BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kemiskinan merupakan masalah sosial yang senantiasa hadir di tengah- tengah masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia
masalah kemiskinan merupakan masalah sosial yang senantiasa relevan untuk dikaji terus-menerus. Ini bukan saja karena masalah kemiskinan telah ada sejak
lama dan masih hadir di tengah-tengah kita saat ini, melainkan pula karena kini gejalanya semakin meningkat sejalan dengan krisis multidimensional yang masih
dihadapi oleh bangsa Indonesia Suharto, 2006. Di Indonesia, program-program pembangunan yang dilaksanakan selama
ini telah memberikan perhatian yang besar terhadap upaya pengentasan kemiskinan. Contohnya seperti Inpres desa tertinggal, pemberian Bantuan
Langsung Tunai BLT, Raskin, kompensasi BBM, pengembangan desa tertinggal, perbaikan kampung, gerakan terpadu pengentasan kemiskinan, dan
program lainnya. Namun, dari berbagai program yang telah dilaksanakan oleh pemerintah tersebut, masih terdapat kekurangan-kekurangan dalam
pelaksanaannya dan belum efektif menanggulangi kemiskinan. Menurut Ritonga, pada dasarnya ada dua faktor penting yang dapat menyebabkan kegagalan
program penanggulangan kemiskinan di Indonesia. Pertama, program-program penanggulangan kemiskinan selama ini cenderung berfokus pada upaya
penyaluran bantuan sosial untuk orang miskin. Upaya seperti ini akan sulit menyelesaikan persoalan kemiskinan yang ada karena sifat bantuan tidaklah untuk
Universitas Sumatera Utara
pemberdayaan, bahkan dapat menimbulkan ketergantungan dan memperburuk moral dan perilaku masyarakat miskin. Faktor kedua adalah kurangnya
pemahaman berbagai pihak tentang penyebab kemiskinan itu sendiri sehingga program-program pembangunan yang ada tidak didasarkan pada isu-isu
kemiskinan, yang penyebabnya berbeda-beda secara lokal http:www.duniaesai.comdirektoriesai37-ekonomi114-mengapa-kemiskinan-
di-indonesia-menjadi-masalah-berkelanjutan.html di akses pada tanggal 12042013.
Oleh sebab itu, upaya pemerintah mengurangi kemiskinan terus menerus dilakukan, dan kini yang sedang dikembangkan adalah Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat untuk masyarakat miskin perkotaan dan juga pedesaan yang telah dilaksanakan hampir pada seluruh wilayah Indonesia yaitu Program
Nasional pemberdayaan Masyarakat Mandiri PNPM Mandiri. Program pemberdayaan masyarakat ini dapat dikatakan sebagai program pemberdayaan
masyarakat terbesar di tanah air. Melalui PNPM Mandiri dirumuskan kembali mekanisme upaya penanggulangan kemiskinan yang melibatkan unsur
masyarakat, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga pemantauan dan evaluasi. PNPM Mandiri dilaksanakan melalui proses pembangunan partisipatif,
kesadaran kritis, dan kemandirian masyarakat, terutama masyarakat miskin, yang ditumbuhkembangkan sehingga mereka bukan lagi obyek melainkan sebagai
subyek upaya penanggulangan kemiskinan Petunjuk Teknis Operasional Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat PNPM Mandiri Perdesaan, 2011.
Menurut program ini, akar permasalahan kemiskinan terletak pada manusia itu sendiri sehingga upaya penanggulangannya pun harus
Universitas Sumatera Utara
menitikberatkan pada pemberdayaan manusia itu sendiri, yaitu mendorong manusia agar dapat menemukan kembali jati dirinya sebagai pengelola alam
semesta. Dalam hal pemberdayaan masyarakat melalui PNPM Mandiri, presiden mengharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, karena program itu
langsung dari usulan masyarakat, sehingga lebih tepat, lebih baik, dan tidak ada kebocoran. Dengan melibatkan dan memikirkan tentang masalah kemiskinan,
diharapkan masyarakat sendiri secara tepat akan membantu mengatasi masalah kemiskinan serta lebih mandiri dan mempunyai kekuatan power dalam
memberdayakan kehidupan mereka. PNPM Mandiri terdiri dari PNPM Mandiri Infrastruktur Perdesaan RIS
PNPM yang ditujukan untuk peningkatan akses masyarakat miskin di perdesaan terhadap pelayanan infrastruktur dasar perdesaan, PNPM Mandiri Pengembangan
Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah PNPM Mandiri PISEW yang merupakan bagian dari PNPM inti yang ditujukan untuk mengatasi ketimpangan antar
wilayah melalui Pengembangan Sosial Ekonomi Masyarakat, PNPM Mandiri Perkotaan yang ditujukan untuk pengembangan pemberdayaan masyarakat di
perkotaan, serta PNPM Mandiri Perdesaan yang merupakan program untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan di
daerah pedesaan. PNPM Mandiri Perdesaan mengadopsi sepenuhnya mekanisme dan prosedur Program Pengembangan Kecamatan PPK yang selama ini berhasil
dilaksanakan. Keberhasilan PPK tersebut adalah penyediaan lapangan kerja dan pendapatan bagi kelompok rakyat miskin, efisiensi,dan efektivitas kegiatan dan
keberhasilannya menumbuhkan kolektivitas dan partisipasi masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
Selama pelaksanaan PPK PPK I, PPK II, PPK III dan PNPM PPK sejak 1998-2007, program pemberdayaan masyarakat terbesar ini telah menjangkau
lebih dari separuh desa termiskin di tanah air. Pada tahun 2007, pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan menjangkau 26.724 desa dari 1.837 kecamatan di 32
provinsi. Pada 2010, pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan meliputi 4.805 kecamatan di 32 provinsi. Dan pada 2012, berdasarkan ancar-ancar Daftar Lokasi
dan Alokasi BLM PNPM Mandiri TA 2012, pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan meliputi 5.146 kecamatan di 32 provinsi Paket Informasi PNPM
Mandiri 2012-2013. Dalam PNPM Mandiri Perdesaan, seluruh anggota masyarakat diajak
terlibat dalam setiap tahapan kegiatan secara partisipatif, mulai dari proses perencanaan, pengambilan keputusan dalam penggunaan dan pengelolaan dana
sesuai kebutuhan paling prioritas di desanya, sampai pada pelaksanaan kegiatan dan pelestariannya. PNPM Mandiri Perdesaan menyediakan fasilitasi
pemberdayaan masyarakat atau kelembagaan lokal, pendampingan, pelatihan, serta dana Bantuan Langsung untuk Masyarakat BLM kepada masyarakat.
Pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan berada di bawah binaan Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan Desa PMD, Departemen Dalam Negeri. Program
ini didukung dengan pembiayaan yang berasal dari alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN, alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
APBD, dana hibah dari sejumlah lembaga pemberi bantuan, dan pinjaman dari Bank Dunia. PNPM Mandiri Perdesaan menyediakan dana langsung dari pusat
APBN dan daerah APBD yang disalurkan ke rekening kolektif desa di kecamatan. Masyarakat desa dapat mempergunakan dana tersebut sebagai hibah
Universitas Sumatera Utara
untuk membangun sarana dan prasarana penunjang produktivitas desa, pinjaman bagi kelompok ekonomi untuk modal usaha bergulir, atau kegiatan sosial seperti
kesehatan dan pendidikan. Program PNPM Mandiri Perdesaan bukan hanya berkisar pada individu
yang miskin tapi juga menganggarkan untuk infrastruktur seperti jalan desa dan program fisik lainnya agar akses masyarakat bisa lebih mudah dan dapat
terjangkau dengan baik. Kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan secara garis besar terbagi dalam lima jenis kegiatan, yaitu kegiatan infrastruktur, pendidikan,
kesehatan, Simpan Pinjam kelompok Perempuan SPP dan kegiatan peningkatan kapasitas Usaha Ekonomi Produktif UEP. Salah satu jenis kegiatan yang
dibiayai melalui BLM PNPM Mandiri Perdesaan adalah kegiatan peningkatan kapasitas dan ketrampilan kelompok usaha ekonomi terutama bagi kelompok
usaha yang berkaitan dengan produksi berbasis sumber daya lokal dan penambahan permodalan simpan pinjam untuk kelompok perempuan yang sering
disebut Simpan Pinjam kelompok Perempuan SPP. Proses pembangunan akan berjalan optimal jika berlandaskan pada
pemberdayaan masyarakat dengan memperhatikan kesetaraan gender. Hal ini sesuai dengan salah satu tujuan pembangunan milenium MDGs di Indonesia
yakni mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan. Permasalahan gender sebenarnya bertumpu pada ketidaksetaraan dan ketidakadian peran dan
beban antara laki-laki dengan perempuan, dimana peranan perempuan agak dikesampingkan sehingga mereka tidak dapat menyalurkan potensi yang mereka
miliki terutama untuk peningkatan taraf hidup mereka sehingga menghambat proses pembangunan yang berakhir pada kemiskinan. Selama ini yang terjadi
Universitas Sumatera Utara
adalah kondisi sosial yang sangat menonjolkan peran laki-laki. Laki-laki dianggap kaum yang derajatnya lebih tinggi dari pada perempuan, sehingga laki-laki
memiliki hak yang lebih besar baik dalam mengatur rumah tangga, memperoleh pendidikan, mengeluarkan pendapat, maupun dalam pengambilan keputusan. Hal
ini tentunya menyebabkan perempuan menjadi kaum marjinal yang selalu terpinggir dan tergusur.
Menurut Yunus, perempuan miskin terbukti lebih cepat menyesuaikan diri dan jauh lebih baik dalam proses membangun kemandirian ketimbang laki-laki.
Perempuan miskin memandang jauh ke depan dan bekerja keras untuk membebaskan diri dan keluarganya dari kemiskinan. Ketika mendapat
penghasilan, prioritas pertama perempuan adalah menyiapkan kehidupan yang lebih baik bagi anak-anak dan rumah tangganya. Sebaliknya, laki-laki cenderung
memprioritaskan segala sesuatu untuk dirinya. Jadi salah satu cara untuk mencapai pembangunan yang baik dalam pengentasan kemiskinan adalah dengan
memberdayakan perempuan dan adanya kesetaraan peranan dan beban antara laki- laki dengan perempuan dalam segala aspek kehidupan. Menurut Yunus, salah
satunya adalah dengan pemberian kredit mikro bagi perempuan miskin. http:ayahaan.wordpress.com20090523surat-untuk-wakil-rakyat
SPP merupakan pinjaman modal usaha tanpa agunan dalam bentuk perguliran dengan kegiatan pengelolaan simpanan dan pinjaman melalui
pembentukan kelompok perempuan. SPP memberikan fasilitas kredit yang mudah untuk perkembangan UMKM dengan memfokuskan pada pemberdayaan
perempuan. SPP memperoleh alokasi dana maksimal 25 dari total dana BLM kecamatan yang merupakan dana kedua terbesar setelah kegiatan infrastruktur.
Universitas Sumatera Utara
Tidak ada batasan alokasi maksimal per desa, namun harus mempertimbangkan hasil verifikasi kelayakan kelompok. Selain itu dana atau modal usaha yang
diperuntukan dan dapat di akses oleh kelompok SPP adalah dana bergulir yaitu dana pinjaman yang telah dikelola dari dana BLM sebelumnya.
SPP sangat membantu masyarakat untuk mendapatkan akses bantuan pinjaman dana dengan jasa pengembalian bunga dan proses pencairan yang
mudah. Caranya cukup dengan membentuk kelompok yang terdiri dari kaum perempuan yang memiliki rencana untuk pengembangan usaha serta menunjukan
identitas yang bersangkutan berupa KTP atau surat keterangan domisili dan mengisi formulir yang sudah disiapkan dalam bentuk proposal pinjaman. Setelah
dilakukan verifikasi oleh tim yang ditentukan dan ditetapkan melalui forum Musyawah Antar Kecamatan MAD, maka dana tersebut sudah bisa dicairkan.
Satu kelompok minimal terdiri dari sepuluh orang anggota yang mana nantinya pinjaman tersebut akan dibagikan kepada masing-masing anggota. Pengembalian
pinjaman tersebut dilakukan setiap bulan selama satu tahun ditambah dengan bunga pinjaman menurun. Keharusan individu berkelompok dengan individu yang
lainnya dalam melakukan kegiatan SPP menyebabkan terciptanya mekanisme kontrol antara anggota satu dengan anggota lainnya dalam sebuah kelompok.
Kabupaten Dairi termasuk dalam daerah yang memperoleh dana bantuan PNPM Mandiri Perdesaan. Sejak dimulai dari tahun 2007, PNPM-MP telah
mendanai sembilan kecamatan di Kabupaten Dairi yaitu Kecamatan Sumbul, Tigalingga, Siempat Nempu, Silima Pungga-Pungga, Siempat Nempu Hulu,
Siempat Nempu Hilir, Gunung Sitember, dan Pegagan Hilir. Tahun 2012, masing- masing memperoleh Rp 3 miliar per kecamatan, kecuali Kecamatan Tanah Pinem
Universitas Sumatera Utara
hanya Rp 900 juta, dengan total Rp 24,9 miliar Daftar Lokasi dan Alokasi Dana PNPM TA 2012.
Menurut Kepala Bidang Pembinaan Kehidupan Masyarakat yang juga Penanggung Jawab Operasional Kabupaten PNPM Mandiri Perdesaan Kabupaten
Dairi, Patiur Gurning, secara umum pelaksanaan program PNPM di Kabupaten Dairi berjalan baik dan peran serta masyarakat cukup tinggi. Kehadiran program
PNPM di Kabupaten Dairi telah membawa perubahan kepada masyarakat dan sangat membantu ekonomi warga, menuju kepada peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Begitu juga dengan perkembangan SPP di Kabupaten Dairi saat ini yang dinilai sudah cukup baik. Hal itu terbukti dengan meningkatnya jumlah dana
setiap tahun yang digulirkan kepada anggota kelompok. Secara umum SPP tersebut digunakan untuk kebutuhan pertanian dan pengembangan industri rumah
tangga home industry. Gurning menjelaskan, bahwa berdasarkan hasil pantauan selama ini, SPP telah membawa perubahan kepada masyarakat untuk
meningkatkan kesejahteraannya. Terutama seperti yang sudah dikembangkan kelompok perempuan di Desa Sumbul Tengah Kecamatan Tigalingga yaitu
kerajinan tangan menenun Ulos Karo. Usaha ini sudah berkembang sehingga telah mampu meningkatkan kesejahteraan keluarga anggota kelompok SPP itu
sendiri. Harian Medan Bisnis, 26 April 2012 http:www.medanbisnisdaily.com diakses pada 12042013.
Kecamatan Tigalingga merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Dairi dengan realisasi dan perkembangan kegiatan sejak adanya
PNPM Mandiri Perdesaan yang berjalan dengan baik atas dukungan masyarakat desa yang ada di Kecamatan Tigalingga serta dukungan Aparat Pemerintahan. Hal
Universitas Sumatera Utara
ini terlihat dari antusiasnya masyarakat dalam berpartisipasi dalam segala tahapan, baik tahapan perencanaan maupun pada tahapan pelaksanaan. Untuk Kecamatan
Tigalingga, tingkat perkembangan SPP dari tahun ke tahun semakin berkembang. Sejak tahun 2007 Kecamatan Tigalingga memiliki 11 kelompok SPP. Pada tahun
2011, terdapat 57 kelompok SPP di Kecamatan Tigalingga. Pada tahun 2012, kelompok SPP meningkat lagi menjadi 96 kelompok. Dan pada tahun 2013,
tercatat sebanyak 105 kelompok SPP dengan penambahan kelompok baru dan juga kelompok lama yang sudah dua kali bahkan lima kali periode peminjaman
dari kegiatan SPP. Laporan Pertanggungjawaban Unit Pengelola Kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan Kecamatan Tigalingga Kabupaten Dairi, 2012.
Tabel 1.1 Perkembangan Simpan Pinjam Kelompok Perempuan Kecamatan Tigalingga Tahun Anggaran 2012-2013
No Nama Desa
2012 2013
Jumlah Kelompok
Alokasi Pinjaman Rp
Jumlah Kelompok
Alokasi Pinjaman Rp
1 Bertungen Julu
6 260.000.000
5 240.000.000
2 Juma Gerat
4 148.000.000
3 138.000.000
3 Lau Bagot
9 419.000.000
6 339.000.000
4 Lau Mil
2 100.000.000
6 180.000.000
5 Lau Molgap
8 280.000.000
9 405.000.000
6 Lau Pakpak
14 510.000.000
11 477.000.000
7 Lau Sireme
8 405.000.000
9 401.000.000
8 Palding
5 288.000.000
5 304.500.000
9 Palding Jaya Sumbul
8 410.000.000
8 356.000.000
10 Sarintonu 9
278.000.000 14
568.000.000 11 Sukandebi
5 162.000.000
8 267.000.000
12 Sumbul Tengah 2
151.000.000 2
171.000.000 13 Tiga Lingga
12 713.000.000
13 876.000.000
14 Ujung Teran 4
140.000.000 6
326.000.000
Jumlah 96
4.264.000.000 105
5.048.500.000
Sumber : Laporan Unit Pengelola Kegiatan Kecamatan Tigalingga Tahun Anggaran 2012-2013
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa Desa Tigalingga merupakan desa dengan jumlah kelompok SPP yang tergolong tinggi dan mengalami
peningkatan. Selain itu, Desa Tigalingga juga menerima alokasi pinjaman yang terbesar dibandingkan dengan desa lainnya dan mengalami peningkatan dari tahun
2012 ke tahun 2013. Dapat dilihat bahwa Desa Tigalingga merupakan desa dengan kegiatan SPP yang terus meningkat dan berkembang secara signifikan jika
dibandingkan dengan desa lainnya. Peningkatan jumlah kelompok SPP menunjukkan adanya partisipasi masyarakat Desa Tigalingga dalam PNPM
Mandiri Perdesaan khususnya kegiatan SPP. Partisipasi ini menunjukkan adanya kemauan masyarakat terutama perempuan di Desa Tigalingga untuk
meningkatkan ekonomi rumah tangganya melalui kegiatan simpan pinjam. Selain itu, besarnya alokasi pinjaman yang diberikan kepada anggota kelompok SPP
yang ada di Desa Tigalingga menunjukkan bahwa kegiatan simpan pinjam sangat diminati oleh masyarakat Desa Tigalingga terutama perempuan.
Pengertian efektifitas secara umum menunjukan sampai seberapa jauh tercapainya suatu tujuan yang terlebih dahulu ditentukan. Kegiatan SPP memiliki
tujuan mempercepat proses pemenuhan kebutuhan pendanaan usaha, memberikan kesempatan kaum perempuan meningkatkan ekonomi rumah tangga melalui
pendanaan modal usaha, dan mendorong penguatan kelembagaan simpan pinjam oleh kaum perempuan. Pelaksanaan kegiatan Simpan Pinjam kelompok
Perempuan PNPM Mandiri dinilai efektif apabila tujuan yang telah ditetapkan tersebut dapat tercapai dengan waktu yang telah ditentukan dan memberikan
manfaat dan hasil yang baik bagi masyarakat khususnya pada kehidupan anggota kelompok SPP itu sendiri. Dari penjelasan tersebut jelas bahwa pentingnya
Universitas Sumatera Utara
mengetahui efektifitas Simpan Pinjam Perempuan PNPM Mandiri Pedesaaan di Desa Tigalingga. Oleh karena itu penulis mengangkatnya dalam sebuah penelitian
yang berjudul “Efektivitas Simpan Pinjam Kelompok Perempuan SPP PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Tigalingga Kecamatan Tigalingga
Kabupaten Dairi ”
1.2 Fokus Masalah