Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran, bahan studi atau tambahan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa-mahasiswa khususnya bagi
mahasiswa jurusan Ekonomi Pembangunan. 2.
Menambah, melengkapi, sekaligus sebagai pembanding hasil-hasil penelitian yang sudah ada sebelumnya yang menyangkut topik yang sama.
3. Sebagai masukan yang akan bermanfaat bagi pemerintah dan instansi-instansi
terkait. 4.
Untuk memperkaya wawasan ilmiah Penulis dalam kaitannya dengan disiplin ilmu yang Penulis tekuni.
Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
BAB II
URAIAN TEORITIS
2.1 Pertumbuhan Ekonomi
2.1.1 Pengertian Pertumbuhan Ekonomi
Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan jika jumlah produksi barang dan jasanya meningkat. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan
output dari tahun ke tahun yang merupakan suatu gambaran mengenai dampak kebijaksanaan pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah dan
kemakmuran masyarakat meningkat Sukirno, 2003: 10. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan karena faktor-faktor produksi akan selalu mengalami
pertambahan dalam jumlah dan kualitasnya. Pertumbuhan ekonomi merupakan ukuran utama keberhasilan pembangunan Hasil
pertumbuhan ekonomi tersebut harus dapat dinikmati masyarakat sampai ke lapisan yang paling bawah. Pertumbuhan harus berjalan secara beriringan dan terencana untuk
mengupayakan terciptanya pemerataan kesempatan dan pembangunan hasil-hasilnya dengan lebih merata. Bila pembangunan dan hasil-hasilnya tersebut telah terdistribusi
Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
secara merata maka daerah – daerah yang miskin, tertinggal, dan tidak produktif akan menjadi produktif yang akhirnya akan mempercepat pertumbuhan ekonomi itu sendiri.
2.1.2 Perhitungan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi
Fluktuasi pertumbuhan ekonomi secara riil dari tahun ke tahun tercermin dalam nilai Produk Domestik Bruto PDB. PDB yaitu seluruh nilai tambah yang dihasilkan
oleh berbagai sektor atau lapangan usaha yang melakukan kegiatan usahanya di suatu domestik atau agregat. Perubahan nilai PDB akan menunjukkan perubahan jumlah
kuantitas barang dan jasa yang dihasilkan selama periode tertentu. Selain PDB, dalam suatu negara juga dikenal ukuran PNB Produk Nasional Bruto serta Pendapatan Nasioal
National Income. Adapun konsep perhitungan pertumbuhan ekonomi dalam satu periode Rahardja,
2001:178, yaitu :
100
1 1
x PDBR
PDBR PDBR
G
t t
t t
− −
− =
di mana: G
t
= Pertumbuhan ekonomi periode t triwulanan atau tahunan PDBR
t
= Produk Domestik Bruto Riil periode t berdasarkan harga konstan PDBR
t-1
= PDRB satu periode sebelumnya Jika interval waktu lebih dari satu periode maka perhitungan pertumbuhan
ekonomi dapat dilakukan dengan menggunakan persaman eksponensial :
2
1 r
PDBR PDBR
t
+ =
di mana: PDBR
t
= PDBR periode t
Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
PDBR = PDBR periode 0
r = tingkat pertumbuhan
t = jarak periode
Untuk menghitung besarnya pendapatan nasional atau regional, maka ada tiga metode pendekatan yang dipakai :
a Pendekatan Produksi Production Approach
Metode ini dihitung dengan menjumlahkan nilai produksi yang diciptakan sektor ekonomi produktif dalam wilayah suatu negara. Secara matematis Rahardja, 2001:180:
NI = P
1
Q
1
+ P
2
Q
2
+ … + P
n
Q
n
di mana : NI
= PDB Produk Domestik Bruto P
1
, P
2,…,
P
n
= Harga satuan produk pada satuan masing-masing sektor ekonomi Q
1
, Q
2
,…,Q
n
= Jumlah produk pada satuan masing-masing sektor ekonomi Yang dipakai hanya nilai tambah bruto saja agar dapat menghindari adanya
perhitungan ganda.
b Pendekatan Pendapatan Income Approach
Metode ini dihitung dengan menjumlah besarnya total pendapatan atau balas jasa setiap faktor-faktor produksi. Secara matematis Rahardja, 2000:181:
Y = Yw + Yr + Yi + Yp di mana :
Y = Pendapatan nasional atau PDB
Yw = Pendapatan upah gaji
Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
Yr = Pendapatan sewa
Yi = Pendapatan bunga
Yp = Pendapatan laba atau profit
c Pendekatan Pengeluaran Consumption Approach
Metode ini dihitung dengan menjumlahkan semua pengeluaran yang dilakukan berbagai golongan pembeli dalam masyarakat. Secara matematis Rahardja, 2001:182:
Y = C + I + G + X – M di mana :
Y = PDB Pendapatan Domestik Bruto
C = Pengeluaran Rumah tangga konsumen untuk konsumsi
I = pengeluaran rumah tangga perusahaan untuk investasi
G = pengeluaran rumah tangga pemerintah
X-M = ekspor netto atau pengeluaran rumah tangga luar negeri Yang dihitung hanya nilai transaksi-transaksi barang jadi saja, untuk menghindari
adanya perhitungan ganda.
2.1.3 Teori-teori Pertumbuhan Ekonomi
Teori-teori pertumbuhan ekonomi melihat hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan faktor-faktor penentu pertumbuhan ekonomi. Ada beberapa teori
mengenai pertumbuhan ekonomi, yaitu:
Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
a Teori Jumlah Penduduk Optimal Optimal Population Theory
Teori ini telah lama dikembangkan oleh kaum Klasik. Menurut teori ini, berlakunya The Law of Diminishing Return TLDR menyebabkan tidak semua penduduk dapat
dilibatkan dalam proses produksi. Jika dipaksakan, justru akan menurunkan tingkat output perekonomian.
Gambar 2.1 Jumlah Penduduk Optimal
Sumber : Rahardja, 2001:178
Pada gambar, kurva TP
1
menunjukkan hubungan antara jumlah tenaga kerja dengan tingkat output fungsi produksi. Kondisi optimal akan tercapai jika jumlah penduduk
tenaga kerja yang terlibat dalam proses produksi adalah L
1
, dengan jumlah output
Tenaga Kerja Q
3
Q
1
Q
2
L
1
L
2
TP
2
TP
1
Total Produksi Output
Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
PDB adalah Q
1
. Jika jumlah tenaga kerja ditambah menjadi L
2
PDB justru berkurang menjadi Q
2
. Hal ini karena cepat terjadinya TLDR. Agar penambahan tenaga kerja ke L
2
dapat meningkatkan output, misalnya menjadi Q
3
, yang harus dilakukan adalah investasi fisik barang modal dan SDM yang menunda terjadinya gejala TLDR.
Bahkan kedua investasi tersebut menimbulkan sinerji. Jika hal tersebut yang terjadi, maka fungsi produksi membaik. Hal itu digambarkan dengan bergesernya kurva
produksi ke TP
2
. Penambahan tenaga kerja akan meningkatkan output PDB.
b Teori Pertumbuhan Neo Klasik Neo Classic Growth Theory
Teori ini dikembangkan oleh Solow 1956 dan merupakan penyempurnaan teori- teori klasik sebelumnya. Fokus pembahasan teori ini adalah akumulasi stok barang modal
dan keterkaitannya dengan keputusan masyarakat untuk menabung atau melakukan inve stasi. Asumsi penting dari model Solow antara lain:
1. Tingkat teknologi dianggap konstan tidak ada kemajuan teknologi,
2. Tingkat depresiasi dianggap konstan,
3. Tidak ada perdagangan luar negeri atau aliran keluar masuk barang modal,
4. Tidak ada sektor pemerintah
5. Tingkat pertambahan penduduk tenaga kerja juga dianggap konstan,
6. Seluruh penduduk bekerja sehingga jumlah penduduk = jumlah tenaga kerja.
Dengan asumsi-asumsi tersebut, dapat dipersempit faktor-faktor penentu pertumbuhan menjadi hanya stok barang modal dan tenaga kerja. Lebih lanjut lagi, dapat
diasumsikan bahwa PDB per kapita semata-mata ditentukan oleh stok barang modal per
Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
tenaga kerja. Jika Q = output atau PDB, K = barang modal, dan L = tenaga kerja, maka y = fk
di mana y = PDB per kapita atau QL dan k = barang modal per kapita atau KL Untuk menjaga agar perekonomian dapat mempertahankan tingkat outputnya,
stok barang modal per kapita tidak boleh berkurang. Untuk itu tingkat investasi yang dilakukan harus mempunyai dua fungsi:
1. Mengganti barang modal yang sudah usang. Tingkat investasi untuk memenuhi
fungsi ini adalah dKL. 2.
Menambah stok barang modal sebagai respons terhadap pertambahan tenaga kerja. Tingkat investasi untuk memenuhi fungsi kedua adalah n KL atau nk.
Investasi total yang dibutuhkan agar perekonomian dapat mempertahankan tingkat produksinya adalah n+dk. Selanjutnya, dianggap ada hubungan proporsional
antara tingkat tabungan dengan tingkat produksi per kapita, misalnya sebesar s, sehingga sy = sfk.
Perekonomian dikatakan berada dalam kondisi keseimbangan stabil bila jumlah tabungan sama dengan kebutuhan investasi. Keadaan keseimbangan stabil akan berubah
jika terjadi perubahan tingkat tabungan, perubahan tingkat teknologi, dan percepatan perkembangan teknologi.
c Teori Pertumbuhan Endojenus Endogenous Growth Theory
Teori ini dikembangkan oleh Romer 1986 dan merupakan pengembangan dari teori Klasik-Neo Klasik yang kelemahannya terletak pada asumsi bahwa teknologi
bersifat eksojenus. Konsekuensi asumsi ini adalah terjadinya The Law of Diminishing Return, karena teknologi dianggap sebagai faktor eksogen dan tetap. Konsekuensi yang
Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
lebih serius adalah perekonomian yang terlebih dahulu maju, dalam jangka panjang akan terkejar perekonomian yang lebih terbelakang, selama tingkat pertambahan penduduk,
tingkat tabungan, dan akses terhadap teknologi adalah sama. Teknologi merupakan barang publik. Oleh karenanya, selama perusahaan dapat
menikmati dampak yang sama dari teknologi tersebut, tidak ada satu perusahaan pun yang berusaha memonopoli. Dengan demikian dalam hal ini, faktor teknologi bukanlah
sebagai faktor eksogen melainkan faktor endogen.
d Teori Schumpeter
Schumpeter berpandangan bahwa pertumbuhan ekonomi sangat ditentukan oleh kemampuan kewirausahawanan entrepreneurship. Sebab, para pengusahalah yang
mempunyai kemampuan dan keberanian mengaplikasi penemuan-penemuan baru dalam aktivitas produksi. Langkah-langkah pengaplikasian penemuan-penemuan baru dalam
dunia usaha merupakan langkah inovasi. Termasuk dalam langkah-langkah inovasi adalah penyusunan teknik-tahap produksi serta masalah organisasi-manajemen, agar
produk yang dihasilkan dapat diterima pasar.
e Teori Harrod-Domar
Teori Harrod-Domar dikembangkan secara terpisah dalam periode yang bersamaan oleh E.S. Domar dan R.F. Harrod. Keduanya melihat pentingnya investasi
terhadap pertumbuhan ekonomi, sebab investasi akan meningkatkan stok barang modal, yang memungkinkan peningkatan output.
1. Investasi
Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
Tingkat output suatu perekonomian mempunyai hubungan proporsional konstan dengan jumlah stok barang modal. Jika tingkat output dinotasikan Y dan stok barang
modal dinotasikan K, maka: Y= K……..……………......……………………………………………………1
dimana adalah rasio output barang modal capital output ratio, disingkat COR yaitu angka yang menunjukkan berapa jumlah output yang dapat dihasilkan dari stok
barang modal tersedia. Umumnya niulai adalah positif namun lebih kecil daripada satu 0 1. Misalnya, stok barang modal adalah 10.000 bila nilai COR adalah
0,5 = 0,5, maka output yang dihasilkan adalah 5.000. Jika perekonomian ingin meningkatkan output menjadi 6.000
∆=1.000 unit, maka stok barang modal harus ditingkatkan menjadi 12.000 unit
∆K=2.000 unit. Dapat juga dikatakan
∆K∆Y=2. Angka 2 adalah bilangan yang menunjukkan berapa unit barang modal yang harus ditambah untuk meningkatkan output sebanyak satu unit.
Angka ini disebut nilai rasio output kapital inkramental incramental capital output ratio, disingkat ICOR. Angka ICOR dapat diperoleh dengan:
∆Y= ∆K………….……………..……………………………………………….2
α
1 =
∆ ∆
Y K
….…………………………..…………………………………………..3 Dari persamaan 3 terlihat bahwa nilai ICOR adalah 1 atau sama dengan 1COR.
Bila nilai COR=0,25, maka nilai ICOR=10,25=4. Dalam kasus diatas nilai COR=0,5, sehingga ICOR=10,5=2, berarti untuk meningkatkan output sebanyak 1.000 unit,
stok barang modal yang harus ditambah I adalah 2.000. 2.
Tabungan
Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
Untuk melakukan investasi, perekonomian harus mampu menyisihkan outputnya sebagai tabungan. Bila tabungan merupakan bagian proporsional konstan dari
pendapatan, hubungan tabungan saving S dengan output Y adalah S= Y
3. Pertumbuhan Ekonomi
Tingkat pertumbuhan output keseimbangan terjadi pada saat Investasi sama dengan Tabungan atau pada saat I=S,
S= Y=∆K= ∆Y=I Y= ∆Y
α α
= ∆
= Y
Y Ekonomi
n Pertumbuha
Bila tingkat tabungan merupakan 6 pendapatan, sedangkan COR=0,5 atau ICOR=2, maka pertumbuhan ekonomi yang diharapkan adalah 62=3 per tahun Rahardja,
2001: 193-202.
f Tahap-tahap Pertumbuhan Ekonomi Rostow
W.W. Rostow mengemukakan teori tahapan tipikal pertumbuhan ekonomi yang dilalui oleh suatu perekonomian. Tahap-tahap yang dimaksud adalah:
1. Tahap Masyarakat Tradisional
Pada tahap masyarakat tradisional ini, masyarakat masih menggunakan cara-cara produksi primitif dan dipengaruhi oleh nilai-nilai tak rasional serta adat istiadat. Tingkat
produksi dan produktivitas sangat rendah. 2.
Tahap Prasyarat Lepas Landas Tahap ini merupakan transisi persiapan mencapai pertumbuhan dan
perkembangan lebih lanjut.
Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
3. Tahap Lepas Landas
Tahap lepas landas ditandai oleh perubahan drastis dan pesat. Ciri tahap ini adalah terjadinya kenaikan investasi produktif, pertumbuhan sektor industri yang pesat, dan
terbentuknya kerangka dasar politik, sosial dan kelembagaan yang menjamin pertumbuhan cepat.
4. Tahap Gerak ke Arah Kedewasaan
Tahap ini merupakan tahap dimana teknologi canggih sudah digunakan secara efektif dalam proses produksi dan pengolahan sumber-sumber daya alam. Ciri-cirinya
adalah tingginya keterampilan tenaga kerja serta semakin dominannya sektor industri manufakturing yang menggantikan dan mendesak sektor pertanian dan sektor-sektor
tradisional berupa perubahan sistem manajemen dan pengelolaan bisnis. Masyarakat semakin menyadari akibat-akibat atau dampak industrialisasi terhadap kehidupan
lingkungan. 5.
Tahap Konsumsi Massal Tinggi Tahap konsumsi tinggi merupakan tahap dimana masyarakat lebih menekankan
pada konsumsi dan kesejahteraan masyarakat. Pemerataan kemakmuran merupakan fokusnya Wijaya, 2000 :289.
2.2 Ekspor
2.2.1 Pengertian Ekspor
Menurut pasal 1 ayat 9 Bab I UU No. 301964, ekpor adalah pengiriman barang keluar Indonesia dari peredaran. Keluar dari Indonesia berarti keluar dari daerah Pabean
Indonesia atau keluar dari wilayah yuridiksi Indonesia. Keluar dari peredaran berarti
Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
keluar peredaran diluar daerah Pabean Indonesia dan diluar wilayah yuridiksi Indonesia Purba, 1997 : 20.
Ekspor adalah upaya melakukan penjualan komoditi yang kita miliki kepada bangsa lain atau negara asing sesuai dangan ketentuan pemerintah dengan mengharapkan
pembayaran dalam valuta asing, serta melakukan komunikasi dengan bahasa asing M.S. Amir, 2004 : 1.
Jadi hasil yang diperoleh dari kegiatan mengekspor adalah berupa nilai sejumlah uang dalam valuta asing atau biasa disebut dengan istilah devisa yang juga merupakan
salah satu sumber pemasukan negara. Yang dimaksud dengan ekspor adalah kegiatan perdagangan yang memberikan rangsangan guna menumbuhkan permintaan dalam negeri
yang menyebabkan timbulnya industri-industri pabrik besar, bersamaan dengan struktur politik yang stabil dan lembaga sosial yang efisien Todaro, 2000 : 167.
Ekspor adalah salah satu sektor perekonomian yanga memegang peranan penting melalui perluasan pasar antara beberapa negara dimana dapat mengadakan perluasan
pasar dalam sektor industri, sehingga mendorong dalam sektor industri lain, selanjutnya mendorong sektor lainnya dan perekonomian Meier. Dkk, 1965 : 313.
2.2.2 Peran Sektor Ekspor
Dari definisi-definisi ekspor diatas maka dapat disimpulkan bahwa peranan sektor ekspor antara lain, yaitu:
1. Memperluas pasar diseberang lautan bagi barang-barang tertentu. Seperti yang
ditekankan oleh para ahli ekonomi klasik, suatu industri dapat tumbuh dengan
Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
cepat jika industri itu dapat menjual hasilnya diseberang lautan dari pada hanya dipasar dalam negeri yang sempit.
2. Ekspor menciptakan permintaan efektif yang baru. Akibatnya barang-barang
dipasar dalam negeri mencari inovasi yang ditujukan untuk menaikkan produktifitas.
3. Perluasan kegiatan ekspor mempermudah pembangunan, karena industri tertentu
tumbuh tanpa membutuhkan investasi dalam kapital sosial sebanyak yang dibutuhkan seandainya barang-barang itu akan dijual didalam negeri, misalnya
karena sempitnya pasar dalam negeri akibat tingkat pendapatan rill yang rendah atau hubungan transportasi yang memadai.
Dengan demikian selain menambah peningkatan produksi barang untuk dikirim keluar negeri, ekspor sektor industri juga menambah permintaan dalam negeri, sehingga secara
tidak langsung permintaan luar negeri mempengaruhi industri dalam negeri untuk menggunakan faktor produksinya, misalnya modal dan juga menggunakan metode
produksi yang lebih murah dan efisien sehingga harga dan mutu dapat bersaing dipasar internasional.
2.2.3 Kebijakan Ekspor
Kebijakan ekspor diartikan sebagai berbagai tindakan dan peraturan yang dikeluarkan pemerintah, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang akan
mempengaruhi struktur, komposisi, dan arah transaksi serta kelancaran usaha untuk peningkatan devisa ekspor suatu negara.
Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
Kebijakan ekspor dikelompokkan menjadi dua macam kebijakan, yaitu :
a. Kebijakan Ekspor Dalam Negeri
1. Kebijakan perpajakan dalam bentuk pembebasan, keringanan, pengembalian pajak ataupun pengenaan pajak ekpor untuk barang-barang ekspor tertentu.
Contoh : Pajak ekspor atas CPO 2. Fasilitas kredit perbankan yang murah untuk mendorong peningkatan ekspor
barang-barang tertentu. 3. Penerapan prosedur ekspor yang relatif mudah.
4. Pemberian subsidi ekspor, seperti pemberian sertifikat ekspor. 5. Pembentukan asosiasi eksportir.
6. Pembentukan kelembagaan seperti bounded warehouse Kawasan Berikat Nusantara bounded island Batam, export processing zone, dan lain-lain.
7. Laranganpembatasan ekspor, misalnya larangan ekspor CPO oleh Menperindag.
b. Kebijakan Ekspor Luar Negeri
1. Pembentukan International Trade Promotion Centre ITPC di berbagai negara, seperti di Jepeng Tokyo, Eropa, AS, dan lain-lain.
2. Pemanfaatan General System of Preferency GSP, yaitu fasilitas keringanan bea masuk yang diberikan negara-negara industri untuk berang manufaktur yang
berasal dari negara yang sedang berkembang seperti Indonesia sebagai salah setu hasil UNCTAD United Nation Conference on Trade and Development.
3. Menjadi anggota CommodityAssociation of Producer, seperti OPEC dan lain-lain.
Fahmi Hasbullah : Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
4. Menjadi anggota Commodity Agrreement between Producer and Consumer, seperti ICO Internastional Coffee Organization, MFA Multifibre Agreement,
dan lain-lain.
2.3 Penanaman Modal Asing PMA