Perubahan iklim Faktor Eksternal

62 Kondisi ini tentu berbanding terbalik dengan Indonesia yang cenderung lebih banyak berorientasi kepada sektro industry, padahal jika hendak melihat lebih jauh, ketergantungan masyarakat pada sector ini yang justru cukup banyak.

C. Indikasi Korupsi dalam Impor Beras Indonesia ke Thailand Periode

2009-2011 Di samping kedua faktor yang disebutkan itu, penulis juga menemukan adanya unsur korupsi yang dilakukan oleh oknum pemerintah, dalam hal ini Bulog sebagai pihak yang berwenang, menjadi sorotan berbagai pihak seperti Himpunan Kerukunan Tani Indonesia HKTI serta Ketua Dewan Tani Indonesia DTI. Ferry Juliantoro, selaku ketua DTI dalam sebuah diskusi di Gedung DPR, sebagaimana dikutip oleh beritasatu.com menyatakan bahwa, seharusnya presiden memaksimalkan peran Dewan Ketahanan Pangan namun yang terjadi sebaliknya. Menururtnya Dewan Ketahanan Pangan merupakan lembaga inter departemen, terdiri dari 12 kementerian dan empat lembaga serta diketuai langsung presiden, sehingga seharusnya bisa melakukan banyak hal 115 . Ia menambahkan bahwa, pemerintah tidak memiliki data akurat mengenai persediaan beras. Data hanya dimiliki Bulog. Namun sulit berharap BUMN itu berpihak kepada petani karena sudah dikuasai mafia beras terlebih dalam praktiknya, Bulog hanya mencari keuntungan sendiri. Ferry mencurigai Bulog 115 http:www.beritasatu.comekonomi10736-negara-tunduk-pada-mafia-beras.html Diakses pada 15 Juni 2015 63 “bermain mata” dengan importir beras, yang dikatakan orangnya selalu sama namun menggunakan bendera berbeda-beda 116 . Sependapat dengan Ferry, Benny Pasaribu dari HKTI meminta agar pemerintah belajar dari pemerintahan Jepang. Di negara itu, sekalipun harga beras mahal namun tidak pernah bersedia mengimpor beras. Tujuannya jelas untuk melindungi para petani. Keputusan pemerintah untuk mendatangkan beras dari Thailand dan Vietnam dengan alasan beras dari negara tersebut lebih murah daripada beras produksi petani lokal, kata Benny, menunjukkan pemerintah memang tidak memberikan perhatian terhadap petani. Menurut Beny, meski harga beras naik, seharusnya pemerintah tidak perlu impor agar petani terlindungi dan harga beras pun bisa dipertahankan 117 . Fakta lain yang tidak kalah mengejutkan datang dari temuan BPK dalam auditnya untuk 2011 dan 2012 yang menemukan berbagai kejanggalan dan penyimpangan dala pengadaan impor beras. Dalam laporan itu diuraikan bawah Pengadaan impor beras tahun 2011 oleh Perum Bulog berdasar surat Menteri Perdagangan No1047M-DAGSD72011 tanggal 12 Juli 2011 tentang izin impor 2011 sebanyak 1.600.000 ton dengan jangka waktu izin impor sejak tanggal diterbitkan sampai 28 Februari 2012. Berdasarkan surat izin impor tersebut, Perum Bulog melakukan perjanjian jual beli dengan public warehouse organization PWO yaitu perusahaan yang 116 http:www.beritasatu.comekonomi10736-negara-tunduk-pada-mafia-beras.html Diakses pada 15 Juni 2015 117 http:www.beritasatu.comekonomi10736-negara-tunduk-pada-mafia-beras.html Diakses pada 15 Juni 2015 64 diatur dan tunduk pada hukum Thailand yang dituangkan dalan kontrak No.PKTP-002DO200082011 tanggal 7 Desember 2011. Komoditi yang disepakati pada perjanjian tersebut adalah beras Thailand dengan butir patah maksimal 15 beras eks Thailand 15 dari hasil panen tahun 2011. Pengadaan beras impor dilakukan oleh divisi pengadaan di kantor pusat. Sedangkan penerimaan beras impor dilaksanakan di masing-masing divre yang telah ditentukan. Untuk menunjang kelancaran kegiatan impor, Divre ditunjuk mengadakan tender perusahaan jasa pengurusan transportasi PJPT untuk membongkar beras impor milik Perum Bulog dari kapal-kapal sampai ke dalam gudang 118 . Berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap dokumen penerimaan beras impor dan reprocessing beras eks Thailand 15 selama tahun 2012 diketehui hal-hal berikut 119 : 1. Kualitas beras eks Thailand 15 yang diterima divre DKI Jakarta tidak sesuai kontrak Pada awal tahun 2012, divre DKI Jakarta menerima beras eks Thailad 15 untuk pengadaan tahun 2011 sebanyak 118.015.750 kg di pelabuhan Tanjung Priok Jakarta dan pelabuhan Ciwanda Kota Madya Cilegon. Penerima beras impor tersebut dilakukan bertahap sejak Januari sampai Maret 2012 dan disimpan di gudang-gudang beras wilayah Divre DKI Jakarta yaitu gudang Bulog baru GBB I s.d. XVI, GBB Cikande 1 s.d. III, gudang semi permanen GSP warung gunung I, GSP montor I dan 118 http:inspeksianews.comberitainilah-temuan-bpk-tentang-impor-beras-dan-raskin Diakses pada 15 June 2015 119 http:inspeksianews.comberitainilah-temuan-bpk-tentang-impor-beras-dan-raskin Diakses pada 15 June 2015