1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Saat ini permasalahan lingkungan sedang ramai diperbincangkan dan sudah bukan menjadi hal baru lagi. Persoalan lingkungan semakin
berkembang seiring perkembangan teknologi dan ekonomi. Industrialisasi dan isu lingkungan seolah-olah merupakan dua sisi yang saling berlawanan.
Dunia industri berfokus pada maksimalisasi laba dan peningkatan efisiensi sehingga terkadang aspek-aspek lingkungan menjadi terabaikan Ikhsan,
2008: 2. Perekonomian modern seperti saat ini, telah memunculkan berbagai isu
yang berkaitan dengan lingkungan seperti pemanasan global, ekoefisiensi, dan kegiatan industri lain yang memberi dampak langsung terhadap
lingkungan sekitarnya Agustia, 2010. Menurut Hilman 2007, keadaan lingkungan di dunia termasuk di Indonesia saat ini sudah memprihatinkan,
dan salah satu masalah lingkungan hidup dimaksud adalah pemanasan global global warming.
Ketua Ikatan Akuntan Indonesia Kompartemen Akuntan Manajemen IAI-KAM sekaligus Direktur Eksekutif National Center for Sustainability
Reporting NCSR Ali Darwin, Ak, MSc, dalam artikel majalah Akuntan
Indonesia Edisi No.3 November 2007, melihat ada empat hal alasan isu lingkungan semakin signifikan, yaitu:
1. Ukuran perusahaan yang semakin besar. Semakin besar perusahaan,
diperlukan akuntabilitas yang lebih tinggi dalam pembuatan keputusan berkaitan dengan operasi, produk, dan jasa yang dihasilkan.
2. Aktivis dan LSM bidang lingkungan hidup telah tumbuh dengan pesat di
seluruh dunia termasuk Indonesia. Mereka akan mengungkap sisi negatif perusahaan yang terkait dengan isu lingkungan hidup dan akan menuntut
tanggung jawab atas kerusakan lingkungan atau dampak sosial yang timbul oleh operasi perusahaan.
3. Reputasi dan citra perusahaan. Perusahaan-perusahaan saat ini menyadari
bahwa reputasi, merek, dan citra perusahaan merupakan isu strategis bernilai tinggi dan harus dilindungi.
4. Perkembangan teknologi komunikasi yang sangat cepat. Isu lingkungan
dan sosial yang berdampak negatif akan menyebar dan dapat diakses dengan mudahnya menggunakan teknologi informasi.
Pada umumnya perusahaan dan organisasi bisnis lainnya hanya menerapkan konsep maksimalisasi laba salah satu dari konsep yang dianut
kaum kapitalis, tetapi pada saat yang sama mereka melanggar konsensus dan prinsip-prinsip maksimalisasi laba itu sendiri Suartana, 2010. Dalam konsep
ini, perusahaan selalu mencari cara agar dapat menjalankan kegiatan operasionalnya secara efisien. Dampak yang ditimbulkan adalah kurangnya
perhatian terhadap program pengelolaan lingkungan dan rendahnya tingkat kinerja lingkungan serta rendahnya minat perusahaan terhadap konservasi
lingkungan.
Dari berbagai macam dampak yang ditimbulkan tersebut, diharapkan perusahaan mulai memperhatikan tanggung jawab lingkungan dan
mengungkapkannya dalam
laporan keuangan
sebagai bentuk
pertanggungjawaban perusahaan
terhadap lingkungan.
Diharapkan pertanggungjawaban perusahaan terhadap lingkungan tidak hanya semata-
mata perusahaan menekan jumlah limbah yang dihasilkan, namun juga dapat menghemat energi dan sumber daya yang digunakan.
Konsep akuntansi lingkungan sebenarnya sudah mulai berkembang sejak tahun 1970-an di Eropa akibat tekanan dari lembaga-lembaga bukan
pemerintah dan meningkatnya kesadaran lingkungan di kalangan masyarakat yang mendesak agar perusahaan-perusahaan menerapkan pengelolaan
lingkungan tidak hanya kegiatan industri demi bisnis semata. Permasalahan lingkungan yang terjadi saat ini memunculkan banyak
respon dari berbagai pihak untuk melakukan upaya dalam mengatasi kerusakan lingkungan, di antaranya konsumen, stakeholder, pemerintah dan
pihak terkait dalam lingkungan hidup baik secara independen, nasional maupun internasional Fitriyani Mutmainah, 2011.
Saat ini standar akuntansi yang diterapkan di banyak negara belum mengatur secara khusus hal pelaporan akuntansi lingkungan, termasuk di
Indonesia. Namun dengan berjalannya waktu, ketika International Accounting Standard
IAS atau International Financial Reporting Standards IFRS telah semakin banyak diadopsi dan semakin banyaknya persyaratan
bahwa organisasi harus mengungkapkan aktivitas lingkungannya, maka
standar akuntansi khusus akuntansi lingkungan perlu dibuat Sadjiarto, 2011. Akuntansi merupakan proses pencatatan, peringkasan, pengklasifikasian,
serta pelaporan hasil keuangan dalam menunjukkan kinerja perusahaan selama periode tertentu kepada pihak-pihak yang berkepentingan untuk
pengambilan keputusan bisnis. Akuntansi lingkungan sebagai alat pertanggungjawaban lingkungan
memiliki fungsi untuk menggambarkan biaya lingkungan supaya diperhatikan oleh para stakeholders perusahaan yang mampu mendorong dalam
pengidentifikasian cara-cara mengurangi atau menghindari biaya ketika dalam waktu yang bersamaan sedang memperbaiki kualitas lingkungan US
EPA. PT. Pesona Khatulistiwa Nusantara adalah salah satu perusahaan
pertambangan batubara di Indonesia yang terletak di Provinsi Kalimantan Utara. Sebagai perusahaan pertambangan batubara, PT. Pesona Khatulistiwa
Nusantara telah mengoperasikan kegiatan penambangan batubara yang terintegrasi mulai dari eksplorasi, penambangan, pengolahan hingga
pemasaran produk baik ke dalam negeri maupun ke luar negeri. Sebagai perusahaan pertambangan yang cukup besar, maka sudah sepatutnya PT.
Pesona Khatulistiwa Nusantara memerhatikan lingkungan serta kondisi kehidupan masyarakat sekitar sebagai akibat yang timbul dari kegiatan
pertambangan. Oleh karena itu sangat penting bagi perusahaan untuk melaporkan aktivitas lingkungannya karena pelaporan tersebut dapat
membantu perusahaan menaikkan kepercayaan dan baik bagi perkembangan
perusahaan di masa yang akan datang.
B. Rumusan Masalah