Kondisi Sosial-Ekonomi Masyarakat Indonesia
24 beras terus dilakukan.
37
Bulog selalu berdalih kalau data produksi yang ada tidak bisa dijadikan pijakan. Menurut Bulog, meskipun data yang ada menunjukkan
surplus, hal itu belum bisa menjamin amannya ketersedian pasokan beras setiap bulannya.
38
Pada 2010, sebenarnya Indonesia juga dalam kondisi surplus, namun surplus sebesar 1,17 , merupakan kondisi yang jauh menurun dibanding tahun
2009, yang surplus 6,7 , dengan peningkatan produksi padi tahun 2010 hanya 3,22 .
39
Karena itu, pada 2010 impor dilakukan dengan alasan untuk menjamin ketersediaan stok beras, dimana tingkat kebutuhan masyarakat Indonesia akan
beras selau meningkat termasuk di tahun ini. Data Bulog bahwa produksi yang ada belum bisa dijadikan pijakan.
Selama ini, penghitungan produksi beras dilakukan oleh BPS bekerjasama dengan Kementrian Pertanian. Untuk menghitung produksi beras, BPS
menggunakan hasil perkalian antara produktivitas tanaman padi per hektar dan luas panen. Pengukuran produktivitas yang dilakukan oleh BPS melalui survei
ubinan sebenarnya sudah cukup akurat, masalahnya adalah pada penghitungan luas panen yang dilakukan oleh Dinas Pertanian yang masih mengandalkan
metode pandangan mata.
40
Dalam prakteknya, mantri tani hanya melihat hamparan padi, lalu memperkirakan luasnya. Akurasi cara seperti ini tentu sangat lemah, belum lagi
kalau data luas panen dikerjakan di atas meja, yang akhirnya terjadi laporan dari
37
Sumber Laporan BPS
38
Sumber hasil wawancara dengan pegawai Bulog, 2014.
39
Sumber bulog; Tabel Produksi, Konsumsi, Surplus, dan Penyediaan Bulog 2003-2013.
40
Sumber wawancara pegawai Bulog, 2014.
25 menyusutnya pertumbuhan produksi padi, yang merupakan bahan baku membuat
beras, sebagai bahan makanan pokok bangsa Indonesia, sehingga pemerintah tetap beralasan untuk melakukan impor beras dari Thailand dan juga negara lainnya.
Dalam rentan waktu 2009-2011, pemerintah mulai gencar melakukan kampanya untuk mengurangi konsumsi nasi, dengan menggantinya dengan umbi-
umbian seperti ubi, kentang, dan singkong, serta biji-bijian seperti jagung dan gandum yang hanya dikonsumsi sebagian kecil masyarakat di daerah. Di samping
itu juga, pemerintah melakukan kampanya tersebut untuk mengurangi konsumsi beras yang disebut-sebut menjadi salah satu penyebab tingginya diabetes di
Indonesia. Dengan konsumsi beras mencapai 139 kgkapitatahun saat, Indonesia
adalah konsumen beras terbesar di dunia. Maklum, orang Indonesia makan nasi seperti minum obat, tiga kali sehari. Bukan makan namanya kalau tanpa nasi. Jika
kebiasaan makan nasi orang Indonesia dapat dirubah, maka akan berdampak besar pada penurunan konsumsi beras. Kebutuhan beras dalam negeri dapat ditekan
dengan program diversifikasi pangan yang harus digalakkan agar masyaratkat tidak terlalu bergantung pada beras sebagai sumber karbohidrat utama saat ini.
Seperti diketahui bersama bahwa sekitar 80 kebutuhan karbohidrat orang Indonesia dipenuhi dari beras.