38
hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan teori yang seharusnya semakin besar konsentrasi propilen glikol yang ditambahkan akan menyebabkan penurunan
viskositas karena propilen glikol mempunyai banyak gugus hidroksi yang akan menarik air melalui pembentukan ikatan hidrogen.
C. Pembuatan Bahan Uji Iritasi
Bahan uji iritasi digunakan sebagai pembanding dalam uji iritasi, bahan uji merupakan bahan-bahan yang digunakan pada kosmetik. Berdasarkan hasil uji
sifat fisis sediaan cooling gel ekstrak daun petai cina yang telah diformulasikan, dipilih formula 3 untuk pengujian iritasi. Formula 3 dipilih karena hanya formula
3 yang memenuhi persyaratan uji sifat fisis sediaan semisolid gel. Untuk mengetahui potensi iritasi dari sediaan cooling gel, dilakukan pula uji iritasi pada
komponen penyusun gel yaitu gelling agent dan humektannya agar dapat diketahui pengaruh penggunaan gelling agent dan humektan yang dipilih terhadap
potensi iritasi dari sediaan cooling gel ekstrak daun petai cina. CMC-Na digunakan sebagai salah satu bahan uji karena CMC-Na
merupakan gelling agent pada sediaan cooling gel ekstrak daun petai cina. Propilen glikol digunakan sebagai salah satu bahan uji iritasi untuk mengetahui
potensi iritasi dari humektan yang digunakan. Pada uji pendahuluan digunakan propilen glikol dengan konsentrasi 100 tanpa pengenceran, tetapi hasil
pengujian menunjukkan bahwa dengan konsentrasi 100 siput mati sebelum 60 menit batas waktu pemaparan selesai. Menurut Rowe et al., 2009, propilen
glikol dengan konsentrasi 10 dapat menimbulkan reaksi iritasi dan sensitisasi
39
kulit. Penggunaan propilen glikol dalam sediaan semisolid dibatasi dengan konsentrasi ±15 sehingga konsentrasi propilen glikol yang dipilih sesuai dengan
konsentrasi propilen glikol yang digunakan dalam formulasi sediaan untuk mengetahui potensi iritasinya dalam sediaan cooling gel ekstrak daun petai cina.
Propilen glikol diencerkan menggunakan akuades sebagai bahan uji non-iritan. Gliserin digunakan sebagai salah satu bahan uji karena gliserin dapat
digunakan sebagai humektan pada sediaan gel. Gliserin dalam range 20-25 digunakan untuk moisturizer pada kulit kering. Gliserin sampai dengan
konsentrasi 25 aman digunakan dan dalam batas toleransi kulit Paye, 2006. Gliserin dengan konsentrasi 100 digunakan sebagai kontrol iritan pada slug
irritation test .
Penggunaan asam salisilat dibatasi dengan konsentrasi 1,5 untuk sediaan kosmetik dan untuk pemakaian sehari-hari dengan konsentrasi 2-3 asam
salisilat tergolong aman dan jarang mengiritasi Leyden et al., 2002. Pada uji pendahuluan, dilakukan uji pada siput menggunakan asam salisilat dengan
konsentrasi 2, 1, dan 0,5. Namun, hasil pengujian menunjukkan bahwa dengan konsentrasi 2 dan 1 siput mati sebelum 60 menit batas waktu
pemaparan selesai sedangkan untuk konsentrasi 0,5 siput tetap hidup. Asam salisilat untuk uji iritasi dibuat dengan konsentrasi 0,5 karena mampu
mengiritasi siput tetapi tidak membuat siput mati. Asam salisilat dibuat dengan konsentrasi 0,5 dalam gel, digunakan sebagai bahan uji non-iritan.
Asam laktat merupakan salah satu senyawa Alpha-hydroxyacids AHAs yang efektif digunakan sebagai humektan moisturizer Leyden et al., 2002. Pada
40
uji pendahulan, dilakukan uji pada siput menggunakan asam laktat dengan konsentrasi 2,5, 1, dan 0,5. Namun, hasil pengujian menunjukkan bahwa
dengan konsentrasi 2,5 dan 1 siput mati sebelum 60 menit batas waktu pemaparan selesai sedangkan untuk konsentrasi 0,5 siput tetap hidup. Asam
laktat untuk uji iritasi dibuat dengan konsentrasi 0,5 karena mampu mengiritasi siput tetapi tidak membuat siput mati. Asam laktat dibuat dengan konsentrasi
0,5 dalam gel, digunakan sebagai bahan uji non-iritan. Menurut U.S Cosmetic Ingredient Reviewer CIR konsentrasi AHA di
atas 10 dengan pH di bawah 3,5 aman digunakan, konsentrasi asam laktat yang digunakan pada kosmetik untuk perawatan kulit kering sekitar 5 Leyden et al.,
2002. Berdasarkan studi iritasi kulit akut pada hewan disimpulkan bahwa 0,5-
10 sodium lauril sulfat menyebabkan iritasi ringan. Untuk kontak jangka panjang pada kulit konsentrasi sodium lauril sulfat seharusnya tidak lebih dari 1.
Sodium lauril sulfat banyak digunakan dalam kosmetik dan formulasi sediaan oral maupun topikal. Sodium lauril sulfat juga kerap digunakan sebagai kontrol positif
pada uji iritasi karena bersifat iritatif Robinson et al., 1983. Pada uji pendahulan, dilakukan uji pada siput menggunakan sodium lauril sufat dengan konsentrasi 2
dan 1. Namun, hasil pengujian menunjukkan bahwa dengan konsentrasi 2 siput mati sebelum 60 menit batas waktu pemaparan selesai sedangkan untuk
konsentrasi 1 siput tetap hidup. Digunakan konsentrasi 1 karena bersifat iritatif ringan sehingga siput tidak mati. Sodium lauril sulfat dibuat dengan
konsentrasi 1 dalam gel, digunakan sebagai bahan uji iritan.
41
Arbutin merupakan turunan hidrokuinon yang sering digunakan sebagai agen pencerah kulit. β-arbutin digunakan sebagai agen pencerah kulit didalam
krim kosmetik wajah atau lotio n wajah pada konsentrasi 7, 10 larutan β-
Arbutin dapat menimbulkan sedikit potensi iritasi primer Scientific Committee on Consumer Safety, 2015. Pada uji pendahulan, dilakukan uji pada siput
menggunakan arbutin dengan konsentrasi 5. Didapatkan hasil bahwa siput tidak mati dan tetap memproduksi mukus. Arbutin dibuat dengan konsentrasi 5 dalam
gel, digunakan sebagai bahan uji non iritan. Hasil uji pendahuluan untuk masing- masing bahan dapat dilihat pada Tabel VIII.
Tabel VIII. Hasil uji pendahuluan pada bahan uji
Kontrol Bahan Uji
Konsentrasi Jenis Bahan
CMC-Na 4
Non iritan Propilen glikol
8 Non Iritan
Gliserin 100
Iritan Asam salisilat
0,5 Non iritan
Asam laktat 0,5
Non iritan Sodium lauril
sulfat 1
Iritan Arbutin
5 Non Iritan
D. Slug Irritation Test