faktor tersebut merupakan keberhasilan siswa dalam belajar. Keberhasilan belajar akan nampak
dalam prestasi belajar siswa yang diraih. Sebagai alat untuk melihat prestasi belajar siswa, biasanya digunakan evaluasi atau test belajar. Dengan evaluasi atau
test dapat mengukur kemampuan siswa dalam menguasai suatu pelajaran. Prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
kurang baik karena kurangnya bimbingan guru di kelas, minat belajar dan motivasi belajar siswa dalam mempelajari Ilmu Pengetahuan Sosial. Berdasarkan
pada uraian latar belakang tersebut, maka penulis mengambil judul “Hubungan antara Bimbingan Guru di Kelas, Minat Belajar dan Motivasi Belajar
dengan Prestasi Belajar dalam Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial”.
B. Batasan Masalah