Pengertian dan Sejarah Bank Syariah
dan operasionalnya diambil alih Bank Nasional Mesir dengan berdasarkan bunga. Satu-satunya institusi islam yang bertahan pada periode awal adalah Nasser Sosial
Bank Mesir dan Tabungan Haji Malaysia. Diawal tahun 1970-an dibentuk OKI yang antara lain diprakarsai oleh almarhum Raja Faisal dari Arab Saudi yang juga
menyarankan tiap negara Islam agar mendirikan Bank Islam. Berdirinya OKI mendorong terbentuknya Islamic Depelovment Bank IDB pada tahun 1975 yang
dianggap sebagai pemicu tumbuhnya Bank Islam di mancanegara dengan pesat.
33
Walaupun pada awal perkembangannya banyak yang menentang perkembangan bank syariah, akan tetapi perkembangan bank syariah didunia terus
menunjukan angka yang sangat signifikan. Forbes.com melaporkan bahwa pertumbuhan lembaga keuangan yang berdasarkan syariah Islam ini mencapai 10
setiap tahun, dan assetnya sudah mencapai USD 500 miliar. Hingga sekarang asset tersebut terus mengalami peningkatan seiring dengan pelayanan yang dibutuhkan
oleh 1,3 miliar muslim se dunia. Bahkan Direktur Global Dow Jones Islamic Market melaporkan perkembangan perbankan syariah dunia bisa mencapai 25 per tahun.
34
Berkembangnya bank-bank syariah dinegara islam berpengaruh ke Indonesia. Secara historis perkembangan perbankan syariah di Indonesia tidak terlepas dari
perkembangan dan kemajuan perbankan syariah internasional, serta perkembangan
33
Zainul Arifin, Memahami Bank Syariah: Lingkup, Peluang, Tantangan dan Prospek Jakarta: Alvabet, 1999, h. 12.
34
Diakses pada tanggal 15 Maret 2015 dari http:www.bi.go.ididruang-mediapidato-dewan- gubernurDocuments6bf00812e40b4d0cb140ea80239c4966PerkembanganProspekPerbankan
SyariahIndonesiaMEA201.pdf
dinamika pemikiran dan upayadari para ulama, ahli ekonomi baik secara individual maupun institusional. Pada periode 1980-an, diskusi mengenai Bank Syariah sebagai
pialr ekonomi islam mulai dilakukan. Keberadaan Bank Syariah di Indonesia telah melalui proses yang panjang. Dalam penilaian Global Islamic Financial Report
GIFR tahun 2011, Indonesia menduduki urutan keempat negara yang memiliki potensi dan kondusif dalam pengembangan industri keuangan syariah setelah Iran,
Malaysia dan Saudi Arabia. Dengan melihat beberapa aspek dalam penghitungan indeks, seperti jumlah bank syariah, jumlah lembaga keuangan non-bank syariah,
maupun ukuran aset keuangan syariah yang memiliki bobot terbesar, maka Indonesia diproyeksikan akan menduduki peringkat pertama dalam beberapa tahun ke depan.
Optimisme ini sejalan dengan laju ekspansi kelembagaan dan akselerasi pertumbuhan aset perbankan syariah yang sangat tinggi, ditambah dengan volum
penerbitan sukuk yang terus meningkat.
35
Setelah pemerintah mengeluarkan paket kebijasanaan 27 Oktober 1988 Pakto 1988 umat islam banyak yang mendirikan bank-bank Islam. Awal mula
berdirinya perbankan syariah modern di Indonesia dapat dicatat pada waktu pendirian Bank Perkreditan Rakyat BPR Dana Murdhatillah dan BPR Berkah Amal
Sejahtera pada awal tahun 1991 di Bandung yang diprakarsai oleh ISED Institute for Shariah Economic Depelopment, kemudian pada bulan November 1991 berdiri
35
Diakses pada tanggal 15 Maret 2015 dari http:www.bi.go.ididruang-mediapidato-dewan- gubernurDocuments6bf00812e40b4d0cb140ea80239c4966PerkembanganProspekPerbankan
SyariahIndonesiaMEA201.pdf
Bank Muamalat Indonesia BMI di Jakarta. Gagasan pembentukan Bank Syariah Nasional tersebut terkait erat dengan pokok pemikiran yang dihasilkan loka karya
Majelis Ulama Indonesia MUI pada tanggal 18-20 Agustus 1990 di Cisarua- Bogor, dengan topik utama “Masalah Bunga Dan Perbankan”. Pokok pemikiran tersebut
akhirnya dibawa dalam kongres tahunan MUI pada tanggal 22-25 Agustus 1990 yang menyetujui penyusunan cetak biru pendirian Bank Umum Syariah pertama di
Indonesia, yaitu Bank Muamalat Indonesia BMI.
36
Dalam rangka pemberian landasan hukum bagi beroperasinya perbankan syariah, dalam undang-undang No. 71992 dimuat tentang perbankan dengan prinsip
bagi hasil yang selanjutnya diatur secara rinci dalam PP no. 72 Tahun 1992 tentang Bank dengan prinsip bagi hasil. Berdasarkan UU No. 71992 Bank syariah dipahami
sebagai bank bagi hasil, selebihnya Bank Syariah harus tunduk pada seluruh aturan peraturan perbankan umum yang berlaku. Pada umumnya peraturan perbankan
umum belum mengakomodir keunikan operasional Bank Syariah, karena pada saat itu tidak ada peraturan perundangan lainnya yang mendukung sistem operasional
Bank Syariah. Oleh karenanya manajemen Bank Syariah cenderung mengadopsi produk-produk perbankan konvensional yang disyariahkan dengan variasi produk
yang terbatas. Akibatnya tidak semua kebutuhan masyarakat terakomodasi dan produk yang ada tidak kompetitif terhadap semua produk Bank Konvensional.
36
Direktorat Perbankan Syariah, Arah Kebijakan Dan Perkembangan Perbankan Syariah Nasional Jakarta: Bank Indonesia, 2004, h.3.
Selama lebih dari enam tahun beroperasi, kecuali Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992dan peraturan pemerintah nomor 72 Tahun 1992, praktis tidak ada
peraturan perundang-undangan lainnya yang mendukung sistem beroperasinya perbankan syariah. Ketiadaan perangkat hukum pendukung ini memaksa perbankan
syariah menyesuaikan produk-produknya dengan hukum positif yang berlaku yang nota bene berbasis bunga, di Indonesia. Akibatnya ciri-ciri syariah yang melekat
padanya menjadi tersamar dan Bank Islam di Indonesia tampil seperti layaknya Bank Konvensional.
Karena dibatasinya perkembangan Syariah saat itu, membuat BMI menjadi pemain tunggal dipasar dengan sejumlah problematika terutama berkaitan dengan
masalah pengelolaan likuiditas dan mitra kerjasama. Sehingga dengan keterbatasan tersebut selama periode tahun 1992
– 1998 hanya berdiri satu Bank Syariah, yaitu Bank Muamalat Indonesia dan 78 Perkreditan Rakyat Syariah BPRS sebagai
pelaku perbankan yang terbesar di berbagai kota di Indonesia.