Jumlah Produksi Dibandingkan dengan Kebutuhan Beras

28 1982 135 229.61 254.92 1983 145 274.69 304.24 1984 165 284.81 330.97 1985 175 288.59 322.07 1986 175 167.27 345.24 1987 190 184.73 386.86 1988 210 381.62 469.20 1989 250 475.48 469.56 1990 270 466.68 525.17 1991 295 517.47 557.84 1992 330 303.70 603.68 1993 340 284.05 592.25 1994 360 325.83 660.37 1995 400 419.81 776.38 1996 450 432.75 880.00 1997 525 498.27 1 064.03 1998 800 933.01 2 099.71 1999 1 400 1 159.43 2 665.58 2000 1 400 964.72 2 424.22 2001 1 500 1 141.22 2 537.09 2002 1 519 1 255.46 2 826.06 2003 1 725 1 249.33 2 785.85 2004 1 740 1 258.31 2 850.96 2005 2 250 1 567.67 3 478.87 Sumber: BPS, 1980-2005 Secara umum, salah satu permasalahan permintaan beras di Indonesia adalah harga beras yang relatif tinggi dan cenderung naik seiring dengan berkembangnya jaman dapat dilihat pada Tabel 2.5 di atas. Masalah kenaikan harga beras, secara ekonomi adalah masalah penawaran dan permintaan, seperti yang dikemukakan oleh Hutauruk bahwa luas areal panen responsive terhadap harga dasar padi dan harga padi pada jangka panjang. 43 Untuk menekan harga beras, pemerintah harus menjaga harga yang berkolerasi langsung dengan ongkos produksi dan menjamin keuntungan 43 Hutauruk, J. Analisis, ”Dampak kebijakan Harga Dasar Padi dan Subsidi Pupuk terhadap Permintaan dan Penawaran Beras di Indonesia ”, 1996, Tesis. Institut Pertanian Bogor, 22. 29 petani. Hal ini dapat diwujudkan apabila BULOG membeli gabah langsung dari petani. 44 Pada Tabel 2.5 dapat dilihat bahwa besarnya harga gabah tingkat petani masih lebih kecil nilainya dibandingkan dengan harga dasar pembelian pemerintah sedangkan harga beras eceran cenderung naik. Kebijakan insentif berupa penetapan harga dasar yang dilanjutkan dengan harga dasar pembelian pemerintah HDPP tidak akan terlaksana secara efektif, apabila pemerintah tidak menetapkan kebijakan pendukung yang compatible dengan HDPP. Pengurangan subsidi pupuk tahun 1998 tidak efektif, karena apabila dilakukan penghapusan subsidi pupuk maka kebijakan harga dasar menjadi tidak efektif. 45 Hal itu akan menurunkan pendapatan petani produsen dan mutu intensifikasi yang diterapkan oleh petani padi. 46 Kebijakan proteksi tidak mungkin dilakukan secara terus menerus dalam jangka panjang karena tuntutan globalisasi yang semakin kuat. Oleh karena itu, upaya-upaya perbaikan efisiensi kebijakan beras nasional, baik aspek budi daya perbaikan teknologi, irigasi dan lain-lain, pascapanen prontokan, pengeringan, penyimpanan, pengolahan penggilingan maupun pemasaran hasil perbaikan infrastruktur, informasi pasar, dan lain-lain, perlu terus dijalankan untuk mempersiapkan agribisnis beras nasional dalam menghadapi serbuan produk impor sejenis dari negara lain. 44 Saragih B. . Suara Dari Bogor: Membangun Sistem Agribisnis. 2006, Jakarta : Pustaka Wirausaha Muda, 22. 45 Malian,et.al.2004. ”Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi, Konsumsi dan harga Beras serta Inflasi Bahan Makanan”. 21. 46 Malian,et.al.2004. ”Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi, Konsumsi dan harga Beras serta Inflasi Bahan Makanan”.21. 30

3. Kebijakan Impor Beras Indonesia Periode 2009-2011

Kenyataan yang diakui oleh pemerintah Indonesia tentang impor beras adalah Indonesia membutuhkan banyak beras, dan impor menjadi pilihan yang tepat. Pada hakekatnya kepentingan nasional Indonesia adalah menjamin kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia yang berada di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia NKRI yang berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945. Sebagaimana tercantum dalam UUD 1945, maka kepentingan nasional Indonesia adalah melindungi segenap bangsa dan tumpah darah Indonesia, mencerdaskan kehidupan bangsa dan memajukan kesejahteraan umum dan ikut menjaga ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Kepentingan Indonesia terhadap Thailand jelas seperti tertuang dalam UUD 1945, dan termasuk didalamnya adalah upaya menjalin kerjasama guna memelihara legitimasi atas wilayah NKRI dan segenap kepentingan NKRI termasuk kepentingan sosial-ekonomi, sosial-budaya, kepentingan politik dan militernya. Hal yang sama bagi Thailand, Indonesia adalah mitra yang baik, potensial dan sangat aktif, kooperatif dalam membantu Thailand. Selain kerjasama ekonomi termasuk impor beras, Thailand juga selalu mendapatkan bantuan atas penanganan kondisi krisis dan konflik di Thailand. Dalam masalah impor beras, Thailand sangat berkepentingan untuk dapat menguasi pasar beras di Indonesia. 31 Hal ini tercermin antara lain dari angka pertumbuhan nilai investasi dan perdagangan antara kedua negara. Diantaranya adalah semakin meningkatnya kunjungan oleh pejabat dan pengusaha di kedua negara dan semakin menguatnya konektivitas masyarakat antara kedua negara. Selain itu, meningkatnya investasi Thailand di Indonesia tidak terlepas dari kebijakan pemerintah Thailand dalam menetapkan Indonesia sebagai negara tujuan utama investasi Thailand di samping Myanmar dan Vietnam. 47 Meskipun banyak kritikan dari masyarakat dalam dan luar negeri, pemerintah terbukti akan terus memperpanjang impor beras dari Thailand selama dua tahun ke depan. Dalam perjanjian perdagangan dengan Thailand, kerjasama impor beras sedianya berakhir tahun 2011. Namun Menteri Perdagangan Mari Elka Pengestu mengungkapkan demikian : kerjasama impor beras dengan Thailand berakhir tahun ini, tapi pihak Indonesia akan memperpanjang dua tahun berikutnya, jumat, 9 September 2011. Volume impor beras yang diajukan Pemerintah Indonesia kepada Thailand sebanyak 1 juta ton. Disamping terus melanjutkan kerjasama dalam pengadaan beras dengan Thailand, Indonesia juga akan memperpanjang impor beras dari Vietnam. Meski, perjanjian pengadaan beras dengan Vietnam berakhir tahun 2012 nanti, pemerintah sudah menyatakan akan mengimpor beras dari Vietnam sampai tahun 2014. Hal tersebut juga diungkapkan oleh Menteri Perdagangan Mari Elka Pengestu yaitu: Untuk Vietnam tahun 2012 akan Indonesia perpanjang sampai tahun 2014,. 47 Tersedia, di www.kemlu.go.iddiakses pada 21 Januari 2015. 32 Volume beras yang akan dibeli pun sama dengan Thailand yakni sebanyak 1 juta ton. Salah satu alasan pemerintah mengimpor beras dari Thailand dan Vietnam lantaran cadangan beras kedua negara tersebut sangat besar. Seperti diungkapkan oleh Menteri Perdagangan Mari Elka Pengestu yaitu: Kalau Thailand ada 8 juta ton, sedangkan Vietnam ada 3 atau 4 juta ton,. Lebih lanjut Menteri Perdagangan Mari Elka Pengestu mengungkapkan bahwa kebijakan impor beras ini tujuannya untuk menjaga agar stok bahan pangan tetap aman, seperti penegasannya: Kalau tidak perlu Indonesia tidak impor. Semua tergantung situasi dalam negeri, Namun jauh sebelum diketahui bagaimana produksi padi di tahun selanjutnya, ternyata, menurut Mari, Badan Urusan Logistik Bulog telah menandatangani kontrak pembelian beras sebanyak 800.000 ton. Rinciannya, sebanyak 500.000 ton dari Thaliand dan 300.000 ton beras dari Vietnam. Sebagai informasi, Bulog akan menghabiskan anggaran Rp9,69 triliun sampai Rp9,95 triliun untuk pengadaan beras impor periode 2010-2011 sebanyak 1,84 juta ton 48 . Mencermati pergerakan harga beras Thailand sepanjang tahun 2009-2011, tren kenaikan harga sudah terindikasi di awal semester kedua tahun ini, sementara harga beras domestik sebenarnya sudah naik konsisten sejak awal tahun 2011. Di sisi lain, keputusan impor yang dilakukan pemerintah untuk 2011 baru saja terealisasi pada Agustus lalu sejak kontrak dilakukan sebelumnya di bulan Juli. Data menunjukkan perkembangan harga beras di Indonesia cenderung terus meningkat dari tahun ke tahun. Bahkan, jika dibandingkan dengan negara- 48 Data hasil penelitian dari Bulog berupa print out dan soft copy via email. 33 negara pengimpor beras, seperti Filipina, Bangladesh, Tiongkok, dan Vietnam, harga beras Indonesia adalah harga yang termahal di dunia. Berdasarkan data Organisasi Pangan dan Pertanian FAO, per Juni 2011 harga beras rata-rata di tingkat eceran di Indonesia US 1,04kg. Pada saat yang sama, harga di Manila US 0,69kg; Banglades US 0,38kg; Tiongkok berdasarkan harga rata-rata di 50 kota untuk beras kualitas kedua di tingkat eceran sedikit di bawah Indonesia, US 0,83kg; dan Vietnam hanya US 0,41kg. Sementara itu, harga beras di Thailand sebagai negara asal impor Indonesia ialah US 0,44kg 49 . Di lain sisi, pada 2010 dan 2011, saat pemerintah mengimpor beras, justru harga beras dalam negeri akan semakin melambung. Harga beras di dalam negeri pada 2010 mencapai US 1,01kg dan pada 2011 Juni naik menjadi US 1,09kg . Padahal, harga beras di Thailand pada 2010 sangat murah, US 0,45kg dan pada 2011 Juni turun menjadi US 0,43kg 50 . Harga naik dipicu berkurangnya pasokan dan pengaruh cuaca yang menghambat proses penjemuran gabah. Tingginya harga gabah dan beras itu dipengaruhi oleh minimnya jumlah panen di daerah. Hingga Juli, Badan Pusat Statistik BPS mencatat nilai impor beras Indonesia pada tahun ini telah mencapai USD 829 juta atau sekitar Rp 7,04 triliun rupiah. Uang sebanyak ini digelontorkan pemerintah untuk mendatangkan sebanyak 1,57 juta ton beras dari Vietnam 892,9 ribu ton, Thailand 665,8 ribu 49 Ibid, Data hasil penelitian dari Bulog berupa print out dan soft copy via email. 50 Ibid, Data hasil penelitian dari Bulog berupa print out dan soft copy via email.