Persepsi guru terhadap sertifikasi ditinjau dari tingkat pendidikan, status, dan masa kerja guru : studi kasus guru-guru SMA N1 Bantul, SMA N1 Sedayu, SMA N1 Kasihan di Kabupaten Bantul.

(1)

PERSEPSI GURU TERHADAP SERTIFIKASI DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN, STATUS,

DAN MASA KERJA GURU

Studi Kasus: Guru-guru SMA N 1 Bantul, SMA N 1 Sedayu, SMA N 1 Kasihan

Putri Prasetya Yuwana Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2009

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi ditinjau dari: tingkat pendidikan, status guru, dan masa kerja guru.

Penelitian dilaksanakan di SMA N 1 Bantul, SMA N 1 Sedayu dan SMA N 1 Kasihan. Data dikumpulkan dengan kuesioner. Hasil pengujian validitas dengan menggunakan rumus korelasi product moment menunjukkan nilai dari rhitung lebih besar

dari rtabel sedangkan uji reliabilitasnya memakai rumus alpha cronbach menunjukkan nilai

dari rhitung = 0, 893 lebih besar dari rtabel = 0,239. Dari populasi sejumlah 135 guru, diambil

sampel 75 responden dengan teknik purposive sampling. Data dianalisis dengan menggunakan uji T.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi ditinjau dari tingkat pendidikan (asymp. Sig. = 0,042), (2) ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi ditinjau dari status guru (asymp. Sig = 0,009), (3) tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi ditinjau dari masa kerja (asymp. Sig. = 0,227).


(2)

TEACHERS PERCEPTION TOWARDS CERTIFICATION VIEWED FROM TEACHERS EDUCATION, STATUS, AND LENGTH OF SERVICE. A Case Study at Senior High School Teacher in SMA N 1 Bantul, SMA N 1 Sedayu,

and SMA N 1 Kasihan

This research aims to know if there was any diference about teacher’s perception on certification, viewed from teacher’s education, ststus, and length of service.

This research was conducted at SMA 1 Bantul, SMA N 1 Sedayu, and SMA N 1 Kasihan. The data were collected by using questionairs. The result of validity testing, using product moment correlation formula, showed that the value of rhitung was higher than rtabel, while the reliability testing, using alpha crobach formula showed that the value of

correlated coefficient value = 0,893 was higher than rtabel, =0,239. The population of

teachers was 135, while the chosen sample was 75 respondents among them, and the sampling tecnique was purposive sampling. The data analysis data used T Test.

The certification result of the study showed that (1) there was different perceptions among teachers on certification viewed from their education (asymp sig. = 0,042), (2) there was different perceptions among teachers on viewed from their education (asymp sig. = 0,009), and (3) there was different perceptions among teachers on viewed from their education (asymp sig. = 0,227).


(3)

DAN MASA KERJA GURU

Studi Kasus: Guru-guru SMA N 1 Bantul, SMA N 1 Sedayu, SMA N 1 Kasihan di Kabupaten Bantul

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh :

Putri Prasetya Yuwana

021334110

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2009


(4)

(5)

(6)

MATIUST7T:T7T

Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; Carilah, maka kamu akan mendapat; Carilah, maka kamu akan mendapat; Ketoklah, maka pintu

akan dibukakan bagimu.

FILIPIT4:13T

Segala Perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.

FILIPIT4;6T

Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepadaNya dalam doa dan

permohonan dengan ucapan syukur.


(7)

Kupersemb Kupersemb Kupersemb

Kupersembahkan karya ini untuk :ahkan karya ini untuk :ahkan karya ini untuk :ahkan karya ini untuk : Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria Bapakku Tersayang Yulianus Kadarisna di Surga Bapakku Tersayang Yulianus Kadarisna di Surga Bapakku Tersayang Yulianus Kadarisna di Surga Bapakku Tersayang Yulianus Kadarisna di Surga

Cbu dan saudari saudariku terkasih Cbu dan saudari saudariku terkasih Cbu dan saudari saudariku terkasih Cbu dan saudari saudariku terkasih Orang orang yang selalu dekat dihatiku Orang orang yang selalu dekat dihatiku Orang orang yang selalu dekat dihatiku Orang orang yang selalu dekat dihatiku Almamaterku Universitas Sanata Dharma

Almamaterku Universitas Sanata Dharma Almamaterku Universitas Sanata Dharma

Almamaterku Universitas Sanata Dharma ---- Yogyakarta Yogyakarta Yogyakarta Yogyakarta


(8)

(9)

(10)

Puji syukur penulis panjatkan kepada Bapa di Surga Tuhan Yesus Kristus, karena berkat kasih karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Akuntansi. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan dalam menyelesaikan skripsi ini khususnya :

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku dekan Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Ketu Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak L. Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Trimakasih untuk pelajaran dan pengalaman hidupnya.

4. Bapak Ig. Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku dosen pembimbing yang dengan keterbatasan waktunya selalu berusaha sabar membimbing, memberikan koreksi, kritikan, masukan dan saran serta pengarahan untuk kesempurnaan skripsi ini. 5. Bapak A. Heri Nugroho, S.Pd., M.Pd. selaku dosen penguji yang telah

memberikan masukan dan saran dalam melengkapi skripsi ini.

6. Ibu Cornelio Purwantini, S.Pd., M.SA. selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran dalam melengkapi skripsi ini.

7. Bapak S. Widanarto P., S.Pd., M.Si. yang selalu tidak bosen memberikan semangat dukungan mental dalam menyelesaikan skripsi ini.


(11)

semua.

9. Mbak Wiwik dan Mbok Yem yang selalu memberikan semangat, doa dan cinta dengan tulus ikhlas.

10.Buat mbak, mas, -ku gedhe : mbak Agnes, Mas Agus, Mas Antok, yang telah banyak membantu kelancaran selama penulisan skripsi ini. Terima kasih untuk panggilan “Adiknya”, terima kasih untuk semua pengalaman yang boleh aku dapatkan bersama kalian.

11.Sahabat-sahabatku terutama Sarida Putri dan Esthi yang selalu memberikan semangat dan membantu di masa-masa sulitku.

12.Teman-teman kuliahku : Nina “Kokom”, Herlina “Cipluk”, Dian “Sastro Wardoyok”, Thomas ”Tomblok”, Banu juga teman-teman PAK’02 yang selalu mendukung, menemani, serta memberikan saran dan kritik.

13.Semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya, kritik dan saran membangun sangat penulis harapkan.Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat dimanfaatkan bagi semua pihak.

Yogyakarta, 12 Oktober 2009


(12)

PERSEPSI GURU TERHADAP SERTIFIKASI DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN, STATUS,

DAN MASA KERJA GURU

Studi Kasus: Guru-guru SMA N 1 Bantul, SMA N 1 Sedayu, SMA N 1 Kasihan

Putri Prasetya Yuwana Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2009

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi ditinjau dari: tingkat pendidikan, status guru, dan masa kerja guru.

Penelitian dilaksanakan di SMA N 1 Bantul, SMA N 1 Sedayu dan SMA N 1 Kasihan. Data dikumpulkan dengan kuesioner. Hasil pengujian validitas dengan menggunakan rumus korelasi product moment menunjukkan nilai dari rhitung lebih besar dari rtabel sedangkan uji reliabilitasnya memakai rumus alpha cronbach menunjukkan nilai dari rhitung = 0, 893 lebih besar dari rtabel = 0,239. Dari populasi sejumlah 135 guru, diambil sampel 75 responden dengan teknik purposive sampling. Data dianalisis dengan menggunakan uji T.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi ditinjau dari tingkat pendidikan (asymp. Sig. = 0,042), (2) ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi ditinjau dari status guru (asymp. Sig = 0,009), (3) tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi ditinjau dari masa kerja (asymp. Sig. = 0,227).


(13)

TEACHERS PERCEPTION TOWARDS CERTIFICATION VIEWED FROM TEACHERS EDUCATION, STATUS, AND LENGTH OF SERVICE. A Case Study at Senior High School Teacher in SMA N 1 Bantul, SMA N 1 Sedayu,

and SMA N 1 Kasihan

This research aims to know if there was any diference about teacher’s perception on certification, viewed from teacher’s education, ststus, and length of service.

This research was conducted at SMA 1 Bantul, SMA N 1 Sedayu, and SMA N 1 Kasihan. The data were collected by using questionairs. The result of validity testing, using product moment correlation formula, showed that the value of rhitung was higher than rtabel, while the reliability testing, using alpha crobach formula showed that the value of correlated coefficient value = 0,893 was higher than rtabel, =0,239. The population of teachers was 135, while the chosen sample was 75 respondents among them, and the sampling tecnique was purposive sampling. The data analysis data used T Test.

The certification result of the study showed that (1) there was different perceptions among teachers on certification viewed from their education (asymp sig. = 0,042), (2) there was different perceptions among teachers on viewed from their education (asymp sig. = 0,009), and (3) there was different perceptions among teachers on viewed from their education (asymp sig. = 0,227).


(14)

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ………... iii

MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ………... ix

DAFTAR ISI ……….... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Batasan Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ………. 5

D. Tujuan Penelitian ………. 5

E. Manfaat Penelitian ………... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Tinjauan Teoritik ... 7

B. Kerangka Berpikir ... 20

C. Hipotesis Penelitian ... 22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ………... 24

A. Jenis Penelitian ………... 24

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ……….... 24

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 24

D. Populasi dan Sampel Penelitian ...……….... 25

E. Variabel Penelitian dan Pengukurannya ………. 26

F. Teknik Pengumpulan Data ………. 28

G. Pengujian Instrumen Penelitian ………. 29


(15)

1. Pengujian Prasyarat Analisis ……… 32

a. Uji Normalitas ……… ... 32

b. Uji Homogenitas ………... 33

c. Pengujian Hipotesis... 33

BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN……… 35

A. Deskripsi Data ……… 35

1. Deskripsi Responden Penelitian ………. 35

a. Tingkat Pendidikan ……….. 35

b. Status Guru ……….. 35

c. Masa kerja Guru ………. 36

2. Deskripsi Variabel Penelitian ……… ……….. 36

B. Analisis Data ………. 37

1. Pengujian Persyaratan Analisis………... 37

a. Uji Normalitas ……… 38

b. Uji Homogenitas……… 39

C. Pengujian Hipotesis ……….. 40

D. Pembahasan ………...….. …… 44

BAB V. KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN DAN SARAN A. Kesimpulan……….. ………..47

B. Keterbatasan Penelitian ……….49

C. Saran-Saran ……… 49

DAFTAR PUSTAKA………. 51 LAMPIRAN


(16)

Tabel 3.1 Rangkuman Hasil Pengujian Validitas ………….……….. 30 Tabel 3.2 Rangkuman Hasil Pengujian Reliabilitas……… 32 Tabel 3.3 Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Korelasi..………….. 32 Tabel 4.1 Deskripsi Responden Dilihat Dari Tingkat Pendidikan Guru…. 35 Tabel 4.2 Deskripsi Responden Dilihat Dari Status Guru………..…. 35 Tabel 4.3 Deskripsi Responden Dilihat Dari Masa Kerja Guru……….…. 36 Tabel 4.4 Hasil Pengujian Normalitas Menurut Tingkat Pendidikan

Guru...…….…... 37 Tabel 4.5 Hasil Pengujian Normalitas Menurut Status

Guru...…….…... 38 Tabel 4.6 Hasil Pengujian Normalitas Menurut Masa Kerja

Guru...…….…... 39 Tabel 4.7 Hasil Uji T-Test Menurut Tingkat Pendidikan

Guru...…….…... 41 Tabel 4.8 Hasil Uji T-Test Menurut Status

Guru...…….…... 42 Tabel 4.9 Hasil Uji T-Test Menurut Masa Kerja


(17)

Lampiran I Kuesioner Penelitian ………... 53

Lampiran II Data Validitas dan Reliabilitas ……….. 55

Lampiran III Uji Validitas dan Reliabilitas ………. 56

Lampiram IV Data Induk Penelitian ………. 57

Lampiran V Uji Normalitas………. ……… 60

Lampiran VI Pedoman Acuan Tipe II………… ………. 61


(18)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Kualitas pendidikan Indonesia saat ini memang masih tergolong rendah bila dibandingkan dengan negara-negara lain. Data menyebutkan, Indonesia menduduki peringkat ke-112 dari negara-negara di dunia. Realita menunjukkan rendahnya mutu pendidikan di Indonesia tidak terlepas dari tingginya angka ketidaklayakan mengajar oleh guru-guru di tanah air. Hal ini ditunjukkan oleh data yang menyebutkan bahwa sekitar 916.475 atau 44,07% dari 2.079.348 orang tenaga guru sekolah negeri dan swasta di Indonesia tidak memiliki kelayakan mengajar sebagai akibat tingkat pendidikan dan kompetensi yang rendah. (Suara Pembaharuan : 8 Februari 2006). Oleh karena itu, kualitas utama yang perlu diperbaharui adalah tingkat kompetensi guru.

Menyikapi hal tersebut, banyak yang telah dilakukan oleh pemerintah, diantaranya dengan penyempurnaan kurikulum dan pengesahan Undang-Undang Guru dan Dosen. Lebih dari itu, undang-undang ini sebenarnya mengarahkan guru menuju ke profesionalitasnya, bukan hanya sekedar pengaturan tunjangan kesejahteraan saja. Sebenarnya guru pada saat ini sedang memasuki dunia yang baru dimana semua guru harus meningkatkan kualitas kinerja sehingga mampu membawa pendidikan Indonesia bangkit dari keterpurukan. Salah satu unsur yang mendukung adalah dengan adanya sertifikasi.


(19)

Sertifikasi merupakan proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan dosen. Sertifikat ini diberikan kepada guru dan dosen sebagai bukti kualitas calon pendidik, sehingga setiap orang yang memiliki sertifikat pendidik telah dinilai dan diyakini mampu melaksanakan tugas mendidik, mengajar dan melatih peserta didik. Adapun alat yang digunakan untuk mengukur kualitas calon pendidik tersebut disebut uji sertifikasi. Sertifikat pendidik diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi yang disebut LPTK (Lembaga Pelatihan Tenaga Kependidikan) dan ditetapkan oleh Pemerintah. Sertifikasi ini akan menimbulkan dampak yang positif terhadap profesi guru di tanah air. Selain kualitasnya meningkat, guru juga mendapat pengakuan dari pemerintah atas profesinya sebagai guru. Sertifikasi mengajar ini sangat penting dimiliki oleh para pendidik, karena berdasarkan sertifikat ini guru dan dosen dinyatakan mampu melaksanakan tugas mendidik, mengajar dan melatih peserta didik. Namun kondisi nyata di lapangan menunjukkan, dari 1,6 juta guru di Indonesia tidak satupun yang memegang sertifikasi mengajar. Banjarmasin Post (1 Januari 2006). Upaya yang harus ditempuh guru untuk mendapatkan sertifikasi ini cukup sulit karena harus memenuhi beberapa persyaratan.

Beberapa persyaratan yang harus dimiliki oleh seorang guru menurut UU No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen yaitu “setiap guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi profesi keguruan serta memiliki sertifikat profesi”. Hal ini berarti bahwa setiap guru harus mempunyai kualifikasi akademis


(20)

yaitu minimal mempunyai ijasah D4 atau S1 dalam bidangnya, selain kualifikasi akademis, guru harus mempunyai kompetensi profesi keguruan yang meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Kompetensi ini berkaitan dengan kemampuan mengajar, membantu siswa belajar dan juga memberikan teladan hidup pada para siswa. Kompetensi profesi diperoleh melalui pendidikan profesi keguruan yang minimal terdiri dari 36 SKS setara dengan 12 mata kuliah bidang kependidikan. Sertifikat profesi diberikan kepada guru yang lulus proses sertifikasi tersebut.

Latar belakang pendidikan guru merupakan kualifikasi akademik yang dimiliki oleh guru. Semakin tinggi pendidikan guru maka semakin luas wawasan yang dimiliki oleh guru. Tidak semua guru mempunyai latar belakang pendidikan yang sama, ada yang menjadi guru dengan tingkat pendidikan D2, ada yang lulus D3 kemudian menjadi guru dan ada pula yang lulusan S1 atau S2 juga berprofesi sebagai guru. Perbedaan tingkat pendidikan guru akan menimbulkan cara pandang guru atau persepsi guru terhadap sertifikasi guru yang berbeda-beda. Ada banyak faktor yang mempengaruhi perbedaan latar belakang pendidikan guru antara lain karena faktor ekonomi atau keterbatasan biaya, segi umur dan kurangnya pengetahuan akan pentingnya pendidikan. Contoh guru yang tingkat pendidikannya D1 dengan S1, cara pandang atau persepsinya terhadap sertifikasi guru tentunya akan berbeda. Hal ini disebabkan antara lain pengetahuan yang dimiliki antara tingkat pendidikan D1 dengan tingkat pendidikan S1 juga sudah berbeda jadi dapat dikatakan bahwa latar belakang pendidikan sangat berpengaruh


(21)

terhadap persepsi mereka terhadap sertifikasi guru. Selain itu, status guru yakni guru tetap dan tidak tetap dalam organisasi sekolah juga akan berpengaruh. Pada umumnya guru yang sudah berstatus tetap menganggap sertifikasi tidak penting karena mereka sudah berstatus pegawai tetap. Sebaliknya, pegawai tidak tetap berpikir sertifikasi itu penting karena melalui uji sertifikasi, keprofesionalitasan mereka sebagai guru akan mendapat pengakuan sehingga mereka berharap ini bisa menjadi dasar penilaian agar mereka, selain ditingkatkan kesejahteraannya, mereka juga dapat diangkat menjadi guru tetap di suatu organisasi sekolah.

Di sisi lain, guru dengan masa kerja lama (senior) dan guru baru (yunior) akan mempunyai persepsi yang berbeda terhadap serifikasi guru. Guru dengan masa kerja lama cenderung memiliki pengalaman dan keahlian dalam mendidik dibandingkan guru yang masih baru.

Berbagai pertimbangan latar belakang tersebut dapat dilihat melalui realita yang terjadi dilapangan yaitu, sebagian besar guru yang memiliki masa kerja lebih dari sepuluh tahun justru belum mengantongi gelar sarjana. Mereka umumnya diangkat menjadi PNS (Pegawai Negeri Sipil) dengan ijasah SMA atau Diploma 1. Sebaliknya, ada sebagian guru yang memiliki masa kerja kurang dari sepuluh tahun justru malah sudah mengantongi gelar sarjana. Seperti yang terjadi pada guru SMA Negeri 4 Cilegon, Wahyu - seorang guru muda yang baru saja diangkat menjadi PNS (Pegawai Negeri Sipil) setahun yang lalu. (Media Indonesia : 7 Desember 2005). Dengan melihat hal-hal di atas, peneliti


(22)

mengambil judul penelitian tentang “Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Guru Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan, Status Guru, dan Masa Kerja Guru”.

B. Batasan Masalah

Ada banyak faktor yang mempengaruhi persepsi guru terhadap sertifikasi guru. Faktor-faktor yang berhubungan dengan sertifikasi guru juga ada banyak aspek. Oleh karena pertimbangan tersebut, maka peneliti membatasi penelitian pada persepsi guru terhadap sertifikasi guru yang ditinjau dari tingkat pendidikan, status guru, dan masa kerja guru.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan masalah-masalah yang akan diteliti,

1. Apakah ada perbedaan persepsi guru mengenai sertifikasi guru ditinjau dari tingkat pendidikan guru?

2. Apakah ada perbedaan persepsi guru mengenai sertifikasi guru ditinjau dari status guru?

3. Apakah ada perbedaan persepsi guru mengenai sertifikasi guru ditinjau dari masa kerja guru?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dengan diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut;

1. Untuk mengetahui perbedaan persepsi guru mengenai sertifikasi guru ditinjau dari tingkat pendidikan guru.


(23)

2. Untuk mengetahui perbedaan persepsi guru mengenai sertifikasi guru ditinjau dari status guru.

3. Untuk mengetahui perbedaan persepsi guru mengenai sertifikasi guru ditinjau dari masa kerja guru.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pemerintah

Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pembuatan kebijakan yang berkaitan dengan profesi guru.

2. Bagi Guru

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan kepada para guru dalam usahanya menjadi guru yang professional.

3. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai sarana untuk menerapkan disiplin ilmu yang telah diterima di kampus dan menjadikan bekal nantinya sebagai seorang guru.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mendorong bagi peneliti-peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian pengembangan.

3. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai tambahan referensi bagi penelitian sejenis.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Persepsi

Persepsi pada hakikatnya adalah proses yang dialami oleh setiap orang dalam informasi tentang lingkungan, baik lewat pendengaran, penglihatan, penghayatan, perasaan dan penciuman (Thoha, 1998:138). Persepsi adalah proses penginderaan manusia tentang obyek lingkungannya dimana ia memproses penginderaan itu pada diri manusia yang bersangkutan (Wirawan, 1992:47). Kartini (1984:57) mengemukakan bahwa persepsi merupakan proses yang berlangsung dalam diri seseorang terhadap dirinya sendiri maupun kenyataan sosial lainnya dan hal ini dapat diungkapkan keluar melalui proses komunikasi manusiawi. David Krunch (Blanchard & Harcey, 235; 1992) menyimpulkan bahwa persepsi adalah suatu proses kognitif yang kompleks yang menghasilkan suatu gambar unik tentang pernyataan yang barangkali sangat berbeda dari kenyataannya. Menurut Wells & Prensky (1996; 257) persepsi adalah suatu proses yang mengorganisir dan menggabungkan data-data indera kita (penginderaan) untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari sekeliling kita, termasuk sadar akan diri sendiri.

Menurut Davidoff (1981:232) persepsi adalah suatu proses yang terorganisir, dan menggabungkan data-data indera kita (penginderaan) untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari sekeliling kita, termasuk sadar akan diri sendiri. Cara individu dapat mengenali dirinya sendiri maupun keadaan


(25)

disekitarnya, hal ini berkaitan dengan persepsi. Jika ada stimulus yang diterimanya, individu akan mengalami persepsi. Jadi persepsi merupakan sesuatu yang didahului dengan penginderaan yang merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat reseptornya (Walgito, 1994: 93).

Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas kita bisa mengambil kesimpulan bahwa persepsi adalah proses memahami, menerima dan mengkoordinasikan, menginterprestasikan rangsangan lingkungan melalui panca indera, sehingga individu menyadari dan mengerti yang diinderakan.

Adapun hal –hal yang mempengaruhi persepsi (Walgito, 1954:56) antara lain sebagai berikut.

1. Pada saat kita senang atau murung kita akan menghasilkan suatu persepsi yang berbeda tergantung kesadaran kita melihat suatu benda.

2. Ingatan

Indera kita secara teratur menyimpan data – data yang kita terima dalam rangka untuk memberikan arti, secara terus menerus orang cenderung untuk terus menerus membanding – bandingkan penglihatan, suara dan penginderaan lainnya dengan ingatan – ingatan dan pengalaman lalu yang mirip.

3. Proses Informasi

Kita sudah dapat menentukan dan memutuskan data mana yang akan dihadapi berikutnya dibandingkan dengan situasi yang lalu dan saat itu, lalu akan membuat interprestasi dan evaluasi.


(26)

B. Guru

Menurut Undang – Undang (UU) No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, guru adalah pendidik professional dengan tugas Disegala jaman, guru memiliki peranan yang sangat penting bagi perkembangan peserta didiknya. Tugas guru sangat berat. Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Guru adalah orang yang pekerjaannya atau mata pencahariannya, profesinya mengajar, (kamus besar Bahasa Indonesia, 1990:228). Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang tanpa memiliki keahlian sebagai guru. Untuk menjadi guru diperlukan syarat-syarat khusus, apalagi sebagai guru yang profesional yang harus menguasai seluk beluk pendidikan dan pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang perlu dibina dan dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu, karena guru merupakan salah satu komponen dalam proses belajar mengajar. Peranan profesional guru dalam keseluruhan program pendidikan di sekolah diwujudkan untuk mencapai tujuan pendidikan yang berupa perkembangan siswa secara optimal.

Menurut Undang-Undang (UU) no 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen guru dalah pendidik dan profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal; pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Profesional yang dimaksud adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran atau kecakapan yang memenuhi standar mutu


(27)

atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.

Secara umum pengertian guru adalah orang yang berprofesi di bidang pendidikan yang bertugas menyampaikan materi pelajaran kepada para siswa di kelas dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Profesi guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Adapun peranan profesional menurut pendapat Sucjipto (1999:2) bahwa peranan profesional mencakup 3 (tiga) bidang layanan, yaitu layanan instruksional, layanan administrasi, dan layanan bantuan akademik – sosial - pribadi. Ketiga bidang layanan itu sekaligus menjadi tugas pokok seorang guru. Pertama, penyelenggaraan proses belajar mengajar, yang menempati porsi terbesar dari profesi keguruan. Tugas ini menuntut guru untuk menguasai isi atau materi bidang studi yang diajarkan serta wawasan yang berhubungan dengan materi itu, kemampuan mengemas materi sesuai dengan latar belakang perkembangan dan tujuan pendidikan, serta menyajikan sedemikian rupa sehingga merangsang murid untuk menguasai dan mengembangkan materi itu dengan menggunakan kreativitasnya. Kedua, tugas yang berhubungan dengan membantu murid dalam belajar pada khususnya, dan masalah-masalah pribadi yang berpengaruh terhadap keberhasilan belajarnya. Ketiga, guru harus memahami bagaimana sekolah itu dikelola, apa peranan guru di dalamnya, bagaimana memanfaatkan prosedur serta mekanisme pengelolaan tersebut untuk kelancaran tugas-tugasnya sebagai guru.

Dilain pihak Mulyasa (2005; 37-65) membagi tugas dan tanggung jawab seorang guru menjadi lima kategori, yaitu ; (a) tanggung jawab dalam pengajaran,


(28)

(b) tanggung jawab dalam memberikan bimbingan, (c) tanggung jawab dalam mengembangkan kurikulum, (d) tanggung jawab dalam mengembangkan profesi, dan (e) tanggung jawab dalam membina hubungan dengan masyarakat. Sudjana (2000; 15) mengemukakan bahwa ada tiga tugas dan tanggung jawab guru, yaitu; (a) guru sebagai pengajar, (b) guru sebagai pembimbing, dan (c) guru sebagai administrator kelas. Guru dikatakan sebagai staf pengajar karena lebih menekankan kepada tugas dalam merencanakan dan melaksanakan pengajaran. Guru sebagai pembimbing memberi tekanan kepada tugas, memberikan bantuan kepada siswa dalam pemecahan masalah yang dihadapinya. Tugas ini merupakan aspek mendidik, sebab tidak hanya berkenaan dengan penyampaian ilmu pengetahuan tetapi juga menyangkut perkembangan kepribadian dan pembentukan nilai-nilai para siswa. Guru sebagai administrator kelas pada hakikatnya merupakan jalinan antara ketatalaksanaan bidang pengajaran dan ketatalaksanaan pada umumnya. Maka tugas pekerjaan guru di kelas adalah “membantu siswa belajar”, dengan mengatur proses belajar mengajar serta menyediakan menyediakan kondisi belajar yang optimal. Jadi guru dapat disimpulkan; tidak hanya sebagai seorang “pengajar” saja, tetapi lebih-lebih seorang “pendidik” dan “manajer proses belajar mengajar” di kelas.

C. Sertifikasi

Di dalam Undang-Undang (UU) No 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan dosen.


(29)

Sertifikat pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan dosen sebagai tenaga profesional. Sertifikasi dalam sistem pendidikan guru adalah keseluruhan proses pendidikan guru yang mencakup program diploma, sarjana, dan pendidikan profesi. Pemberian sertifikat inipun hanya diberikan kepada mereka yng telah menyelesaikan dengan tuntas seluruh proses pendidikan tersebut. Adapun sertifikat ini terdiri dari diploma, gelar kesarjanaan, dan kewenangan mengajar.

Menurut Samana (2006:8) sertifikat pendidik adalah bukti formal dari pemenuhan 2 syarat yaitu kualifikasi akademik dan penguasaan kompetensi sebagai guru. Sedangkan menurut Trianto (2007:9) sertifikat pendidik adalah surat keterangan yang diberikan suatu lembaga pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi sebagai bukti formal kelayakan profesi guru, yaitu memiliki kualifikasi pendidikan minimum dan menguasai kompetensi minimum sebagai agen pembelajaran. Sertifikasi guru dapat diartikan sebagai suatu proses pemberian pengakuan bahwa seseorang telah memiliki kompetensi untuk melaksanakan pelayanan pendidikan pada satuan tertentu setelah uji kompetensi yang telah diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi (Mulyasa, 2007:34).

Dengan demikian dapat disimpulkan sertifikasi adalah suatu bukti pengakuan sebagai tenaga profesional yang telah dimiliki oleh seorang pendidik dalam melaksanakan pelayanan pendidikan pada suatu satuan pendidikan tertentu, setelah yang bersangkutan menempuh uji kompetensi yang dilakukan oleh lembaga sertifikasi.


(30)

Adapun tujuan sertifikasi menurut Wibowo dan Mulyasa (2007:30) mengungkapkan bahwa tujuan sertifikasii adalah (1) melindungi pendidik atas pendidikan, (2) melindungi masyarakat dari praktik-praktik yang tidak kompeten sehingga tidak merugikan pendidik. Sedangkan menurut Departemen Pendidikan Nasional mengungkapkan bahwa tujuan sertifikasi adalah (1) menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran, (2) meningkatkan proses dan hasil pendidik, (3) mempercepat terwujudnya tujuan pendidikan nasional.

Manfaat sertifikasi diungkapkan Mulyasa (2007:35) yaitu pengawasan dan penjaminan mutu tenaga kependidikan dalam rangka pengembangan kompetensi, pengembangan karir tenaga kependidikan secara berkelanjutan dan peningkatan program pelatihanyang lebih bermutu.

Dari uraian di atas tampak bahwa kompetensi guru merupakan gambaran kemampuan guru yang melalui pengetahuan, ketrampilan dan perilaku guru yang harus dikuasai agar dapat menjalankan tugas secara profesional.

Kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional (UU No. 14 pasal 10). Empat kompetensi tersebut diamanatkan dalam UU merupakan standar kompetensi yang harus dikuasai guru. Diharapkan dengan kompetensi tersebut guru dapat melaksanakan tugas sebagai tenaga kependidikan yang profesional yaitu sebagai agen pembelajaran.


(31)

Kompetensi pedagogik yaitu kemampuan mengelola peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia. Guru dalam melaksanakan tugasnya misal bersikap terbuka, kritis untuk mengaktualisasikan penguasaan isi bidang studi.

Kompetensi sosial yaitu kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik, orangtua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar tentang kependidikan.

Kompetensi profesional yaitu kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang diterapkan dalam standar nasional pendidikan.

D. Tingkat Pendidikan

Pendidikan dalam bahasa Yunani adalah ‘paedagogie’, yang terdiri dari kata ‘pais’ yang artinya anak dan ‘again’ diterjemahkan membimbing. Jadi paedagogie adalah bimbingan yang diberikan kepada anak. Banyak tokoh pendidikan yang mengartikan kata pendidikan (Ahmadi, 1991:68-72) antara lain sebagai berikut.


(32)

a. John Dewey

Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama manusia.

b. Rousseau

Pendidikan adalah memberi kita perbekalan yang tidak ada pada masa anak-anak, akan tetapi kita membutuhkannya pada waktu dewasa.

c. Ki Hajar Dewantara

Mendidik adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.

d. Driyarkara mengartikan pendidikan sebagai hidup bersama dalam kesatuan tritunggal ayah-ibu-anak, dimana terjadi pelaksanaan nilai-nilai dengan mana dia bisa berproses untuk akhirnya bisa melaksanakan sendiri sebagai manusia purnawan.

Menurut Idris (1981:9) pendidikan adalah serangkaian kegiatan komunikasi yang bertujuan, antara manusia dewasa dengan si anak didik secara tatap muka atau dengan menggunakan media dalam rangka memberikan bantuan terhadap perkembangan anak seutuhnya, dalam artian supaya dapat mengembangkan potensinya semaksimal mungkin, agar menjadi manusia yang bertanggung jawab.

Pendidikan secara luas dapat didefinisikan sebagai sebuah proses dengan metode metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan,


(33)

pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai kebutuhan (Syah,1995;10). Dari definisi ini unsur pokok yang dapat kita simpulkan bahwa, pendidikan adalah sebuah proses. Oleh karena itu pendidikan akan berlangsung secara terus menerus selama seseorang itu masih hidup. Artinya seseorang dapat saja memperoleh pendidikan secara formal, namun ia memperoleh melalui pengalaman dalam kehidupannya atau secara informal.

Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai dan kemampuan yang dikembangkan. Ada 3 jenis pendidikan dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional ini.

a. Pendidikan formal

Pendidikan formal yaitu jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Misalnya SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi

b. Pendidikan nonformal

Pendidikan nonformal yaitu jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Misalnya berbentuk kursus-kursus.

c. Pendidikan informal


(34)

Lembaga Pengadaan Tenaga Kependidikan (LPTK) mempunyai empat macam program pendidikan guru (Sahertian, 1994 : 68) yaitu sebagai berikut.

1) Program gelar yang melalui jenjang Sarjana (S1) dengan lama studi 4-7 tahun.

2) Program Pasca Sarjana dengan lama studi 6-9 Tahun (S2) 3) Program Doktor dengan lama studi 8-11 tahun (S3)

4) Program Non Gelar (program diploma) dengan rincian sebagai berikut :

a) program Diploma (D1) dengan lama studi 1-2 tahun b) program Diploma 2 (D2) dengan lama studi 2-3 tahun c) program Diploma 3 (D3) dengan lama studi 3-5 tahun

Selain itu juga ada program akta mengajar, yang diberikan kepada mereka yang berasal dari fakultas non keguruan untuk memperoleh kemampuan mengajar pada berbagai tingkatan sekolah. Program akta mengajar ini terdiri atas:

1. Akta I sebanyak 20 sks selama dua semester.

2. Akta II sebanyak 20 sks dan dapat ditempuh bagi mereka yang sudah memperoleh 60 sks dalam bidang non kependidikan.

3. Akta III sebanyak 20 sks yang dapat ditempuh selama dua semester setelah memiliki 90 sks untuk bidang studi non kependidikan.


(35)

4. Akta IV dengan beban kredit 20 sks ditempuh selama dua semester setelah memiliki 120 sks dalam bidang studi non kependidikan.

5. Akta V dengan beban kredit 20 sks bagi mereka yang telah memiliki 160 sks bidang studi di luar kependidikan.

Pendidikan dalam berbagai bentuknya, disadari atau tidak, cenderung akan mempengaruhi seseorang dalam cara berfikir maupun bersikap. Selain itu, sesuai dengan perkembangan zaman, pasar kerja dewasa ini lebih mendahulukan calon tenaga dengan kualifikasi pendidikan formal yang relatif tinggi.

E. Status Guru

Guru meliputi semua orang di sekolah-sekolah yang bertanggung jawab dalam pendidikan para murid. Status (kedudukan) yang dipergunakan dalam hubungannya dengan guru-guru berarti martabat atau penghargaan yang diberikan kepada mereka, sebagai tingkat pengakuan atas pentingnya fungsi mereka serta atas kemampuan mereka dalam melakukannya dan persyaratan kerja, penggajian serta keuntungan-keuntungan materi lainnya yang diberikan kepada mereka dibandingkan dengan golongan-golongan karya lainnya.

Menurut Sahertian (1994:10) yang dimaksud dengan status guru adalah kedudukan guru dilihat dari prototipenya dalam suatu sistem sosial. Di dalam pendidikan, status guru terdiri dari dua


(36)

1. Guru Negeri adalah guru yang diangkat dan bekerja dalam suatu instansi milik pemerintah, guru yang diperkerjakan di suatu instansi swasta tetapi tetap digaji oleh negara.

2. Guru swasta adalah guru yang diangkat oleh suatu yayasan tertentu dan digaji oleh yayasan atau lembaga tersebut. Guru swasta masih dapat dibedakan menjadi beberapa kelompok seperti :

- Guru Honorer adalah guru yang bekerja karena diangkat oleh yayasan atau lembaga tertentu dan digaji oleh yayasan tersebut tetapi belum mengajar penuh atau dapat dikatakan sebagai guru Bantu;

- Guru Yayasan adalah guru yang diangkat dan digaji oleh yayasan dan sudah berstatus sebagai guru tetap dari yayasan;

- Guru Tidak Tetap Yayasan adalah guru yang diangkat dan digaji oleh yayasan tetapi statusnya belum tetap.

F. Masa kerja Guru

Menurut Hasibun (2001:93) kerja adalah pengorbanan jasa, jasmani dan pikiran untuk menghasilkan barang-barang atau jasa-jasa dengan memperoleh imbalan prestasi tertentu. Masa kerja adalah waktu yang telah ditempuh tenaga kerja dalam melaksanakan pengorbanan. Menurut Moh. As’ad (1986:5) masa kerja adalah lamanya waktu seseorang bekerja dalam organisasi atau perusahaan. Masa kerja guru menunjuk pada lamanya seseorang dalam menjalani profesinya


(37)

sebagai seorang guru. Lama menjalani profesi guru akan menyebabkan perbedaan kualitas dalam segala hal. Berdasarkan uraian diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa, masa kerja adalah lamanya waktu seseorang bekerja dalam organisasi atau perusahaan.

G. Kerangka Berpikir

1. Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Guru Ditinjau dari Tingkat Pendidikan Persepsi adalah adalah proses pemahaman, menerima, mengorganisasikan dan menginterprestasikan rangsang dari lingkungannya melalui panca indera, sehingga individu tersebut mengerti dan menyadari apa yang diinderakan. Sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan dosen sebagai bukti formal pengakuan sebagai tenaga profesional.

Tingkat pendidikan masyarakat adalah tingkat pendidikan formal tertinggi yang dicapai oleh seseorang. Tingkat pendidikan formal yang dicapai akan membawa pengaruh pada kehidupan seseorang yaitu pengaruh pada tingkat penguasaan pengetahuan yang berpengaruh pada jenjang pekerjaan formal dan status sosial dalam masyarakat. Seorang guru yang mempunyai tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan mempunyai persepsi terhadap sertifikasi guru yang berbeda dengan guru yang mempunyai tingkat pendidikan yang lebih rendah.


(38)

2. Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Guru Ditinjau dari Status Guru

Persepsi adalah adalah proses pemahaman, menerima, mengorganisasikan dan menginterprestasikan rangsang dari lingkungannya melalui panca indera, sehingga individu tersebut mengerti dan menyadari apa yang diinderakan. Sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan dosen sebagai bukti formal pengakuan sebagai tenaga profesional.

Status (kedudukan) yang dipergunakan dalam hubungannya dengan guru-guru berarti martabat atau penghargaan yang diberikan kepada mereka, sebagai tingkat pengakuan atas pentingnya fungsi mereka serta atas kemampuan mereka dalam melakukannya dan persyaratan kerja, penggajian serta keuntungan-keuntungan materi lainnya yang diberikan kepada mereka. Status guru yang bekerja di suatu instansi atau sekolah baik negeri maupun swasta mempunyai status yang berbeda-beda. Ada guru swasta yang berstatus sebagai guru tetap tetapi ada juga yang berstatus diperkerjakan oleh pemerintah dan ada guru yang masih berstatus honorer. Demikian juga guru-guru yang bekerja di sekolah negeri ada yang sudah menjadi guru-guru tetap, ada yang masih menjadi guru tidak tetap dan ada yang menjadi guru bantu atau guru honorer. Dari segi inilah persepsi setiap guru ditinjau dari statusnya akan nampak perbedaannya.


(39)

3. Persepsi guru Terhadap Sertifikasi Guru Ditinjau dari Masa Kerja Guru. Persepsi adalah adalah proses pemahaman, menerima, mengorganisasikan dan menginterprestasikan rangsang dari lingkungannya melalui panca indera, sehingga individu tersebut mengerti dan menyadari apa yang diinderakan. Sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan dosen sebagai bukti formal pengakuan sebagai tenaga profesional.

Masa kerja guru adalah lamanya seseorang menjalani profesinya sebagai seorang guru. Tentu saja selama menjalani profesinya itu akan ada banyak hal yang dihadapinya, dalam hal ini misalnya adanya undang-undang tentang guru dan dosen. Seseorang yang baru saja menjadi guru dengan seseorang yang sudah lama menjalani profesinya sebagai seorang guru akan memiliki perbedaan cara pandang mengenai sertifikasi tersebut.

H. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan yang didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data (Sugiyono, 1999; 51). Dalam penelitian ini dirumuskan suatu hipotesis sebagai berikut.

1. Ada perbedaan persepsi guru mengenai sertifikasi guru ditinjau dari tingkat pendidikan.


(40)

2. Ada perbedaan persepsi guru mengenai sertifikasi guru ditinjau dari status guru.

3. Ada perbedaan persepsi guru mengenai sertifikasi guru ditinjau dari lama bekerja guru.


(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

A Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah studi kasus, yaitu penelitian tentang subjek tertentu dimana subjek tersebut terbatas, maka kesimpulan yang diperoleh hanya berlaku pada subjek yang diteliti (Sevilla, 1993:73).

B Tempat Waktu dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat yang digunakan untuk penelitian yaitu SMA N 1 Bantul, SMA N 1 Sedayu dan SMA N 1 Kasihan di Kabupaten Bantul

2. Waktu Penelitian

Waktu untuk penelitian ini yaitu pada bulan Agustus 2007.

C Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah guru-guru SMA Negeri di Kabupaten Bantul 2. Objek Penelitian


(42)

D Populasi dan Sampel

1. Populasi Penelitian

Populasi adalah jumlah dari keseluruhan subjek penelitian. (Sugiyono, 2003:55). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah semua guru-guru di SMA N 1 Bantul, SMA N 1 Sedayu dan SMA N 1 Kasihan di Kabupaten Bantul

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian dari jumlah keseluruhan populasi yang dipilih dan dianggap mewakili keseluruhan. Dalam penelitian ini, teknik

pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 1999:78). Adapun pertimbangan pengambilan sampel penelitian ini adalah responden yang memiliki tingkat pendidikan Perguruan Tinggi, berstatus pegawai tetap dan memiliki masa kerja lebih dari 20 tahun disekolah negeri. Jumlah sampel penelitian ini adalah 75 guru.

Peneliti menetapkan sampel penelitian adalah guru di SMA N 1 Bantul, SMA N 1 Sedayu, SMA N 1 Kasihan. Berikut daftar sekolah tempat penelitian ini dilakukan :


(43)

Daftar Tempat Penelitian

No Nama sekolah Jumlah Guru 1

2 3

SMA N 1 Bantul SMA N 1 Sedayu SMA N 1 Kasihan

42 49 44

Jumlah 135

E Variabel Penelitian dan Pengukurannya

1. Variabel Penelitian

Variabel adalah suatu karakteristik, ciri, sifat, watak, milik atau keadaan yang melekat pada beberapa subjek, orang atau barang yang dapat berbeda-beda intensitas, banyak atau kategorinya. Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono 1999:32). Dalam penelitian ini variabel yang akan diteliti adalah sebagai berikut.

a. Variabel Terikat adalah persepsi guru mengenai sertifikasi

b. Variabel Kategorial dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan, status dan masa kerja guru

2. Pengukuran Variabel

a. Variabel persepsi guru mengenai sertifikasi digunakan pengukuran berupa pernyataan - pernyataan tentang sertifikasi dengan menggunakan skala likert. Skala likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur sikap,


(44)

pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial. Skala pengukuran dari model likert dengan alternatif jawaban Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Ragu-Ragu (RR), Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS). Masing-masing pertanyaan kemudian dinyatakan dalam 5 (lima) skala pendapat yaitu pertanyaan positif diberi skor SS (5), S (4), RR(3). TS (2) dan STS (1) sedangkan untuk pertanyaan yang bersifat negatif SS (1), S (2), RR (3). TS (4), STS (5). Kuesioner ini disusun untuk memperoleh informasi persepsi guru mengenai sertifikasi. Dalam kuesioner variabel tingkat pendidikan, status guru dan masa kerja guru akan digunakan untuk identitas responden. Variabel persepsi guru terhadap sertifikasi guru dibuat kisi-kisi kuesioner sebagai berikut.

Kisi-kisi Penyusunan Kuesioner

Variabel Indikator No Butir

Persepsi guru terhadap sertifikasi guru

1. Berpendidikan tinggi program sarjana 2. Mengelola pembelajaran

3. Berkepribadian mantap dan dapat menjadi teladan 4. Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan

efisien

5. Menguasai Materi

6. Sertifikasi dilaksanakan oleh LPTK (Lembaga Pelatihan Tenaga Kependidikan) tertentu yang ditunjuk pemerintah

7. Sertifikasi harus menjelaskan keadaan yang sebenarnya

8. Uji sertifikasi harus terbuka

9. Harus dapat dipertanggungjawabkan oleh guru yang memilikinya

10. Setiap guru yang mempunyai sertifikat mendapat kesempatan yang sama untuk diangkat menjadi guru pada satuan pendidikan tertentu

11. Pemerintah berkewajiban menyediakan anggaran untuk peningkatan kualifikasi akademik sertifikat pendidik

1,2 3,4 5, 6 7, 8 9, 10, 11

12 13 14, 15 16 17, 18, 19 20


(45)

12. Meningkatkan kompetensi atau pengembangan profesi materi

21

b. Variabel tingkat pendidikan guru

- ≤ D3 Skor 1 - PT (D4 - S2) Skor 2

c. Variabel status guru

- Guru Tidak tetap Skor 1 - Guru Tetap Skor 2 d. Masa Kerja Guru

- ≤ 20 Tahun Skor 1 - > 20 Tahun Skor 2

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Kuesioner

Kuesioner adalah teknik pengumpulan data dengan menggunakan sejumlah daftar pertanyaan tertulis yang diberikan pada responden untuk diisi dengan jawaban yang sesuai dengan keadaan responden yang sebenarnya. 2. Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan menggunakan dokumen-dokumen tertulis yang tersedia di sekolah sebagai sumber datanya yaitu tentang jumlah guru yang berada di Kabupaten Bantul.


(46)

I. Pengujian Instrumen

1. Pengujian Validitas

Validitas adalah kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. (Sugiyono, 1997). Pengujian validitas ini menggunakan rumus korelasi product moment (Arikunto, 2002:146).

{

( )

}{

( )

}

) )( ( 2 2 2 2 Y Y N X X N Y X XY N rxy Σ − Σ Σ − Σ Σ Σ − Σ = Keterangan:

r

xy = koefisien korelasi N = jumlah responden

X = nilai skor masing-masing item Y = nilai skor seluruh item

Koefisien korelasi yang diperoleh dari hasil perhitungan menunjukkan tinggi rendahnya tingkat validitas instrumen yang diukur. Selanjutnya hasil koefisien korelasi ini dibandingkan dengan nilai r korelasi Product Moment pada tabel. Jika hasil rhitung lebih besar dari pada rtabel maka butir soal tersebut

dapat dikatakan valid, dan begitu pula sebaliknya.

Uji validitas ini menggunakan responden 30 diluar sampel penelitian dimana db = n-2. Derajat kebebasan ini sebesar 28 (30-2) sehingga didapat rtabel dari 0,05 : 28 = 0,239. Uji validitas ini dilakukan dengan bantuan


(47)

program komputer SPSS 12.0 for windows. Adapun rangkuman dari hasil penelitian validitas adalah sebagai berikut.

a. Hasil pengujian validitas untuk variabel persepsi guru terhadap sertifikasi tampak pada tabel.

Tabel 3.1

Rangkuman hasil pengujian validitas Variabel persepsi guru terhadap sertifikasi

Butir r hitung r tabel Ket

1 0,397 0,239 Valid

2 0,409 0,239 Valid

3 0,464 0,239 Valid

4 0,716 0,239 Valid

5 0,502 0,239 Valid

6 0,477 0,239 Valid

7 0,395 0,239 Valid

8 0,461 0,239 Valid

9 0,583 0,239 Valid

10 0,650 0,239 Valid

11 0,359 0,239 Valid

12 0,477 0,239 Valid

13 0,728 0,239 Valid

14 0,580 0,239 Valid

15 0,662 0,239 Valid

16 0,678 0,239 Valid

17 0,377 0,239 Valid

18 0,548 0,239 Valid

19 0,468 0,239 Valid

20 0,723 0,239 Valid

21 0,487 0,239 Valid

Sumber: data penelitian diolah

Mengingat nilai-nilai dari rhitung lebih besar dari rtabel maka dapat disimpulkan bahwa semua butir soal pernyataan persepsi guru terhadap sertifikasi dikatakan valid.


(48)

2. Pengujian Reliabilitas

Instrumen penelitian yang adalah instrumen bila digunakan berkali-kali akan menghasilkan data yang sama. (Sugiyono,1997). Uji reliabilitas digunakan untuk menunjukkan tingkat keandalan kuesioner dalam penelitian. Yang dicari dengan persamaan Alpha Cronbach:

(

)

      −       −

=

2

2 11 1 1 t b k k r σ σ Keterangan:

r11 = reliabilitas instrumen k = banyaknya butir pertanyaan

2

b

σ = jumlah varian butir

2 t

σ = varian total

Suatu instrumen penelitian dikatakan reliabel jika rhitung lebih besar dari rtabel pada taraf siginifikansi 5%. Sebaliknya suatu instrumen penelitian dikatakan tidak reliabel jika rhitung lebih kecil dari rtabel. Perhitungan reliabilitas ini dilakukan dengan bantuan program komputer SPSS 12.0 for windows. Dari hasil pengujian instrumen diperoleh rhitung variabel persepsi guru mengenai sertifikasi guru yaitu 0,893 sedangkan rtabel dengan taraf signifikan 5% sebesar 0,239 maka kuesioner tersebut dapat dipercaya dan dapat diandalkan sebagai alat ukur. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat rangkuman hasil pengujian reabilitas pada tabel berikut.


(49)

Tabel 3.2

Rangkuman hasil pengujian reliabilitas

Variabel r hitung r tabel Keterangan

Persepsi Guru terhadap Sertifikasi 0,893 0,239 andal Sumber: data penelitian diolah

Untuk dapat memberikan interpretasi koefisien korelasi maka dapat digunakan pedoman seperti pada tabel berikut (Sugiyono, 1999; 183).

Tabel 3.3

Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00 – 0,199

0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 0,000

Sangat Rendah Rendah Sedang Kuat Sangat Kuat

Berdasarkan hasil pengujian, intrepretasi terungkap bahwa persepsi guru terhadap sertifikasi adalah sangat kuat.

H. Teknik Analisis Data

1. Pengujian Persyaratan Analisis

Untuk mendapatkan suatu kesimpulan yang tepat, diperlukan analisis data yang benar, sebelum dilakukan analisis terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan analisis yaitu uji normalitas dan uji homogenitas .

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang digunakan dalam penelitian berdistribusi normal atau tidak. Untuk mengetahui hal tersebut digunakan rumus Kolmogorov-Smirnov (Sugiyono 1999; 225) dinyatakan dalam rumus :


(50)

Keterangan :

D maksimum = Deviasi maksimum

Sn(x1) = Distribusi kumulatif yang ditentukan Sn(x2) = Distribusi kumulatif yang diobservasi

Jika nilai asymp. Sig. (2 tailed) > taraf nyata 0,05 maka Ho diterima atau distribusi data dikatakan normal. Pengujian normalitas data dilakukan perkelompok sampel.

b.Uji Homogenitas

Pengujian ini digunakan untuk menguji kesamaan varians populasi yang berdistribusi normal, berdasarkan sampel yang telah diambil dari setiap populasi. Uji T-Test adalah metode yang dipakai, selain untuk mengetahui perbedaan persepsi guru terhadap persepsi guru, sekaligus dapat juga digunakan untuk melihat homogenitasnya.

2. Pengujian Hipotesis a. Perumusan hipotesis

1) Perbedaan persepsi guru terhadap setifikasi ditinjau dari tingkat pendidikan.

Ho1: Tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi ditinjau dari tingkat pendidikan.


(51)

Ha1: Ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi ditinjau dari tingkat pendidikan.

2) Perbedaan persepsi guru terhadap setifikasi ditinjau dari status guru Ho2: Tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi ditinjau dari

status guru.

Ha2: Ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi ditinjau dari status guru.

3) Perbedaan persepsi guru terhadap setifikasi ditinjau dari masa kerja guru Ho3: Tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi ditinjau dari

masa kerja.

Ha3: Ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi ditinjau dari masa kerja.

Pengujian hipotesis dilakukan dengan membandingkan t hitung dengan t tabel dengan taraf signifikan α = 0,05 dengan db = n – 2.

Berikut ditetapkan rumus perhitungan nilai t

r n r thit

− − =

1 2

Pengambilan keputusan :


(52)

LEMBAR KUESIONER

A. BAGIAN I

Berilah tanda lingkaran (o) pada alternatif jawaban yang sesuai dengan keadaan anda serta isilah pada bagian bertitik-titik.

Nama Responden :………( bila tidak berkeberatan)

Berilah tanda silang (x) pada jawaban anda yang paling sesuai dengan keadaan anda untuk pertanyaan-pertanyaan di bawah ini :

1. Tingkat pendidikan terakhir Anda : a. ≤ D3

b. PT ( D4/S1 - S2 )

2. Status Kepegawaian Anda di Sekolah ini : a. Guru Tetap

b. Guru Tidak Tetap

3. Lama Anda Bekerja di Sekolah ini : a. ≤ 20 tahun


(53)

B. BAGIAN II

Pilihlah jawaban yang sesuai dengan pilihan Anda, dengan memberi tanda (√ ) pada kolom yang sudah disediakan.

Keterangan :

SS : Sangat Setuju S : Setuju

RR : Ragu-Ragu TS : Tidak Setuju

STS : Sangat Tidak Setuju

No Pernyataan SS S RR TS STS 1. Sertifikasi hanya diikuti oleh guru-guru yang

berkualifikasi pendidikan D4/S1

2. Sertifikasi tidak mensyaratkan tingkat pendidikan sebagai tolok ukurnya.

3.

Dalam sertifikasi bahwa guru dituntut harus mampu membuat rencana pembelajaran adalah tuntutan yang realistis

4.

Dalam sertifikasi bahwa guru dituntut harus mampu menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan kondisi adalah tuntutan yang realistis 5.

Dalam sertifikasi bahwa guru dituntut harus mampu mengevaluasi hasil pembelajaran dengan benar adalah tuntutan yang realistis

6. Sertifikasi diikuti oleh guru-guru yang berkepribadian baik dalam mengajar

7.

Sertifikasi diikuti oleh guru-guru yang yang memiliki perilaku baik dan harus dapat dijadikan teladan bagi anak didiknya

8.

Sertifikasi hanya di peruntukkan bagi guru yang memiliki kemampuan menyampaikan materi secara benar adalah peraturan yang dapat diterima.

9.

Sertifikasi hanya diikuti oleh guru – guru yang memiliki kemampuan berkomunikasi secara lancar dan berinteraksi dengan baik


(54)

10.

Sertifikasi hanya di peruntukkan bagi guru yang memiliki kemampuan menjawab setiap pertanyaan mengenai materi pelajaran merupakan aturan yang dapat diterima

11.

Sertifikasi hanya diikuti oleh guru – guru yang memiliki wawasan tambahan tentang materi pelajaran selain dari buku pelajaran adalah peraturan yang dapat diterima

12.

Sertifikasi dilaksanakan oleh LPTK (Lembaga Pelatihan Tenaga Kependidikan) tertentu yang ditunjuk pemerintah.

13. Sertifikasi dapat mengukur kemampuan sebenarnya yang dimiliki guru berkaitan dengan profesinya 14. Uji sertifikasi dilaksanakan secara terbuka. 15. Uji sertifikasi tidak memungkinkan praktek KKN. 16.

Hasil uji sertifikasi guru harus dapat dipertanggungjawabkan oleh guru yang memilikinya.

17.

Setiap guru yang memiliki sertifikasi memiliki kesempatan yang sama untuk diangkat menjadi guru pada satuan pendidikan tertentu.

18. Dengan sertifikasi, guru memperoleh perlindungan atas kemampuan intelektualnya

19. Guru dalam menjalankan tugasnya akan merasa aman dengan adanya sertifikasi

20.

Pemerintah berkewajiban menyediakan anggaran untuk peningkatan kualifikasi akademik dan sertifikasi pendidikan.

21. Dalam mengikuti sertifikasi guru perlu memperoleh pelatihan – pelatihan seperti seminar


(55)

(56)

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi data

1. Deskripsi Responden

a Tingkat Pendidikan

Berikut ini disajikan tabel deskripsi data tingkat pendidikan responden.

Tabel 4.1

Deskripsi responden dilihat dari tingkat pendidikan guru

Tingkat Pendidikan frekuensi Frekuensi kumulatif (%)

≤ D3 15 20 % PT (D4 - S2) 60 80 % Jumlah 75 100 %

Sumber: data penelitian diolah

Dari data responden menunjukkan bahwa sebagian besar responden tingkat pendidikannya Perguruan Tinggi (D4-S2) sebanyak 60 orang dengan frekuensi kumulatif 80 %.

b Status Guru

Berikut ini disajikan tabel deskripsi data status responden.

Tabel 4.2

Deskripsi responden dilihat dari status guru

Status Guru frekuensi Frekuensi kumulatif (%)

Guru Tidak Tetap 18 24 % Guru Tetap 57 76 % Jumlah 75 100 %


(57)

responden status gurunya sebagai guru tetap sebanyak 57 orang dengan frekuensi kumulatif 76 %.

c Masa Kerja Guru

Tabel 4.3

Deskripsi responden dilihat dari masa kerja guru

Masa Kerja Guru frekuensi Frekuensi kumulatif (%)

≤ 20 Tahun 34 45, 33 % > 20 Tahun 41 54, 67 %

Jumlah 75 100 %

Sumber: data penelitian diolah

Dari data responden menunjukkan bahwa sebagian besar responden lama bekerja sebagai guru lebih 20 tahun sebanyak 41 orang dengan frekuensi kumulatif 54, 67 %.

2. Deskripsi variabel penelitian

Dalam memberikan penilaian masing-masing variabel digunakan Penilaian Acuan Patokan (PAP) tipe II (Ig Masidjo, 1995:157).

a. Persepsi Guru terhadap sertifikasi

Kategori Penilaian Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi

Perhitungan

Skor-skor

F Fr Kategori

21 + 81% (105-21)

21 + 68,04 = 89,04 > 89 9 12 % Sangat Tinggi 21 + 66% (105-21)

21 + 55,04 = 76,44 76 – 89 50 66,67 % Tinggi 21 + 56% (105-21)

21 + 47,04 = 68 68 – 75 12 16 % Cukup 21 + 46% (105-21)

21 + 38,64 = 59,64 60 – 67 4 5 % Rendah Di bawah 46% < 60 0 0 % Sangat rendah


(58)

Dari data diketahui skor tertinggi = 105 dan skor terendah = 21 dengan mean = 80,75; median = 81,00; modus = 82; dan standar deviasi = 7,976. Berdasarkan kategori penilaian diatas maka pada perhitungan 76 – 89 (lihat lampiran 5) dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Persepsi Guru terhadap sertifikasi dikatakan tinggi.

B. Analisis data

a. Pengujian Normalitas

Pengujian normalitas dimaksudkan untuk mengetahui normal atau tidaknya bukti-bukti data variabel persepsi guru terhadap sertifikasi guru, tingkat pendidikan, status guru dan masa kerja guru. Normalitas dapat dilihat berdasarkan kelompoknya. Berikut ini disajikan hasil pengujian normalitas berdasarkan uji sampel dari Kolmogorv Smirnov.

1) Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Ditinjau dari Tingkat pendidikan Guru Tabel 4.4

Hasil Pengujian Normalitas

Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Menurut Tingkat pendidikan Guru

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

15 60 84,67 79,77 7,880 7,758 ,334 ,094 ,334 ,087 -,169 -,094 1,292 ,728 ,071 ,664 N Mean Std. Deviation Normal Parameters a,b

Absolute Positive Negative Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)

tpR tpT

Test distribution is Normal. a.

Calculated from data. b.

Kesimpulan :

Pada tabel 4.4 di atas kelompok tingkat pendidikan rendah diperoleh nilai asymptotics significance = 0,071, kelompok tingkat pendidikan tinggi


(59)

lebih besar dari nilai α = 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa distribusi data variabel persepsi guru terhadap sertifikasi menurut tingkat pendidikan rendah maupun tingkat pendidikan tinggi adalah normal.

2) Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Ditinjau dari Status Guru

Tabel 4.5

Hasil Pengujian Normalitas

Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Menurut Status Guru

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

18 57 85,11 79,37 7,529 7,669 ,225 ,098 ,225 ,085 -,153 -,098 ,956 ,740 ,320 ,644 N Mean Std. Deviation Normal Parameters a,b

Absolute Positive Negative Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)

sgTT sgT

Test distribution is Normal. a.

Calculated from data. b.

Kesimpulan :

Pada tabel 4.5 di atas kelompok status guru tidak tetap diperoleh nilai asymptotics significance = 0,320, kelompok status guru tetap nilai asymptotics significance = 0,644. Oleh karena kedua nilai tersebut lebih besar dari nilai α = 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa distribusi data variabel persepsi guru terhadap sertifikasi menurut status guru tidak tetap maupun tetap adalah normal.


(60)

Tabel 4.6

Hasil Pengujian Normalitas

Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Menurut Masa Kerja Guru

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

34 41 82,06 79,76 8,924 7,056 ,150 ,129 ,150 ,091 -,131 -,129 ,873 ,823 ,431 ,507 N Mean Std. Deviation Normal Parameters a,b

Absolute Positive Negative Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)

mkK mkL

Test distribution is Normal. a.

Calculated from data. b.

Kesimpulan :

Pada tabel 4.6 di atas kelompok masa kerja guru kurang dari 20 tahun diperoleh nilai asymptotics significance = 0,431, kelompok masa kerja guru lebih dari 20 tahun nilai asymptotics significance = 0,507. Oleh karena kedua nilai tersebut lebih besar dari nilai α = 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa distribusi data variabel persepsi guru terhadap sertifikasi menurut masa kerja guru kurang dari 20 tahun maupun lebih dari 20 tahun adalah normal.

b. Pengujian Homogenitas

Uji T-Test adalah metode yang dipakai, selain untuk mengetahui perbedaan persepsi guru terhadap persepsi guru, sekaligus dapat juga digunakan untuk melihat homogenitasnya.

1) Persepsi Guru Menurut Tingkat pendidikan Guru

Pada tabel 4.7 hal 39 diperoleh F 0.013 , Sig. (2 tailed) 0.910

Kesimpulan : Oleh karena AsympSig.(2 tailed) 0.910 > 0.05 maka dapat disimpulkan varians tidak homogen.


(61)

Pada tabel 4.8 hal 40 diperoleh F 0.001 , Sig. (2 tailed) 0.982

Kesimpulan : Oleh karena Asymp Sig.(2 tailed) 0.982 > 0.05 maka dapat disimpulkan varians tidak homogen.

3) Persepsi Guru Menurut Masa Kerja Guru

Pada tabel 4.9 hal 41 diperoleh F 0.943 , Sig. (2 tailed) 0.335

Kesimpulan : Oleh karena Asymp Sig.(2 tailed) 0.335 > 0.05maka dapat disimpulkan varians tidak homogen.

C. Pengujian Hipotesis

1. Pengujian hipotesis I a. Rumusan hipotesis

Ho1 : Tidak ada perbedaan antara persepsi guru terhadap sertifikasi guru ditinjau dari tingkat pendidikan.

Ha1 : Ada perbedaan antara persepsi guru terhadap sertifikasi guru ditinjau dari tingkat pendidikan.

b. Hasil pengujian hipotesis

Uji T-Test digunakan untuk mengetahui perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi. Namun sekaligus dapat juga untuk melihat homogenitasnya. Oleh karena tidak ada kesamaan atau tidak homogen maka membuat penggunaan varians sebaiknya menggunakan equal variance not assumed (diasumsikan kedua varians tidak sama). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat hasil uji T-Test untuk persepsi guru terhadap sertifikasi ditinjau dari tingkat pendidikan berikut.


(62)

Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Ditinjau dari Tingkat Pendidikan Guru

Group Statistics

15 84,67 7,880 2,035 60 79,77 7,758 1,002 tp

1 2 pgts

N Mean Std. Deviation

Std. Error Mean

Independent Samples Test

,013 ,910 2,181 73 ,032 4,900 2,246 ,423 9,377

2,161 21,309 ,042 4,900 2,268 ,188 9,612

Equal variances assumed Equal variances not assumed pgts F Sig.

Levene's Test for Equality of Variances

t df Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error

Difference Lower Upper 95% Confidence

Interval of the Difference t-test for Equality of Means

Pada tabel 4.7 terlihat bahwa t hitung untuk persepsi guru ditinjau dari tingkat pendidikan dengan equal variance not assumed (diasumsikan kedua varians tidak sama) adalah 2,161 dengan nilai asymp. Sig. (2 tailed) adalah 0,042. Oleh karena asymp. Sig. (2 tailed) < 0,05, maka Ho1 ditolak yang artinya persepsi guru terhadap sertifikasi ditinjau dari tingkat pendidikan benar-benar berbeda, dalam arti guru yang mempunyai tingkat pendidikan lebih tinggi (PT/ D4 – S2) dibandingkan dengan guru yang mempunyai tingkat pendidikan rendah (< D3) persepsinya berbeda mengenai sertifikasi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara persepsi guru terhadap sertifikasi guru ditinjau dari tingkat pendidikan.

2. Pengujian hipotesis II a. Rumusan hipotesis

Ho2 : Tidak ada perbedaan antara persepsi guru terhadap sertifikasi ditinjau dari status guru.


(63)

b. Hasil pengujian hipotesis

Uji T-Test digunakan untuk mengetahui perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi. Namun sekaligus dapat juga untuk melihat homogenitasnya. Oleh karena tidak ada kesamaan atau tidak homogen maka membuat penggunaan varians sebaiknya menggunakan equal variance not assumed (diasumsikan kedua varians tidak sama). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat hasil uji T-Test untuk persepsi guru terhadap sertifikasi ditinjau dari status guru berikut.

Tabel 4.8 Hasil Uji T-Test

Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Ditinjau dari Status Guru

Group Statistics

18 85,11 7,529 1,775 57 79,37 7,669 1,016 sg

1 2 pgts

N Mean Std. Deviation

Std. Error Mean

Independent Samples Test

,001 ,982 2,781 73 ,007 5,743 2,065 1,628 9,858

2,808 29,016 ,009 5,743 2,045 1,561 9,925

Equal variances assumed Equal variances not assumed pgts F Sig.

Levene's Test for Equality of Variances

t df Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error

Difference Lower Upper 95% Confidence

Interval of the Difference t-test for Equality of Means

Terlihat bahwa t hitung untuk persepsi guru ditinjau dari status guru dengan Equal Variance Not Assumed (diasumsikan kedua varians tidak sama) adalah 2,808 dengan nilai asymp. Sig. (2 tailed) adalah 0,009. Oleh karena asymp. Sig. (2 tailed) < 0,05, maka Ho2 ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara persepsi guru terhadap sertifikasi guru ditinjau dari status guru.


(64)

a. Rumusan hipotesis

Ho3 : Tidak ada perbedaan antara persepsi guru terhadap sertifikasi ditinjau dari masa kerja guru.

Ha3 : Ada perbedaan antara persepsi guru terhadap sertifikasi ditinjau dari masa kerja guru.

b. Hasil pengujian hipotesis

Uji T-Test digunakan untuk mengetahui perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi. Namun sekaligus dapat juga untuk melihat homogenitasnya. Dan karena tidak ada kesamaan atau tidak homogen maka membuat penggunaan varians sebaiknya menggunakan equal variance not assumed (diasumsikan kedua varians tidak sama). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat hasil uji T-Test untuk persepsi guru terhadap sertifikasi ditinjau dari masa kerja guru berikut.

Tabel 4.9 Hasil Uji T-Test

Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Ditinjau dari Masa Kerja Guru

Group Statistics

34 82,06 8,924 1,530 41 79,76 7,056 1,102 mk

1 2 pgts

N Mean Std. Deviation

Std. Error Mean

Independent Samples Test

,943 ,335 1,248 73 ,216 2,303 1,845 -1,375 5,980

1,221 62,279 ,227 2,303 1,886 -1,467 6,072 Equal variances assumed Equal variances not assumed pgts F Sig. Levene's Test for Equality of Variances

t df Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error

Difference Lower Upper 95% Confidence

Interval of the Difference t-test for Equality of Means

Terlihat bahwa t hitung untuk persepsi guru ditinjau dari masa kerja guru dengan Equal Variance Not Assumed (diasumsikan kedua varians tidak


(65)

karena asymp. Sig. (2 tailed) > 0,05, maka Ho3 gagal ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara persepsi guru terhadap sertifikasi guru ditinjau dari masa kerja guru.

D. Pembahasan

a. Persepsi guru terhadap sertifikasi ditinjau dari tingkat pendidikan

Hasil pengujian hipotesis dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi ditinjau dari tingkat pendidikan. Didukung dengan adanya uji hipotesis yang menyatakan bahwa, benar adanya yaitu ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi ditinjau dari tingkat pendidikan.

Analisis butir kuesioner menunjukkan pada kategori tingkat pendidikan rendah dari keseluruhan 20% terdapat 12 % dan pada kategori tingkat pendidikan tinggi dari keseluruhan 80% terdapat 11% jawaban menyatakan setuju.

Berdasarkan UU N. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yaitu salah satu syarat mendapatkan sertifikasi minimal harus berpendidikan strata satu yang diharapkan dapat membentuk pola pikir yang lebih baik sehingga menjadi lebih kreatif dalam hal mengembangkan ilmunya misalnya guru bisa lebih mengembangkan ilmunya dalam hal metode mengajar, penyampaian materi yang lebih bermutu sehingga dapat diterima dengan baik, pemecahan masalah masalah yang sedang dihadapi siswa dan lain sebagainya. Oleh karena itu


(66)

dibandingkan guru yang tingkat pendidikannya rendah (< D3) persepsinya terhadap sertifikasi berbeda. Guru dengan tingkat pendidikan tinggi (PT/ D4 – S2) cenderung menganggap pentingnya sertifikasi guna peningkatan kualifikasi guru agar keprofesionalan guru lebih diakui, dibandingkan dengan guru yang tingkat pendidikannya rendah (< D3). Hal ini didukung dengan adanya Undang-Undang (UU) tentang guru dan dosen, yang pada intinya mengenai peningkatan kualifikasi guru. Guru yang belum berijazah sarjana (S1) dianjurkan oleh pemerintah untuk bersekolah kembali. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas tenaga kualitas tenaga pengajar.

b. Persepsi guru terhadap sertifikasi ditinjau dari status guru

Hasil pengujian hipotesis dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi ditinjau dari status guru. Didukung dengan adanya uji hipotesis yang menyatakan bahwa, benar adanya yaitu ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi ditinjau dari status guru.

Analisis butir kuesioner menunjukkan pada kategori status guru guru Non PNS dari keseluruhan 24% terdapat 12 % dan pada kategori tingkat status guru guru PNS dari keseluruhan 76% terdapat 11% jawaban menyatakan setuju.

Data lain yang diperoleh penulis menunjukkan bahwa kebanyakan tenaga pengajar (guru) justru yang belum berstatus pegawai tetap berlomba-lomba menunjukkan kompetensinya sebagai guru melalui pengembangan- pengembangan ilmu seperti dalam hal metode mengajar,


(67)

baik, pemecahan masalah masalah yang sedang dihadapi siswa dan lain sebagainya. Dengan tujuan utama agar guru tersebut mendapatkan pengakuan sebagai guru berprestasi (mendapat penghargaan) sehingga tujuan lain seperti agar segera diangkat menjadi guru berstatus pegawai tetap (disekolah bersangkutan) lebih berpeluang.

c. Persepsi guru terhadap sertifikasi ditinjau dari masa kerja guru

Hasil pengujian hipotesis dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi ditinjau dari masa kerja guru. Namun uji hipotesis menyatakan lain, yaitu tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi ditinjau dari masa kerja guru.

Tidak adanya perbedaan persepsi tersebut disebabkan karena semua guru baik yang masa kerjanya kurang dari 20 tahun ataupun yang lebih dari 20 tahun, meskipun berprestasi maupun tidak berprestasi harus tetap akan diikut sertakan sertifikasi, sebagaimana diungkapkan oleh Dr. Wahab, Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (http;www.Republika.com). yang menyatakan bahwa pemerintah mentargetkan program sertifikasi guru selesai pada tahun 2015.


(68)

BAB V

KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan penulis, maka secara umum ada dua kesimpulan yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini adalah :

1. Tanggapan positif guru di SMA N 1 Bantul, SMA N 1 Sedayu dan SMA N 1 Kasihan di Kabupaten Bantul terhadap sertifikasi adalah sebagai berikut.

a. UU No. 14 Tahun 2005 merupakan landasan hukum bagi guru dalam meningkatkan kualitas guru, meningkatkan kompetensi guru dan meningkatkan kesejahteraan guru.

b. Kualifikasi akademik sarjana / D IV bagi guru sudah sangat tepat. Hal ini sesuai dengan tuntutan jaman dan perkembangan ilmu serta teknologi.

c. Guru harus memiliki 4 kompetensi dasar yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional.

d. Sertifikasi portofolio bagi guru dalam jabatan sangat menguntungkan karena model ini menghargai masa kerja guru, kualifikasi akademik di masa lalu.

e. Tunjangan profesi bagi pendidik akan dapat terealisasi setelah guru dalam jabatan memperoleh sertifikasi.


(69)

2. Tanggapan negatif guru di SMA N 1 Bantul, SMA N 1 Sedayu dan SMA N 1 Kasihan di Kabupaten Bantul terhadap sertifikasi adalah sebagai berikut.

a. UU No. 14 Tahun 2005 hanya merupakan janji pemerintah yang tidak akan terealisasi.

b. Guru tidak harus berkualifikasi akademik sarjana / D IV tetapi yang penting adalah kreatifitas, loyalitas dan kecintaan guru terhadap profesinya.

c. Dalam pelaksanaan sertifikasi model portofolio kurang sosialisasi sehingga banyak dokumen yang tidak dimiliki guru tidak dapat disertakan dalam sertifikasi dikarenakan rata-rata guru tidak menyimpannya dengan rapi.

d. Guru tidak yakin terhadap realisasi tunjangan profesi guru yang disesuaikan dengan UU.

Adapun hasil pneliian dan analisis data yang telah dilakukan penulis, dalam penelitian ini adalah :

1. Ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi ditinjau dari tingkat pendidikan (t = 2,161 < Sig. (2 tailed) 0,042).

2. Ada perbedaan persepsi guru terhadap ditinjau dari status guru(t = 2,808 < Sig. (2 tailed) 0,009).

3. Tidak Ada perbedaan persepsi guru terhadap ditinjau dari masa kerja guru (t = 1,221 > Sig. (2 tailed) 0,227).


(70)

B. Keterbatasan Penelitian

Penulis menyadari adanya keterbatasan dalam penelitian ini, antara lain sebagai berikut.

1. Keterbatasan kemampuan responden dalam menjawab kuisioner yang diberikan.

2. Peneliti kesulitan menelusuri kejujuran responden dalam menjawab pertanyaan yang dapat menyebabkan kesalahan dalam pengambilan kesimpulan.

3. Keterbatasan dana yang digunakan untuk penelitian dan jumlah responden atau guru-guru di Kabupaten Bantul yang sangat banyak sehingga peneliti hanya mengambil sampel untuk diteliti yaitu 75 responden dari 3 Sekolah Menengah Atas negeri.

C. Saran Penelitian

1. Bagi Guru

- Persepsi merupakan salah satu hal yang penting, karena berawal dari persepsi ini akan terbentuk sikap dan tingkah laku seseorang. Agar guru mempunyai persepsi positif mengenai sertifikasi maka guru harus mampu menjalankan tugas dan kewajibannya dengan baik sesuai kompetensinya sebagai guru. Sebagai seorang pendidik, guru hendaknya mampu menjadi sosok teladan yang baik dan penuh kasih baik didalam maupun diluar sekolah.


(71)

- Dengan adanya sertifikasi ini hendaknya guru semakin termotivasi untuk meningkatkan kualitas / mutu sebagai seorang guru yang ditunjukkan melalui belajar tanpa mengenal waktu dan umur.

2. Bagi Pemerintah

- Tanggapan positif maupun negatif yang diberikan guru-guru tersebut, dapat dijadikan pijakan dalam mempersiapkan guru untuk menghadapi sertifikasi guru. Sertifikasi bukan hanya target angka, sehingga pemerintah juga harus turut mendukung / memantau kinerja para guru tersebut secara terus menerus mengembangkan SDM guru melalui pelatihan-pelatihan yang diadakan sekolah maupun pemerintah. Sehingga guru bersertifikat yang berkompeten tersebut mendapat pengakuan sebagai tenaga professional sehingga kualitas pendidikan mengalami peningkatan.

3. Bagi peneliti yang lain

- Peneliti lain yang hendak mengkonfirmasi hasil penelitian ini diharapkan dapat menggunakannya sebagai bahan acuan untuk penelitian yang akan datang dengan menyumbangkan hasil penelitiannya untuk kemajuan dunia pendidikan.


(1)

LAMPIRAN 6


(2)

PAP II

Penilaian Acuan Patokan (PAP) tipe II digunakan untuk menentukan kategori kecendrungan variabel.

1.Persepsi Guru terhadap sertifikasi .

Skor tertinggi = 5 X 21 = 105

Skor terendah = 1 X 21 = 21

Perhitungan data tiap variable dengan menggunakan rumus;

Skor = nilai terendah + % (nilai tertinggi - nilai terendah)

Kategori Penilaian Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi

Perhitungan

Skor-skor

f

Fr (%)

Kategori

21 + 81% (105-21) =

89,04

> 89

9

12

Sangat positif

21 + 66% (105-21) =

76,44

76 – 89

50

66,67

Tinggi

21 + 56% (105-21) = 68

68 – 75

12

16

Cukup

21 + 46% (105-21) =

56,44

60 – 67

4

5

Rendah

Di bawah 46%

< 60

0

0

Sangat rendah


(3)

LAMPIRAN 7

UJI T-TEST


(4)

1.

Persepsi Guru terhadap sertifikasi ditinjau dari tingkat pendidikan guru

Group Statistics

TP N Mean Std. Deviation

Std. Error Mean

PGTS 1 15 84.67 7.880 2.035

2 60 79.77 7.758 1.002

Independent Samples Test

Levene's Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t Df Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error Difference

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

PGTS Equal

variances assumed

.013 .910 2.181 73 .032 4.900 2.246 .423 9.377

Equal variances not assumed

2.161 21.309 .042 4.900 2.268 .188 9.612

2.

Persepsi Guru terhadap sertifikasi ditinjau dari status guru

Group Statistics

SG N Mean Std. Deviation

Std. Error Mean

PGTS 1 18 85.11 7.529 1.775


(5)

Independent Samples Test

Levene's Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig. T Df Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error Difference

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

PGTS Equal

variances assumed

.001 .982 2.781 73 .007 5.743 2.065 1.628 9.858

Equal variances not assumed

2.808 29.016 .009 5.743 2.045 1.561 9.925

3.

Persepsi Guru terhadap sertifikasi ditinjau dari masa kerja guru

Group Statistics

MK N Mean Std. Deviation

Std. Error Mean

PGTS 1 34 82.06 8.924 1.530


(6)

Independent Samples Test

Levene's Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t Df Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error Difference

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

PGTS Equal

variances assumed

1.074 .304 1.303 73 .197 2.400 1.841 -1.270 6.070

Equal variances not assumed

1.275 62.095 .207 2.400 1.883 -1.363 6.164


Dokumen yang terkait

Persepsi guru terhadap komponen penilaian portofolio sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari sudah atau belum sertifikasi, tingkat pendidikan, golongan jabatan dan masa kerja : studi kasus guru-guru SMA di Kecamatan Klaten Utara Kabupaten Klaten.

0 1 137

Profesionalitas kerja guru ditinjau dari tingkat pendidikan, masa kerja, dan status kepegawaian : survey pada guru-guru SMA se-Kota Yogyakarta.

0 0 128

Persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari masa kerja, tingkat pendidikan, golongan jabatan dan status kepegawaian.

0 4 151

Persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari tingkat pendidikan guru, golongan jabatan guru dan masa kerja guru.

0 2 115

Persepsi guru terhadap program sertifikasi bagi guru dalam jabatan ditinjau dari tingkat pendidikan, masa kerja, beban mengajar, dan status guru ; studi kasus guru-guru SD, SMP, dan SMA di Kabupaten Sleman.

0 0 203

PERSEPSI GURU TERHADAP PROGRAM SERTIFIKASI BAGI GURU DALAM JABATAN DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN, MASA KERJA, BEBAN MENGAJAR, DAN STATUS GURU

0 4 201

PERSEPSI GURU TERHADAP SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN GURU, GOLONGAN JABATAN GURU DAN MASA KERJA GURU

0 0 113

PERSEPSI GURU TERHADAP SERTIFIKASI DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN, STATUS GURU, DAN MASA KERJA GURU

0 0 104

PERSEPSI GURU TERHADAP UJI SERTIFIKASI DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN, STATUS GURU DAN GOLONGAN RUANG

0 0 139

PERSEPSI GURU SMA TERHADAP PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU YANG TERBUKA BAGI SARJANA NON-KEPENDIDIKAN DITINJAU DARI STATUS KEPEGAWAIAN, TINGKAT PENDIDIKAN, DAN MASA KERJA

0 0 160