35
Pada penelitian dilakukan 3 kali ekstraksi. Untuk masing-masing proses ekstraksi, sebanyak 25 g serbuk simplisia dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 1000
mL dan ditambahkan 250 mL etanol 96 serta 250 mL akuades dan dimaserasi selama 3 hari. Setelah 3 hari, campuran tersebut disaring menggunakan kertas
saring dengan bantuan pompa vakum. Filtrat diremaserasi menggunakan 500 mL etanol 96 selama 24 jam. Setelah 24 jam remaserasi, campuran disaring kembali
dengan bantuan pompa vakum. Hasil maserasi dan remasererasi dicampur menjadi satu dan dilakukan evaporasi. Evaporasi menggunakan rotari evaporator
selama 2 jam dan dilanjutkan menggunakan waterbath selama 5 jam hingga penyusutan bobot ekstrak tidak lebih dari 10.
Tanin dan saponin merupakan senyawa yang larut dalam air dan pelarut organik seperti alkohol. Sedangkan flavonoid tidak larut dalam air, tetapi larut
dalam sebagian pelarut organik. Oleh karena itulah penggunaan pelarut etanol 96 : akuades digunakan saat proses ekstraksi.
B. Pembuatan dan Uji Sifat Fisis Cooling Gel Ekstrak Daun Petai Cina
Pada pembuatan cooling gel ekstrak daun petai cina ini digunakan CMC- Na sebagai gelling agent, propilen glikol sebagai humektan, akuades sebagai
pelarut, dan ekstrak petai cina sebagai zat aktif. Sanjaya 2013 telah melakukan optimasi propilen glikol sebagai
humektan dan CMC-Na sebagai gelling agent dalam sediaan cooling gel ekstrak daun petai cina. Jumlah CMC-Na yang digunakan dalam formula adalah 5 g level
rendah dan 8 g level tinggi, sedangkan untuk jumlah propilen glikol adalah 16 g
36
level rendah dan 20 g level tinggi, sehingga tidak dilakukan lagi optimasi jumlah humektan maupun gelling agent dalam penelitian ini.
Uji sifat fisis sediaan cooling gel ekstrak daun petai cina dilakukan untuk mengetahui sediaan gel yang dihasilkan telah memiliki sifat fisis yang baik yaitu
dapat diterima oleh masyarakat acceptable. Sifat fisis yang diamati daam penelitian adalah daya sebar, viskositas, dan pH. Uji sifat fisis sediaan, khususnya
daya sebar dan viskositas dilakukan 48 jam setelah pembuatan gel. Waktu 48 jam dianggap sudah tidak ada lagi pengaruh gaya atau energi yang diberikan dalam
proses pembuatan sediaan yang dapat mempengaruhi hasil pengujian. Hasil uji sifat fisis sediaan cooling gel ekstrak daun petai cina dapat dilihat pada Tabel VII.
Tabel VII. Data uji sifat fisik
Formula pH Daya Sebar cm ± SEM Viskositas d.Pas ± SEM 1
6 6,742±0,361
80±0 2
6 6,492±0,060
140±37,859 3
6 5,525±0,104
275±14,434 4
6 5,175±0,278
333,33±16,667
Keterangan: Formula 1 = formula cooling gel dengan level gelling agent dan humektan rendah; Formula 2 = formula cooling gel dengan level gelling
agent rendah dan humektan tinggi; Formula 3 = formula cooling gel dengan
level gelling agent tinggi dan humektan rendah; Formula 4 = formula cooling gel
dengan level gelling agent dan humektan tinggi
Uji pH dilakukan untuk mengetahui pH tiap formula yang dibuat, sesaat setelah pembuatan geldengan menggunakan pH universal. Hasil uji pH menurut
Tabel VII, didapatkan bahwa semua sediaan mempunyai pH 6 yang masuk ke dalam range pH yang diinginkan yaitu nilai range pH kulit yang menurut Heather
et al ., 2012 kulit memiliki rentang pH antara 5-6,5. Sediaan cooling gel yang
37
dibuat sesuai dengan syarat pH untuk sediaan topikal sehingga diharapkan tidak mengiritasi kulit.
Pengujian daya sebar bertujuan untuk mengetahui kemampuan sediaan semisolid untuk menyebar dengan cara melihat diameter penyebaran sediaan
semisolid pada tempat aplikasi. Daya sebar merupakan kemampuan suatu sediaan semisolid untuk menyebar di area yang akan diaplikasikan. Daya sebar
berbanding terbalik dengan viskositas, semakin kecil viskositas suatu sediaan semisolid maka kemampuan menyebarnya pada permukaan kulit akan semakin
besar, begitu juga sebaliknya. Menurut Garg et al. 2002 daya sebar yang optimum untuk sediaan yang bersifat semisolid berada pada kisaran 3-6 cm.
Pengujian viskositas dilakukan untuk mengetahui tingkat kekentalan gel. Viskositas berbanding terbalik dengan kemampuan alir di mana semakin besar
viskositas maka kemampuan untuk mengalir akan semakin kecil, begitu pula sebaliknya. Viskositas sediaan semisolid menurut Garg et al. 2002 adalah 200-
300 d.Pa.s. Pada Tabel VII, dapat dilihat bahwa daya sebar yang dihasilkan pada
formula 1 dan 2 belum memenuhi teori. Hal ini dapat disebabkan karena penggunaan gelling agent yang kecil sedangkan untuk formula 3 dan 4 sudah
memenuhi teori sehingga dapat dikatakan sediaan yang dihasilkan dalam penelitian merupakan kategori sediaan semisolid. Bila dilihat dari viskositasnya,
yang memenuhi syarat viskositas sediaan semisolid hanyalah formula 3. Dari Tabel VII juga dapat dilihat bahwa daya sebar berbanding terbalik dengan
viskositas, semakin tinggi daya sebar semakin rendah pula viskositasnya. Namun,
38
hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan teori yang seharusnya semakin besar konsentrasi propilen glikol yang ditambahkan akan menyebabkan penurunan
viskositas karena propilen glikol mempunyai banyak gugus hidroksi yang akan menarik air melalui pembentukan ikatan hidrogen.
C. Pembuatan Bahan Uji Iritasi