8. Barge Loading
Yaitu, proses pengangkutan dari tempat penimbunan bahan galian stockpile menuju tongkang . Caranya dengan membuka chute hopper di
bawah tumpukan batubara yang dibawahnya terdapat underground tunnel dengan reclaim hopper dan barge loading conveyor BLC, maka
batubara dengan sendirinya dapat dipindahkan atau dimuat ke dalam tongkang sesuai dengan kualitas yang diinginkan buyer. Proses ini
dilakukan oleh Coal Processing Plant CPP dibawah Departemen Operation
. 9.
Barging Yaitu, proses pengangkutan batubara dari tongkang menuju vessel.
Dilakukan oleh Departemen Shipping dengan menggunakan jasa kontraktor PT. Global Trans Energy Internasional untuk area Kelubir
Mining Operation KMO dan PT. Energy Samudra Logistik untuk area
Sekayan Mining Operation SMO.
H. Pemasaran
Kegiatan pemasaran dilakukan di dalam negeri dan di luar negeri ekspor. Dengan nama trader adalah Maheswari, Solid Black Gold, Tenaga
Listrik Gorontalo, HBK, DMO, dan Coal Upgrading.
I. Dampak Kegiatan Pertambangan terhadap Lingkungan dan Kebijakan
Penanganannya
PT. Pesona
Khatulistiwa Nusantara
merupakan perusahaan
pertambangan batubara yang memiliki kepedulian yang tinggi mengenai masalah lingkungan. Hal ini sejalan dengan misi perusahaan, yaitu
memproduksi dan menyediakan produk berbasis batubara kelas dunia dengan menjalankan cara terbaik dalam operasi, efisiensi biaya, proses yang aman
dan ramah lingkungan dan menggunakan teknologi terbaik yang sesuai. Tabel 4.5 merupakan dampak yang ditimbulkan dari proses kegiatan
penambangan batubara di PT. Pesona Khatulistiwa Nusantara.
Tabel 4.5 Dampak yang Ditimbulkan Bagi Lingkungan dari Setiap Proses
Kegiatan Penambangan Batubara di PT. Pesona Khatulistiwa Nusantara No.
Kegiatan Dampak Bagi Lingkungan
1 Land Clearing
Kualitas udara, kebisingan, erosi dan sedimentasi, kesuburan tanah, kualitas
air, flora, fauna, biota perairan
2 Soil Removal
Kualitas udara, erosi dan sedimentasi, air limpasan, kesuburan tanah, bentang
alam, dan terganggunya biota perairan
3 Overburden Removal
Kualitas udara, erosi dan sedimentasi, kesuburan tanah, bentang alam, air
asam tambang, dan terganggunya biota perairan
4 Coal Cleaning
Kualitas udara dan air asam tambang 5
Coal Getting Kualitas udara, bentang alam, kualitas
air, dan air asam tambang
6 Hauling
Kualitas udara dan kebisingan 7
Crushing Kualitas udara, kebisingan, dan air
limpasan
8 Barge Loading
Kualitas udara dan kebisingan 9
Perbengkelan Limbah B3
Sumber: Dokumen AMDAL PT. Pesona Khatulistiwa Nusantara
Dari dampak yang ditimbulkan tersebut, PT. Pesona Khatulistiwa Nusantara melakukan pengelolaan dan pemantauan lingkungan sesuai dengan
misi perusahaan. Teknik dan metode pengelolaan lingkungan yang dilaksanakan oleh PT. Pesona Khatulistiwa Nusantara meliputi
1. Pengelolaan Lingkungan
Pengelolaan lingkungan bertujuan untuk mempertahankan daya dukung lingkungan di sekitar lokasi kegiatan, dan mencegah,
menanggulangi serta mengendalikan dampak negatif yang akan timbul dan meningkatkan dampak positif yang ditimbulkan kegiatan. Selain itu,
pengelolaan lingkungan juga dapat menjaga keserasian hubungan kemitraan antara pelaksana dan pemrakarsa proyek dengan masyarakat di
sekitarnya dalam menangani permasalahan pengelolaan dan pemantauan lingkungan sesuai dengan peraturan dan perundangan-undangan.
Pengelolaan lingkungan meliputi: a.
Pengupasan dan Pengangkutan Tanah Pucuk Top Soil Pengupasan tanah pucuk top soil dilakukan secara bertahap sesuai
dengan renacana penambangan. Setelah dilakukan penggalian, tanah pucuk kemudian dipindahkan ke lokasi penimbunan yang sudah
sesuai dengan kontur yang direncanakan, atau ditumpuk di tempat khusus stock soil. Selanjutnya dilakukan perawatan sebelum
lapisan tanah tersebut diambil kembali dan ditebarkan pada daerah tempat penumpukan tanah penutup untuk keperluan revegetasi.
Lapisan tanah pucuk yang telah ditempatkan pada disposal maupun stock soil
segera ditanami dengan tanaman penutup untuk mengurangi proses erosi dan menghindari terjadinya pencucian
unsur hara oleh hujan. b.
Penggalian dan Penimbunan Batuan Penutup Overburden Batuan penutup overburden dari hasil penggalian kegiatan
penambangan akan ditimbun pada lokasi penimbunan disposal area
, baik pada lubang bekas tambang In Pit Dump maupun di luar tambang Out Pit Dump. Untuk menjaga kestabilan lereng dan
aspek keselamatan kerja, maka penimbunan batuan penutup dibuat teras berjenjang.
c. Penanganan Air Limpasan dan Air Buangan Tambang
Aktivitas penambangan dan pembongkaran lapisan tanah penutup menyebabkan bagian tertentu dari batuan yang mengandung mineral
sulfida pirit, kalkopirit, markasit, dan lain-lain yang terpapar,
dengan kondisi terdapat air dan oksigen mengalami oksidasi, sehingga menyebabkan air dalam kondisi asm. Air yang keluar dari
sumber inilah yang dikenal dengan Air Asam Tambang AAT. Pengelolaan AAT dilakukan dengan menggunakan sediment pond
dan settling pond. Air limpasan dari pembukaan lahan mengalir secara alamiah ke sediment pond dan diteruskan ke settling pond.
Pada settling pond, dilakukan pengukuran kualitas air limbah harian, dengan parameter pengukuran antara lain:
1 Asam pH dengan menggunakan alat pH meter dan kapur
sebagai perlengkapannya. 2
Kekeruhan TSS dengan menggunakan alat Colimeter dan tawas sebagai perlengkapannya.
3 Debit air dengan menggunakan alat V-Notch weir.
Ketiga pengukuran kualitas air limbah harian ini bertujuan untuk memastikan bahwa air keluaran kolam memenuhi nilai baku mutu
yang dipersyaratkan sesuai dengan regulasi yang berlaku. Lokasi titik pemantauan kualitas air tersebut dinamakan WMP Water
Monitoring Point . Lokasi dan sumber aliran settling pond terdapat
pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Lokasi dan Sumber Aliran Settling Pond
di PT. Pesona Khatulistiwa Nusantara No
Site Lokasi
Sumber Aliran
1 KMO
Settling Pond 02K
Port Settling Pond
03K Disposal OPD 1 A
Settling Pond 04K
Tambang dan OPD 1 B Settling Pond
05K Tambang
Settling Pond 06K
OPD 3 Settling Pond
07K OPD 2
2 SMO
Settling Pond 01S
CPP Settling Pond
02S IPD
Settling Pond 03S
Tambang dan IPD
Sumber: Dokumen Laporan Pelaksanaan Pengelolaan dan Pemantauan PT. Pesona Khatulistiwa Nusantara
d. Penanganan Limbah Padat dan Limbah B3
Pengelolaan limbah kegiatan penunjang operasional tambang ditangani sesuai dengan jenis limbah yang dihasilkan seperti pada
Tabel 4.7.
Tabel 4.7 Lokasi Limbah Berbahaya dan Beracun
di PT. Pesona Khatulistiwa Nusantara No
Sarana Lokasi
Keterangan
1 TPA Sampah Lokasi
pembuangan disposal area
aktif Untuk sampah dari
perkantoran dan mess
2 Oiltrap
Workshop, pengisian dan
penyimpanan BBM dan ruang genset
Untuk penyaringan limpasan oli dan solar
yang tercecer
3 Tempat
Penyimpanan Sementara
Limbah Berbahaya
dan Beracun TPS LB3
Workshop Untuk lokasi
penampungan sebelum diangkut oleh
pengumpul resmi
Sumber: Dokumen Laporan Pelaksanaan Pengelolaan dan Pemantauan PT. Pesona Khatulistiwa Nusantara
Limbah yang dihasilkan digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu: 1
Limbah Domestik Limbah domestik terdiri atas 2, yaitu:
a Sampah Organik
Sampah organik digunakan sebagai bahan baku menjadi pupuk kompos.
b Sampah Anorganik
Sampah anorganik dilakukan pemilihan sampah yang mempunyai nilai ekonomis dan dapat dimanfaatkan kembali.
2 Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun B3
Yaitu, limbah yang dihasilkan dari kegiatan workshop, maintenance
alat berat dan truk maupun peralatan operasional berupa:
a Limbah cair, seperti oli bekas dan solar bekas
b Limbah padat, seperti filter bekas, aki bekas, hose bekas,
grease bekas, kain maju bekas, dan sludge.
Limbah B3 selanjutnya dipisahkan berdasarkan jenisnya kemudian dikumpulkan ke dalam TPS Tempat Penyimpanan
Sementara B3. Untuk limbah B3 yang dihasilkan kemudian diserahkan kepada pihak ketiga yang telah memiliki izin resmi
dari Kementrian Lingkungan Hidup, yaitu PT. Maju Asri Jaya Utama, PT. Putra Daerah Mandiri Jaya dan CV. Limbah Bina
Sejahtera. e.
Penanganan Debu dan Kebisingan Pengelolaan debu akibat kegiatan tambang dilakukan di sepanjang
jalan angkut batubara coal hauling dan di dalam tambang pit dengan melakukan penyiraman secara rutin sesuai dengan intensitas
curah hujan. Untuk penanganan penyiraman area jalan tambang menggunakan water truck yang dimiliki kontraktor.
Penanganan kebisingan dilakukan dengan pemasangan rambu pada area rawan kebisingan, seperti pada area Coal Processing Plant
CPP dan genset serta penyediaan fasilitas ear plug dan ear muff.
Selain itu, juga dengan penanaman pohon pada area Coal Processing Plant
CPP guna penghalang debu serta meredam kebisingan. f.
Penanganan Erosi Untuk mengurangi laju erosi dilakukan dengan cara 3 cara, yaitu:
1 Penanaman pada area lereng dengan jenis rumput-rumputan,
cover crop , dan tanaman lain yang dapat menghambat laju erosi.
2 Pembentukan desain lokasi pembuanagn disposal area, yang
meliputi ketinggian jenjang, kemiringan lereng, kemiringan bidang datar.
3 Fasilitas drainase yang dipusatkan menuju parit air yang
bermuara ke sediment pond. g.
Reklamasi dan Revegetasi Reklamasi dan revegetasi merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dalam menjaga kelestarian lingkungan pertambangan, diantaranya
melindungi lahan
langsung dari
air hujan,
memperlambat aliran permukaan, menjaga kemampuan tanah dalam penyerapan air, dan mengikat partikel tanah tetap pada tempatnya.
1 Reklamasi
Reklamasi dilakukan secara bertahap dengan menempatkan batuan penutup pada lahan timbunan, baik di dalam maupun luar
tambang. Pada lahan timbunan batuan penutup tersebut dilapisi dengan lapisan tanah penutup top soil. Teknik reklamasi lahan
ini disesuaikan dengan sistem penambangan terbuka yang menggunakan metode gali isi back filling method.
2 Revegetasi
Revegetasi dilakukan di area siap tanam, yaitu area yang sudah direklamasi, recounturing, dan sudah diberi lapisan tanah
penutup top soil sehingga kondisi tanah sudah siap untuk ditanami.
Untuk menyediakan ketersediaan bibit pohon yang siap tanam, Departemen Safety, Health, and Environment SHE melakukan
serangkaian kegiatan, yaitu mulai dari penyediaan benih, persemaian, hingga kegiatan penyediaan bibit siap tanam. Jenis
pohon yang ditanam secara garis besar digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu tanaman poineer, kehutanan, dan tanaman buah.
Jenis dari setiap tipe tanaman tersebut di tempatkan di rumah pembibitan nursery yang dibedakan menjadi tanaman yang
berumur kurang dari tiga bulan dan lebih dari tiga bulan. Tanaman yang siap tanam adalah tanaman yang berumur lebih
dari tiga bulan. Selain kegiatan penanaman, kegiatan perawatan juga dilakukan
sebagai upaya
menciptakan lingkungan
kondusif agar
pertumbuhan tanaman optimal. Kegiatan perawatan yang dilakukan antara lain penyulaman kembali tanaman yang mati,
pemupukan, penyemprotan, dan penyiangan.
2. Pemantauan Lingkungan
Pemantauan lingkungan
merupakan upaya
pencegahan, pengendalian dan penanggulangan dampak lingkungan yang dihasilkan
dan juga meningkatkan dampak penting positif yang dihasilkan dari suatu kegiatan usaha. Dengan pemantauan lingkungan dapat mengetahui
efektifitas pelaksanaan pengelolaan lingkungan dalam meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan. Pemantauan lingkungan meliputi:
a. Pamantauan Kualitas Air Limpasan, Air Buangan Tambang dan
Sungai Pemantauan analisa kualitas air daerah pertambangan PT. Pesona
Khatulisriwa Nusantara dilakukan oleh lembaga yang terakreditasi yaitu
Balai Riset
dan Standarisasi
Industri Samarinda
BARISTAND. Kualitas air dilakukan setiap satu bulan sekali untuk limbah cair dan tiga bulan sekali untuk kualitas badan airsungai.
b. Pemantauan Biota Perairan
Pemantauan biota air dilakukan untuk mengetahui dampak yang terjadi pada badan air penerima sungai sebagai akibat pembuangan
limbah kegiatan penambangan batubara. c.
Pemantauan Kualitas Tanah Pemantauan terhadap kualitas tanah diperlukan untuk mengukur
tingkat kesuburan tanah, yang berhubungan erat dengan tingkat pertumbuhan tanaman. Pengujian analisa tanah PT. Pesona
Khatulistiwa Nusantara dilakukan setiap satu tahun sekali dengan
dengan menggunakan jasa Laboratorium Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Mulawarman, Samarinda.
d. Pemantauan Stabilitas Lereng dan Erosi
Pemantauan terhadap kestabilan lereng maupun peningkatan erosi tanah pada lahan terbuka dilakukan setiap tahun dan dipantau secara
rutin selama kegiatan penambangan berlangsung. e.
Pemantauan Kualitas Udara Secara umum, pemantauan kualitas udara dibedakan menjadi dua,
yaitu: 1
Pemantauan Udara Ambien Pengukuran kualitas udara dilakukan setiap tiga bulan sekali
dengan menggunakan jasa Laboratorium Balai Riset dan Standarisasi Industri Samarinda BARISTAND.
2 Pemantauan Emisi Gas Buang
Pemantauan emisi gas buang dilakukan di PT. Pesona Khatulistiwa Nusantara secara umum dilakukan pada emsi
sumber bergerak dan tidak bergerak. Pemantauan tersebut dilakukan setiap enam bulan sekali dengan menggunakan jasa
Laboratorium Balai Riset dan Standarisasi Industri Samarinda BARISTAND.
3 Pemantauan Iklim Mikro
Pemantauan iklim mikro termasuk pada pemantauan udara yang dilakukan terhadap suhu dan kelembapan di setiap pit penambangan
dengan periode sekali dalam satu tahun. Pemantauan ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pengelolaan lingkungan yang telah
dilakukan terhadap parameter iklim mikro tersebut. f.
Pemantauan Flora dan Fauna Pemantauan keberadaan flora dilakukan terhadap dampak penting
dari kegiatan reklamasi seperti peningkatan mutu lingkungan dan perubahan tipe vegetasi, kelimpahan dan keanekaragaman jenis.
Pemantauan terhadap flora dengan membuat petak ukur tertentu sesuai dengan tingkat pertumbuhan tanaman.
Pemantauan terhadap jenis fauna dilakuakn terhadap perubahan keberadaan jenis dan penurunan frekuensi penemuan jenis. Metode
yang dilakukan dengan cara metode pengamatan observasi dan identifikasi melalui jejak kaki, suara, sangkar, kotoran ataupun
dengan penemuan langsung di lapangan serta pemantauan dengan mengambil beberapa data, seperti jenis, jumlah, dan wawancara
kepada masyarakat sekitar. Pemantauan flora dan fauna dilakukan setahun sekali. Pemantauan
secara rutin tetap dilakukan selama kegiatan operasi penambangan berlangsung.
g. Pemantauan Bentang Alam
Untuk memantau aktivitas penimbunan dan pemantauan bentang alam dilakukan pengukuran dengan alat survey untuk mengetahui
kesesuaian antara rencana yang telah dibuat dengan realisasinya.
Pemantauan bentang alam dan daerah timbunan dilakukan untuk memastikan pembentukan slope di areal penimbunan tanah penutup
areal timbunan soil sesuai dengan desain, dan siap untuk ditanami. h.
Pemantauan Sosial Dengan adanya pemantauan sosial ini, maka dapat menilai
pelaksanaan program dan manfaat kontribusi perusahaan bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia, mengetahui persepsi
masyarakat dan mengetahui efektivitas pelaksanaan program yang dilaksanakan.
82
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN