menilai kemampuan aspek kognitif, yang kadang-kadang direduksi sedemikian rupa melalui bentuk tes obyektif. Sementara, penilaian dalam
aspek afektif dan psikomotorik kerapkali diabaikan. Alam pembelajaran berbasis konstruktivisme, penilaian
pembelajaran tidak hanya ditujukan untuk mengukur tingkat kemampuan kognitif semata, tetapi mencakup seluruh aspek kepribadian siswa, seperti:
perkembangan moral, perkembangan emosional, perkembangan sosial dan aspek-aspek kepribadian individu lainnya. Demikian pula, penilaian tidak
hanya bertumpu pada penilaian produk, tetapi juga mempertimbangkan segi proses. Kesemuanya itu menuntut adanya perubahan dalam
pendekatan dan teknik penilaian pembelajaran siswa. Untuk itulah, Depdiknas 2006 meluncurkan rambu-rambu penilaian pembelajaran
siswa, dengan apa yang disebut Penilaian Kelas. http:akhmadsudrajat.wordpress.com.
C. Latar Belakang Pendidikan
Pendidikan merupakan sarana yang tepat untuk mengembangkan sumber daya manusia. Antara mendidik dan pendidikan keduanya saling
berkaitan. Menurut Driyarkara dalam Mardiatmadja, 1986:79 pendidikan adalah pemanusiaan manusia muda. Agar generasi muda mendatang matang
dan siap, maka hendaknya dibekali ilmu pengetahuan serta keterampilan dan kemampuan jiwa maupun jasmani untuk melaksanakan tugas dan
tanggungjawabnya.
Menurut pendapat Soerjono Soekanto 1986:311, pendidikan telah memberikan suatu nilai tertentu bagi manusia, terutama dalam membuka
pikirannya serta menerima hal-hal yang baru dan juga bagaimana berpikir secara ilmiah.
Menurut J. Riberu dalam Mardiatmadja 1986:77 mengatakan bahwa pendidikan adalah bantuan supaya orang dapat membantu dirinya
sendiri dalam segala bidang hidup. Pendidikan bukan hanya menyampaikan keterampilan yang sudah
dikenal, akan tetapi dapat meramalkan berbagai jenis keterampilan dan kemahiran yang akan datang, dan sekaligus menemukan cara yang tepat dan
cepat supaya dapat dikuasai oleh anak didik. Berikut ini dikutip dari pendapat beberapa ahli tentang apa yang disebut pendidikan Zahara Idris, 1981:9:
a. John Dewey: pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-
kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama manusia.
b. Langeveld: mendidik ialah mempengaruhi anak dalam usaha
membimbingnya supaya menjadi dewasa. Usaha membimbing adalah usaha yang disadari dan dilaksanakan dengan sengaja. Pendidikan hanya
terdapat dalam pergaulan yang disengaja antara orang dewasa dengan anak.
c. Hoogveld: mendidik ialah membantu anak supaya ia cukup cakap
menyelenggarakan tugas hidupnya atas tanggungjawabnya sendiri.
d. S. A. Branata, dkk.: pendidikan ialah usaha yang disengaja diadakan,
baik langsung maupun dengan cara yang tidak langsung, untuk membantu anak dalam perkembangannya mencapai kedewasaannya.
e. Rousseau: pendidikan adalah memberi kita perbekalan yang tidak ada
pada masa anak-anak, akan tetapi kita membutuhkannya pada waktu dewasa.
f. Ki Hajar Dewantara: mendidik ialah menuntun segala kekuatan kodrat
yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang
setinggi-tingginya. Wasty Soemanto 1984:21 memberi batasan pendidikan adalah
proses pengalaman yang memberikan kesejahteraan pribadi, baik lahiriah maupun batiniah.
Djamarah 1997:92 menyatakan bahwa latar belakang pendidikan diakui mempengaruhi kompetensi seseorang.
Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli diatas dengan demikian dapat diperoleh informasi bahwa latar belakang pendidikan yang dimiliki oleh
seorang guru, mempengaruhi kemampuannya dalam memberi penilaian hasil belajar siswa.
D. Pengalaman Mengajar