Tipe Bisnis Perdagangan Eceran

Service terkait dengan jam operasional toko seperti jam buka yang panjang atau buka 24 jam nonstop. d. Fasilitas-fasilitas lain Fasilitas yang berkaitan denagn ruang atau lahan parkir, gerai laundry, gerai cuci cetak film. Retail service bersama unsur-unsur bauran pemasaran eceran lainnya mempunyai fungsi memenuhi kebutuhan pembeli dala berbelanja. Meskipun yang dijual oleh sebuah toko berupa barang tangible, pada hakikatnya pembeli mencari barang untuk memenuhi kebutuhannya. Misalnya, air minum dalam kemasan yang dibeli sebenarnya adalah untuk memenuhi kebutuhan “menghilangkan rasa haus”.

2.1.2.5 Tipe Bisnis Perdagangan Eceran

Menurut Davidson, Evans dan Berman yang dikutip oleh Sujana 2005:16, klasifikasi tipe bisnis retail berdasarkan : 1. Kepemilikan ownership a. Single-store retailer Merupakan tipe bisnis retail yang paling banyak jumlahnya dengan ukuran toko umunya dibawah 100 m², mulai dari kios atau toko pasar tradisional sampai dengan minimarket modern dengan kepemilikan individual. b. Rantai toko retail Adalah toko retail dengan banyak lebih dari satu cabang dan biasanya dimiliki oleh suatu instansi bisnis buka perorangan, melainkan dalam bentuk perseroan. Bentuknya mulai dari toko mini market dengan mega hyperstore. c. Toko waralaba franchise store Adalah toko retail yang dibangun berdasarkan kontrak kerja waralaba bagi hasil antara terwaralaba franchise yakni pengusaha investor perseorangan independent bussines person dengan pewaralaba franchisor yang merupakan pemegang lisensi bendera atau nama toko, sponsor dan pengelola usaha. Bentuknya sangat beragam mulai dari fast food restaurant, bengkel. Toko optikal sampai supermarket. 2. Kategori barang dagangan merchandise category a. Toko khas Merupakan toko retail yang menjual satu jenis kategori barang atau suatu rentang kategori barang merchandise category yang relative sempit atau sedikit. Contohnya apotik, pasar seni, toko perhiasan, toko buku, dan sebagainya. b. Toko serba ada Merupakan toko retail yang menjual sebagian besar kategori barangnya adalah barang kebutuhan sehari-hari, umumnya toko retail modern yang sudah mapan adalah berbasis sebagai grocery retailer, dimana yang mereka jual lebih dari assortment bauran produk adalah merupakan kebutuhan pokok basic needs harian pribadi, keluarga atau rumah tangga. Contohnya Carrefour, Makro, dan sebagainya. c. Department store Sebagian besar dari assortment yang dijual adalah merupakan non-basic items bukan kebutuhan pokok, fashionables, dan branded items bermerek dengan lebih dari 80 pola consignment konsiyasi. Item-item grocery, kalaupun dijual hanya sebagai pelengkap complementary. Contohnya Ramayana, Sogo Department store, Matahari, dan sebagainya. d. Hyperstore Menjual barang-barang dalam rentang kategori barang yang sangat luas. Menjual hampir semua jenis barang kebutuhan setiap lapisan konsumen, mulai dari barang grocery, household, textile, optical, dan lainnya dengan konsep one stop shopping everything in one roof, bahkan ganti oli dang anti ban mobil dapat dilayani di dalam toko retail sejenis ini. Paling tidak dibutuhkan sedikitnya 10.000 m² luasan sales area. Toko-toko retail di Indonesia tampaknya belum ada yang dapat dikategorikan dalam tipe hyperstore, bahkan Carrefour sekalipun. Meskipun di negaranya Perancis, Carrefour juga telah mengoperasikan model ini. 3. Luasan area penjualan sales area a. Kios small store Adalah sebuah toko kecil kios yang umumnya merupakan toko retail tradisional, dioperasikan sebagai usaha kecil dengan sales area kurang dari 100 m². b. Minimarket Dioperasikan dengan luasan sales area antara 100 sampai dengan 1.000 m². c. Supermarket Dioperasikan dengan luasan sales area antara 1.000 sampai dengan 5.000 m². d. Hypermarket Dioperasikan dengan luasan sales area lebih dari 5.000 m². 4. Retailer tanpa toko non-store retailer a. Multi Level Marketing MLM Adalah suatu model penjualan barang secara langsung direct selling dengan sistem komisi penjualan berperingkat berdasarkan status keanggotaan dalam distribution lines jalur atau peringkat distribusi b. Mail and phone order retailer Yakni perusahaan yang melakukan penjualan berdasarkan pesanan melalui surat atau telepon. Perusahaan ini mengkompensasikan overhead cost pengoperasian sebuah toko secara fisik dengan pengoperasian delivery services. Perusahaan ini sangat mengandalkan sifat kekhasan atau spesifikasi produk dan penerapan kebijakan above the line promotion promosi di media cetak atau elektronik yang gencar. Contoh dari model non-store retailer ini, antara lain TV Media, DRTV, dan sebagainya. Dalam perkembangannya, contoh retailer tipe inipun tidak lagi murni sebagai non-store retailer dengan dibukanya showroom-showroom konter di hamper seluruh kota besar. c. Internetonline store e-commerce Perkembangan teknologi informasi khususnya internet, telah memungkinkan berkembangnya “toko retail” di dunia maya. Menurut Colombo yang dikutip oleh Sujana 2005:21 menyebutkan bahwa penyebab utama kegagalan banyak e-commerce adalah karena bagitu didewakannya internet sehingga memunculkan anggapan atau keyakinan semu e-commerce bisa menggantikan kedudukan offline retail store. Padahal menurutnya ada hal dari offline retail store yang tidak tergantikan dengan online retailing. Sedangkan e-commerce yang berhasil adalah yang mampu membuat keseimbangan antara online dan offline business processes. Yaitu keseimbangan antara aktifitas promosi dan penjualan secara online di internet dengan aktifitas follow-op tindak lanjut-nya secara fisik di dunia nyata. Proses follow-up tersebut antara lain melalui penyediaan pusat layanan informasi dan konsumen, serta sistem layanan pesan antar yang memadai. 2.1.3 Perilaku Konsumen 2.1.3.1