113 b. Materi pelajaran dikembangkan didalam unit-unit dan diatur
berdasarkanurutan yang logis sehingga peserta didik mudah mempelajarinya.
c. Tiap-tiap respons perlu diberi umpan balik secara langsung sehingga pesertadidik dapat segera mengetahui apakah respon
yang diberikan sudah sesuaidengan yang diharapkan atau belum. d. Peserta didik akan lebih mampu mengingat dan memahami
sesuatu apabila pelajaran tersebut disusun berdasarkan pola dan logika tertentu.
2 Agar dapat menyajikan bahan pengajaran yang sesuai, guru perlu memahami tentang “apa yang sudah diketahui oleh peserta didik”disebut
juga pengetahuan awal prior knowledge, hal ini sejalan dengan teori belajar
a. Kognitivisme b. Behaviorisme
c. Konstruktivisme d. Disiplin Mental
5 Dalam suatu kelas, aktivitas pembelajaran yang dominan dilakukan guru adalah dengan metode ceramah dan siswa dikondisikan untuk mengingat-
ingat materi tertentu untuk menghadapi tes, maka guru tersebut menggunakan teori belajar …
a. Kognitivisme b. Behaviorisme
c. Konstruktivisme d. Disiplin Mental
F. Rangkuman
Tujuan utama teori belajar adalah menjelaskan proses belajar yang mengungkapkan hubungan antara kegiatan siswa dengan proses-proses
psikologi dalam diri siswa atau mengungkapkan hubungan antara fenomena yang ada dalam diri siswa. Implementasi teori belajar dalam pembelajaran IPS
sejalan dengan Permendikbud No. 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran. Implikasi dari hal tersebut, maka aktivitas pembelajaran diarahkan pada kegiatan
yang menggali potensi dari peserta didik meliputi kemampuan berpikir, kemampuan belajar, rasa ingin tahu, dan pengembangan sikap peduli dan
114 bertanggung jawab terhadap lingkungan sosial untuk mewujudkan pendidikan
yang mencakup 4 empat ranah yaitu spiritual, sosial, pengetahuan dan ketrampilan.
Dalam prakteknya dengan berlandaskan pada Permendikbud No. 103 Tahun 2014, guru dapat mengadopsi beberapa teori belajar yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran, kondisi peserta didik dan karakteristik mata pelajaran yang diajarkan.Terdapat tiga macam teori belajar, yaitu behaviorisme, kognitivisme
dan konstruktivisme. Pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan berpijak pada teori behaviorisme
memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti dan tidak berubah. Pengetahuan adalah terstruktur dan rapi, sehingga belajar hanya sebatas
memperoleh pengetahuan, dan mengajar adalah memindahkan pengetahuan kepada peserta didik. Hal ini menyebabkan aktivitas belajar sangat bergantung
pada buku tekswajib dimana peserta didik diminta untuk mengungkapkan kembali isi buku teks wajib tersebut. Penilaian yang dilakukan ditekankan pada
hasil belajar bukan pada proses dan dipandang secara terpisah dari kegiatan pembelajaran melalui pengukuran dan pengamatan.
Perkembangan dari teori ini, muncullah teori belajar kognitivismeyang berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses interaksi yang mencakup
ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi, dan aspek-aspek kejiwaan lainnya. Belajar merupakan aktivitas yang melibatkan proses berfikir yang sangat
kompleks. Proses belajar terjadi antara lain mencakup pengaturan stimulus yang diterima dan menyesuaikannya dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki dan
terbentuk di dalam pikiran seseorang berdasarkan pemahaman dan pengalaman-pengalaman sebelumnya.
Pada teori konstruktivisme, belajar adalah proses mengkonstruksi pengetahuan dengan cara mengabstraksi pengalaman sebagai hasil interaksi antara peserta
didik dengan realitas baik realitas pribadi, alam, maupun realitas sosial. Proses konstruksi pengetahuan berlangsung secara pribadi maupun sosial. Proses ini
adalah proses yang aktif dan dinamis. Beberapa faktor seperti pengalaman, pengetahuan awal, kemampuan kognitif dan lingkungan sangat berpengaruh
dalam proses konstruksi makna. Teori belajar ini dilandasi bahwa manusia sebagai homo creator yang mampu mengkonstruksi realitasnya sendiri.