42
bahwa kita tidak dapat menyelamatkan diri kita sendiri dan hanya Kristus yang dapat menebus kita dari dosa dan dari murka Allah, dan
bahwa Kristus mati dan bangkit bagi kita Adisusanto, 2000: 9-10. c.
Tindakan doing dimana orang yang beriman akan setia dan
mempunyai militansi atas imannya diharapkan dapat mewujudkan imannya dengan terlibat dalam kehidupan Gereja dan demi
perkembangan Gereja. Keterlibatan mereka nampak dalam 4 pilar kegiatan Gereja, yaitu bidang perayaan iman leiturgia, pewartaan
kerygma, persekutuan koinonia, pelayanan diakonia. Semuanya itu merupakan wujud kesaksian hidup martyria mereka sebagai anggota
Gereja Adisusanto, 2000: 8-9.
4. Penghayatan iman
Orang beriman sejati itu menyerahkan dirinya kepada Tuhan, dia membiarkan dirinya ada di bawah bimbingan Tuhan dan dibawa kepada
kepenuhan hidup. Oleh karena itu iman tidak hanya menyangkut budi, tetapi seluruh diri manusia: cipta, rasa, karsa dan karya. Hidup beriman tak pernah
selesai mencari jawaban iman baru terhadap tantangan baru di zamannya. Inti hidup beriman ada
lah berkata “ Ya ” secara total kepada Tuhan, mengakui dan menerima Tuhan sebagai satu-satunya penyelamat. Iman membutuhkan suatu
dasar. Kalau tidak, iman kita tidak lebih dari pada perwujudan hasrat dan kerinduan semata Adisusanto, 2000: 7. Pengetahuan dan penghayatan iman
itu saling berhubungan. Pengetahuan iman yang minim akan membuat
43
semangat umat dalam menghayati iman gampang padam. Sebaliknya penghayatan iman yang suam-suam kuku, tidak akan menyemangati umat
untuk menambah pengetahuan imannya.
5. Perkembangan iman
Perkembangan iman ialah proses dan usaha orang dewasa atau orang tua secara terus menerus untuk membantu agar iman terus berkembang.
Menurut Banawiratma 1985: 119 bila seorang semakin dewasa secara menyeluruh, maka biasanya juga semakin dewasa dalam iman. Pada umumnya
perkembangan hidup beriman melalui tahap-tahap yang teratur dan mendalam. Proses itu merupakan dinamika antar pewartaan dan penerimaan wahyu dalam
iman yang sekaligus merupakan perkembangan yang terus-menerus. Perkembangan iman ialah tanda-tanda yang menunjukan bahwa iman keluarga
berkembang. Tanda-tanda itu dapat dilihat dari prilaku atau perubahan- perubahan yang terjadi dalam keluarga.
Adisusanto dan Bernadeta 2015: 20 mengatakan bahwa iman bukanlah tempat pengungsian bagi para pengecut atau mereka yang takut,
mudah putus asa dan menyerah pada situasi yang membuat mereka tidak berkembang dalam iman, melainkan sesuatu yang menumbuhkan kehidupan
kita. Iman menjadikan kita sadar akan panggilan yang agung, panggilan kasih. Iman menyakinkan kita bahwa kasih tersebut dapat dipercaya dan pantas
diterima, sebab iman berakar pada kesetiaan Allah yang lebih kuat dari pada kelemahan kita.
44
Iman menurut Amalorpavadas 1982: 17 adalah relasi pribadi yang mendalam dengan Allah yang hidup, dimana manusia menyerahkan diri
dengan penuh cinta kepada-Nya. Dengan demikian iman pertama-tama merupakan suatu peristiwa hubungan atau perjumpaan secara pribadi antara
manusia dengan Allah. Artinya seorang dapat dikatakan beriman bila percaya dan menyerahkan diri seutuhnya kepada Allah. Beriman berarti menyerahkan
diri sepenuhnya kepada kehendak dan kuasa Tuhan. Manusia akan mencapai iman yang mendalam dan penyerahan diri seutuhnya pada Tuhan, apabila
membiasakan diri untuk hidup berdasarkan bimbingan Roh Kudus dan membiarkan hidup dipimpin oleh-Nya.
Dalam kehidupan sehari-hari tidak ada seorangpun yang dapat berkembang tanpa ada pengaruh dari luar. Mereka saling berpengaruh satu
sama lain, bahkan dapat dikatakan bahwa seorang akan mati apabila tidak ada campur tangan dari orang lain yang mampu mendidiknya sehingga ia
berkembang menjadi manusia dewasa. Maka seseorang memerlukan pendampingan bagi perkembangan dirinya. Perkembangan seseorang juga
meliputi imannya. Adisusanto 2000: 6-7 mengatakan bahwa dinamika perkembangan
dan pendalaman iman terjadi dalam diri orang beriman, maka sebagai orang beriman perlu mengamati dinamika perkembangan imannya dan berusaha
untuk mengerti makna dari pastoral kunjungan keluarga. Titik tolak dan jiwa setiap perkembangan iman adalah pertobatan, yang merupakan suatu tindakan
45
menanggalkan mentalitas dan sikap hidup yang lama serta mengenakan mentalitas dan sikap hidup yang baru.
Kehidupan beriman perlu menjadi dewasa melalui dinamika perkembanga iman baik sebagai pribadi maupun sebagai komunitas. Dalam
Kitab Suci Perjanjian Baru ditemukan banyak kutipan tentang perlunya perkembangan hidup beriman umat sebagai pribadi. Misalnya dikatakan bahwa
sabda Allah adalah sebagai biji yang harus tumbuh sampai akhirnya menghasilkan buah yang seratus kali lipat Mat 13:23
Sehubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan iman umat Kristiani Kitab Suci Perjanjian Baru melukiskan dinamika Gereja Lokal perlu
berkembang, perlu dibangun. Perlunya pertumbuhan kehidupan beriman sebagai komunitas juga bisa dilihat dari teguran-teguran para Rasul yang
diberikan kepada Gereja Lokal yang belum berkembang atau mundur semangatnya. Misalnya, Santo Paulus memberi susu sebagai makanan kepada
umat di Korintus dan bukan makanan keras, karena mereka masih “manusia duniawi” 1 Kor 3:2-3, demikian juga umat di Laidokia, yang bersikap suam-
suam kuku mendapat peringatan Why 3:16 Adisusanto 2000: 7 berpendapat bahwa tujuan yang ingin dicapai
oleh perkembangan hidup beriman adalah kedewasaan dan kesempurnaan iman secara penuh, yakni “tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan
Kristus”Ef 4:13. Tujuan ini baru bisa tercapai pada zaman eskatologis dan
46
dengan demikian selalu membuat umat beriman ada dalam perjalanan iman selama masih ada di dunia ini.
Titik tolak proses perkembangan iman ialah pertobatan: kesediaan, sikap dan tindakan manusia untuk menyangkal hal-
hal yang bersifat “dunia” dan berpihak serta berbalik pada Kristus. Dengan demikian dalam pertobatan
kita temukan sebuah pemisahan: orang bertobat menanggalkan manusia lamanya dan mengenakan manusia baru dengan berbalik kepada Kristus
sedangkan titik akhir proses perkembangan iman ialah kematangan dan kesempurnaan iman.
C. Hubungan Pastoral Kunjungan Keluarga dan Perkembangan Iman
Uraian tentang pastoral kunjungan keluarga dan perkembangan iman umat ternyata memiliki hubungan yang cukup signifikan. Pastoral merupakan
salah satu usaha dari umat Kristiani untuk membangun Gereja. Intinya adalah pembangunan Gereja. Jika dilihat dari tujuan pastoral pada umumnya adalah
membantu mengembangkan dan mendewasakan iman umat. Pastoral berarti segala usaha untuk membantu hidup iman bersama, sehingga Sang Gembala
Ilahi terasa tampil, hadir, menemani dan berkarya bagi semua manusia. Sedangkan kunjungan keluarga merupakan salah satu kegiatan
pastoral yang dilakukan oleh umat Kristiani atau siapa saja yang merasa terpanggil untuk membantu dan memperhatikan sesama umat beriman dengan
cara berkunjung. Tujuan dari kunjungan keluarga adalah membantu keluarga-
47
keluarga Kristiani yang sedang mengalami berbagai macam krisis. Dengan melakukan kegiatan kunjungan keluarga dapat membantu sesama umat
beriman teristimewa umat yang kurang mendapat perhatian dengan demikian mereka merasa dihargai dan diperhatikan.
Kedua topik atau hal tersebut saling berhubungan satu dengan yang lain. Pastoral kunjungan keluarga sebagai jalan membantu umat dalam
memperkembangkan iman mereka. Pastoral kunjungan keluarga sebagai sarana yang efektif untuk menciptakan komunikasi yang membangun persaudaraan
dan kekeluargaan antar sesama umat beriman. Iman seseorang tidak dapat berkembang apabila tidak ada usaha dari dirinya dan dari luar untuk
mengembangkan dan membimbingnya. Seseorang yang beriman Kristiani memerlukan suatu pendampingan
yang mampu membina imannya menuju kedewasaan dirinya sebagai orang yang beriman. Adisusanto 2000: 4 mengatakan bahwa perkembangan iman
pertama-tama merupakan tindakan Allah atas manusia dan hasil jawaban bebas manusia kepada Allah. Dengan demikian jelas bahwa iman dan
perkembangannya merupakan rahmat Allah yang dianugerahkan secara cuma- cuma kepada manusia. Iman dan perkembangan iman merupakan anugerah
Allah kepada manusia secara cuma-cuma dan pastoral kunjungan keluarga sebagai
sarana membantu
memperkembangkan iman
umat. Maka
perkembangan hidup beriman memiliki hubungan erat dengan pastoral kunjungan keluarga. Keduanya saling berhubungan. Umat Kristiani yang
mengalami berbagai persoalan dalam hidup akan mengalami belas kasih Allah
48
melalui perhatian sesama. Iman umat dapat berkembang dengan baik jika mereka mengalami cinta dan perhatian dari sesama yang setia mendengarkan
pergulatan hidup mereka. Karya pastoral merupakan alasan utama berdirinya Kongregasi Puteri
Reinha Rosari. Bertolak dari visi pendiri, Mgr. Gabriel Manek SVD “pembentukan jemaat yang dewasa” yaitu jemaat yang mau bekerjasama
membangun Gereja Konst.art.103 yang menjadi fokus utama karya kerasulan Kongregasi Puteri Reinha Rosari adalah pastoral pengembangan pelayanan
iman semangat hidup menjemaat melalui pastoral kunjungan keluarga. Kunjungan keluarga membuat umat merasa diperhatikan dan dibantu dalam
setiap kesulitan yang mereka hadapi. Iman umat dapat berkembang kalau mereka diterima, dihargai dan dihormati.
49
BAB III GAMBARAN PELAKSANAAN PASTORAL KUNJUNGAN
KELUARGA DI PAROKI ADMINISTRATIF SANTO PAULUS PRINGGOLAYAN, DEMI MEMPERKEMBANGKAN IMAN
Bab ini merupakan jawaban dari rumusan masalah kedua mengenai bagaimana pastoral kunjungan keluarga di paroki administratif Santo Paulus
Pringgolayan dapat membantu umat memperkembangkan imannya berdasarkan keadaan yang ada. Pada bab sebelumnya penulis telah
menjelaskan tentang pengertian pastoral kunjungan keluarga, perkembangan iman umat serta hubungan antara pastoral kunjungan keluarga dan
perkembangan iman umat yang telah dijelaskan. Untuk mengetahui sejauhmana pelaksanaan pastoral kunjungan
keluarga dapat
ditingkatkan sebagai
jalan membantu
umat memperkembangkan imannya maka penulis menyususn bab III dalam beberapa
bagian pembahasan. Pada bagian pertama penulis menguraikan gambaran umum paroki administratif Santo Paulus Pringgolayan yang meliputi situasi
geografis, sejarah, situasi umat, visi, misi dan karya-karya pastoral paroki administratif Santo Paulus Pringgolayan.
Bagian kedua membahas mengenai penelitian yang mencakup: persiapan penelitian, latar belakang penelitian, tujuan penelitian, variabel yang
diteliti, jenis penelitian, instrumen pengumpulan data, responden penenlitian, tempat penelitian dan alokasi waktu, kisi-kisi, definisi konseptual dan kisi-kisi
instrument penelitian.
50
Bagian berikutnya berupa laporan hasil penelitian yang diadakan di paroki administratif Santo Paulus Pringgolayan, kemudian dibahas dan
dijelaskan. Pembahasan penelitian ini berguna untuk memperoleh data sejauhmana pelaksanaan pastoral kunjungan keluarga dapat ditingkatkan
sebagai jalan membantu umat dalam mengembangkan iman mereka. Bagian akhir bab ini berupa kesimpulan dari hasil penelitian yang berguna untuk
penyusunan usaha meningkatkan pelaksanaan pastoral kunjungan keluarga pada bab berikutnya.
A. Gambaran umum paroki administratif Santo Paulus Pringgolayan
1. Situasi Geografis paroki administratif Santo Paulus Pringgolayan
Dalam buku Pedoman Pelaksanaan Dewan Paroki Administratif Santo Paulus Pringgolayan 2009: 4, paroki administratif Santo Paulus
Pringgolayan terletak dalam wilayah pemerintahan Kabupaten Bantul, Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman. Paroki administratif Santo Paulus
Pringgolayan memiliki batas-batas teritorial dengan Poroki lain di sekitarnya sebagai berikut:
a. Utara : Paroki Kristus Raja Baciro
b. Timur : Paroki Marganingsih Kalasan
c. Selatan : Paroki Yakobus Klodran Bantul
d. Barat : Paroki St. Yusuf Bintaran dan Paroki Hati Kudus Yesus Pugeran
51
2. Sejarah singkat Paroki Administratif Santo Paulus Pringgolayan
Berdasarkan uraian dari buku Pedoman Pelaksanaan Dewan Paroki Administratif Santo Paulus Pringgolayan 2009:5-8, penulis menjelaskan
kembali sejarah, visi dan misi paroki administratif Santo Paulus Pringgolayan. Berdasarkan sejarah terbentuknya paroki administratif Santo Paulus
Pringgolayan terbagi dalam beberapa tahap. Tahap sebelum tahun 1984. Tahap ini merupakan tahap awal
pembentukan Stasi Santo Paulus Pringgolayan dimulai dengan adanya kegiatan umat di Kring Kotagede Raya, meliputi wilayah Giwangan, Kotagede,
Gedongkuning, Gamelan dan Ngipik. Kegiatan umat tersebut termasuk ibadat Ekaristi yang dilaksanakan secara rutin di kediman Bapak Fransiskus Xaverius
Sardjono bertempat di Giwangan dan Bapak Agustinus Sukirdjo bertempat di Tandasari. Kegiatan tersebut menjadi inspirasi untuk mendirikan sebuah Gereja
Stasi secara permanen. Pada tahun 1974 Kring Kotagede Raya mekar menjadi dua Kring yaitu: Kring Kotagede dan Kring Matias. Tahun 1977 Romo Blasius
Pujaraharja, Pr sebagai pastor paroki Santo Yusuf Bintaran, memberi gagasan untuk mendirikan Gereja baru di sebelah Timur sungai Gajahwong. Gagasan
ini kemudian ditindaklanjuti oleh Romo Laurentius Wiryadarmaja Pr, yang menjabat sebagai Vikep DIY, dengan mengadakan Novena dan penggalangan
dana dari umat di dua Kring yang ada. Tahun 1979, tepatnya pada tanggal 3 Mei, dalam pertemuan antara Romo Vikep dengan Kardinal Yustinus
Darmoyuwono, Pr., Romo Kardinal menawarkan bantuan sebesar RP. 5. 000.000,- untuk pembelian tanah. Tawaran tersebut langsung diterima oleh