Analisis Pertumbuhan Teknologi, Produk Domestik Bruto, Dan Ekspor Sektor Industri Kreatif Indonesia

(1)

ANALISIS PERTUMBUHAN TEKNOLOGI, PRODUK

DOMESTIK BRUTO, DAN EKSPOR SEKTOR INDUSTRI

KREATIF INDONESIA

NANDHA RIZKI AWALIA

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2015


(2)

(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Analisis Pertumbuhan Teknologi, Produk Domestik Bruto, dan Ekspor Sektor Industri Kreatif Indonesia adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2015

Nandha Rizki Awalia NIM H151130446


(4)

RINGKASAN

NANDHA RIZKI AWALIA. Analisis Pertumbuhan Teknologi, Produk Domestik Bruto, dan Ekspor Sektor Industri Kreatif Indonesia. Dibimbing oleh SRI MULATSIH dan D. S. PRIYARSONO.

Banyaknya penemuan baru di bidang teknologi informasi dan komunikasi telah menjadikan manusia semakin produktif dan pasar pun semakin luas. Kompetisi menjadi semakin tinggi dan mendorong industri mengintensifkan informasi dan kreativitas, yang populer disebut ‘ekonomi kreatif’ yang digerakkan oleh sektor industri yang disebut ‘industri kreatif’. Pada tahun 2013, industri kreatif memberikan kontribusi sebesar 154.3 triliun rupiah atau 7.02 persen dari total PDB seluruh industri. Selain itu, industri kreatif juga mampu menyerap tenaga keja sebesar 10.65 persen (11.8 juta orang) dan menyumbang nilai ekspor sebesar 119 triliun rupiah atau 5.51 persen dari ekspor nasional.

Hal ini merupakan satu harapan baru bagi perekonomian Indonesia karena industri kreatif adalah industri yang sangat layak untuk dikembangkan. Untuk dapat terus bersaing secara global, industri kreatif perlu didukung teknologi yang memadai.. Pemerintah menargetkan PDB industri kreatif untuk terus meningkat agar dapat berkontribusi terhadap perekonomian hingga mencapai 9 persen dari PDB nasional. Disamping itu, total ekspor industri kreatif pada tahun 2009 (114 925 milyar rupiah) tidak mengalami penurunan dari tahun 2008 (95 209 milyar rupiah) seperti yang dialami oleh sektor industri lainnya sebagai akibat dari krisis global. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Menganalisis kondisi dan kontribusi 14 subsektor industri kreatif Indonesia terhadap perekonomian Indonesia; 2) Menganalisis pertumbuhan teknologi (Total Factor Productivity) dari 14 subsektor industri kreatif Indonesia; 3) Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi PDB sektor industri kreatif Indonesia; dan 4) Menganalisis hubungan kausalitas antara PDB dengan ekspor sektor industri kreatif Indonesia.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa subsektor industri kreatif dengan kontribusi paling tinggi yaitu fesyen dan kerajinan. Pada tahun 2013, subsektor industri fesyen menyumbang PDB sebesar 65.1 triliun rupiah (42.2 persen), menyerap tenaga kerja sebanyak 3.8 juta orang (47.2 persen), menyumbang ekspor sebesar 76.7 triliun (71.7 persen), dan memiliki jumlah usaha sebanyak 1.1 juta unit (46.5 persen). Selanjutnya, subsektor industri kerajinan menyumbang PDB sebesar 25.4 triliun rupiah (15.1 persen), menyerap tenaga kerja sebanyak 3.1 juta orang (38.2 persen), menyumbang ekspor sebesar 21.7 triliun (20.3 persen), dan memiliki jumlah usaha sebanyak 1 juta unit (45.2 persen). Sementara itu, subsektor dengan kontribusi terendah yaitu pasar barang seni, periklanan, dan seni pertunjukan dengan kontribusi yang belum mencapai 1 persen.

Berdasarkan perhitungan TFP, terdapat 4 subsektor industri kreatif yang memiliki tren pertumbuhan teknologi yang negatif, yaitu arsitektur, permainan interaktif, layanan komputer dan piranti lunak, serta riset dan pengembangan. Selanjutnya, hasil regresi model PDB industri kreatif Indonesia menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja, pendidikan (jumlah SMK dan perguruan tinggi), pertumbuhan TFP, dan dummy kebijakan pembentukan Kemenparekraf berpengaruh nyata secara positif terhadap PDB industri kreatif Indonesia, sedangkan jumlah usaha tidak berpengaruh nyata. Hasil analisis yang terakhir yaitu uji kausalitas Granger menunjukkan bahwa terdapat hubungan kausalitas dua arah antara PDB dan ekspor industri kreatif Indonesia. Dengan demikian, mendukung hipotesis bahwa PDB industri kreatif dalam negeri dan ekspor saling mempengaruhi.


(5)

SUMMARY

NANDHA RIZKI AWALIA. Analysis of Technology Progress, GDP, and Export of Creative Industry in Indonesia). Supervised by SRI MULATSIH and D. S. PRIYARSONO.

The number of new discoveries in the field of information and communication technology has made people more productive and the market became more widespread. Competition is intense and encourages the industry to intensify information and creativity, which is popularly called the 'creative economy' driven by the industrial sector called 'creative industries'. In 2013, the creative industries contributed 154.3 trillion rupiah or 7.02 per cent of the total GDP of the entire industry. Moreover, the creative industries are also able to absorb 10.65 percent of labor (11.8 million people) and contribute for the value of exports amounted to 119 trillion rupiah or 5.51 per cent of national exports.

This is a new hope for the Indonesian economy as the creative industry is an industry that is very feasible to develop. To be able to continue to compete globally, creative industries need to be supported by appropriate technology. The government is targeting GDP of creative industries to contribute to the economy up to 9 percent of the national GDP. In addition, the total exports of creative industries in 2009 (114 925 billion) does not decline from the year 2008 (95 209 billion) as experienced by other industrial sectors as a result of the global crisis. Based on this background, the aim of this study are to: 1) analyze the condition and contribution of 14 sub-sectors of creative industry to Indonesian economy; 2) analyze the growth of technology (Total Factor Productivity) of 14 sub-sectors of Indonesia's creative industries; 3) analyze the factors that affect GDP of Indonesia’s creative industries; and 4) analyze the causal relationship between GDP and exports of Indonesia's creative industries.

The results of this study indicate that the sub-sector of creative industry with the highest contribution are fashion and craft. In 2013, the fashion industry contributed up to 65.1 trillion GDP (42.2 percent), labor up to 3.8 million people (47.2 percent), exports up to 76.7 trillion (71.7 percent), and the number of company as many as 1.1 million units (46.5 percent). Furthermore, the craft industry contributed up to 25.4 trillion GDP (15.1 percent), labor up to 3.1 million people (38.2 percent), exports up to 21.7 trillion (20.3 percent), and the number of company as many as 1 million units (45.2 percent). Meanwhile, the sub-sector with the lowest contribution is art market, advertising, and art performances with contributions that have not reached 1 percent.

Based on the calculation of TFP, there are four sub-sectors of creative industries which have a negative growth trend of technology, which are architecture, interactive games, computer services and software, and research and development. Furthermore, the results of the regression model of GDP of creative industries shows that the amount of labor, education (number of vocational schools and colleges), TFP growth, and public policy dummy significantly and positively affect GDP of Indonesia's creative industries, while the number of company doesn’t significantly affect. The results of Granger causality test showed that there is a two-way causality between GDP and exports of Indonesia's creative industries. Thus, it is supporting the hypothesis that GDP and exports of creative industries affect each other.


(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB


(7)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Ilmu Ekonomi

ANALISIS PERTUMBUHAN TEKNOLOGI, PRODUK

DOMESTIK BRUTO, DAN EKSPOR SEKTOR INDUSTRI

KREATIF INDONESIA

NANDHA RIZKI AWALIA

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2015


(8)

(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2014 ini ialah industri kreatif, dengan judul Analisis Pertumbuhan Teknologi, Produk Domestik Bruto, dan Ekspor Sektor Industri Kreatif Indonesia.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Sri Mulatsih dan Bapak Prof D S Priyarsono selaku pembimbing yang telah memberikan saran dan masukkan selama penelitian. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh staf Departemen Ilmu Ekonomi Sekolah Pascasarjana IPB, pihak beasiswa freshgraduate Dikti, rekan-rekan program pascasarjana Ilmu Ekonomi IPB angkatan 2012 Marmut, Perdana, Andrian, Salsa, Nidaa, Manda, Pika, Nisa, Bintan, Bram, Kak Astri, Mbak Dewi, dan Mbak Siti atas semua kerja sama dan dukungannya. Kepada Kak Eno atas bantuannya saat proses pengajuan jurnal. Kepada sahabat-sahabat sepermainan Memey, Tantina, Febriana, Dewi, Bonita, Anggi, dan Lionita, terima kasih telah mengisi waktu luang dengan banyak kegembiraan. Kepada orang tua yang paling dicintai, Bambang Deliyanto dan Melly Prabawati, serta adik Arizka Adiprastowo, kehadiran kalian selalu mendukung penulis untuk terus menjadi lebih baik. Kepada Bayu Prirahardi Rooskandar, terimakasih untuk semangat dan dukungan yang diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan. Dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran konstruktif dari pembaca dalam penyempurnaan tulisan ini. Akhirnya, semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan pembangunan nasional.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2015


(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL………. vii

DAFTAR GAMBAR………... viii

DAFTAR LAMPIRAN……… ix

PENDAHULUAN………... .1

Latar Belakang………...1

Rumusan Masalah………...3

Tujuan Penelitian……….4

Manfaat Penelitian……….. 4

Ruang Lingkup Penelitian……….. 4

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN………... 5

Konsep Ekonomi Kreatif dan Industri Kreatif………... 5

Indikator Keberhasilan Industri Kreatif………. 5

Subsektor Industri Kreatif………... 6

Model Pertumbuhan Solow………...……… 13

Teori Pertumbuhan Endogen ……… 14

Konsep Pengukuran TFP………... 15

Konsep Ekspor dan PDB………... 16

Penelitian Terdahulu……….. 16

Kerangka Pemikiran……….. 18

Hipotesis Penelitian..………. 19

METODE PENELITIAN………. 19

Jenis dan Sumber Data………... 19

Metode Analisis Data………. 20

Analisis Nilai TFP……….. 21

Analisis Faktor yang Memengaruhi PDB Industri Kreatif……….23

Konsep Elastisitas……….. 24

Uji Kausalitas Granger………... 25

HASIL DAN PEMBAHASAN………. 25

Kondisi dan Kontribusi 14 Subsektor Industri Kreatif Indonesia terhadap Perekonomian Indonesia………...25

Analisis Pertumbuhan TFP (Total Factor Productivity) Industri Kreatif…..39

Hasil Estimasi Faktor-faktor yang Memengaruhi PDB Industri Kreatif Indonesia………....42

Hubungan PDB dengan Ekspor Industri Kreatif………....48

SIMPULAN DAN SARAN………. 49

Simpulan……….49

Saran………...50

DAFTAR PUSTAKA………...51

LAMPIRAN……….54


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 PDB Industri Kreatif Indonesia Tahun 2011-2013 3 Tabel 2 Jenis, Simbol, dan Sumber Data Penelitian 19 Tabel 3 Kontribusi Subsektor Industri Periklanan 26 Tabel 4 Kontribusi Subsektor Industri Arsitektur 27 Tabel 5 Kontribusi Subsektor Industri Pasar Barang Seni 28 Tabel 6 Kontribusi Subsektor Industri Kerajinan 29

Tabel 7 Kontribusi Subsektor Industri Desain 30

Tabel 8 Kontribusi Subsektor Industri Fesyen 31

Tabel 9 Kontribusi Subsektor Film, Video, dan Fotografi 32 Tabel 10 Kontribusi Subsektor Industri Permainan Interaktif 33

Tabel 11 Kontribusi Subsektor Industri Musik 34

Tabel 12 Kontribusi Subsektor Industri Seni Pertunjukan 35 Tabel 13 Kontribusi Subsektor Industri Penerbitan dan Percetakan 36 Tabel 14 Kontribusi Subsektor Layanan Komputer dan Piranti Lunak 37 Tabel 15 Kontribusi Subsektor Industri Radio dan Televisi 38 Tabel 16 Kontribusi Subsektor Industri Riset dan Pengembangan 39 Tabel 17 Hasil Estimasi untuk Menghitung Pertumbuhan TFP Industri Kreatif

dengan Fixed Effect Model 40

Tabel 18 Tren Rata-rata Pertumbuhan TFP 14 Subsektor Industri Kreatif 42 Tabel 19 Hasil Analisis Regresi Model PDB industri kreatif Indonesia dengan

Random Effect Model 43

Tabel 20 Elastisitas Variabel Dependen 44

Tabel 21 Distribusi Jumlah Tenaga Kerja Menurut Subsektor Industri Kreatif 45


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Pergeseran Orientasi Ekonomi 1

Gambar 2 Kontribusi Nilai Tambah Bruto (NTB) Subsektor Industri Indonesia

Tahun 2012 2

Gambar 3 Rantai Pasok Industri Periklanan 6

Gambar 4 Rantai Pasok Industri Arsitektur 7

Gambar 5 Rantai Pasok Industri Pasar Barang Seni 7

Gambar 6 Rantai Pasok Industri Kerajinan 8

Gambar 7 Rantai Pasok Industri Fesyen 9

Gambar 8 Rantai Pasok Industri Film, Video, dan Fotografi 10 Gambar 9 Rantai Pasok Industri Permainan Interaktif 10

Gambar 10 Rantai Pasok Industri Musik 11

Gambar 11 Rantai Pasok Industri Seni Pertunjukan 11 Gambar 12 Rantai Pasok Industri Penerbitan dan Percetakan 12 Gambar 13 Rantai Pasok Industri Radio dan Televisi 12

Gambar 14 Kerangka Pemikiran Operasional 18

Gambar 15 Pertumbuhan TFP Industri Periklanan 40

Gambar 16 Pertumbuhan TFP Industri Arsitektur 40

Gambar 17 Pertumbuhan TFP Industri Pasar Barang Seni 40

Gambar 18 Pertumbuhan TFP Industri Kerajinan 40

Gambar 19 Pertumbuhan TFP Industri Desain 41

Gambar 20 Pertumbuhan TFP Industri Fesyen 41

Gambar 21 Pertumbuhan TFP Industri Film, Video, dan Fotografi 41 Gambar 22 Pertumbuhan TFP Industri Permainan Interaktif 41

Gambar 23 Pertumbuhan TFP Industri Musik 41

Gambar 24 Pertumbuhan TFP Industri Seni Pertunjukan 41 Gambar 25 Pertumbuhan TFP Industri Penerbitan dan Percetakan 41 Gambar 26 Pertumbuhan TFP Industri Layanan Komputer dan Piranti Lunak 41 Gambar 27 Pertumbuhan TFP Industri Radio dan Televisi 42 Gambar 28 Pertumbuhan TFP Industri Riset dan Pengembangan 42 Gambar 29 Jumlah Tenaga Kerja pada Industri Kreatif 45 Gambar 30 Jumlah SMK dan Universitas di Indonesia 46 Gambar 31 Jumlah Usaha Industri Kreatif di Indonesia 47 Gambar 32 Distribusi Jumlah Usaha Industri Kreatif Indonesia Tahun 2013 47


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Uji Chow untuk Perhitungan ΔTFP 55 Lampiran 2 Hasil Uji Hausman untuk Perhitungan ΔTFP 55 Lampiran 3 Hasil Regresi Panel untuk Perhitungan ΔTFP (Pooled Least Square) 56 Lampiran 4 Hasil Regresi Panel untuk Perhitungan ΔTFP (Fixed Effect Model) 57 Lampiran 5 Hasil Regresi Panel untuk Perhitungan ΔTFP (Random Effect

Model) 58

Lampiran 6 Hasil Perhitungan ΔTFP Industri Periklanan 59 Lampiran 7 Hasil Perhitungan ΔTFP Industri Arsitektur 59 Lampiran 8 Hasil Perhitungan ΔTFP Industri Pasar Barang Seni 59 Lampiran 9 Hasil Perhitungan ΔTFP Industri Kerajinan 60 Lampiran 10 Hasil Perhitungan ΔTFP Industri Desain 60 Lampiran 11 Hasil Perhitungan ΔTFP Industri Fesyen 60 Lampiran 12 Hasil Perhitungan ΔTFP Industri Film. Video. dan Fotografi 61 Lampiran 13 Hasil Perhitungan ΔTFP Industri Permainan Interaktif 61 Lampiran 14 Hasil Perhitungan ΔTFP Industri Musik 61 Lampiran 15 Hasil Perhitungan ΔTFP Industri Seni Pertunjukan 62 Lampiran 16 Hasil Perhitungan ΔTFP Industri Penerbitan 62 Lampiran 17 Hasil Perhitungan ΔTFP Industri Layanan Komputer dan

Piranti Lunak 62

Lampiran 18 Hasil Perhitungan ΔTFP Industri Radio dan Televisi 63 Lampiran 19 Hasil Perhitungan ΔTFP Industri Riset dan Pengembangan 63 Lampiran 20 Hasil Uji Chow Model PDB Industri Kreatif 64 Lampiran 21 Hasil Uji Hausman Model PDB Industri Kreatif 64 Lampiran 22 Hasil Analisis Regresi Model PDB Industri Kreatif (Pooled Least

Square) 65

Lampiran 23 Hasil Analisis Regresi Model PDB Industri Kreatif (Fixed Effect

Model) 66

Lampiran 24 Hasil Analisis Regresi Model PDB Industri Kreatif (Random Effect

Model) 67


(14)

Latar Belakang

Perekonomian Indonesia terus mengalami pergeseran, dari era pertanian ke industrialisasi, disusul oleh era informasi. Banyaknya penemuan baru di bidang teknologi informasi dan komunikasi, telah menjadikan manusia semakin produktif dan pasar pun semakin luas dan semakin global. Kompetisi menjadi semakin tinggi dan mendorong industri mengintensifkan informasi dan kreativitas, yang populer disebut „ekonomi kreatif‟ yang digerakkan oleh sektor industri yang disebut „industri kreatif‟. Ekonomi kreatif sebenarnya adalah wujud dari upaya mencari pembangunan yang berkelanjutan melalui kreativitas, yang mana pembangunan berkelanjutan adalah suatu iklim perekonomian yang berdaya saing dan memiliki cadangan sumber daya yang terbarukan. Dengan kata lain, ekonomi kreatif merupakan manifestasi yang sangat penting untuk mempertahankan perekonomian bagi negara-negara maju dan juga menawarkan peluang yang sama untuk negara-negara berkembang. Menurut Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) (2013), pesan besar yang ditawarkan ekonomi kreatif adalah pemanfaatan cadangan sumber daya yang bukan hanya terbarukan, bahkan tak terbatas, yaitu ide, talenta dan kreativitas.

Kemunculan konsep „ekonomi kreatif‟ di era globalisasi telah menarik minat berbagai negara, termasuk Indonesia, untuk menggunakan konsep ini sebagai model pengembangan ekonomi, diantaranya “ekonomi kerakyatan berbasis sumberdaya manusia (SDM) kreatif dan inovatif”. Oleh karena itu, saat ini yang menjadi sumber pertumbuhan ekonomi global adalah ekonomi kreatif, di mana ekonomi kreatif tersebut menggantikan bentuk ekonomi sebelumnya, yaitu ekonomi pertanian, ekonomi industri, dan ekonomi informasi seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1. Toffler (1980) dalam teorinya melakukan pembagian gelombang peradaban ekonomi kedalam tiga gelombang. Gelombang pertama adalah gelombang ekonomi pertanian. Kedua, gelombang ekonomi industri. Ketiga adalah gelombang ekonomi informasi. Kemudian diprediksikan gelombang keempat yang merupakan gelombang ekonomi kreatif dengan berorientasi pada ide dan gagasan kreatif.

Gambar 1 Pergeseran Orientasi Ekonomi Sumber: Kementerian Perdagangan RI (2008)

Menurut Kemenparekraf (2013), di berbagai negara di dunia saat ini, termasuk Indonesia, ekonomi kreatif yang mencakup industri kreatif diyakini dapat memberikan kontribusi bagi perekonomian bangsanya secara signifikan seperti yang terlihat pada Gambar 2. Indonesia pun mulai melihat bahwa berbagai

Ekonomi Pertanian

Ekonomi Industri

Ekonomi Informasi

Ekonomi Kreatif


(15)

subsektor dalam industri kreatif berpotensi untuk dikembangkan, karena Bangsa Indonesia memiliki sumberdaya insani kreatif dan warisan budaya yang kaya. Kreativitas masyarakat Indonesia dapat disejajarkan dengan bangsa-bangsa lainnya di dunia. Saat ini Indonesia tercatat menempati peringkat ke-43 di Economic Creativity Index Ranking yang dipublikasikan oleh World Economic Forum. Potensi ini merupakan harapan bagi ekonomi Indonesia untuk bersaing dan meraih keunggulan dalam ekonomi global.

Sumber: Kemenparekraf (2013)

Gambar 2 Kontribusi Nilai Tambah Bruto (NTB) Subsektor Industri Indonesia Tahun 2012

Selain memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian nasional, industri kreatif juga mampu menyerap tenaga keja sebesar 10.65 persen dan menyumbang nilai ekspor sebesar 5.51 persen terhadap ekspor nasional pada tahun 2012. Industri kreatif juga diyakini dapat menjawab tantangan permasalahan dasar jangka pendek dan menengah, yaitu: (1) relatif rendahnya pertumbuhan ekonomi pasca krisis (rata-rata hanya 4.5 persen per tahun); (2) masih tingginya angka pengangguran (9-10 persen); (3) masih tingginya tingkat kemiskinan (16-17) persen; dan (4) rendahnya daya saing industri di Indonesia (Kuncoro 2010).

Melihat potensi ekonomi kreatif yang begitu besar, maka pemerintah melalui Kementerian Perdagangan (Kemendag) membuat „Rencana Pengembangan Ekonomi Kreatif 2025‟. Kemendag (2008) menggolongkan industri kreatif menjadi empat belas subsektor, yaitu (1) periklanan; (2) arsitektur; (3) pasar barang seni; (4) kerajinan; (5) desain; (6) fesyen; (7) film, video, dan fotografi; (8) permainan interaktif; (9) musik; (10) seni pertunjukan; (11) penerbitan dan percetakan; (12) layanan komputer dan piranti lunak; (13) televisi dan radio; (14) riset dan pengembangan. Industri kreatif Indonesia terpusat di

Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan;

14.44%

Pertambangan dan Penggalian; 11.78%

Industri Pengolahan;

20.88%

Listrik, Gas, dan Air Bersih; 0.79% Konstruksi;

10.45% Perdagangan,

Hotel, dan Restoran; 10.98% Pengangkutan dan Komunikasi; 6.58%

Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan; 6.72%

Jasa-jasa; 10.36%

Ekonomi Kreatif; 7,02%


(16)

beberapa kota, diantaranya Jogja Never Ending Asia, Solo the Spirit of Java, Denpasar, Batam Experience It, Enjoy Jakarta dan Bandung Emerging Creative City. Branding kota kreatif telah mampu mengangkat karakter kota sebagai daya tarik dan penggerak perekonomian. Tabel 1 menunjukkan PDB industri kreatif yang terus meningkat dalam tiga tahun terakhir dengan tren rata-rata 5.12 persen. Tabel 1 PDB Industri Kreatif Indonesia Tahun 2011-2013

Subsektor NTB (milyar rupiah) Tren (%) 2011 2012 2013

Periklanan 1 332.5 1 418.0 1 531.6 7.22

Arsitektur 4 815.9 5 095.4 5 505.3 6.92

Pasar Barang Seni 426.6 438.3 456.1 3.41

Kerajinan 23 388.2 23 835.1 25 354.8 4.15

Desain 9 808.8 9 951.8 10 354.4 2.76

Fesyen 57 881.7 61 160.7 65 097.4 6.06

Film, Video, dan Fotografi 2 771.0 2 959.9 3 145.4 6.55 Permainan Interaktif 1 762.7 1 854.5 1 972.1 5.78

Musik 2 266.1 2 319.2 2 420.5 3.36

Seni Pertunjukan 1 042.1 1 073.2 1 147.1 4.94 Penerbitan dan Percetakan 18 423.4 19 086.3 19 733.3 3.50 Layanan Komputer dan Piranti Lunak 3 609.2 3 949.9 4 275.5 8.84 Televisi dan Radio 6 982.9 7 432.6 7 939.5 6.63 Riset dan Pengembangan 4 719.0 5 014.2 5 387.0 6.85

Total 139 230.2 145 588.9 154 319.9 5.12

Sumber: Kemenparekraf (2014)

Hal ini merupakan satu harapan baru bagi perekonomian Indonesia karena industri kreatif adalah industri yang sangat layak untuk dikembangkan dan memiliki peluang yang besar dalam membenahi perekonomian Indonesia (Sebayang 2012). Untuk itu, pemerintah menargetkan PDB industri kreatif untuk terus meningkat agar dapat berkontribusi terhadap perekonomian hingga mencapai 9 persen dari PDB nasional. Maka, penulis ingin menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi PDB industri kreatif Indonesia. Di samping itu, total ekspor industri kreatif pada tahun 2009 (114 925 milyar rupiah) tidak mengalami penurunan dari tahun 2008 (95 209 milyar rupiah) seperti yang dialami oleh sektor Industri lainnya sebagai akibat dari krisis global. Untuk dapat terus bersaing secara global, industri kreatif perlu didukung teknologi yang memadai sehingga dapat memproduksi barang secara massal dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pertumbuhan Teknologi, Produk Domestik Bruto, dan Ekspor Sektor Industri Kreatif Indonesia” agar dapat memberikan pertimbangan bagi pemerintah dalam menetapkan kebijakan terkait industri kreatif.

Rumusan Masalah

Kontribusi industri kreatif terhadap perekonomian Indonesia pada tahun 2013 yang signifikan, baik dalam PDB yaitu 7.02 persen maupun ekspor yaitu 5.72 persen pada tahun 2013, perlu didukung oleh teknologi yang memadai.


(17)

Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi dan kontribusi 14 subsektor industri kreatif Indonesia terhadap perekonomian Indonesia?

2. Bagaimana pertumbuhan teknologi (Total Factor Productivity) dari 14 subsektor industri kreatif Indonesia?

3. Apa saja faktor-faktor yang memengaruhi PDB sektor industri kreatif Indonesia?

4. Bagaimana hubungan kausalitas antara PDB dengan ekspor sektor industri kreatif Indonesia?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis kondisi dan kontribusi 14 subsektor industri kreatif Indonesia terhadap perekonomian Indonesia.

2. Menganalisis pertumbuhan teknologi (Total Factor Productivity) dari 14 subsektor industri kreatif Indonesia.

3.. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi PDB sektor industri kreatif Indonesia.

4. Menganalisis hubungan kausalitas antara PDB dengan ekspor sektor industri kreatif Indonesia.

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pertimbangan dalam merumuskan kebijakan untuk meningkatkan PDB industri kreatif Indonesia.

2. Bagi para pelaku usaha yang berkaitan dengan industri kreatif, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna untuk meningkatkan kinerja dan produktivitasnya.

3. Bagi masyarakat akademik, hasil penelitian ini dapat dijadikan literatur untuk penelitian lebih lanjut mengenai industri kreatif di Indonesia.

4. Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan dalam menganalisis permasalahan dan mengaplikasikan teori yang telah diberikan selama masa perkuliahan.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini menggunakan data periode 2006-2013 di 14 subsektor industri kreatif yaitu periklanan, arsitektur, pasar barang seni, kerajinan, desain, fesyen, film, video dan fotografi, permainan interaktif, musik, seni pertunjukan, penerbitan dan pecetakan, layanan komputer dan piranti lunak, radio dan televisi, serta riset dan pengembangan. Fokus penelitian ini adalah menganalisis


(18)

pertumbuhan teknologi (TFP) dari keempat belas subsektor industri kreatif tersebut, menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi PDB sektor industri kreatif Indonesia, dan menganalisis keterkaitan antara PDB sektor industri kreatif dengan ekspornya.

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Konsep Ekonomi Kreatif dan Industri Kreatif

Kemendag (2008) mendefinisikan ekonomi kreatif sebagai "era ekonomi baru yang mengintensifkan informasi dan kreativitas dengan mengandalkan ide dan stock of knowledge dari SDM sebagai faktor produksi utama dalam kegiatan ekonominya". Ekonomi kreatif sering dilihat sebagai sebuah konsep yang memayungi konsep lain, yaitu industri kreatif. Department of Culture, Media, and Sport (DMCS) di Inggris (dalam Kemendag 2008) mendefinisikan industri kreatif sebagai “those industries which have their origin in individual creativity, skill, and talent and which have a potential for wealth and job creation through the generation and exploitation of intellectual property”. Definisi tersebut kemudian diadaptasi oleh Kemendag dalam mendefinisikan industri kreatif sebagai industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan, serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan melalui penciptaan dan pemanfaatan daya kreasi dan daya cipta individu tersebut.

Beberapa negara telah mengembangkan industri kreatif antara lain Inggris, Selandia Baru, Australia, Singapura, dan Taiwan. Di Indonesia sendiri, industri kreatif mulai dikembangkan sejak peluncuran program Indonesia Design Power pada tahun 2006 oleh Mari Elka Pangestu selaku menteri perdagangan RI saat itu. Program pengembangan industri kreatif semakin digiatkan setelah Presiden RI mengeluarkan Inpres Nomor 6 Tahun 2009 tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif Tahun 2009-2015. Penetapan ini ditujukan untuk menciptakan lapangan kerja dan mengurangi kemiskinan.

Indikator Keberhasilan Industri Kreatif

Indikator perekonomian adalah data yang digunakan untuk mennentukan perkembangan ekonomi suatu negara yang dikeluarkan oleh pemerintah di negara yang bersangkutan. Indikator ekonomi memberikan gambaran secara makro dan juga menjadi aspek pemerataan pembangunan. Indikator perekonomian secara nasional antara lain GDP, inflasi, dan tingkat pengangguran. Berbeda halnya dengan perekonomian kreatif yang keberhasilannya diukur menggunakan indikator sebagai berikut (Kemendag 2008):

 Berbasis Nilai Pendapatan Dometik Bruto (PDB) 1. nilai tambah bruto industri kreatif;

Menghitung PDB dengan cara ini berarti menghitung nilai tambah yang diwujudkan oleh perusahaan-perusahaan di berbagai lapangan usaha subsektor industri kreatif. Nilai akhir suatu barang merupakan nilai barang yang siap dikonsumsi oleh konsumen terakhir, sedangkan nilai tambah


(19)

merupakan selisih antara nilai suatu barang dengan biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi barang tersebut.

2. persentase terhadap PDB; dan

3. pertumbuhan tahunan nilai tambah bruto.

 Berbasis Ketenagakerjaan 1. jumlah tenaga kerja;

2. persentase jumlah tenaga kerja; 3. pertumbuhan jumlah tenaga kerja; dan 4. produktivitas tenaga kerja.

 Berbasis Aktivitas Perusahaan 1. jumlah perusahaan; dan 2. nilai ekspor.

Variabel PDB, jumlah tenaga kerja, jumlah perusahaan, dan nilai ekspor industri kreatif akan digunakan dalam penelitian ini untuk menjawab rumusan masalah.

Subsektor Industri Kreatif

Penelitian ini menggunakan data 14 subsektor industri kreatif yang telah ditetapkan oleh Kemendag. Keempat belas subsektor tersebut yaitu periklanan, arsitektur, pasar barang seni, kerajinan, desain, fesyen, film, video, dan fotografi, permainan interaktif, musik, seni pertunjukan, penerbitan dan percetakan, layanan komputer dan piranti lunak, radio dan televise, serta riset dan pengembangan.

1. Periklanan (Advertising)

Subsektor industri periklanan dapat didefinisikan sebagai industri jasa yang mengemas bentuk komunikasi tentang suatu produk, jasa, ide, bentuk promosi, informasi baik layanan masyarakat, individu, maupun organisasi yang diminta oleh pemasang iklan (individu, organisasi swasta/pemerintah) melalui media tertentu, misalnya televisi, radio, cetak, digital signage, dan internet yang bertujuan untuk mempengaruhi, membujuk target individu/masyarakat untuk membeli, mendukung atau sepakat atas hal yang ingin dikomunikasikan. Gambar 3 menunjukkan rantai pasok dalam industri periklanan.

Sumber: Kemendag (2008)

Gambar 3 Rantai Pasok Industri Periklanan

Melihat rantai pasoknya yang pendek, industri periklanan belum mampu menyerap banyak tenaga kerja. Pada tahun 2013, industri periklanan hanya menyerap 20.6 ribu orang atau hanya 0.25 persen dari total tenaga kerja industri kreatif. Ekspornya juga rendah yaitu senilai 19.9 milyar rupiah atau hanya 0.019 persen dari total ekspor industri kreatif karena belum adanya komersialisasi ke luar negeri.

Pemasang Iklan Biro Iklan

Target (pendengar/ pemirsa/ pembaca)


(20)

2. Arsitektur

Arstitektur didefinisikan sebagai wujud hasil penerapan pengetahuan, ilmu, teknologi, dan seni secara utuh dalam menggubah ruang dan lingkungan binaan, sebagai bagian dari kebudayaan dan peradaban manusia, sehingga dapat menyatu dengan keseluruhan lingkungan ruang dari tingkat makro sampai dengan tingkat mikro. Pada skala makro, arsitektur berkaitan dengan perencanaan tata kota (town planning urban), landscape planning, urban design hingga perencanaan transportasi, sedangkan dalam skala mikro dimulai dari perencanaan interior ruangan hingga bangunan termasuk eksterior maupun taman. Secara keseluruhan, rantai pasok dari industri arsitektur dapat dilihat pada Gambar 4.

Sumber: Kemendag (2008)

Gambar 4 Rantai Pasok Industri Arsitektur

Rantai pasok industri arsitektur lebih panjang daripada industri periklanan, sehingga industri arsitektur mampu berkontribusi lebih dalam penyerapan tenaga kerja. Pada tahun 2013, industri arsitektur hanya menyerap 40.9 ribu orang atau 0.51 persen dari total tenaga kerja industri kreatif. Namun, ekspornya masih rendah yaitu senilai 96.4 milyar rupiah atau hanya 0.1 persen dari total ekspor industri kreatif karena kurangnya dukungan pemerintah untuk mengirimkan arsitek dalam negeri ke ajang pameran luar negeri.

3. Pasar Barang Seni

Industri pasar barang seni adalah industri yang meliputi perdagangan barang, aktivitas produksi kriya yang menghasilkan barang dalam jumlah terbatas dan industri jasa yang mengemas dan menciptakan nilai-nilai yang berfaedah dari sisi komersialisasi. Rantai pasok dari industri pasar barang seni dapat dilihat pada Gambar 5.

Sumber: Kemendag (2008)

Gambar 5 Rantai Pasok Industri Pasar Barang Seni

Permintaan konsumen/ pengguna jasa Pembuatan rancangan arsitektur Pengiriman hasil desain Implemen-tasi dan pengawasan Komersiali-sasi Kreasi •Seniman •Produsen replika barang seni Kurasi •Galeri •Kurator •Lembaga sertifikasi •Asosiasi kurator Apresiasi & Komersialisasi •Advertising agency Distribusi •Galeri •Museum •Eksporter •Kawasan pasar

Seni •Mall •Asosiasi Kolektor Pasar •Kolektor •Turis •Konsumen peminat barang seni


(21)

Sama halnya dengan industri arsitektur, rantai pasok industri pasar barang seni juga lebih panjang daripada industri periklanan, namun industri pasar barang seni juga belum mampu berkontribusi secara signifikan dalam penyerapan tenaga kerja. Hal ini dikarenakan landasan pendidikan seni di sekolah umum belum tersentuh sehingga sumber daya yang berkualitas di bidang seni masih terbatas. Pada tahun 2013, industri pasar barang seni hanya menyerap 15.2 ribu orang atau hanya 0.19 persen dari total tenaga kerja industri kreatif. Industri pasar barang seni juga masih menempati urutan terakhir dari 14 subsektor industri kreatif dalam hal kontribusi ekspornya yang masih rendah yaitu senilai 10.7 milyar rupiah atau hanya 0.01 persen dari total ekspor industri kreatif. Hal ini dikarenakan belum adanya dukungan dari lembaga pembiayaan untuk melakukan komersialisasi ke luar negeri.

4. Kerajinan

Industri kreatif subsektor kerajinan adalah kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi, dan distribusi produk yang dibuat dan dihasilkan oleh tenaga pengrajin yang berawal dari desain awal sampai dengan proses penyelesaian produknya, antara lain meliputi barang kerajinan yang terbuat dari batu berharga, serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu, logam (emas, perak, tembaga, perunggu, besi), kayu, kaca, porselin, kain, marmer, tanah liat, dan kapur. Rantai pasok industri kerajinan dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6 Rantai Pasok Industri Kerajinan

Berbeda dengan industri arsitektur dan pasar barang seni, rantai pasok industri kerajinan yang panjang terbukti mampu berkontribusi secara signifikan dalam hal penyerapan tenaga kerja. Pada tahun 2013, industri kerajinan mampu menyerap 3 juta tenaga kerja atau 37.9 persen dari total tenaga kerja industri kreatif. Ekspornya juga tinggi yaitu senilai 18.8 triliun rupiah atau 19.4 persen dari total ekspor industri kreatif karena Kemendag telah mengoordinasi promosi di luar negeri.

5. Desain

Menurut Kemendag (2008), subsektor industri kreatif desain terbagi menjadi tiga kategori, yaitu:

 Desain Komunikasi Visual (DKV)

Desain grafis adalah proses kreatif yang menggabungkan seni dan teknologi dalam mengkomunikasikan suatu gagasan atau ide. Desainer grafis

Desain Produk •Inspirasi (internet, pre-ferensi konsumen, riset lokal) Produksi •Pendukung bahan baku Komersialisasi •Brosur •Pameran •Branding Distribusi •Pasar tradisional •Pasar modern •Galeri Pasar •Domestik •Asing


(22)

harus bekerja sama dengan perangkat komunikasi agar dapat menyampaikan pesan dari klien ke sasaran audiensnya. Perangkat-perangkat utama desain grafis adalah gambar dan tipografi.

 Desain Industri

Desain industri adalah seni terapan dimana terdapat faktor estetika dan kegunaan (usability) dari produk yang harus dioptimalisasi agar dapat diproduksi dan dijual. Cakupan area desain industri adalah furnitur, peralatan rumah tangga, perangkat elektronik, transportasi, perkakas, peralatan kebun, perangkat medis, dan peralatan pendukung aktivitas rekreasi.

 Desain Interior

Desain interior adalah suatu segala macam aktivitas yang berkaitan dengan segala sesuatu yang berada di dalam dimensi ruang dan dinding, jendela, pintu, dekorasi, tekstur, pencahayaan, perabotan, dan furnitur. Semuanya ini digunakan oleh desainer interior dalam membangun ruangan yang teroptimalkan untuk penghuni bangunan yang bersangkutan.

6. Fesyen

Industri kreatif subsektor fesyen/mode adalah kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain pakaian, desain alas kaki, dan desain aksesoris mode lainnya, produksi pakaian mode dan aksesorisnya, komersialisasi produk fesyen, serta distribusi produk fesyen. Rantai pasok industri fesyen dapat dilihat pada Gambar 7.

Sumber: Kemendag (2008)

Gambar 7 Rantai Pasok Industri Fesyen

Sama halnya dengan industri kerajinan, industri fesyen mampu berkontribusi signifikan dalam penyerapan tenaga kerja. Industri fesyen berkontribusi paling tinggi dari 14 subsektor industri kreatif. Pada tahun 2013, industri fesyen mampu menyerap 3.8 juta orang atau 47.5 persen dari total tenaga kerja industri kreatif. Ekspornya juga tertinggi yaitu senilai 69.3 triliun rupiah atau 71.8 persen dari total ekspor industri kreatif. Hal ini menunjukkan bahwa komersialisasi ke luar negeri sudah sangat berhasil sehingga produk fesyen menjadi salah satu produk ekspor nonmigas yang potensial di Indonesia.

7. Film, Video, dan Fotografi

Industri kreatif subsektor film, video, dan fotografi adalah kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi, produksi video, film, dan jasa fotografi, serta distribusi rekaman video, film, dan hasil fotografi. Rantai pasok industri film, video, dan fotografi dapat dilihat pada Gambar 8.

Desain Produk •Inspirasi (brand dunia, selera buyer, budaya) Produksi •Pendukun g bahan baku: kancing, zat warna Komersialisasi •Festival •Asosiasi fesyen •Media •Brosur Distribus i •Distro •Factory outlet •Grosir •Toko Pasar •Domestik •Asing


(23)

Sumber: Kemendag (2008)

Gambar 8 Rantai Pasok Industri Film, Video, dan Fotografi

Melihat rantai pasoknya yang pendek, industri ini sama halnya dengan industri periklanan yang belum mampu menyerap banyak tenaga kerja. Pada tahun 2013, industri film, video, dan fotografi hanya menyerap 60.7 ribu orang atau hanya 0.76 persen dari total tenaga kerja industri kreatif. Ekspornya juga rendah yaitu senilai 610 milyar rupiah atau hanya 0.63 persen dari total ekspor industri kreatif karena target utamanya pasar domestik. Selain itu, masih segelintir film Indonesia yang berkualitas untuk dapat memasuki box office hollywood.

8. Permainan Interaktif

Industri kreatif subsektor permainan interaktif adalah kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi, dan distribusi permainan komputer dan video yang bersifat hiburan, ketangkasan, dan edukasi. Rantai pasok industri permainan interaktif dapat dilihat pada Gambar 9.

Sumber: Kemendag (2008)

Gambar 9 Rantai Pasok Industri Permainan Interaktif

Berdasarkan rantai pasok di atas, industri permainan interaktif seharusnya mampu menyerap banyak tenaga kerja. Namun, industri ini belum mampu menyerap banyak tenaga kerja karena belum banyak lembaga pendidikan formal yang mengkhususkan diri pada bidang permainan interaktif sehingga sumber daya yang mahir dalam bidang ini masih terbatas. Pada tahun 2013, industri permainan interaktif hanya menyerap 23.3 ribu orang atau hanya 0.31 persen dari total tenaga kerja industri kreatif. Ekspornya juga belum maksimal yaitu senilai 580 milyar rupiah atau 0.6 persen dari total ekspor industri kreatif karena belum adanya dukungan dari lembaga pembiayaan untuk melakukan komersialisasi ke luar negeri.

Rumah Produksi

Chanel Distribusi (Bioskop, TV, keping

CD/VCD/DVD)

Pasar (target utama domestik)

Ide skenario permainan

•Legenda •Buku

cerita/novel •Film

Produksi •Designing

Programming

Finishing

Komersialisasi/ Distribusi

•PC

Mobile phone

Pasar

•Domestik •Asing


(24)

9. Musik

Industri kreatif subsektor musik adalah kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi atau komposisi, pertunjukan musik, reproduksi, dan distribusi dari rekaman suara. Rantai pasok industri musik dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10 Rantai Pasok Industri Musik

Dari rantai pasoknya, industri musik mampu menyerap 53.6 ribu tenaga kerja pada tahun 2013 atau 0.67 persen dari total tenaga kerja industri kreatif. Komersialisai ke pasar asing sudah cukup berhasil yang dapat dilihat dari nilai ekspornya yang hampir mencapai 1 triliun rupiah atau hampir mencapai 1 persen dari total ekspor industri kreatif. Java Jazz Festival diadakan setiap tahun sehingga pemusik Indonesia semakin dikenal dunia.

10. Seni Pertunjukan

Industri kreatif kelompok seni pertunjukan meliputi kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha yang berkaitan dengan pengembangan konten, produksi pertunjukan, pertunjukan balet, tarian tradisional, tarian kontemporer, drama, musik tradisional, musik teater, opera, termasuk tur musik etnik, desain dan pembuatan busana pertunjukan, tata panggung, dan tata pencahayaan. Rantai pasok industri seni pertunjukan dapat dilihat pada Gambar 11.

Sumber: Kemendag (2008)

Gambar 11 Rantai Pasok Industri Seni Pertunjukan

Industri seni pertunjukan belum berkontribusi secara signifikan dalam penyerapan tenaga kerja. Sama halnya dengan industri arsitektur, belum banyak tersedia sumber daya yang berkualitas di bidang ini karena lembaga pendidikan yang masih terbatas. Pada tahun 2013, industri seni pertunjukan menyerap 76.2 ribu orang atau hanya 0.95 persen dari total tenaga kerja industri kreatif. Ekspornya juga masih rendah yaitu senilai 254 milyar rupiah atau hanya 0.26

Penciptaan lagu •Pencipta •Pemusik •Industri alat musik Produksi

•Industri pita kaset, keping VCD/DVD •Pembuat video klip •Manajemen artis Komersialisasi

•TV dan radio •Konser •Festival dan kompetisi Distribusi

•TV dan radio

•Internet

•Toko kaset dan CD

Jingle

iklan

Sound track

Ring Back Tone

Pasar

•Domestik

• Asing

Kreasi •Seniman •Institusi pendidikan •Komunitas Produksi •Event Organizer •Produser Komersialisasi •Hotel •Pemerintah •Agen perjalanan Distribusi •Gedung pertunjukan •Hotel •Media Pasar •Domestik •Asing


(25)

persen dari total ekspor industri kreatif karena kurangnya dukungan pemerintah untuk mengirimkan insan kreatif seni dalam negeri ke ajang luar negeri.

11. Penerbitan dan Percetakan

Industri kreatif subsektor penerbitan dan percetakan meliputi kegiatan kreatif yang terkait dengan penulisan konten dan penerbitan buku, jurnal, koran, majalah, tabloid, dan konten digital serta kegiatan kantor berita. Rantai pasok industri penerbitan dan percetakan dapat dilihat pada Gambar 12.

Sumber: Kemendag (2008)

Gambar 12 Rantai Pasok Industri Penerbitan dan Percetakan

Dengan rantai pasok di atas, industri ini mampu menjadi subsektor terpenting ke-3 dari 14 subsektor industri kreatif setelah fesyen dan kerajinan dalam hal kontribusi terhadap perekonomian Indonesia. Untuk kontribusi tenaga kerja, industri penerbitan dan percetakan mampu menyerap hingga 500 ribu orang tenaga kerja atau 6.25 persen dari total tenaga kerja industri kreatif pada tahun 2013. Untuk kontribusi ekspor, industri ini mampu menyumbang hingga 1.7 triliun rupiah atau 1.8 persen dari total ekspor industri kreatif Indonesia.

12. Layanan Komputer dan Piranti Lunak

Industri kreatif subsektor layanan komputer dan piranti lunak meliputi kegiatan kreatif yang terkait dengan pengembangan teknologi informasi termasuk jasa layanan komputer, pengembangan piranti lunak, desain prasarana piranti lunak dan piranti keras, serta desain portal. Dalam subsektor industri layanan komputer dan piranti lunak, dapat dibagi menjadi dua sektor, yaitu layanan komputer yang berada pada aspek jasa layanan, sedangkan perangkat lunak ada pada aspek kreasi.

13. Radio dan Televisi

Industri kreatif kelompok televisi dan radio meliputi kegiatan kreatif dengan usaha kreasi, produksi dan pengemasan, penyiaran, serta transmisi televisi dan radio. Rantai pasok industri radio dan televisi dapat dilihat pada Gambar 13.

Sumber: Kemendag (2008)

Gambar 13 Rantai Pasok Industri Radio dan Televisi Penulis /

Jurnalis / Komponis

Percetakan Penerbit Distribusi ke Pasar

Ide konten •Novel •Legenda •Stasiun luar negeri Produksi •Production House Dubbing company Lighting Proses penyiaran •Jaringan transmisi •Peralatan broadcast •Frekuensi Komersialisasi •Media cetak •TV •Radio Pasar •Penonton •Pendengar •Biro iklan


(26)

Rantai pasok industri radio dan televisi yang panjang cukup mampu berkontribusi secara signifikan dalam penyerapan tenaga kerja. Hal ini didukung dengan banyaknya sarjana lulusan komunikasi setiap tahunnya. Pada tahun 2013, industri ini mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 128 ribu orang atau 1.58 persen dari total tenaga kerja industri kreatif.

14. Riset dan Pengembangan

Industri kreatif subsektor riset dan pengembangan meliputi kegiatan kreatif yang terkait dengan usaha inovatif yang menawarkan penemuan ilmu dan teknologi dan penerapan ilmu dan pengetahuan tersebut untuk perbaikan produk dan kreasi produk baru, proses baru, material baru, alat baru, metode baru, dan teknologi baru yang dapat memenuhi kebutuhan pasar.

Model Pertumbuhan Solow

Teknologi merupakan faktor penting dalam perkembangan industri kreatif. Untuk dapat terus bersaing secara global, industri kreatif perlu didukung teknologi yang memadai sehingga dapat memproduksi barang secara massal dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas. Maka, dalam penelitian ini teknologi dimasukkan sebagai variabel yang memengaruhi PDB industri kreatif. Untuk menghitung perubahan teknologi, didasari oleh teori pertumbuhan Solow dan endogen.

Teori pertumbuhan neo-klasik berkembang pada tahun 1950-an. Secara sederhana teori pertumbuhan neo-klasik yang dipopulerkan oleh Solow yang menyatakan bahwa faktor produksi tenaga kerja dan kapital merupakan faktor utama penentu pertumbuhan ekonomi suatu negara. Faktor produksi lain yang berpengaruh terhadap produksi ditentukan oleh TFP yang sering dinyatakan sebagai ukuran kemajuan teknologi (technological progress). TFP merupakan ukuran dari produktivitas faktor produksi yang tidak dapat diketahui apakah berasal dari faktor tenaga kerja atau kapital.

Teori pertumbuhan neo-klasik awal memiliki asumsi sederhana yaitu tidak ada kemajuan teknologi. Fungsi produksi (Y) hanya ditentukan oleh faktor produksi tenaga kerja (L) dan kapital (K).

Y = F (K,L)………...(1)

Kenaikan kedua faktor produksi sebesar ΔK dan ΔL akan meningkatkan output. Kenaikan output dengan menggunakan produk marjinal dari kedua faktor produksi dijelaskan dengan persamaan:

ΔY = (MPK x ΔK) + (MPL x ΔL)………..……...………...(2) Produk marjinal tenaga kerja (marginal product of labor) atau MPL adalah jumlah output tambahan yang didapat perusahaan dari satu unit tenaga kerja tambahan dengan modal tetap. Produk marjinal modal (marginal product of capital) atau MPK adalah jumlah output tambahan yang perusahaan dapatkan dari unit modal tambahan, dengan jumlah tenaga kerja konstan.

Persamaan (2) juga dapat ditulis sebagai berikut: Δ


(27)

Bentuk persamaan (3) menunjukkan hubungan antara tingkat pertumbuhan output (Δ , dengan tingkat pertumbuhan kapital (Δ dan tingkat pertumbuhan tenaga kerja (Δ . menujukkan bagian kapital dari output, sedangkan menujukkan bagian tenaga kerja dari output. Dengan asumsi bahwa fungsi produksi memiliki skala pengembalian konstan maka, persamaan (3) dapat ditulis sebagai berikut:

Δ

Δ + βΔ ………... (4) Robert M. Solow dalam Mankiw (2003) telah memasukkan perubahan teknologi yang dilambangkan dalam huruf A dalam fungsi produksi, dimana perubahan tersebut juga mencerminkan teknologi yang digunakan untuk mengubah modal dan tenaga kerja menjadi output. Jadi, perubahan teknologi memengaruhi fungsi produksi, karena teknologi produksi yang ada menentukan berapa banyak output diproduksi dan jumlah modal dan tenaga kerja tertentu. Persamaan mengganakan tingkat teknologi terbaru (TFP) adalah sebagai berikut: Y = A F(L, K) ………...(5) Simbol A adalah ukuran dari tingkat penggunaan teknologi atau disebut juga TFP. Dengan demikian peningkatan produksi tidak hanya diakibatkan oleh peningkatan tenaga kerja dan kapital, tetapi juga oleh kenaikan TFP.

Δ

Δ + βΔ + Δ ……….. (6) Persamaan (6) mengukur tiga sumber pertumbuhan yaitu perubahan jumlah kapital, perubahan jumlah tenaga kerja, dan perubahan TFP.

Teori Pertumbuhan Endogen

Teori pertumbuhan endogen (endogenous growth theory) muncul untuk mengatasi beberapa permasalahan yang terdapat pada pertumbuhan neo-klasik. Teori pertumbuhan endogen juga bertujuan untuk menghilangkan asumsi eksogen dari kemajuan teknologi. Romer pada tahun 1986 mengembangkan teori pertumbuhan endogen dengan menyatakan bahwa pertumbuhan jangka panjang sangat ditentukan oleh akumulasi pengetahuan para pelaku ekonomi.

Romer mengembangkan teori pertumbuhan endogen yang bertumpu pada pentingnya sumber daya manusia sebagai kunci utama dalam perekonomian. Dalam model Romer, pertumbuhan jangka panjang sangat ditentukan oleh akumulasi pengetahuan para pelaku ekonomi. Tiga elemen utama dalam model Romer yaitu:

1. Adanya unsur eksternalitas, sebagai akibat kemajuan ilmu pengetahuan. 2. Adanya peningkatan skala hasil yang semakin meningkat (increasing return

to scale), yang menyebabkan peningkatan spesialisasi dan pembagian kerja. 3. Semakin pendeknya waktu pemanfaatan ilmu pengetahuan, karena pesatnya

perkembangan di sektor riset.

Secara umum, model Romer dirumuskan sebagai berikut :

β………... (7)

dimana:

Yi = output produksi Ki = kapital


(28)

Li = tenaga kerja

A = kemajuan pengetahuan/teknologi t = waktu

Secara sederhana, teori pertumbuhan endogen yang telah memperhitungkan penggunaan teknologi sebagai implikasi tingkat pengetahuan sumber daya ditunjukkan persamaan berikut :

Y = AF (L, K)………..………..……….…...(8) Dimana A adalah ukuran dari tingkat penggunaan teknologi atau disebut juga Total Factor Productivity (TFP). Dengan demikian peningkatan produksi tidak hanya diakibatkan oleh peningkatan tenaga kerja dan kapital, tetapi juga oleh kenaikan TFP.

Konsep Pengukuran TFP

Landasan teori pertumbuhan yang digunakan banyak mengacu pada model pertumbuhan neo-klasik dimana tingkat pertumbuhan suatu negara hanya dijelaskan dengan penekanan kepada fungsi produksi agregat dengan faktor produksi tenaga kerja dan kapital. Faktor lain yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi selain tenaga kerja dan kapital dianggap sebagai kemajuan teknologi yang bersifat eksogen. Tahun 1980-an diperkenalkan perkembangan teori pertumbuhan endogen (endogenous growth theory). Teori pertumbuhan endogen telah memasukkan berbagai aspek sebagai penentu pertumbuhan ekonomi selain tenaga kerja dan kapital yang sering disebut TFP yang dianggap sebagai ukuran produktivitas dan bersifat endogen.

Konsep TFP pertama kali diperkenalkan oleh Jan Tinbergen tahun 1942. Beberapa definisi mengenai TFP, yaitu : (1) merupakan rata-rata produksi dari agregat input, dan (2) sebagai indeks efektivitas dari suatu input dalam menghasilkan suatu output sebelum dan sesudah terjadi perubahan teknologi. Definisi ini dapat dirumuskan dalam bentuk fungsi Cobb Douglas (Suparyati 1999) :

+

+

………. (9)

dimana:

PDB = Produk Domestik Bruto

VK = Kontribusi kapital pada nilai tambah (PDB) VL = Kontribusi tenaga kerja pada nilai tambah (PDB) TFP = Total Factor Productivity

t = waktu

Secara sederhana, TFP merupakan ukuran yang digunakan untuk menggambarkan kemajuan teknologi dalam suatu proses produksi. TFP ditunjukkan dari pertumbuhan nilai tambah atau PDB setelah pertumbuhan tenaga kerja dan pertumbuhan kapital digunakan. Menurut Solow model yang digunakan untuk mengukur TFP berasal dari fungsi produksi Cobb-Douglas:

Y = A β……….………...(10)

dimana:

Y = nilai tambah (PDB).

L = faktor produksi tenaga kerja. K = faktor produksi kapital.


(29)

Nilai elastisitas faktor produksi tenaga kerja ( ) dan nilai elastisitas kapital (β) yang berasal dari hasil regresi persamaan (10) digunakan untuk mengukur TFP pada persamaan perhitungan TFP berikut :

Δ

Δ - Δ - βΔ ………(11) dimana:

= rata-rata kontribusi kapital. β = rata-rata kontribusi tenaga kerja.

Total Factor Productivity

pertumbuhan ekonomi (PDB)

pertumbuhan tenaga kerja

pertumbuhan kapital

Konsep Ekspor dan PDB

Dalam teori ekonomi makro (macroeconomic theory), hubungan antara ekspor dengan tingkat pendapatan nasional merupakan suatu persamaan identitas karena ekspor merupakan bagian dari tingkat pendapatan nasional. Namun, lain halnya dalam teori ekonomi pembangunan, keterkaitan kedua variabel tersebut merupakan kasus khusus yang menarik untuk dibahas. Dalam perspektif teori ekonomi pembangunan, masalah hubungan kedua variabel tersebut tidak tertuju pada masalah persamaan identitas itu sendiri, melainkan lebih tertuju pada masalah, apakah ekspor bagi suatu negara mampu menggerakkan perekonomian secara keseluruhan dan pada akhirnya membuahkan kesejahteraan bagi masyarakat (Oiconita 2006).

Menurut Aliman dan Purnomo (2001) dalam Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia mengenai kausalitas antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi menyatakan bahwa terdapat hipotesis atau pandangan yang sama-sama masuk akal (plausible) dan dapat diterima, antara lain:

1. Hipotesis Export Led Growth (Export Optimism): ekspor sebagai motor penggerak bagi pertumbuhan ekonomi, di mana ekspor dapat memperluas pasar, dapat mendorong mengalirnya modal, dan akan menghasilkan devisa. Oleh karena itu, ekspor merupakan faktor penyebab naiknya pertumbuhan ekonomi.

2. Hipotesis Growth Led Export (Growth Optimism): pertumbuhan ekonomi dalam negeri merupakan penggerak bagi ekspor. Syarat utama dalam melakukan ekspor adalah menciptakan iklim yang dapat membawa terjadinya proses pertumbuhan ekonomi dalam negeri yang berkesinambungan.

Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Zhang dan Kloudova (2011) dengan judul “Factors Which Influence the Growth of Creative Industries: Cross-section Analysis in China”. Dalam tulisan ini, diteliti faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan industri kreatif di Cina melalui analisis cross-section di 23 daerah


(30)

pada tahun 2007. Empat faktor utama dalam penelitian ini yaitu PDB per kapita, jumlah lembaga pendidikan tinggi, jumlah siswa terdaftar di institusi pendidikan tinggi dan jumlah hak paten. Penelitian ini menghasilkan tiga sub-kesimpulan. Pertama, tidak ada hubungan antara PDB per kapita dengan variabel dependen. Kedua, tidak ada hubungan antara jumlah lembaga pendidikan tinggi dengan variabel dependen yang disebabkan oleh perbedaan kualitas antara lembaga pendidikan tinggi. Ketiga, ada bukti yang cukup untuk menyimpulkan bahwa jumlah mahasiswa yang terdaftar di institusi pendidikan tinggi dan jumlah hak paten dengan variabel dependen berhubungan.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Cahyadi (2011) dengan judul “Analisis Faktor yang Memengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Industri Kreatif di Kota Denpasar”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh signifikan secara tidak langsung dari modal, tingkat upah, teknologi, dan investasi melalui jumlah produksi terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri pakaian jadi di Kota Denpasar. Jumlah sampel yang diambil adalah 100 perusahan pakaian jadi dengan metode purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan wawancara mendalam, sedangkan teknik analisis yang digunakan adalah analisis jalur (path analysis). Berdasarkan hasil analisis substruktural pertama, didapatkan hasil bahwa variabel modal, investasi, dan teknologi berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi tetapi tidak berpengaruh secara tidak langsung terhadap penyerapan tenaga kerja. Pada hasil analisis substruktural kedua, didapatkan hasil bahwa variabel tingkat upah berpengaruh positif dan signifikan sedangkan variabel investasi berpengaruh negatif dan signifikan.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Kim dan Ni (2011) dengan judul “The Nexus between Hallyu and Soft Power.”. Hallyu ini merupakan soft power dari Korea Selatan yang diaplikasikan dalam bentuk sebuah daya tarik dari Negara Korea Selatan. Hal ini merupakan sebuah keuntungan bagi ekonomi domestik karena hal tersebut akan mengundang datangnya para investor ke dalam negeri yang secara tidak langsung akan meningkatkan perekonomian negara tersebut. Di sisi lain, hal ini juga akan membawa dampak positif terhadap perkembangan industri pariwisata negara tersebut. Ini dibuktikan dengan jumlah visitor yang berkunjung ke Korea Selatan semakin bertambah yaitu sekitar 8.5 persen pada tahun 1990 menjadi 12.5 persen pada tahun 2010, serta peningkatan GDP Korea Selatan yaitu 3 persen pada tahun 1962 menjadi 37 persen pada tahun 2000. Hal ini dapat disimpulkan bahwa konsep soft power hallyu Korea Selatan berhasil, baik itu dalam peningkatan industri pariwisata maupun perekonomiannya.

Rani (2011) menulis “Impact of Technology on Creative Industries: A Study of The Indian Film Industry”. Tulisan ini dimaksudkan untuk mengetahui dampak teknologi pada industri film India. Industri film India menghasilkan jumlah terbesar dari film di dunia yaitu lebih dari 1000 film per tahun. Lebih dari 3,2 miliar tiket film dijual setiap tahunnya di India yang mencapai 107 miliar rupiah pada tahun 2008. FDI terus masuk dalam segmen ini di India.

Penelitian berikutnya dilakukan oleh Mikić (2013) dengan judul “Public Policies and Creative Industries in Serbia”. Penelitian ini menunjukkan bahwa pertumbuhan subsidi memengaruhi PDB industri kreatif dan hasil ini memiliki


(31)

implikasi praktis yaitu tanpa subsidi publik banyak kegiatan di industri kreatif yang tidak akan mungkin bertumbuh, terutama produksi film dan televisi.

Kerangka Pemikiran

Penelitian ini didasari oleh perekonomian dunia yang mulai bergeser menuju perekonomian yang didukung oleh kreativitas dengan istilah ekonomi kreatif yang memayungi industri kreatif. Industri kreatif ini sangat penting karena memberikan kontribusi ekonomi yang signifikan. Kontribusi industri kreatif pada perolehan PDB setiap tahunnya semakin meningkat, dari rata-rata 5.74 persen pada selang waktu 2002-2006 menjadi 7 persen di 2013. Dalam penelitian ini akan dianalisis faktor-faktor yang memengaruhi PDB industri kreatif.

Pada penelitian ini, akan digunakan variabel pertumbuhan teknologi (TFP), pendidikan (jumlah SMK dan perguruan tinggi), jumlah usaha, jumlah tenaga kerja, dan dummy kebijakan pemerintah. Variabel-variabel tersebut digunakan berdasarkan indikator keberhasilan industri kreatif menurut Kemendag (2008) dan berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu. Penelitian terdahulu yang

Pergeseran orientasi ekonomi ke arah ekonomi kreatif

Kontribusi industri kreatif bagi perekonomian semakin signifikan

Nilai Ekspor Ekonomi Kreatif PDB Ekonomi

Kreatif

Pertumbuhan Teknologi (TFP)

Pendidikan

(SMK & PT) Uji

Kausalitas Granger Jumlah usaha

Jumlah TK

Dummy kebijakan pembentukan Kementerian Parekraf Regresi

Panel


(32)

diadaptasi dalam penelitian ini yaitu: (1) Zhang (2011) mengenai faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan industri kreatif di Cina; (2) Rani (2011) mengenai dampak teknologi terhadap industri kreatif di India; dan (3) Mikic (2012) mengenai peran kebijakan pemerintah dalam industri kreatif di Serbia. Selain itu, dalam penelitian ini juga akan dianalisis mengenai hubungan kausalitas antara PDB dengan ekspor seperti penelitian yang dilakukan oleh Sharma dan Dhakal (1994). Kerangka pemikiran dalam penelitian ini akan dijelaskan pada Gambar 14.

Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang digunakan pada penelitian ini adalah:

1. Pertumbuhan teknologi yang diproksikan oleh TFP berpengaruh positif terhadap PDB industri kreatif.

2. Pendidikan yang diproksikan oleh jumlah SMK dan perguruan tinggi berpengaruh positif terhadap PDB industri kreatif.

3. Jumlah usaha berpengaruh positif terhadap PDB industri kreatif. 4. Jumlah tenaga kerja berpengaruh positif terhadap PDB industri kreatif.

5. PDB industri kreatif lebih tinggi setelah diterapkan kebijakan pembentukan Kemenparekraf.

6. Terdapat hubungan timbal balik antara PDB industri kreatif dengan ekspornya.

METODE PENELITIAN

Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu gabungan data time series dengan periode tahun analisis 2006-2013 dan cross-section 14 subsektor industri kreatif. Data yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 2 yaitu berupa data PDB industri kreatif, jumlah tenaga kerja industri kreatif, jumlah SMK di Indonesia, jumlah usaha industri kreatif, dan nilai ekspor industri kreatif.

Tabel 2 Jenis, Simbol, dan Sumber Data Penelitian

No Variabel Satuan Simbol Sumber

1 PDB industri kreatif (rupiah) Y1 Kemenparekraf 2 Jumlah SMK dan PT di

Indonesia

(unit) X1 BPS

4 Jumlah usaha (unit) X2 Kemenparekraf

5 Jumlah tenaga kerja (jiwa) X3 Kemenparekraf

6 Nilai ekspor industri kreatif

(rupiah) Y2 Kemenparekraf

Data bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS), Kementerian Perdagangan RI, dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI, sedangkan untuk data


(33)

pertumbuhan TFP diolah oleh penulis. Selain itu, referensi juga diambil dari jurnal, internet, dan sumber terkait lainnya.

Metode Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian dianalisis secara deskriptif dan kuantitatif. Metode deskriptif adalah metode yang berkaitan dengan pengumpulan dan penyajian suatu gugus data berupa grafik sehingga memberikan informasi yang berguna. Metode ini digunakan untuk memberikan penjelasan mengenai kondisi dan kontribusi 14 subsektor industri kreatif di Indonesia serta peran pemerintah di dalamnya. Sementara itu, metode analisis data kuantitatif yaitu dengan menghitung pertumbuhan teknologi (TFP) dengan model regresi, menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi PDB industri kreatif dengan model regresi, dan menganalisis keterkaitan PDB dengan ekspor. Model analisis data yang digunakan adalah regresi data panel dan uji kausalitas Granger. Data sekunder tersebut kemudian diolah dan dianalisis menggunakan komputer dengan program Microsoft Office Excel 2007 dan E-views 6.

Regresi data panel merupakan teknik regresi yang menggabungkan data time series dengan cross section. Terdapat tiga macam pendekatan dalam panel data yaitu:

1. Pendekatan Kuadrat Terkecil (Pooled Least Square)

Pendekatan ini merupakan pendekatan yang paling sederhana dalam pengolahan data panel yang didapatkan dengan cara mengkombinasikan semua data cross section dan time series yang akan diduga dengan menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square) seperti persamaan berikut:

= + β +

dimana:

= variabel endogen = variabel eksogen

= intercept β = slope

i = individu ke-i t = periode waktu ke-t e = error

2. Model Efek Tetap (Fixed Effect)

Asumsi intercept dan slope dari persamaan regresi yang dianggap konstan baik antar individu maupun antar waktu yang kurang sesuai dengan tujuan penggunaan data panel merupakan masalah terbesar yang dihadapi dalampendekatan model kuadrat terkecil. Untuk mengatasi hal ini dapat digunakan pendekatan model efek tetap (fixed effect). Model fixed effect adalah model yang dapat digunakan dengan mempertimbangkan bahwa peubah-peubah yang dihilangkan dapat mengakibatkan perubahan dalam intersep-intersep cross section dan time series. Untuk memungkinkan perubahan-perubahan intersep ini, dapat ditambahkan variabel dummy ke dalam model yang selanjutnya akan diduga dengan model OLS yaitu:


(34)

= ∑ + β +

dimana:

= variabel endogen = variabel eksogen

= intercept β = slope

D = variabel dummy i = individu ke-i t = periode waktu ke-t e = error

3. Model Efek Acak (Random Effect)

Memasukkan variabel dummy ke dalam model akan mengakibatkan berkurangnya jumlah derajat kebebasan yang pada akhirnya akan mengurangi efisiensi dari parameter yang diestimasi. Pendekatan yang dapat digunakan untuk mengatasi hal ini adalah model random effect. Model random effect disebut juga sebagai error component model karena dalam model ini, parameter yang berbeda antar individu maupun antar waktu dimasukkan ke dalam error. Persamaan umumnya yaitu:

= + it β + = + +

dimana:

~ N(0, ) = komponen cross section error ~ N(0, ) = komponen time series error

~ N(0, ) = komponen error kombinasi

Karena mengkombinasikan data cross section dan time series, maka panel data memiliki beberapa keunggulan antara lain (Gujarati 2004):

 Mampu mengidentifikasi dan mengukur efek yang secara sederhana tidak dapat diatasi dalam data cross section murni atau data time series murni.

 Mampu mengontrol heterogenitas individu.

 Memberikan data yang informatif, mengurangi kolinearitas antar peubah serta meningkatkan derajat kebebasan sehingga data menjadi lebih efisien.

 Data panel lebih baik digunakan untuk study dynamics of adjustment karena terkait dengan observasi pada cross section yang sama secara berulang.

 Mampu menguji dan mengembangkan model perilaku yang lebih kompleks.

Dengan keunggulan tersebut, maka berimplikasi pada tidak harus dilakukannya pengujian asumsi klasik dalam model data panel (Gujarati 2004 dalam Ajija, Shochrul R et al 2011).

Analisis Nilai TFP

Landasan teori pertumbuhan yang digunakan mengacu pada model pertumbuhan endogen yang memasukkan perubahan teknologi (TFP). TFP diukur secara tidak langsung (indirect accounting), karena tidak dapat diamati secara langsung (Mankiw 2007). TFP ditunjukkan dari pertumbuhan nilai tambah setelah


(35)

pertumbuhan tenaga kerja dan modal dikeluarkan. Dalam penelitian ini, penghitungan TFP mengikuti metode yang digunakan oleh Mahyuddin, Juanda, dan Siregar (2006) di mana perhitungan TFP didasarkan pada fungsi Cobb-Douglas sebagai berikut:

Y = ALaKb ... (3.1) Untuk keperluan perhitungan TFP, maka dilakukan transformasi logaritma terhadap fungsi produksi Cobb-Douglas, dengan tahapan sebagai berikut:

Y2-Y1 = A2L2aK2b– A1L1aK1b ... (3.2)

= -1 ... (3.3)

+ 1 = ... (3.4) = ... (3.5) ln =ln ... (3.6) Yit* =Ait* + a Lit* + b Kit* ... (3.7)

Ait* =Yit* - (a Lit* + b Kit*) ... (3.8)

dimana:

Yit* = pertumbuhan output

Lit* = pertumbuhan tenaga kerja

Kit* = pertumbuhan modal (jumlah usaha)

Ait* = pertumbuhan TFP.

Tahap-tahap yang dilakukan dalam melakukan perhitungan TFP menurut Raswatie (2013) yaitu:

1. Melakukan transformasi fungsi produksi Cobb-Douglas ke dalam bentuk logaritma linier.

2. Melakukan analisis regresi fungsi produksi Cobb-Douglas yang telah ditransformasi dalam bentuk logaritma untuk memperoleh nilai elastisitas dan β.

3. Melakukan perhitungan TFP sesuai persamaan (3.8).

Pada penelitian ini input yang digunakan adalah jumlah tenaga kerja (TK) dan jumlah usaha (K) sehingga persamaan tersebut menjadi:

Δ

Δ - Δ - βΔ dimana:

pertumbuhan Total Factor Productivity

pertumbuhan ekonomi (PDB)

pertumbuhan tenaga kerja

pertumbuhan kapital , β = koefisien


(36)

Analisis Faktor yang Memengaruhi PDB Industri Kreatif Indonesia 1. Perumusan Model

Berdasarkan kerangka pemikiran operasional, analisis yang digunakan adalah regresi data panel. Dugaan persamaan PDB industri kreatif Indonesia dapat dirumuskan sebagai berikut:

dimana:

= PDB subsektor industri kreatif subsektor i pada tahun ke-t (rupiah)

= Jumlah SMK di Indonesia pada tahun ke-t (unit)

= Jumlah usaha industri kreatif subsektor i pada tahun ke-t (unit)

= Jumlah tenaga kerja industri kreatif subsektor i pada tahun ke-t (unit)

= Pertumbuhan TFP subsektor industri kreatif i pada tahun ke-t (%)

= Dummy kebijakan pembentukan Kemenparekraf

= Random error = konstanta (intercept)

= parameter yang diduga (n= 1,2,3,4,5)

2. Uji Pemilihan Model

Agar memperoleh dugaan model yang efisien dan paling baik di antara berbagai pilihan model, maka perlu dianalisis dugaan model yang digunakan berdasarkan pertimbangan statistik. Uji pemilihan model terdiri dari Chow Test dan Hausman Test.

Chow Test

Chow test merupakan pengujian statistik yang bertujuan memilih model fixed effect atau pooled least square. Hipotesis dari uji ini yaitu:

: Model pooled least square : Model fixed effect

Chow test dapat dilakukan dengan bahasa pemograman E-views sebagai berikut: jika hasil dari Chow Test signifikan (probability dari Chow < ), maka ditolak yang artinya Fixed Effect digunakan.

Hausman Test

Hausman test merupakan uji untuk menentukan apakah akan digunakan model fixed effect atau model random effect. Hipotesis dari uji ini yaitu:

: Model random effect : Model fixed effects

Nilai statistik hausman akan dibandingkan dengan nilai Chi square sebagai dasar dalam menolak . Jika nilai statistik hasil pengujian lebih besar dari Chi square tabel, maka cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap sehingga pendekatan yang digunakan adalah fixed effect model.

3. Uji Kesesuaian Model

Ada beberapa uji yang dapat digunakan untuk menentukan kesesuaian model regresi yang didapat secara statistik yaitu uji-F, uji t, dan uji R2 (Gujarati 2004).


(37)

Uji–F

Uji-F adalah statistik uji yang digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh peubah eksogen terhadap peubah endogen secara keseluruhan.

: = =... = = 0 : minimal ada satu ≠ 0

1. Prob. F-stasistic < , maka tolak . Kesimpulannya, minimal ada satu variabel eksogen yang memengaruhi variabel endogennya.

2. Prob. F-stasistic > , maka terima Kesimpulannya, tidak ada variabel eksogen yang memengaruhi variabel endogennya.

Uji-t

Uji-t dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel eksogen terhadap PDB industri kreatif Indonesia. Besaran yang digunakan dalam uji ini adalah statistik t.

: = 0 dengan t = 1,2,3,….,n : ≠ 0

Jika t statistik > t tabel, maka tolak . Kesimpulannya, koefisien dugaan β ≠ 0 yang artinya variabel yang diuji berpengaruh nyata terhadap variabel endogen. Model yang diduga akan semakin baik apabila semakin banyak variabel eksogen yang berpengaruh nyata terhadap variabel endogennya.

Uji R2

Uji ini dilakukan untuk melihat sejauh mana besar keragaman yang dapat dijelaskan oleh variabel eksogen terhadap variabel endogen. Nilai R2 berkisar antara 0 sampai dengan 1, semakin mendekati satu maka semakin baik.

Konsep Elastisitas

Nilai elastisitas digunakan untuk melihat derajat kepekaan variabel eksogen padasuatu persamaan terhadap perubahan variabel endogen (Koutsoyiannis 1977). Jika dinyatakan ke dalam sebuah persamaan matematis, nilai elastisitas dapatdirumuskan sebagai berikut:

dimana:

Y = rata-rata nilai peubah Y X = rata-rata nilai peubah X


(38)

1. Nilai elastisitas antara nol dan satu (0 < E < 1) dikatakan inelastis. 2. Nilai elastisitas lebih besar dari satu (E > 1) dikatakan elastis. 3. Nilai elastisitas sama dengan satu (E = 1) dikatakan unitary elastis. 4. Nilai elastisitas sama dengan nol (E = 0) dikatakan inelastis sempurna. 5. Nilai elastisitas tak terhingga (E = ~) dikatakan elastis sempurna.

Analisis Hubungan PDB Industri Kreatif dengan Ekspor Industri Kreatif (Uji Granger Causality)

Uji kausalitas adalah suatu uji yang menganalisis keterkaitan antara dua variabel atau lebih, dan menunjukkan arah hubungan antarvariabel. Dengan kata lain, studi kausalitas mempertanyakan masalah sebab akibat. Kausalitas adalah hubungan dua arah. Dengan demikian, jika terjadi kausalitas di dalam model ekonometrika ini tidak terdapat variabel independen, semua variabel merupakan variabel dependen (Winarno 2009). Analisis kausalitas dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Kausalitas satu arah

Y1 Y2, artinya Y1 menyebabkan Y2 Y2 Y1, artinya Y2 menyebabkan Y1 2. Kausalitas dua arah

Y1 Y2, artinya ada hubungan simultan antara Y1 dengan Y2, karena Y1 menyebabkan Y2 dan Y2 menyebabkan Y1.

Keterangan: Y1 = PDB dan Y2 = Ekspor Hipotesis dalam penelitian ini yaitu:

 H0 : PDB tidak mempengaruhi (tidak menyebabkan) ekspor

H1 : PDB mempengaruhi (menyebabkan) ekspor

 H0 : Ekspor tidak mempengaruhi (tidak menyebabkan) PDB

H1 : Ekspor mempengaruhi (menyebabkan) PDB

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Kondisi dan Kontribusi 14 Subsektor Industri Kreatif Indonesia terhadap Perekonomian Indonesia

1. Periklanan

Industri kreatif periklanan telah didukung pemerintah. Hal ini dapat dilihat dari adanya apresiasi terhadap industri periklanan dalam negeri yang diadakan secara berkelanjutan baik berskala regional (daerah) yaitu Jawa Pos Ad Festival yang merupakan ajang pemberian penghargaan terhadap karya iklan media cetak terbaik Jawa Pos, maupun berskala nasional yaitu Citra Pariwara. Namun, dukungan pemerintah masih kurang bagi insan kreatif periklanan untuk mengikuti ajang penghargaan pariwara berskala internasional yaitu ADFEST (Asia Pasific Advertising Festival). Hal ini merupakan salah satu penyebab masih rendahnya kontribusi ekspor industri periklanan seperti yang dapat dilihat pada Tabel 3. Untuk kontribusi ekspor dan jumlah usaha, industri periklanan menempati urutan


(39)

ke-13 dari 14 subsektor industri kreatif, sedangkan untuk kontribusi PDB dan jumlah tenaga kerja menempati urutan ke-12.

Tabel 3 juga menunjukkan bahwa kontribusi industri periklanan dalam PDB industri kreatif belum mencapai 1 persen, namun pertumbuhan PDB nya tinggi yaitu mencapai rata-rata tren 8.05 persen dalam tiga tahun terakhir. Hal ini disebabkan oleh keberadaan PPPI (Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia) yang merupakan asosiasi profesi dan asosiasi industri periklanan yang aktif sehingga membuat sirkulasi informasi di antara pelaku dalam industri periklanan. Dengan adanya sirkulasi informasi yang baik, industri periklanan dapat tumbuh dengan tinggi setiap tahunnya.

Tabel 3 Kontribusi Subsektor Industri Periklanan

Indikator Satuan 2010 2011 2012 2013

Berbasis Produk Domestik Bruto (PDB)

Nilai Tambah Milyar Rupiah 1 214.3 1 332.5 1 418.0 1 531.6

% Nilai thd Industri Kreatif Persen 0.92 0.96 0.97 0.99

Pertumbuhan Nilai Tambah Persen - 9.73 6.42 8.01

% Nilai terhadap Total PDB Persen 0.053 0.055 0.055 0.057

Berbasis Ketenagakerjaan

Jumlah TK Orang 17 816 19 146 20 050 20 600

Partisipasi TK thd Industri Kreatif Persen 0.23 0.24 0.25 0.25 Partisipasi TK thd Total Pekerja Persen 0.017 0.018 0.019 0.019

Pertumbuhan Jumlah Tenaga Kerja Persen - 7.46 4.72 2.74

Produktivitas Tenaga Kerja Ribu Rp/pekerja 68 157 69 596 70 723 74 350

Berbasis Nilai Ekspor

Nilai Ekspor Juta rupiah 16 728 17 629.5 18 889.3 19 932.2

Pertumbuhan Ekspor Persen - 5.39 7.15 5.52

% Nilai Ekspor thd Industri Kreatif Persen 0.020 0.019 0.019 0.019 % Nilai Ekspor thd Total Ekspor Persen 0.001 0.001 0.001 0.001

Berbasis Jumlah Usaha

Jumlah Usaha Unit 2 310 2 421 2 489 2 560

Pertumbuhan Jumlah Usaha Persen - 4.81 2.81 2.86

% Jml Usaha thd Industri Kreatif Persen 0.09 0.10 0.11 0.11 % Jml Usaha thd Total Usaha Persen 0.005 0.005 0.005 0.005

Sumber: Kemenparekraf (2014) (diolah)

Untuk mendukung industri periklanan agar dapat terus tumbuh, pemerintah telah menerbitkan Permen Kominfo No.25 Tahun 2007 tentang penggunaan sumberdaya domestik untuk produk iklan di lembaga penyiaran, pemerintah juga tidak terlalu membatasi produsen pembuat iklan mengingat tidak banyak produsen iklan dalam negeri yang unggul dalam kualitas karena jam terbangnya masih rendah. Di samping itu, sudah ada lembaga pembiayaan bukan bank yang dapat digunakan sebagai sumber pendanaan bagi industri periklanan ini yaitu Penanaman Modal Madani milik BUMN dan Komisi Penyiaran Indonesia milik KADIN, namun belum ada dukungan dari bank.

2. Arstitektur

Kontribusi industri arsitektur terhadap perekonomian dapat dilihat pada Tabel 4. Industri arsitektur menempati urutan ke-11 untuk kontribusi ekspor, urutan ke-6 untuk kontribusi PDB, urutan ke-12 untuk kontribusi jumlah usaha, dan urutan ke-10 untuk kontribusi jumlah tenaga kerja dari 14 subsektor industri kreatif.


(1)

Lampiran 20 Hasil Uji Chow Model PDB Industri Kreatif Redundant Fixed Effects Tests

Equation: Untitled

Test cross-section fixed effects

Effects Test Statistic d.f. Prob.

Cross-section F 16.755927 (13,93) 0.0000 Cross-section Chi-square 135.143360 13 0.0000

Lampiran 21 Hasil Uji Hausman Model PDB Industri Kreatif Correlated Random Effects - Hausman Test

Equation: Untitled

Test cross-section random effects

Test Summary

Chi-Sq.

Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.


(2)

Lampiran 22 Hasil Analisis Regresi Model PDB Industri Kreatif (Pooled Least Square)

Dependent Variable: LOG(Y) Method: Panel Least Squares Date: 01/01/02 Time: 04:22 Sample: 2006 2013

Periods included: 8

Cross-sections included: 14

Total panel (balanced) observations: 112

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. LOG(TK) 0.658565 0.157366 4.184938 0.0001 TFP 1.51E-08 6.65E-09 2.277779 0.0247 LOG(PENDIDIKAN) 1.272416 0.127478 9.981428 0.0000 LOG(K) -0.079317 0.135924 -0.583540 0.5608 DUMMY 0.495334 0.118877 4.166771 0.0001 C -3.587872 1.149447 -3.121391 0.0023 R-squared 0.889763 Mean dependent var 14.60320 Adjusted R-squared 0.884563 S.D. dependent var 1.668596 S.E. of regression 0.566923 Akaike info criterion 1.754898 Sum squared resid 34.06864 Schwarz criterion 1.900532 Log likelihood -92.27430 Hannan-Quinn criter. 1.813987 F-statistic 171.1121 Durbin-Watson stat 0.241016 Prob(F-statistic) 0.000000


(3)

Lampiran 23 Hasil Analisis Regresi Model PDB Industri Kreatif (Fixed Effect Model)

Dependent Variable: LOG(Y) Method: Panel Least Squares Date: 01/01/02 Time: 04:23 Sample: 2006 2013

Periods included: 8

Cross-sections included: 14

Total panel (balanced) observations: 112

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. LOG(TK) 0.214605 0.165768 1.294610 0.1987 TFP 1.20E-08 1.14E-08 1.051179 0.2959 LOG(PENDIDIKAN) 2.532861 0.497117 5.095098 0.0000 LOG(K) 0.086415 0.124250 0.695494 0.4885 DUMMY 0.506833 0.154857 3.272916 0.0015 C -11.31263 4.411715 -2.564224 0.0119

Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.967017 Mean dependent var 14.60320 Adjusted R-squared 0.960633 S.D. dependent var 1.668596 S.E. of regression 0.331069 Akaike info criterion 0.780404 Sum squared resid 10.19340 Schwarz criterion 1.241578 Log likelihood -24.70262 Hannan-Quinn criter. 0.967517 F-statistic 151.4785 Durbin-Watson stat 0.952280 Prob(F-statistic) 0.000000


(4)

Lampiran 24

Dependent Variable: LOG(Y)

Method: Panel EGLS (Cross-section random effects) Date: 01/01/02 Time: 01:45

Sample: 2006 2013 Periods included: 8

Cross-sections included: 14

Total panel (balanced) observations: 112

Swamy and Arora estimator of component variances

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. LOG(TK) 0.290981 0.152832 1.903926 0.0596 TFP 2.09E-08 8.66E-09 2.416885 0.0174 LOG(PENDIDIKAN) 1.563281 0.235091 6.649682 0.0000 LOG(K) 0.130598 0.114627 1.139335 0.2571 DUMMY 0.514356 0.103430 4.972972 0.0000 C -4.098822 2.178933 -1.881115 0.0627

Effects Specification

S.D. Rho

Cross-section random 0.534940 0.7231

Idiosyncratic random 0.331069 0.2769

Weighted Statistics

R-squared 0.852431 Mean dependent var 3.121482 Adjusted R-squared 0.845470 S.D. dependent var 0.862786 S.E. of regression 0.339163 Sum squared resid 12.19337 F-statistic 122.4617 Durbin-Watson stat 0.638137 Prob(F-statistic) 0.000000

Unweighted Statistics

R-squared 0.868634 Mean dependent var 14.60320 Sum squared resid 40.59832 Durbin-Watson stat 0.191659


(5)

Lampiran 25 Cross-section effect

CROSSID Effect 1 -0.858680 2 0.436164 3 0.090237 4 -0.063711 5 -0.611056 6 0.252837 7 -0.140933 8 -0.242935 9 0.261882 10 -0.843626 11 0.820461 12 0.618855 13 0.308563 14 -0.028057


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Nandha Rizki Awalia dilahirkan pada tanggal 21 Juli 1991 di Jakarta. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara, dari pasangan Bambang Deliyanto dan Melly Prabawati. Pendidikan dasar penulis ditempuh di SD LPI At-Taufiq, kemudian penulis melanjutkan pendidikannya ke SMP Negeri 216 Jakarta dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun yang sama, penulis diterima di SMA Negeri 68 Jakarta dan lulus pada tahun 2009. Pada tahun 2009, penulis diterima menjadi mahasiswi di Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan lulus pada tahun 2013. Pada tahun 2012, penulis diterima pada program fast track di Departemen Ilmu Ekonomi, Sekolah Pascasarjana IPB dan mendapat beasiswa fresh graduate dari DIKTI.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam organisasi dan berbagai kegiatan kepanitiaan. Organisasi yang pernah diikuti oleh penulis antara lain

Paduan Suara Mahasiswa (PSM) „Agriaswara‟ IPB (2010-sekarang) dan

Community of Art, Sport, and Culture (COAST) FEM IPB tahun 2010-2011 dalam divisi tari. Kegiatan kepanitiaan yang pernah diikuti adalah HIPOTEX-R (2010), Masa Perkenalan Departemen Ilmu Ekonomi (2011), Olimpiade Mahasiswa IPB (OMI) (2011), Konser Tahunan Agriaswara: Harmony in Cacophony (2011), Seminar Politik Ceria (2011), dan Bogor Art Festival (2012). Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister Sains, penulis menyelesaikan tesis yang berjudul Analisis Pertumbuhan Teknologi, Produk Domestik Bruto, dan Ekspor Sektor Industri Kreatif Indonesia.