91
2005 –2025 dan untuk melengkapi dokumen perencanaan guna
meningkatkan daya saing perekonomian nasional yang lebih solid, diperlukan
adanya suatu
masterplan percepatan
dan perluasan
pembangunan ekonomi Indonesia dengan memiliki arah yang jelas, strategi yang tepat, fokus dan terukur.
117
Apa yang dimaksudkan dengan pemerintah sebagai visible hand pun tak lain adalah pengaturan arah kebijakan dalam mendukung legalitas dan
kelancaran liberalisasi komoditi pangan, sesuai dengan apa yang telah disebut oleh Man Ho So dalam KADIN Feed The World Seminar 2010 sebagai
improve global governance of food security . Sementara, jawaban SBY atas pertanyaan partama dan keduanya justru lebih mengisaratkan bahwa selama
ini masyarakat Indonesia tidak sejahtera karena pembangunan ekonominya berjalan lambat dan tidak memiliki masterplan. Dengan demikian, hal yang
patut dipertanyakan selanjutnya adalah: jika bukan dari pemerintah Indonesia sendiri, lalu dari mana ide masterplan percepatan dan perluasan
itu hadir? Untuk menjawabnya, maka pembahasan ini selanjutnya harus melebar ke dalam konteks perekonomian di tingkat regional Asia Timur.
2. Indonesia dalam Regionalisme Asia
New Asian Regionalism merupakan istilah yang dilontarkan oleh Tran Van Hoa untuk menjelaskan perkembangan organisasi ASEAN yang pada
tahun 2002 menjadi ASEAN+3 dan seterusnya, dimana perkembangan
117
Peraturan Presiden RI No.322011, ibid., Menimbang-a
92
perekonomiannya ditandai oleh dengan gencarnya produksi Free Trade Agreement FTA antar Negara anggota. Regionalisme ini disebut baru karena
umur pertumbuhannya memang relativ masih muda jika dibandingkan dengan regionalisme lainnya di Eropa, Pasific dan Amerika.
118
Fenomena pertumbuhan regionalisme ini menjadi menarik untuk dilihat ketika pada era
globalisasi, liberalisasi ekonomi Asia berkembang sangat pesat dengan bersandar pada Asian Value. Dengan demikian regionalism akhirnya
berperan sebagai ruang dimana jawaban dari segala permasalahan ekonomi tersedia.
Apa yang menjadi penting untuk dibahas seputar regionalisme ini adalah bahwa kerjasama ekonomi yang terbangun antar Negara anggotanya
tersebut juga sangat menentukan arah dari pembangunan ekonomi nasional, bahkan kebijakan ekonominya. Hal itu bisa dilihat dalam pembahasan
selanjutnya tentang MP3EI yang tak hanya mempromosikan Indonesia di pasar regional, tapi juga mengadopsi ide dan gagasan pasar regional tersebut
sebagai model promo liberalisasi ekonomi Indonesia. Maka bisa dimaklumi ketika Presiden SBY nampak kebingungan dalam menjelaskan tentang alasan
dipilihnya MP3EI sebagai jalan ekonomi Indonesia, karena ide dan gagasan
118
Tran Van Hoa. 2003. New Asian Regionalism: Evidence on ASEAN+3 Free Trade Agreement From Extended Gravity Theory and New Modelling Approach, Economic Working Paper.
Univesity of
Wollongong Research
Online: http:ro.uow.edu.aucgiviewcontent.cgi?article=1068context=commwkpaperssei-
redir=1referer=http3A2F2Fwww.google.com2Furl3Fsa3Dt26rct3Dj26q3Da sean252B32520free2520trade2520agreement26source3Dweb26cd3D726cad
3Drja26sqi3D226ved3D0CFUQFjAG26url3Dhttp253A252F252Fro.uow.edu.a u252Fcgi252Fviewcontent.cgi253Farticle253D10682526context253Dcommwkpape
rs26ei3DvcPuUK20Kcm- kQX2y4H4Aw26usg3DAFQjCNFDFJyjjJwaQtgCRNF_TFPkfo94eA26bvm3Dbv.135770018
72Cd.bmksearch=22asean2B320free20trade20agreement22
, diakses
pada 11012013.
93
itu adalah hasil surve di tingkat regional dan dalam konteks global, yaitu Comprehensive Asia Development Plan CADP. Oleh karena itu selanjutnya
akan dibahas bagaimana MP3EI mempromosikan Indonesia sebagai potensi dan tantangan? Bagaimana posisi Indonesia dalam CAPD? Hal apa yang
menjadi orientasi dari regionalisme Asia yang diadopsi oleh pemerintah Indonesia dalam MP3EI tersebut?
a. Indonesia sebagai Potensi dan Tantangan
Sebagaimana diketahui bersama sebagai Ibu Pertiwi , sedari dulu Indonesia adalah Negara kepulauan tropis dengan hutan, gunung, sawah,
lautan sebagai simpanan kekayaan yang luar biasa. Masalahnya, dalam konteks pembangunan ekonomi baca: bisnis,
kata sedari dulu itu bukan berarti menghadirkan makna bahwa sesuatu sudah tidak perlu
diperbincangkan lagi karena sudah diketahui bersama common sense. Dengan kata lain, dalam konteks ini sedari dulu itu bisa jadi tidak berlaku,
atau justeru sebaliknya, harus selalu disandingkan bersama kondisi kekinian yang dihadirkan dalam wacana, karena dengan begitu akan mampu
memperlihatkan sejauhmana suatu keberadaan potensi telah disikapi dan dimanfaatkan sebaik-baiknya. Dengan alasan ini maka sangat bisa dimengerti
mengapa potensi Indonesia yang memang sudah terkenal itu masih saja diperkenalkan sampai hari ini.
Sumber daya alam, posisi geografis dan sumber daya manusia adalah sebuah keistimewaan yang tak banyak dimiliki oleh negara-negara di
94
dunia.
119
Ketiga hal inilah yang dijadikan sebagai poin andalan dalam memperlihatkan Indonesia sebagai suatu anugerah sekaligus potensi,
sehingga sangatlah bodoh Indonesia jika hal yang dilirik dan diinginkan oleh banyak Negara tersebut tidak disikapi secara proyektif dan produktif. Maka
dalam rangka itu, promosi MP3EI tentang potensi yang dimiliki oleh Indonesia telah dilancarkan bahkan sejak kebijakan dari masterplan ini
diterbitkan, yaitu Perpres No.322011. Dalam lampirannya dijelaskan bahwa sampai tahun 2010, Indonesia
masih menjadi salah satu produsen besar di dunia untuk berbagai komoditas, antara lain kelapa sawit penghasil dan eksportir terbesar di dunia, kakao
produsen terbesar kedua di dunia, timah produsen terbesar kedua di dunia, nikel cadangan terbesar ke empat di dunia dan bauksit cadangan
terbesar ke tujuh di dunia serta komoditas unggulan lainnya seperti besi baja, tembaga, karet dan perikanan. Indonesia juga memiliki cadangan energi
yang sangat besar seperti misalnya batubara, panas bumi, gas alam, dan air yang sebagian besar dimanfaatkan untuk mendukung industri andalan
seperti tekstil, perkapalan, peralatan transportasi dan makanan-minuman. Secara geografis, posisi Indonesia juga sangat strategis memiliki
akses langsung ke pasar terbesar di dunia karena Indonesia dilewati oleh satu Sea Lane of Communication SLoC, yaitu Selat Malaka yang menempati
peringkat pertama dalam jalur pelayaran kontainer global.
120
Berdasarkan data United Nations Environmental Programme UNEP 2009, terdapat 64
119
BAPPENAS. Ibid., hlm: 4.
120
Ibid.,
95
wilayah perairan Large Marine Ecosistem LME di seluruh dunia yang disusun berdasarkan tingkat kesuburan, produktivitas, dan pengaruh
perubahan iklim terhadap masing-masing LME. Indonesia memiliki akses langsung kepada 6 enam wilayah LME yang mempunyai potensi kelautan
dan perikanan yang cukup besar, sehingga, peluang Indonesia untuk mengembangkan industri perikanan tangkap sangat besar.
121
Sedangkan dari sisi sumber daya manusia, Indonesia juga memengalami peningkatan jumlah penduduk usia produktif sampai tahun
2030, Bappenas menyebutnya sebagai Bonus Demografi pekerja dan pasar, karena ini menunjukkan bahwa potensi ekonomi yang dimiliki oleh
Indonesia juga didukung oleh potensi produktifitas sumber daya manusia di masa mendatang.
122
Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar ke-4 di dunia, dilihat sebagai peluang pasar. Penduduk yang besar
dengan daya beli yang terus meningkat adalah pasar yang potensial, sementara itu jumlah penduduk yang besar dengan kualitas SDM yang terus
membaik adalah potensi daya saing yang luar biasa. Potensi tersebut juga dilihat sebagai tantangan pembangunan
ekonomi Indonesia ke depan, bahwa kekayaan alam yang dimiliki oleh Indonesia tidak merata di seluruh wilayah Indonesia. Sebaran sumber daya
alam, khususnya minyak dan gas, serta pertumbuhan pusat perdagangan dan industri terkonsentrasi di beberapa daerah sehingga menyebabkan
terjadinya kesenjangan ekonomi dan kesejahteraan antar wilayah. Hal ini
121
Peraturan Presiden No.322011, ibid., Lampiran, hlm: 5-6.
122
BAPPENAS. Ibid.,
96
dianggap terkondisikan juga oleh ketersediaan infrastruktur yang tidak memadai dan kurang mendukung aktivitas ekonomi, terutama dalam konteks
konektivitas antar wilayah dalam mempercepat dan memperluas pembangunan ekonomi.
123
Artinya, dalam konteks wacana perekonomian internasional, Indonesia dalam MP3EI adalah wajah besar dari Merauke dalam MIFEE, yaitu
sebuah surplus. Indonesia yang telah diketahui sedari dulu memiliki sumber daya dan posisi strategis ini harus tetap dipromosikan seolah ia adalah hal
baru. Apa yang dibangun oleh segala promosi ini tak lain adalah suatu gambaran tentang kesempurnaan Indonesia sebagai sebuah negara. Dalam
hal ini Indonesia dihadirkan sebagai sesuatu yang selalu baru dan tak terduga sebelumnya. Dan jika Merauke adalah surplus bagi Indonesia, maka dalam
konteks yang lebih besar, Indonesia adalah surplus bagi Asia.
b. Indonesia dalam Comprehensive Asia Development Plan
Jika dalam
konteks Indonesia,
percepatan dan
perluasan pembangunan ekonomi dijalankan antara lain dengan membangun
interkonekvitas antar 6 koridor perekonomian, maka dalam arah perekonomian di tingkat regional Asia Timur, rencana pembangunan
ekonomi juga menghendaki terbangunnya interkonekvitas antar negara. Inilah yang pada dasarnya merupakan induk dari gagasan interkonekvitas
yang diadopsi menjadi MP3EI.
123
Peraturan Presiden No.322011, ibid., Lampiran, hlm: 7-8.
97
Sebagaimana telah dijelaskan sekilas dalam Bab Pendahuluan, MP3EI adalah perwujudan dari Indonesia Economic Development Corridors IEDC
yang terdapat dalam CADP, sebuah program besar yang digagas oleh Economic Research Institute for ASEAN and East Asia ERIA untuk
menyediakan grand design integrasi ekonomi kawasan sub-regional Asia Timur. CADP bermula dari Pernyataan Pers Bersama oleh negara-negara East
Asia Summit terkait dengan krisis ekonomi dan finansial global pada tanggal 3 Juni 2009 yang menyatakan bahwa:
[D]alam rangka mempromosikan pengembangan sub-regional, negara- negara East Asia Summit mendorong ERIA, Asian Development Bank ADB,
dan ASEAN Secretariat ASEC untuk bekerja sama dan secepat mungkin mempersiapkan mungkin masterplan induk yang koheren, yang akan
memberikan kontribusi koordinasi, mempercepat, meningkatkan, dan memperluas inisiatif sub-regional dan mempromosikan partisipasi
swasta.
124
Dalam laporan penelitian ERIA 2009 dijelaskan bahwa CADP adalah: Comprehensive
, yang artinya seluruh rencana didasarkan pada kerangka konseptual yang ketat, memberikan bukti empiris yang kuat, dan menyajikan
strategi pembangunan yang kongkrit dengan lebih dari 600 proyek prospektif pada logistik dan infrastruktur serta ekonomi lainnya. Ini
mencakup berbagai mode kebijakan yang membantu untuk menjembatani pembangunan infrastruktur dan industrialisasi. Asia , berarti mencakup
negara-negara yang berpartisipasi dalam KTT Asia Timur, dengan penekanan pada ASEAN dan negara-negara sekitarnya atau wilayah di Asia Timur
125
.
124
Ruth Banomyong. 2009. Comprehensive Asian Development Plan: A Proposed framework. Thammasat Buseness School:
www.thaifta.comtradeservicessem15sep53_ruth.pdf .
125
Dala CADP, ko sep geografis East Asia didefi isika se ara fleksi el se agai ASEAN and beyond
, terga tu g pada ko teks ya. Terkada g e akup Asia Te ggara da Asia Ti ur
98
Development merujuk tidak hanya pada pertumbuhan ekonomi makro,
tetapi juga untuk berbagai aspek pembangunan ekonomi secara keseluruhan, dengan fokus pada integrasi ekonomi dan kesenjangan pembangunan. Plan
berarti rencana indikatif yang menyediakan kerangka kerja bagi para perancang kebijakan untuk merumuskan dan melaksanakan pembangunan
infrastruktur dan industrialisasi. Jadi, apa yang akan dikerjakan oleh CADP tak lain adalah pelaksanaan suatu program yang berhasrat untuk
mewujudkan sebuah gagasan konektifitas antar Negara dalam bidang ekonomi.
Sejalan dengan CADP, ERIA ditugaskan untuk melakukan proyek studi kelayakan pada awal tahun 2009 sebagai proyek individu pemerintah Jepang.
Tujuan dari proyek adalah: 1 mendorong dan mempercepat pelaksanaan proyek-proyek infrastruktur di Asia Timur; 2 mempromosikan public-
private partnership PPP untuk pembangunan infrastruktur di Asia Timur dengan menyediakan model percontohan, dan; 3 memberi masukan untuk
CADP. Dalam rangka itu ERIA, dengan dukungan dari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia dan Kementerian Ekonomi,
Perdagangan dan Industri Jepang METI, melakukan studi tentang Koridor Pembangunan Ekonomi Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan
melibatkan para pemangku kepentingan lainnya termasuk pejabat pemerintah dari berbagai departemen dan akademisi di Indonesia, serta
dengan merujuk pada RTRWN dan sejumlah laporan Bank Dunia. Dan
Laut atau ASEAN +3 Jepang, Korea dan Cina yang juga sering mencakup India, Australia, dan Selandia Baru dan disebut sebagai ASEAN +6, lihat: ERIA, 2010: 1-2.
99
sebagai salah satu rekomendasi dari hasil studi tersebut tentang hal yang harus diutamakan dalam pembangunan ekonomi Indonesia adalah: Nominasi
dan Pembagian IEDC menjadi 6 koridor ekonomi yang terdiri dari Sumatera Timur-Jawa Barat, Jawa Utara, Kalimantan, Sulawesi Barat, Jawa Timur-Bali-
NTT, dan Papua.
126
Sesampainya di tangan pemerintah Indonesia, enam koridor ekonomi yang telah direkomendasikan oleh ERIA itu tidak langsung diterima mentah
begitu saja, melainkan dinominasi dan disusun ulang sehingga mampu mencakup seluruh wilayah Indonesia dalam enam koridor yang lebih
menyeluruh yaitu Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali-Nusa Tenggara, serta Papua
–Kepulauan Maluku. Maka jadilah bentuk MP3EI – dimana MIFEE adalah bagian di dalamnya
– sebagai program Nasional dalam rangka merealisasikan IEDC dan mengintegrasikan pembangunan ekonomi
Indonesia dengan negara-negara di kawasan regional Asia Timur.
c. Kosmopolitanisme: Jalan ASEAN menuju Kebebasan Tunggal
Lalu apa yang menjadi tujuan dari MP3EI? Jawabnya sudah terpampang dalam pidato Presiden SBY sebagaimana dijelaskan pada bagian
sebelumnya. Namun secara inplisit, pemerintah Indonesia juga telah menjawabnya, yaitu perdagangan bebas free trade.
126
ERIA. 2010. Comprehensive Asia Development Plan CADP, ERIA Research Project Report 2009-7-1. ERIA:
http:www.eria.orgRPR-2009-7-1.pdf , hlm: 177-179, diakses pada
11012013.
100
Sejak Krisis Keuangan Asia 1997-98, negara-negara ASEAN telah memulai serangkaian pertemuan reguler dengan tiga negara Asia Timut Laut
yaitu Jepang, Cina, dan Korea. Banyak hal yang telah dihasilkan dari pertemuan regular tersebut yang secara umum bisa disimpulkan bahwa
negara-negara ASEAN bersama Jepang, Cina dan Korea Selatan dikenal dengan nama ASEAN+3 bersepakat untuk menjalin suatu kerjasama dalam
membangun integrasi ekonomi dengan membangun dan membentuk suatu jaringan perdagangan bebas dalam skala regional Asia Timur. Beberapa
wacana yang secara inplisit terlontar dalam agenda tersebut mencakup antara lain adalah bahwa tekanan globalisasi telah memaksa perusahaan dan
negara untuk mencari efisiensi melalui pasar yang lebih besar, persaingan yang meningkat, dan akses ke investasi dan teknologi asing. Kondisi itu pun
selanjutnya melahirkan keinginan negara-negara Asia untuk mengikat diri dalam sutu kebijakan terkait investasi dan akses lebih aman ke pasar utama.
Hasil nyata dari agenda ini adalah dilahirkannya ASEAN-China Free Trade Agreement FTA yang dengan tegas menyatakan: 1 Memperkuat dan
meningkatkan ekonomi, perdagangan dan kerjasama investasi diantara para pihak; 2 meliberalisasikan secara progresif dan meningkatkan perdagangan
barang dan jasa serta menciptakan suatu rezim investasi yang transparan, liberal dan fasilitatif; 3 menjelajahi daerah baru dan mengembangkan
langkah-langkah yang tepat untuk lebih memperdalam kerjasama ekonomi antara pihak, dan; 4 memfasilitasi integrasi ekonomi yang lebih efektif dan
101
menjembatani kesenjangan pembangunan bagi negara anggota baru ASEAN.
127
Semenjak itu, dan walaupun tergolong sebagai pendatang baru dalam praktek FTA di kancah global, Asia Timur menunjukkan peningkatan yang
dramatis dalam hal banyaknya jumlah perjanjian yang dilahirkan dalam beberapa tahun terakhir terhitung hingga 2010. Ledakan FTA di Asia Timur
ini memang tidak terlepas dari bantuan tiga negara maju Asia Timur Laut yaitu Jepang, Cina dan Korea terkait dengan kebutuhan untuk mendukung
jaringan produksi melalui perdagangan lanjutan dan liberalisasi investasi. Terhitung hingga Mei 2010, Asia Timur telah muncul di garis depan kegiatan
FTA global, dengan 45 FTA yang telah resmi disepakati dan 84 lainnya yang berada dalam tahap persiapan.
128
Selain itu, kesuksesan ASEAN dalam memproduksi FTA juga terdorong oleh perkembangan dan perluasan kerjasama bilateral, regional,
dan multilateral yang memang telah digagas sejak regionalisme ASEAN mulai didirikan pada tahun 1967. Berawal dari ASEAN FTA 1992 di Singapura dan
berlanjut hingga pasca krisis ekonomi Asia 199798, ASEAN dengan cepat melebarkan sayap perdagangan bebasnya seiring dingan meluasnya jaringan
kerjasama dengan berbagai Negara lain. Bisa dilihat bagaimana kerjasama tersebut berkembang dari menjadi ASEAN+1 dengan negara dan kawasan
127
Bi Jing Qing, Prarthana Mitra, Tsuyoshi Minato. 2003. The Future of ASEAN+3 Free Trade Agreement.
http:faculty-course.insead.eduduttemdcprojectsSep-Oct05Group_F.pdf ,
hlm: 4, 12, diakses pada 10022013.
128
ADB. 2010. Free Trade Agreements in East Asia: A Way toward Trade Liberalization?, ADB Briefs no.1 Juni 2010. ADB Publications:
http:www.adb.orgpublicationsfree-trade- agreements-east-asia-way-toward-trade-liberalization
, diakses pada 17102012.
102
mitra wicara; ASEAN+3 China, Jepang, Korea Selatan; ASEAN+6 3 + Australia, New Zealand, and India atau East Asia Summit EAS yang
selanjutnya menjadi ASEAN+8 karena mampu menarik minat Amerika Serikat dan Rusia untuk terlibat didalamnya; serta ASEAN Regional Forum
ARF: 8 + Bangladesh, Pakistan, Sri Lanka, Korea Utara, Mongolia, Timor Leste, Papua New Guinea, Uni Eropa, dan Kanada yang mengusung tema
kerjasama di bidang politik dan keamanan. Sampai di sini tergambar betapa regionalisme berhasrat untuk
menyatukan negara-negara di dunia dalam bingkai kebebasan freedom: kebebasan untuk mengakses semua sumber daya, kapan pun dan dimana
pun. Dalam konteks ASEAN termasuk juga semua regionalisme yang terhubung dengannya, kebebasan tersebut dibayangkan akan terwujud di
dalam sebuah kesatuan yang integral, dimana batas negara tak lagi menjadi penghalang bahkan menjadi jembatan bagi kebutuhan akses terhadap
sumber daya. Inilah kosmopolitanisme, yaitu sebuah visi dari demokratisasi dunia yang didominasi oleh kapitalisme global. Sebagaimana dikatakan oleh
David Harvey :
[C]osmopolitanism has acquired so many nuances and meaning as to negate is putative role as a unifying ethic around which to build the requisite
international regulatory institutions that would ensure global economic, ecological, and political security in the face of an out-of-control, free-market
liberalism.
129
Menurut pemerintah Indonesia, tujuan tersebut hanya bisa dicapai melalui The ASEAN Way , yang demokratik, mengutamakan dialog dan
129
David Harvey. 2001. Cosmopolitanism and the Banality of Geographical Evil. Dalam Comaroff- Comaroff ed. Milennial Capitalism and the Culture of Neoliberalism. Durham London:
Duke University Press, hlm: 272.
103
konsensus serta menghormati prinsip-prinsip kedaulatan dan tidak ikut campur dalam urusan negara anggota ASEAN. Itulah yang membawa ASEAN
kini telah bertransformasi menjadi salah satu organisasi regional tersukses di dunia. Adalah juga tugas bangsa Indonesia untuk menggunakan segenap
sumber daya yang ada demi menciptakan konektifitas ASEAN, baik secara fisik, kelembagaan dan antar-penduduk. Karena kesemuanya itu tak lain
adalah dalam rangka mewujudkan motto ASEAN: One Vision, One Identity, One Community .
130
Jika pembahasan ini dibawa kembali ke Merauke, maka akan ditemukan MIFEE dengan wajah yang jauh lebih kecil dari sebelumnya,
dalam artian bahwa MIFEE hanyalah merupakan bagian kecil dari gerakan pembangunan ekonomi Asia Timur yang menghendaki konektivitas regional
di level formal dan material. Konektivitas sebagai bentuk dari solusi ruang spatial fix, tak lain adalah jalan keluar dari masalah penurunan nilai
devaluation yang disebabkan oleh terjadinya akumulasi berlebih overaccumulation dari produksi kapital.
131
Dan jika dikaitkan dengan teori ideologi dalam psikoanalisa
Žižekian, maka spatial fix ini adalah sebuah bentuk dari kerangka ideologi neoliberal yang tersistematisir dalam wacana
pengembangan ekonomi dengan mengkonstruksi identitas universal masyarakat Asia.
130
Chairil Abidin, Hardyanto, Aldi Triyanto. 2011. Konektivitas ASEAN: Peluang dan Tantangan. Kementrian
Sekretarian Negara
RI: http:www.setneg.go.idindex.php?option=com_contenttask=viewid=6033Itemid=29
, diakses pada 17122012.
131
David Harvey. 2001b. Spaces of Capital Towards a Critical Geography. New York: Routledge, hlm: 300.
104
BAB III TANAH DAN IDENTITAS PRIMORDIAL MARIND
Sejak beroprasinya MIFEE yang ditandai dengan masuknya berbagai perusahaan perkebunan dan tanaman pangan ke kampung-kampung di
Merauke mulai akhir tahun 2011, berbagai fenomena baru seputar permasalahan sosial, ekonomi, politik dan budaya terjadi dalam kehidupan
masyarakat Marind. Fenomena baru tesebut terjadi secara beragam, sangat kontras dengan situasi sebelumnya, mulai dari hingar-bingar bunyi motor 2
tak dan sound system pasca pembayaran uang Tali Asih dari perusahaan,
konflik antar marga dan perpecahan masyarakat dalam kampung, demonstrasi besar-besaran menuntut uang kompensasi tanah, hingga
pertemuan masyarakat antar distrik yang mendeklarasikan penolakan terhadap MIFEE. Hal tersebut menggambarkan kondisi yang diakibatkan oleh
pertemuan masyarakat Marind dengan berbagai aktivitas lapangan yang telah dilakukan oleh perusahaan, mulai dari proses sosialisasi, kesepakatan
atas tanah, hingga praktek eksploitasi hutan oleh perusahaan yang juga melibatkan masyarakat lokal.
Apa yang secara langsung muncul sebagai pertanyaan atas fenomena tersebut adalah mengapa dan bagaimana itu bisa terjadi? Dari pertanyaan itu,
secara singkat penulis pun bisa mengajukan jawaban bahwa itulah yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI