Berdasarkan wawancara di atas dapat dilihat bahwa pelaksanaan kegiatan SPP telah berjalan dengan baik hingga telah mampu mencapai tujuannya.
Kegiatan SPP telah memberikan kemudahan pinjaman modal dan membantu meningkatkan perekonomian rumah tangga anggotanya.
2. Ketepatan Waktu
Suatu program selain mempunyai tujuan juga harus memiliki target waktu. Artinya, waktu dijadikan sebagai salah satu ukuran keberhasilan program.
Penggunaan waktu yang efektif dan efisien tentu akan memberikan hasil yang baik pada pelaksanaan program. Untuk mengetahui waktu pelaksanaan kegiatan
SPP di Desa Tigalingga maka peneliti mempertanyakan kepada Yessi Pinem selaku Bendahara UPK yang menanggapi dengan jawaban :
“ Dalam SPP masa pengembalian pinjaman adalah selama satu tahun yaitu dua belas bulan. Jadi selama satu tahun anggota harus
dapat mengumpulkan keuntungan untuk mengembalikan pinjaman dari SPP. Di Desa Tigalingga menggunakan 2 versi pengembalian
pinjaman, yaitu setiap satu bulan dan setiap empat bulan.. “
Dari hasil wawancara di atas dapat dilihat bahwa jangka waktu peminjaman dan pengembalian pinjaman SPP adalah selama satu tahun. Di Desa
Tigalingga, terdapat dua metode pengembalian yaitu per satu bulanan dan per empat bulanan. Menurut Ibu Elly Novita Dewi, jenis usaha yang cocok dengan
metode pengembalian pinjaman di Desa Tigalingga adalah dengan berdagang dan menanam jagung. Beliau mengatakan :
“ Di Desa Tigalingga, usaha yang disarankan adalah berdagang dan menanam tanaman berumur pendek seperti jagung. Untuk
pengembalian setiap satu bulan, maka yang cocok adalah bedagang. Karena kalau berdagang keuntungan bisa didapat
Universitas Sumatera Utara
langsung di saat dia berdagang. Sedangkan untuk pengembalian setiap empat bulan, usaha yang cocok adalah berladang jagung.
Karena jagung baru bisa membuahkan hasil jika sudah berumur empat bulan atau lebih. Namun disini kebanyakan berdagang,
karena jika berladang terkadang hasilnya tidak memuaskan sehingga tidak bisa mendapatkan untung. Jadi lebih banyak yang
memilih berdagang. Tetapi usaha apapun yang dipilih oleh anggota kelompok, kami akan tetap memberikan nasehat maupun
pengawasan.. “
Untuk mengetahui efektivitas pelaksanaan kegiatan SPP di Desa Tigalingga, maka peneliti melakukan wawancara mengenai ketepatan waktu
pelaksanaan kegiatan SPP terhadap beberapa informan. Ernita Barus selaku Anggota Tim Verifikasi menyatakan bahwa di Desa Tigalingga pengembalian
pinjaman oleh kelompok SPP telah sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Dalam wawancara beliau mengatakan :
“ Sampai saat ini anggota SPP sudah dapat memanfaatkan waktunya dengan baik karena mereka sudah mampu membayar
penjaman mereka tepat pada waktunya. Kemampuan mereka membayar tepat waktu menunjukkan bahwa mereka sudah bisa
mengembangkan usahanya untuk mencari keuntungan. Kalaupun ada penunggakan jumlahnya hanya sedikit, dapat dihitung jari.
Karena sebelumnya kelompok sudah melewati tahap verifikasi dan penilaian oleh Tim Verifikasi yang menyeleksi kelayakan usaha
kelompok. Jika kelompok tersebut sudah lulus tahap verifikasi berarti usaha-usaha kelompok tersebut memang dinilai mampu
untuk bertahan.. “
Hasil wawancara menjelaskan jika berdasarkan ketepatan waktu anggota untuk mengembalikan pinjaman, dapat dilihat bahwa perekonomiannya juga tetap
berjalan. Pernyataan mengenai ketepatan waktu tersebut sesuai dengan Siska Trianeli selaku Bendahara Kelompok Ula Tersia yang mengatakan :
“ Kami tidak pernah menunggak karena usaha kami sudah cukup berkembang untuk mampu membayar pinjaman dan jumlah
pinjaman dari SPP tidak begitu besar. Apalagi dengan cicilan dua belas bulan dan bunga yang kecil, pastinya masih mampu
Universitas Sumatera Utara
membayar pinjaman tepat pada waktunya. Kelompok Ula Tersia adalah salah satu kelompok SPP terbaik di kecamatan karena
memiliki buku kas yang rapi dan terutama karena pembayaran pinjaman tidak pernah telat. Hal tersebut membuat kami jadi lebih
termotivasi lagi untuk mengembangkan usaha supaya tidak pernah menunggak.. “
Dalam wawancara disebutkan bahwa pengembalian pinjaman oleh kelompok SPP di Desa Tigalingga telah sesuai dengan waktu yang telah
ditetapkan dan tidak ada penunggakan yang terjadi. Pernyataan tersebut sependapat dengan pernyataan Yessi Pinem selaku Bendahara UPK. Informan
mengatakan : “ Sejauh ini pinjaman ibu-ibu kelompok SPP di Tigalingga tidak
ada yang menunggak. Hal tersebut menunjukkan kalau kegiatan ekonominya masih terus berjalan atau ada juga yang meningkat
karena dia masih mampu membayar pinjamannya. Kalau ada anggota yang tidak bisa membayar cicilan pinjamannya, kami
menyarankan agar kelompok menutupinya dari uang kas atau tabungan kelompok agar tidak terjadi penunggakan. Atau bisa juga
dengan tanggung renteng supaya anggota kelompok bekerja sama dalam menyelesaikan masalah-masalah kelompok. Tapi kalau
permasalahan yang membuat anggota tadi masih ada dan mengganggu keuangan kelompok, maka akan dibentuk tim untuk
mendatangi kelompok tadi dan dilakukan pembinaan sampai masalahnya benar-benar teratasi.. “
Dari hasil wawancara di atas dapat dilihat bahwa jika terjadi penunggakan maka akan dilakukan pembinaan dan penyelesaian masalah oleh pelaku PNPM
Mandiri Perdesaan. Salah satunya adalah dengan sistem tanggung renteng. Pernyataan di atas disetujui oleh Risma Sembiring selaku Ketua Kelompok
Mawar. Beliau mengatakan : “ Selama ini setahu saya di desa jarang ada yang menunggak.
Waktu satu tahun saya rasa sudah cukup untuk mengembalikan pinjaman. Karena pinjaman yang diberikan tidak begitu besar atau
semampu peminjam, jadi kalau untung dari berjualan pasti udah bisa buat mengganti pinjaman. Biasanya kalo ada anggota yang
menunggak, anggota kelompok akan saling membantu dengan
Universitas Sumatera Utara
tanggung renteng. Kami mengumpulkan uang untuk menutupi jumlah pinjaman yang tidak mampu dilunasi salah satu anggota
jadi tidak ada penunggakan. Peraturan ini tidak memberatkan karena pada awal pembentukan kelompok juga sudah disetujui
oleh anggota, jadi tidak ada yang mengeluh. Bahkan membantu karena bisa saja suatu waktu kita yang tidak mampu bayar, tapi
jadi bisa tertutupi.. “
Wawancara di atas menjelaskan bahwa anggota kelompok SPP beranggapan bahwa waktu tahun sudah cukup untuk mengembalikan pinjaman.
Selain itu sistem tanggung renteng juga dianggap tidak memberatkan anggota kelompok. Tanggung renteng dianggap membantu karena telah dapat mencegah
penunggakan pembayaran oleh kelompok. Dari data hasil penelitian yang diperoleh peneliti dapat dilihat bahwa pelaksanaan kegiatan SPP di Desa
Tigalingga yaitu satu tahun masa pengembalian pinjaman oleh anggota kelompok sudah tepat pada waktunya dan jarang terjadi penunggakan.
3. Manfaat Yang Diperoleh