Singkatan Teks Kitab Suci
2
Komunitas Puteri Reinha Rosari Magnificat Yogyakarta terpanggil untuk mengambil bagian secara aktif dalam pengembangan iman umat sesuai
dengan Visi dan Misi Kongregasi Puteri Reinha Rosari Konstitusi 2015: 25. Komunitas Puteri Reinha Rosari Magnificat Yogyakarta diajak untuk kembali
kepada semangat awal pendiri Kongregasi sehingga mampu menilai dalam terang iman dan dengan bijaksana melihat kenyataan hidup keluarga di jaman
yang semakin sekular ini dan dikobarkan oleh semangat pendiri untuk mewujudkan visi dan misi Kongregasi secara tepat.
Budyapranata 1994: 11 mengatakan bahwa, dewasa ini banyak keluhan yang muncul berkaitan dengan kenyataan bahwa para biarawan-
biarawati dulu dan sekarang ada perbedaan yang mencolok. Biarawan- biarawati dulu rajin berkunjung ke rumah umat dan memiliki jadwal kunjungan
yang tetap setiap bulan sehingga mereka mengenal semua umatnya. Sedangkan biarawan-biarawati sekarang cara berpastoralnya sudah lain. Mereka tidak lagi
mengenal umat dan hanya berkunjung ke rumah keluarga-keluarga tertentu saja. Hal ini pun bisa dipahami, karena di satu pihak jumlah umat semakin
bertambah dan di lain pihak para biarawan-biarawati sibuk dengan tugas belajar dan tugas lainnya.
Mereka mengalami kesulitan untuk mengatur jadwal kunjungan ke rumah umat. Namun demikian, tidak berarti bahwa kunjungan
oleh para suster itu tidak lagi bermanfaat. Bagaimanapun juga kunjungan tetap perlu, bahkan kunjungan keluarga masih tetap sebagai syarat untuk
membangun Gereja sebagai paguyuban beriman.
3
Pengamatan menunjukkan bahwa paroki administratif St. Paulus Pringgolayan belum memaksimalkan pastoral kunjungan keluarga, baik oleh
imam, biarawan, biarawati para bruder MTB dan para suster PRR yang berdomisili di paroki Pringgolayan, oleh tim kerja pastoral keluarga paroki,
maupun oleh sesama kaum awam. Karena kunjungan keluarga belum disadari sepenuhnya sebagai sesuatu yang penting dan berguna bagi keutuhan dan
kesatuan paguyuban jemaat paroki maka banyak umat kurang memiliki kesadaran untuk terlibat dalam berbagai kegiatan yang diadakan paroki. Umat
tidak merasa tergerak untuk terlibat dalam berbagai kegiatan yang diadakan paroki. Umat merasa tidak digerakkan untuk memiliki rasa tanggungjawab
yang lebih mendalam sebagai sebuah paguyuban umat beriman. Dengan demikian tidak mengherankan jika yang hadir dalam kegiatan paroki hanyalah
orang-orang yang itu-itu saja. Kebanyakan orang cenderung sibuk dengan rutinitas aktivitas hariannya dari pada turut terlibat dan berkumpul bersama
saudara seiman dalam berbagai kegiatan yang diadakan paroki. Penulis
mempunyai kesan
bahwa kebanyakan
umat masih
mengharapkan kunjungan dari kaum biarawan-biarawati dan hanya sedikit yang mengharapkan dari sesama warga. Hal ini merupakan kenyataan, karena
kunjungan awam kepada awam di dalam Gereja Katolik masih sangat asing dan belum memasyarakat. Kecendrungan umat menantikan kunjungan dari
kaum biarawan-biarawati. Mereka berpendapat kaum biarawan-biarawati lebih sebagai pimpinan yang harus mencari dombanya. Maka Gereja atau pastor
mempunyai kewajiban untuk mengunjungi umatnya.