Metode Penulisan Pastoral Kunjungan keluarga

15

b. Ciri Khas dan Tujuan Pastoral

Hooijdonk 1980: 7- 8 mengatakan bahwa: “pastoral tidak sama dengan menggurui atau memperlakukan umat sebagai anak atau bawahan, melainkan justru menghormati sebagai sesama beriman. Selanjutnya mendorong mereka menuju pada perkembangan dan kedewasaan kristiani”. Artinya bahwa ciri khas dan tujuan pastoral bukan untuk mengajar atau menggurui tetapi lebih pada membantu memperkembangkan iman umat dan menerima serta menghargai mereka sebagai saudara dengan demikian pastoral membantu umat beriman sampai pada kedewasaan iman yang berbuah dalam kesaksian hidup mereka. 1 Ciri Khas Pastoral Semua kegiatan atau ilmu mempunyai ciri-ciri tertentu, sehingga kegiatan atau ilmu tersebut dapat disebut sesuai dengan namanya. Misalnya kegiatan atau ilmu yang mempelajari tentang masyarakat. Kegiatan atau ilmu tersebut mempunyai ciri yaitu selalu berkaitan dengan permasalahan-permasalahan sosial yang dihadapi masyarakat. Demikian pula pastoral selalu berkecimpung di dalam permasalahan-permasalahan masyarakat. Dalam hal ini adalah masyarakat Gereja. Menurut Hooijdonk 1980: 17 dalam berpastoral kita tetap menekankan ketrampilan berkomunikasi, namun tidak boleh berperan sebagai guru, orang tua atau atasan, melainkan berperan sebagai pendamping yang mendorong umat untuk lebih mampu memperkembangkan iman menuju 16 kepada kedewasaan Kristiani. Jadi ciri khas pastoral adalah tidak menggurui tetapi menghormati orang lain sebagai sesama a Tidak menggurui atau memperlakukan umat sebagai bawahan atau anak. Dalam karya pastoral petugas pastoral berfungsi sebagai pendamping umat. Dengan kata lain petugas pastoral menjadi patner umat dalam memperkembangkan iman dan mengatasi krisis iman. Krisis iman dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain: permasalahan-permasalahan hidup, misalnya masalah ekonomi, sosial, politik dan budaya. Oleh sebab itu petugas pastoral dituntut agar menyadari bahwa dirinya bagian dari kehidupan umat dengan harapan dapat meneguhkan serta mencari jalan keluar dengan cara mengadakan kunjungan ke rumah umat supaya umat merasa diperhatikan. Maka petugas pastoral perlu penyangkalan diri, sebab tidak ada seorangpun dapat melayani sesamanya apabila ia sendiri tidak mau menyangkal dirinya. b Menghormati orang lain sebagai sesama umat. Memandang orang lain sebagai manusia yang mempunyai hak serta derajat yang sama di hadapan Allah adalah penting. Berkat sakramen baptis yang kita terima kita dipersatukan menjadi anggota Gereja. Berkaitan dengan ciri khas pastoral yaitu menghormati orang lain sebagai sesama umat beriman, maka dalam pelaksanaan karya pastoral, kita harus menghormati, menyapa, menegur serta menunjukkan belas kasihan kepada setiap orang Mat 13:24-30. 17 2 Tujuan pastoral Tujuan pastoral pada umumnya adalah membantu mengembangkan dan mendewasakan iman umat. Dengan mengandaikan bahwa benih-benih iman sudah tertanam dan dimiliki oleh umat. Dengan demikian petugas pastoral hanyalah menyirami, memupuk, merawat, dan menjaga, serta mendorong agar benih yang sudah dimiliki itu dapat berkembang menjadi lebih dewasa. Menurut Mardiatmadja 1985: 28 peranan petugas pastoral hanyalah sebagai pendamping umat yang berusaha membantu memperkembangkan imannya walaupun masih dalam taraf perjuangan.

2. Kunjungan Keluarga

a. Pengertian kunjungan keluarga

Noordermeer 1981: 8 berpendapat bahwa kunjungan keluarga adalah kegiatan Gerejani yang dilakukan umat beriman untuk memberi perhatian dan berbagi cinta kasih kepada keluarga-keluarga Katolik di lingkungan atau paroki dengan cara berkunjung dari rumah-ke rumah. Kalau pada mulanya suatu kunjungan keluarga hanya dilakukan oleh para biarawan atau biarawati sebagai gembala Gereja yang memperhatikan dan mendampingi umat Katolik, untuk mendekati dan menyapa umat yang mau meninggalkan imannya. Kunjungan sebagai salah satu usaha pendampingan dan pelayanan untuk memelihara, membina dan memimpin keluarga-keluarga Katolik dalam masyarakat. 18 Budyapranata 1987: 76 mengatakan bahwa kunjungan keluarga pada hakekatnya adalah pertemuan pribadi. Artinya bahwa kunjungan itu bukan hanya sekedar datang ke rumah orang lain dengan suatu urusan, tetapi lebih menyapa orang lain sebagai pribadi sehingga mereka merasa dihargai sebagai saudara seiman. Pertemuan ini harus dibedakan antara kepentingan untuk atau karena tugas dan keperluan lain. Dalam kunjungan pastoral, pengunjung bukanlah orang yang mau mencampuri masalah orang yang dikunjungi, atau mengambil alih perannya, melainkan mau memberi perhatian, kepada orang yang dikunjungi, sedemikian rupa sehingga orang merasa bahwa kehadiran pengunjung sebagai suatu pertolongan. Dengan demikian jelaslah, bahwa dalam kunjungan keluarga yang menjadi pusat perhatian adalah yang dikunjungi, dan bukan sebaliknya. Kunjungan merupakan peristiwa “penyelamatan, atau “pertolongan” yang lebih-lebih diarahkan bagi orang yang dikunjungi. Hal tersebut tidak berarti bahwa dalam setiap kunjungan keluarga tidak terdapat pengalaman di mana sipengunjung mengalami pertolongan. Sesungguhnya, baik sipengunjung maupun yang dikunjungi, keduanya dapat mengalami pengalaman pertolongan yang diberikan oleh kedua belah pihak. Misalnya: pada saat orang yang dikunjungi mensharingkan pengalamannya bisa jadi orang yang mengunjungi diteguhkan, dikritik, dipercaya karena pengalaman tersebut. 19 Berdasarkan beberapa uraian pengertian tentang kunjungan keluarga di atas penulis dapat merumuskan pengertian kunjungan keluarga. Kunjungan keluarga merupakan salah satu kegiatan pastoral yang dilakukan oleh umat beriman sebagai jalan untuk membantu umat memperkembangkan iman umat dengan cara berkunjung dari rumah ke rumah. Dengan demikian umat merasa diperhatikan. Kunjungan keluarga terbuka bagi mereka yang merasa terpanggil untuk memperhatikan sesama dalam satu lingkungan atau satu paroki sebagai sesama umat beriman Kristiani. Para pengunjung harus benar-benar sukarela dan bukan datang sebagai utusan dari satu lembaga ataupun dewan paroki tetapi untuk saling memberi perhatian, terutama kepada mereka yang terlupakan atau mereka yang tidak tersentuh oleh pelayanan resmi Gereja. Sekarang ini kunjungan lebih ditekankan sebagai salah satu usaha pendampingan dan pelayanan untuk memelihara, membina dan memimpin keluarga-keluarga Katolik, dimana umat beriman di paroki ikut terlibat dan turut bertanggungjawab atas kehidupan beriman keluarga-keluarga Katolik.

b. Macam-macam kunjungan

Arti kunjungan tidak terletak pada siapa yang mengunjungi pastorbiarawan-biarawati atau awam, tetapi lebih pada tujuan kunjungan yang akan dicapai. Budyapranata, 1994: 16-17 berpendapat bahwa untuk mengetahui arti kunjungan, perlu mengetahui terlebih dahulu macam-macam kunjungan. 20 1 Ditinjau dari segi kepentingannya, ada dua macam kunjungan. Pertama, demi kepentingan yang dikunjungi. Artinya kunjungan itu terlaksana karena kebutuhan dari pihak yang akan dikunjungi. Dengan demikian kehadiran si pengunjung dirasakan oleh pihak yang dikunjungi. Kedua, demi kepentingan yang mengunjungi. Kunjungan itu terjadi karena ada kebutuhan dari pihak yang mengunjungi. Ada macam-macam alasan: untuk rekreasi, untuk bisnis, dan untuk memperoleh hasil pendataan. 2 Ditinjau dari person yang mengunjungi bisa perorangan dan bisa kelompok misalnya, kunjungan pastor, kunjungan pastor dan awam, kunjungan kekeluargaan dewan parokilingkungan yang terdiri dari pastor, bapak-ibu, mudika, suster dan bruder. Kunjungan umat secara sukarela. 3 Ditinjau dari sifat kunjungan Pertama, kunjungan pribadi, kunjungan terjadi secara sukarela atas kehendak si pengunjung, misalnya untuk menjenguk dan memupuk semangat persaudaraan. Kedua, kunjungan resmi dalam hal ini pengunjung mewakili kelompok, organisasi, lembaga atau badan pengurus, untuk mengunjungi salah satu keluarga dengan menentukan sebelumnya waktu, target atau responden yang akan dikunjungi. Ketiga, kunjungan kerja, kegiatan ini merupakan pelaksanaan tugas dari lembaga, dengan target dan tujan yang jelas. Dalam hal ini pengunjung lebih melaksanakan tugas yang diberikan oleh lembaganya dari pada karena sukarela, dan terikat oleh target serta tujuan yang telah ditentukan. 21 4 Ditinjau dari tujuan dan motivasinya ada dua. Pertama, kunjungan bisnis, ada urusan tertentu atau urusan biasa. Kedua, kunjungan pastoral dengan motivasi iman. Berdasarkan empat jenis kunjungan di atas, yang dimaksud dengan kunjungan keluarga adalah kunjungan pribadi, sukarela, dengan tujuan pendampingan terhadap sesama saudara seiman dan dalam rangka membangun paguyuban dan perkembangan iman umat. Budyapranata 1994: 22 mengatakan bahwa kunjungan keluarga pada dasarnya terletak pada hakekat Gereja itu sendiri, yaitu Gereja sebagai paguyuban. Paguyuban umat beriman itu tidak begitu saja terjadi, umat mengupayakannya terus-menerus. Oleh karena itu kunjungan keluarga merupakan suatu usaha memperkembangkan iman umat dan membantu terwujudnya proses paguyuban umat beriman.

3. Pastoral kunjungan keluarga

a. Pengertian pastoral kunjungan keluarga Berdasarkan uraian mengenai pengertian pastoral dan kunjungan keluarga di atas, maka dapat dikatakan bahwa pastoral kunjungan keluarga merupakan segala usaha yang dilakukan oleh umat beriman sebagai jalan untuk membantu hidup iman umat dengan cara berkunjung dari rumah ke rumah, sehingga Sang Gembala Illahi terasa tampil, hadir, menemani dan berkarya bagi semua manusia. Dengan demikian umat merasa diperhatikan. 22 b. Tujuan pastoral kunjungan keluarga Yang menjadi tujuan pastoral kunjungan keluarga adalah pertemuan terbuka, artinya ialah bahwa hidup umat harus menjadi perhatian kita. Kita datang sebagai saudara untuk memberi perhatian dan untuk mendengarkan orang lain, Budyapranata 1987:1. Dengan demikian pastoral kunjungan keluarga bisa menjadi tanda solidaritas atau kesediaan kita untuk menjadi saudara bagi yang lain. Tujuan dari pastoral kunjungan keluarga bukanlah terutama untuk mempertobatkan atau membujuk seseorang agar aktif dalam kegiatan-kegiatan Gerejawi atau membantu keluarga memecahkan masalah mereka, namun maksud dari pastoral kunjungan keluarga adalah mau bersikap terbuka dan memperhatikan keadaan umat. Kemungkinan buah kunjungan menjadikan umat untuk aktif kembali di Gereja atau menemukan pemecahan hidupnya, tetapi ini bukan tujuan pokok. Hardiwiratno 1994: 203 berpendapat memperhatikan orang atau keluarga adalah suatu usaha untuk menolong atau membantu mereka berkembang dalam aspeknya dan berkembang menjadi dirinya sendiri. Menurut Budyapranata, 1994: 52-53 hal yang perlu diperhatikan selama kunjungan keluarga adalah: 1 Jangan menawarkan apa-apa Seorang aktifis Gereja, karena merasa ada ikatan kuat dengan Gereja, ia mengira bahwa kalau gereja kosong harus cepat diisi, kalau paroki sedang 23 lesu, ia akan cepat-cepat menawarkan untuk mengadakan kegiatan. Kalau hal ini terjadi dalam kunjungannya, ia akan selalu menawarkan idenya, agar orang lain menjadi aktif seperti dirinya. Budyapranata 1994: 52 mengatakan bahwa sikap ini kurang tepat jika diterapkan dalam pastoral kunjungan keluarga karena pada dasarnya kunjungan itu adalah proses untuk mengenal orang lain secara pribadi, termasuk persoalan yang sedang dihadapinya. 2 Tidak menggurui Hooijdonk 1980: 6 berpendapat sumber kemacetan dalam pembicaraan selama kunjungan keluarga adalah kalau si pengunjung mulai menawarkan nasihat atau idenya. Sikap ini akan membuat yang dikunjungi menjadi pasif, entah dengan alasan untuk menghormati tamunya atau karena merasa persoalannya tidak diperhatikan. Yang diharapkan oleh orang yang dikunjungi bukanlah petuah agama, tetapi sikap iman yang diperlihatkan oleh si pengunjung melalui perhatiannya yang penuh. 3 Mengusahakan suatu pertemuan terbuka Sikap yang perlu diperhatikan dalam kunjungan keluarga adalah adalah sikap terbuka. Jangan berpikir apa yang akan dikatakan, karena persoalannya bukan terletak pada apa yang dianggap penting bagi kita, yang mau diungkapkan kepada mereka, tetapi apa yang penting bagi mereka atau apa yang mereka kemukakan. Ketika menghadapi keluarga yang belum dikenal secara dekat, tidak perlu cemas karena sabda Yesus memberikan kekuatan bagi kita. Injil Markus 13:11 mengatakan bahwa, “Roh Kuduslah 24 yang akan memberikan kata- kata yang harus diucapkan”. Hardiwiratno 1994: 206 mengatakan bahwa hal yang terpenting adalah berkata dengan jujur, sederhana dan keluar dari hati yang tulus. Bagi yang dikunjungi yang penting bukan apa yang dikatakan pengunjung, tetapi perhatian terhadapnya. 4 Memberikan kesempatan orang lain untuk berbicara Menurut Budyapranata 1994: 53 dalam kunjungan keluarga hal pertama yang harus diperhatikan adalah memberi kesempatan kepada yang dikunjungi untuk mengungkapkan apa yang dirasa perlu dan bukan sebaliknya, pengunjung datang untuk minta didengarkan. 5 Menciptakan suasana yang kondusif Hardiwiratno 1994: 208 berpendapat bahwa Sangat penting dalam menciptakan suasana kondusif yang terbuka memahami atau mengerti situasi orang yang kita ajak bicara understanding artinya sikap positif dari kita yang diekspresikan melalui pemberian kesempatan seluas- luasnya kepada keluarga yang kita kunjungi untuk mengekspresikan dirinya secara tepat. Sikap understanding bukan sandiwara tetapi benar- benar muncul dari cinta atau compassion rasa belaskasih yang mendalam seperti sikap Yesus terhadap orang-orang berdosa. 6 Cara mempraktekkan Understanding a Empati 25 Empati adalah sikap positif yang diekspresikan melalui kesediaan untuk menempatkan diri pada tempat orang yang sedang diajak bicara. Ikut merasakan apa yang dirasakan orang tersebut atau mengerti dengan pengertian orang tersebut. Hardiwiratno 1994: 2009 mengatakan bahwa unsur utama dalam agape adalah sikap hati atau compassion sikap penuh belaskasih yang diekspresikan dalam kerinduan untuk betul-betul mau menyelami dan berusaha untuk memahami dan mengerti orang lain. b Penerimaan Menurut Hardiwiratno 1994: 2009 mengatakan bahwa penerimaan adalah kesediaan untuk menerima keberadaan orang lain sebagaimana adanya. Penerimaan apa adanya bukanlah sikap yang membenarkan atau menetralisir apa yang salah, yang ada pada orang lain, tetapi sikap positif yang perlu dikembangkan dan dipraktekkan. Karena melalui cara ini sebagai jalan untuk menemukan inti persoalan yang sedang dirasakan menganggu kehidupan mereka. Penerimaan sejati memampukan untuk dapat mendorong sesama melakukan perbuatan baik tetapi berusaha untuk bersikap sabar sampai menemukan inti persoalannya. Penerimaan menciptakan suasana aman dan mendorong orang lain menemukan kembali kepercayaan akan dirinya sendiri, agar mampu mengenali apa yang sedang terjadi pada dirinya. Pengalaman tersebut membuka hati untuk menilai sikap dan cara berpikir. Dengan demikian menumbuhkan 26 pengertian baru yaitu cara untuk mempraktekan hidup dengan semangat baru. c Mendengarkan yang efektif Mendengarkan adalah unsur utama dari memahami. Tanpa ada kesediaan untuk mendengarkan dengan baik, maka penerimaan pun tak pernah menghasilkan hal-hal yang positif. Hardiwiratno 1994: 2009 berpendapat bahwa sikap mendengarkan adalah salah satu syarat utama yang harus ada dalam pembicaraan dengan orang lain, jika kunjungan keluarga ingin berhasil. Mendengarkan secara efektif adalah mendengarkan dengan penuh perasaan dan perhatian, dengan maksud menangkap dengan baik kata yang diucapkan oleh yang sedang diajak bicara, mengerti perasaannya dan melihat ekspresi wajahnya sehingga mampu mengungkap apa yang dirasakan di balik kata yang diucapkan. c. Model-model pastoral kunjungan keluarga Secara garis besar, sesuai dengan tujuannya, kita dapat membedakan dua macam model kunjungan keluarga. Budyapranata 1994: 56 membedakan dua macam model pastoral kunjungan keluarga yaitu: 1 Kunjungan pastoral biasa Model dari kunjungan pastoral biasa ialah pertama, pertemuan atau kontak. Kedua, saling mengingatkan akan Allah, Bapa kita dan Kristus Gembala agung kita. Model pastoral biasa sifatnya umum dan 27 sekedar untuk saling mengingat sebagai saudara seiman jika mengalami kesulitan tetapi kurang menyentuh situasi khusus umat dalam hal ini masalah pribadi yang dialami umat. 2 Kunjungan pastoral khusus Kunjungan pastoral khusus adalah kunjungan pastoral yang dilakukan terhadap mereka yang mempunyai masalah, dan karenanya membutuhkan pendampingan. Model dari pastoral khusus adalah saling mengunjungi terutama saling mendampingi dan membantu dalam menghadapi berbagai persoalan dan kesulitan, sehingga umat merasa dibantu dan diperhatikan dalam mengembangkan iman mereka. d. Metode-metode pastoral kunjungan keluarga Budyapranata 1994: 64 berpendapat bahwa dialog merupakan metode yang bisa digunakan dalam pastoral kunjungan keluarga karena secara positif dialog berarti mau menerima pribadi lain sebagaimana adanya. Tanpa dialog tak mungkin ada komunikasi yang baik karena komunikasi yang baik hanya terbangun melalui dialog sehingga yang dikunjungi merasa lega dan mendapat dukungan karena sikap persaudaraan dan perhatian dari sesama umat Kristiani. Kongregasi Puteri Reinha Rosari dalam butir-butir penegasan Musyawarah umum VII 2015: 8 mengatakan bahwa dalam kunjungan pastoral perlu menfokuskan diri pada dialog dengan keluarga-keluarga Katolik 28 yang sedang mengalami krisis, orang-orang miskin dan sederhana sebab dialog membantu mereka membuka hati untuk bisa menceritakan situasi hidup yang sedang dialami. Dalam dialog mereka merasakan suasana kekeluargaan, persaudaraan sejati karena merasa diterima sebagai saudara, dan dihargai sebagai pribadi. e. Pendekatan baru dalam berpastoral Heryatno Wono Wulung 2016: 3 dalam makalah yang disampaikan pada seminar nasional tentang “Keluarga dan pendidikan di masa era globalisasi” mengungkapkan ajakan Paus Fransiskus, agar para uskup dan imam dalam menemani dan mendampingi keluarga-keluarga Katolik menggunakan pendekatan yang kontekstual dan relevan dan menekankan belas kasih serta keramahan. Artinya para pelayan pastoral perlu mengenal semua keluarga yang dilayani melalui pendekatan pribadi dengan mendatangi keluarga-keluarga Katolik dan bersedia untuk mendengarkan pergulatan hidup mereka, agar mereka merasakan belas kasih Allah, menemukan betapa Allah mengasihi mereka. Selanjutnya Heryatno Wono Wulung 2016: 5 mengungkapkan penegasan Paus Fransisikus tentang pendampingan pastoral belas kasih kepada semua keluarga Kristiani lebih khusus bagi mereka yang sedang mengalami kesulitan mewujudkan keluarga ideal di dalam hidup sehari-hari. Gereja dapat mewujudkan citranya sebagai Gereja di mana setiap umat diterima, dicintai, 29 dan diampuni dengan penuh belas kasih. Pentingnya sikap belas kasih dalam pendekatan pastoral karena belas kasih merupakan sifat Allah harus mewarnai seluruh suasana dan corak hidup Gereja. Paus Fransiskus menggarisbawahi belas kasih sebagai kunci utama bagi kehidupan seluruh Gereja karena belas kasih mampu merubah dunia, menghangatkannya dan membuatnya lebih adil. Heryatno Wono Wulung 2016: 5 kembali mengungkapkan penegasan Paus Fransiskus terhadap pelayan pastoral. Pertama, Paus Fransiskus menegaskan supaya para pelayan pastoral tidak memandang keluarga-keluarga sebagai objek melainkan subjek. Kedua, Paus Fransiskus menghendaki para pelaku pastoral menjadi lebih cerdas, bijak dan komprehensif dalam mendampingi dan menemani keluarga-keluarga dalam menghadapi masalah yang kompleks dan tidak mudah. Ketiga, Paus Fransiskus menegaskan tugas para pelayan pastoral adalah meneguhkan cinta mereka dan membalut luka-luka mereka demi kepentingan anak-anak mereka. Artinya menjadi pelayan pastoral berarti harus memiliki hati yang penuh belas kasih karena dengan memiliki hati yang penuh belas kasih akan memandang sesama sebagai pribadi yang berharga di mata Tuhan karena ketika memandang sesama sebagai pribadi, mereka merasa diterima, dihargai dan diakui sebagai pribadi dengan demikian menghantar mereka untuk dapat mengalami belas kasih Allah sehingga mereka mampu untuk bangkit dari keterpurukan hidup mereka 30 f. Sasaran pastoral kunjungan keluarga Sebagaimana terdapat pada pengertian pastoral, yaitu bahwa pastoral terarah pada semua manusia, demikian pula halnya dengan kunjungan keluarga. Kunjungan sudah seharusnya tertuju tidak hanya bagi umat yang mau meninggalkan imannya tapi untuk keluarga-keluarga Katolik dengan cara berkunjung dari rumah ke rumah, bahkan menjangkau seluruh anggota keluarga. Sejalan dengan belas kasih Kristus. Adisusanto dan Bernadeta 2015: 24 mengatakan bahwa Gereja dengan perhatian dan kepedulian, mendampingi yang paling lemah terutama mereka yang terluka dan kehilangan kasih dengan memulihkan harapan dan kepercayaan dalam diri mereka. Artinya yang menjadi sasaran utama dalam pastoral kunjungan keluarga adalah keluarga- keluarga Kristiani yang sedang mengalami berbagai macam kesulitan. Heryatno Wono Wulung 2016: 2 mengungkapkan ajakan Paus Fransiskus melalui Amanat Apostolik Amoris Laetitia Sukacita Cinta dalam Keluarga supaya Gereja menghargai semua keluarga Kristiani dan dengan tulus membuka hati terhadap mereka yang sedang menghadapi berbagai krisis. Artinya orang Katolik membuka hati dan peduli terhadap sesama itu penting dengan tindakan konkret yaitu mendatangi keluarga-keluarga yang menderita karena menghadapi berbagai krisis supaya mereka merasakan sukacita cinta karena cinta kasih Ilahi itu diberikan secara cuma-cuma kepada setiap orang. Sukacita cinta tidak dialami sendiri tetapi perlu diwartakan pada sesama terlebih mereka yang mengalami tekanan dalam hidup. 31 Hasil SAGKI 2015: 3 menemukan buah-buah sukacita Injil dalam keluarga. Bercermin dari hidup keluarga kudus Nazaret, keluarga Katolik dihayati sebagai ladang sukacita Injil yang paling subur, tempat Allah menabur, menyemai, dan mengembangkan benih-benih sukacita Injil. Di dalam keluarga, suami-istri dan anak-anak saling mengasihi, membutuhkan dan melengkapi. Kesabaran, pengertian dan kebersamaan saat makan, doa dan pergi ke Gereja adalah wujud nyata kasih sayang tersebut. Kasih sayang yang dibagikan tidak pernah habis, tetapi justru meningkatkan sukacita dalam keluarga. Selanjutnya hasil SAGKI 2015: 3-4 mengatakan bahwa, seberat apapun persoalan yang dialami oleh keluarga selalu ada jalan keluar karena mereka mengandalkan Allah, percaya bahwa Allah tidak pernah meninggalkan mereka. Bagi mereka tantangan merupakan kesempatan untuk bertumbuh dalam kepribadian serta iman, harapan dan kasih. Tantangan tidak harus menyuramkan nilai-nilai perkawinan dan hidup berkeluarga. Melalui tantangan itu Allah mengerjakan karya keselamatanNya di dalam dan melalui keluarga. Gereja terpanggil untuk bersama-sama mencari, menyapa, mendengarkan dan bersehati dengan keluarga yang sedang menghadapi tantangan. Di sinilah Gereja hadir untuk menunjukkan wajah Allah yang murah hati dan berbelas kasih melalui pelayanan terutama bagi keluarga yang paling lemah, rapuh, terluka, menderita dan yang berada dalam situasi sulit. 32 Umat Kristiani dipanggil untuk mewartakan sukacita Injil dengan kesaksian hidupnya dan kepeduliannya terhadap keluarga-keluarga Kristiani yang lain. Dengan demikian keluarga menjadi Rumah-Tangga yang tidak terkungkung dalam dirinya sendiri, tetapi menjalankan tugas perutusannya dalam memajukan Gereja dan menyejahterakan masyarakat FC,42

g. Proses Kunjungan Keluarga

1 Pengunjung menjadi sejajar dengan yang dikunjung Sikap sejajar dan bahkan ”menjadi sesama” bagi saudaranya sangat ditekankan oleh Tuhan Yesus. Pesan Yesus terhadap murid-murid-Nya yang diutus berdua-dua, mengatakan secara jelas bahwa para murid harus berani meninggalkan segala-galanya. Sejajar berarti solider dan senasib dengan orang yang dikunjungi. Menurut Budyapranata 1994: 39 sikap sejajar dalam kunjungan itu sangatlah diperlukan. Hanya dengan cara ini orang yang dikunjungi dapat bangkit dari keadaannya dan berani mengatasi kesulitannya karena ada orang lain yang mau berjalan bersama atau mendampinginya. Sikap sejajar dalam kunjungan itu sangatlah diperlukan. Karena hal ini merupakan kesaksian yang nyata, bahwa semua pengikut Yesus adalah saudara. 2 Pengunjung memberi perhatian kepada yang dikunjung Dalam kunjungan akan berhadapan dengan situasi yang bermacam- macam dari orang yang dikunjungi, misalnya tempat tinggal, kedudukan, dan persoalan yang sedang dihadapi. Maka syarat mutlak untuk bertemu 33 dengan orang lain dalam keadaannya adalah adanya kesediaan untuk memberi perhatian dengan mendengarkan serta berusaha untuk memahami persoalan dari orang yang dijumpai. Memberi perhatian itu bukan hanya secara formal bertemu dengan orang lain, tetapi ikut merasakan keprihatinan dari orang yang dikunjungi dan membantu untuk mengubah situasi yang dialaminya. Memberi perhatian berarti suatu usaha untuk mengerti dan memahami orang lain. Dengan memahami orang akan merasa diperhatikan, dikuatkan dan diteguhkan. Budyapranata 1994: 51 mengatakan keberhasilan dalam kunjungan sangat dipengaruhi oleh sikap orang yang dikunjung. Misalnya, sikap terbuka dan merasa ada yang mendampingi dalam kesulitan. Secara positif memberi perhatian berarti berani menerima kenyataan dari orang yang dikunjungi. Dan berani untuk masuk dalam situasi orang yang dikunjung. 3 Pengunjung menjadi pendengar yang baik Mendengar berarti menerima suara dari luar yang masuk ke dalam telinga. Mendengar adalah suatu kegiatan yang disengaja atau dengan perhatian atau minat dari dalam. Untuk bisa menjadi pendengar yang baik, berarti harus mampu mengidentikkan diri dengan lawan bicara. Artinya selama orang lain berbicara, berusaha untuk berpihak pada orang yang dikunjungi dan mengikuti jalan pikirannya. Membiarkan diri dibuai oleh perasaan dan pengalamannya, sehingga mampu memberikan reaksi yang tepat dalam pembicaraan tersebut. Dengan demikian, menjadi jelas bahwa “mendengarkan” itu tidak mudah, karena membutuhkan kemauan, 34 kesediaan serta perhatian khusus. Budyapranata 1994: 59 mengatakan mendengarkan orang lain dengan baik merupakan suatu keutamaan, karena di situ kita dapat membuat orang lain merasa lega dan diringankan bebannya. Mendengarkan orang lain yang sedang dalam kesusahan dapat merupakan hiburan bagi orang itu, karena orang yang kita kunjungi itu akan sadar bahwa ada orang lain yang membantunya dalam kesulitan. Yesus pun menjadi pendengar yang baik. Hal ini nampak dalam peristiwa ketika Yesus dicobai oleh orang Farisi dan ahli Kitab, untuk mengadili wanita yang didakwa berdosa Yoh 7:53-8:11. Yesus hanya duduk dan berdiam diri, sambil menuliskan sesuatu di tanah. Ketika tiba saatnya Ia berbicara, Yesus memberikan jawaban yang sangat tepat dan bijaksana, dengan demikian Ia mampu menghalau orang-orang yang mendakwa wanita itu. Kata-kata Yesus yang singkat itu, melegakan perempuan itu, karena ia merasa dipahami dan diberi jalan keluar yaitu “tidak berdosa lagi”. Kunjungan yang melegakan atau membuat yang dikunjungi merasa menjadi ringan, yaitu kalau bisa membantu orang dari tekanan yang dirasakan dalam hidupnya. Maka perhatian seperti Yesus ini sangat diharapkan. Dengan didengarkan, orang akan semakin merasa dihargai pribadinya, dan akan semakin memperlihatkan jati dirinya, permasalahan yang sedang dihadapinya akan semakin jelas. Dan bagi pengunjung, mendengarkan dengan baik itu akan memperbesar kepekaan pengunjung terhadap perasaan orang lain. 35 4 Pengunjung membangun dialog Dialog yang baik akan terjadi bila kedua belah pihak dapat saling memahami. Maka mutlak perlu adanya sikap mau mendengarkan dan mau mengerti. Budyapranata 1994: 64-65 mengatakan bahwa pentingnya dialog dalam kunjungan, tanpa adanya dialog akan ada jurang pemisah antara pengunjung dan yang dikunjungi. Dialog atau bicara bersama adalah sarana untuk menampung pengalaman orang lain, cara untuk menukar pikiran dan sekaligus membangun komunikasi yang baik karena komunikasi yang baik hanya terbangun melalui dialog. Dialog sebenarnya merupakan diagnose dan pemahaman terhadap orang lain, seperti seorang dokter yang menerima pengaduan dari seorang pasien. Tanpa curiga dan membantah, dokter mencari dan memahami situasi pasien, sehingga dapat memberikan obat yang tepat. Maka tujuan dialog bukan untuk mempersalahkan atau menghukum, tetapi untuk memperbaiki komunikasi. Secara positif dialog berarti mau menerima pribadi lain, maka dialog berarti pula penghargaan terhadap pribadi lain 5 Pengunjung melibatkan diri pada yang dikunjung Ketika Yesus mendapat kritik dari orang Farisi dan ahli taurat: “ mengapa kamu makan dan minum bersama-sama dan pemungut cukai dan orang berdosa?” jawaban Yesus kepada mereka:” bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit. Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa supaya bertobat. ” Luk 5:27-32; Luk15:1- Sikap Yesus cukup jelas, yaitu datang untuk menyelamatkan orang berdosa. 36 Maka keterlibatan Yesus dengan mereka cukup membawa resiko yaitu bahwa Yesus dikritik. Tetapi Yesus lebih mementingkan keselamatan orang lain dari pada diri-Nya. Hal ini makin jelas lagi dari perumpamaan tentang domba yang hilang. Sikap gembala baik, yang menjadi gambaran sikap belas kasih Yesus terhadap orang berdosa, tidak segan-segan mencari domba yang hilang walaupun ada tantangan dan hambatan, tetapi demi keselamatan domba itu sendiri ia rela menderita. Dan setelah menemukan domba itu ia bergembira dan mengajak orang lain bergembira bersamanya. Berdasarkan hal di atas keterlibatan tidak hanya diartikan sebagai suatu keramahtamahan belaka. Menurut Budyapranata 1994: 78 Keterlibatan berarti merasa ikut prihatin dengan orang yang dikunjungi, mau membela dan rela berkorban untuk ikut membebaskan orang itu dari kesulitannya tanpa memperhitungkan kepentingan sendiri. 6 Pengunjung ikut mengatasi kesulitan Menurut Budyapranata 1994: 80 karya kunjungan keluarga termasuk dalam “diakonia” atau pelayanan. Sebab kunjungan keluarga itu juga bermaksud untuk menjaga kesejahteraan orang lain. Diakonia disini lebih tepat diartikan sebagai pelayanan sosial, yaitu membantu dalam bidang kesejahteraan hidup. Dewasa ini, telah berkembang dengan pesat paham materialisme, konsumerisme, dan individualisme di tengah-tengah masyarakat. Perkembangan paham-paham tersebut tentu memberi dampak yang luar biasa bagi tumbuhkembangnya iman umat dalam setiap keluarga Kristiani. Terhadap hal demikian, pengunjung diharapkan memiliki hati 37 dan kepeduliannya pada mereka yang paling membutuhkan. Beberapa pengunjung melakukan tindakan cinta kasih sebagai perwujudan syukur mereka atas kemurahan hati Allah. Dengan tulus mereka berbagi kemurahan ilahi kepada sesama yang sangat membutuhkan. Kegiatan ini akan sangat memperkembangkan keluarga dan meningkatkan kebahagiaan mereka.

B. Perkembangan Iman Umat

1. Pengertian perkembangan

Menurut Poerwanti 2002: 27 perkembangan adalah proses kualitatif yang mengacu pada kualitas fungsi organ-organ jasmaniah, dan bukan pada organ jasmani, sehingga penekanan arti perkembangan terletak pada penyempurnaan fungsi psikologis yang termanifestasi pada kemampuan organ fisiologis. Proses perkembangan akan berlangsung sepanjang kehidupan manusia. Perkembangan adalah serangkaian perbuatan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Ini berarti bahwa perkembangan bukan sekedar penambahan beberapa sentimeter pada tinggi badan seseorang, melainkan suatu proses integrasi dari banyak struktur dan fungsi kompleks. 2. Pengertian iman Ima n dalam bahasa Yunani disebut “pistis” atau bahasa Latin “fides” dan bahasa Inggris “faith” diartikan sebagai keyakinan yang berarti teguh, kuat, 38 kokoh, tak tergoyahkan, mantap dan tergoncangkan Madya Utama, 2002: 47. Iman berarti mempercayakan diri kepada kenyataan di luar diri kita pada kenyataan itu kesejahteraan hidup kita tergantung, iman berdasarkan atas kepercayaan. Untuk mencapai taraf iman orang harus terlebih dahulu percaya. Orang dapat percaya akan sesuatu hanya jika mereka mengetahuinya, oleh karena itu penting sekali bagi kita untuk mengetahui apa yang kita imani. Arti iman dalam Perjanjian Lama menurut Madya Utama 2002: 51 iman sebagai penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah. Beriman berarti mengandalkan dan berpegang teguh pada seseorang Yesus Kristus sebagai dasar dan sumber hidup. Orang beriman memegang teguh Sabda Allah yang merupakan ungkapan wahyu-Nya untuk dilaksanakan dalam hidup mereka. Beriman dalam Perjanjian Lama berarti menerima, melaksanakan dan menuruti segala hukum serta peraturan Yahwe yang mengwahyukannya. Contoh orang yang berpegang teguh dalam iman dan dijuluki sebagai bapa kaum beriman yang paling besar adalah Abraham Kej 17:1-27. Abraham taat dan penuh penyerahan diri secara total kepada kehendak Yahwe. Hal ini diungkapkan ketika Abraham diminta untuk mempersembahkan Ishak anaknya yang tunggal dan dikasihi untuk dipersembahkan kepada Allah, Abraham taat pada perintah Allah. Peristiwa ini menjadikan Abraham sebagai bapa kaum beriman. Iman Abraham bisa disebut sebagai iman yang radikal karena penyerahan dirinya yang total kepada Yahwe. Apa yang dikehendaki Yahwe ditaati sepenuhnya, tanpa meragukan. 39 Arti iman dalam Perjanjian Baru menurut Madya Utama 2002: 55 percaya kepada seseorang yaitu Yesus Kristus. Kata iman juga dipakai untuk menyatakan hubungan dengan Allah; menerima wahyu Allah dan tanggapan manusia terhadap wahyu Allah. Orang diharapkan percaya kepada Injil yang diwartakan oleh Yesus demi keselamatan manusia. Ada peristiwa penyembuhan hamba seorang perwira di Kapernaum Yesus menyatakan,” Aku berkata kepadamu, iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai, sekalipun dian tara orang Israel” Luk 7:9. Juga dalam peristiwa penyembuhan seorang yang sakit pendarahan, Yesus menegaskan, “Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau. Pergilah dengan selamat dan sembuhlah dari penyakitmu” Mrk 5:34. Inilah contoh penegasan Yesus tentang beriman kepada Allah melalui pewartaan Yesus yang membawa orang kepada kesembuhan dan keselamatan berkat iman yaitu percaya kepada Yesus. Melalui agama, setiap manusia menyadari bahwa iman merupakan: a Tanggapan manusia terhadap sabda Allah. Sabda Allah adalah tawaran yang menuntut jawaban. Adisusanto 2000: 1 mengatakan bahwa Sabda Allah bukan suatu pengajaran, tetapi merupakan suatu fakta keselamatan yang memiliki sifat hubungan antar pribadi. Inilah aspek eksistensial pewahyuan dari Allah dalam sejarah umat manusia. Menghadapi fakta keselamatan semacam ini manusia tidak dapat bersikap pasif dan menutup diri, tetapi harus berani memberi tanggapan dengan memutuskan sikap yang tepat dalam keseluruhan rencana keselamatan Allah. Dengan kata lain salah satu aspek iman adalah bahwa Sabda Allah 40 adalah Sabda yang selalu menuntut jawababan dari manusia. Sejauh merupakan perwahyuan sabda Allah harus diterima. Sejauh merupakan janji Sabda Allah memerlukan penyerahan diri dan kesetiaan. Sejauh merupakan interpelasi pribadi sabda Allah merupakan hukum dan kewajiban yang perlu diterima dan dihayati dalam kehidupan sehari-hari. b Jawaban pribadi dan menyeluruh dari manusia kepada Tuhan. Selanjutnya Adisusanto 2000: 2 mengatakan bahwa dalam Kitab Suci iman nampak sebagai penyerahan pribadi secara menyeluruh, bukan sekedar persetujuan akal atau ketaatan moral, sesuai dengan hakekat Sabda Allah yang dinamis, hidup dan personal. Kepada Allah yang mewahyukan diri dan menyampaikan anugerah manusia beriman memberikan jawaban dalam bentuk tindakan integral dari otak, perasaan, kehendak dan prilaku. Dalam pengertian biblis manusia beriman adalah manusia yang bersedia untuk menyerahkan diri kepada Tuhan dengan iman, untuk mewujudkan kepercayaan kepada Tuhan secara menyeluruh, untuk menerima Dia sebagai Sang Kebenaran, untuk mengandalkan diri kepada Tuhan dan bukan kepada diri sendiri, dan dengan demikian menjadi kuat dan benar berkat kekuatan serta kebenaran Allah sendiri. c Anugerah dan rahmat. Iman yang merupakan jawaban manusia terhadap sapaan Allah, terutama merupakan karya Allah sendiri. Hal ini bukan hanya karena iman inisiatif Allah, tetapi lebih-lebih karena tindakan manusia menerima Sabda Allah hanya mungkin terjadi karena digerakkan oleh Roh Kudus. Maka iman 41 merupakan rahmat. Rahmat yang merupakan anugerah yang berikan oleh Allah kepada manusia secara cuma-cuma Banawiratma, 1986: 114. 3. Aspek-aspek Iman a. Sikap penyerahan diri manusia seutuhnya kepada Allah. Manusia dengan bebas menyerahkan diri seutuhnya kepada Allah, dengan mempersembahkan kepatuhan akal budi serta kehendak yang sepenuhnya kepada Allah. Iman merupakan penyerahan total kepada Allah yang menyatakan diri tidak karena terpaksa melainkan dengan “sukarela”. Sikap ini merupakan pokok iman Adisusanto, 2000: 10. b. Pengetahuan segi kognitif yang dimaksud dengan pengetahuan di sini adalah sejauh mana orang mengetahui dan memahami sesuatu yang diimani. Dalam konteks ini orang harus memiliki pengetahuan yang cukup untuk mengetahui siapa yang kita percayai, dan apa yang telah Kristus lakukan bagi kita. Salah satunya adalah meyakini bahwa Kristus mengorbankan diri-Nya dengan mati di kayu salib untuk menyelamatkan hidup kita dari segala yang jahat dan menebus dosa manusia. Alkitab dengan jelas mengajarkan bahwa tanpa pengetahuan mustahil terdapat iman sejati. “Lalu Ia membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci” Luk 24:45. “Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran akan firman Kristus” Rom 10:17. Kita harus memiliki pengetahuan yang memadai untuk menyadari bahwa kita adalah orang-orang berdosa yang memerlukan penebusan, 42 bahwa kita tidak dapat menyelamatkan diri kita sendiri dan hanya Kristus yang dapat menebus kita dari dosa dan dari murka Allah, dan bahwa Kristus mati dan bangkit bagi kita Adisusanto, 2000: 9-10. c. Tindakan doing dimana orang yang beriman akan setia dan mempunyai militansi atas imannya diharapkan dapat mewujudkan imannya dengan terlibat dalam kehidupan Gereja dan demi perkembangan Gereja. Keterlibatan mereka nampak dalam 4 pilar kegiatan Gereja, yaitu bidang perayaan iman leiturgia, pewartaan kerygma, persekutuan koinonia, pelayanan diakonia. Semuanya itu merupakan wujud kesaksian hidup martyria mereka sebagai anggota Gereja Adisusanto, 2000: 8-9.

4. Penghayatan iman

Orang beriman sejati itu menyerahkan dirinya kepada Tuhan, dia membiarkan dirinya ada di bawah bimbingan Tuhan dan dibawa kepada kepenuhan hidup. Oleh karena itu iman tidak hanya menyangkut budi, tetapi seluruh diri manusia: cipta, rasa, karsa dan karya. Hidup beriman tak pernah selesai mencari jawaban iman baru terhadap tantangan baru di zamannya. Inti hidup beriman ada lah berkata “ Ya ” secara total kepada Tuhan, mengakui dan menerima Tuhan sebagai satu-satunya penyelamat. Iman membutuhkan suatu dasar. Kalau tidak, iman kita tidak lebih dari pada perwujudan hasrat dan kerinduan semata Adisusanto, 2000: 7. Pengetahuan dan penghayatan iman itu saling berhubungan. Pengetahuan iman yang minim akan membuat

Dokumen yang terkait

GEREJA KATOLIK SANTO PAULUS PRINGGOLAYAN LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GEREJA KATOLIK SANTO PAULUS DI PRINGGOLAYAN, BANTUL.

1 11 18

Pengaruh doa Bersama dalam keluarga bagi perkembangan iman remaja di Stasi Yohanes Chrisostomus Pojok Paroki Santo Petrus dan Paulus Klepu.

1 8 141

Fungsi komunikasi orangtua terhadap pembentukan karakter dan iman anak dalam keluarga Katolik di Paroki Administratif Santo Paulus Pringgolayan Yogyakarta.

3 24 162

Pengaruh doa Bersama dalam keluarga bagi perkembangan iman remaja di Stasi Yohanes Chrisostomus Pojok Paroki Santo Petrus dan Paulus Klepu

1 9 139

Usaha menemukan makna sakramen Ekaristi demi pengembangan iman umat lingkungan Santo Antonius Joton Paroki Santo Yusuf Pekerja Gondangwinangun Klaten.

0 9 155

Fungsi komunikasi orangtua terhadap pembentukan karakter dan iman anak dalam keluarga Katolik di Paroki Administratif Santo Paulus Pringgolayan Yogyakarta

0 13 160

Pendampingan iman keluarga kawin campur beda agama dalam menghayati hidup perkawinan kristiani di Paroki Santo Paulus, Palu, Sulawesi Tengah, melalui katekese umat model shared christian praxis - USD Repository

0 0 144

Peranan kunjungan keluarga dalam upaya untuk meningkatkan iman keluarga Katolik di Stasi St. Paulus Pringgolayan Paroki St. Yusup Bintaran Yogyakarta - USD Repository

0 0 157

SENI KARAWITAN SEBAGAI SARANA PENGHAYATAN IMAN UMAT AKAN EKARISTI DI PAROKI SANTO YAKOBUS, BANTUL, YOGYAKARTA SKRIPSI

0 1 151

Deskripsi kunjungan keluarga oleh suster-suster MASF sebagai anggota tim pastoral keluarga di wilayah Santo Andreas Songgolangit Paroki Santo Paulus kleco Surakarta - USD Repository

0 0 194