Instrumen dan Peran Zakat Dalam Pemberdayaan Ekonomi
dapat dilepaskan dari paradigma pembangunan yang memberikan kedaulatan kepada rakyat untuk menentukan pilihan kegiatan yang sesuai bagi kemajuan diri mereka
masing-masing. Setiap upaya pemberdayaan perlu diarahkan pada suatu lingkungan yang memungkinkan masyarakat untuk menikmati kehidupan yang lebih baik.
41
Progam pemberdayaan ekonomi masyarakat sebagai upaya kegiatan yang diarahkan untuk memperbesar akses pendapatan ekonomi masyarakat dalam
mencapai kondisi sosial-buadaya terutama ekonomi yang lebih baik, sehingga masyarakat diharapkan menjadi lebih mandiri dengan kualitas kehidupan dan
kesejahteraan yang lebih baik pula.
42
Konsep dasar pemberdayaan zakat dapat memberi peluang bagi para wirausahawan untuk mendapatkan pelayanan dan
mengembangkan potensi ekonomi yang mereka miliki.
43
Sistem distribusi zakat mempunyai sasaran dan tujuan. Sasarannya adalah pihak-pihak yang diperbolehkan menerima zakat, sedangkan tujuannya adalah
sesuatu yang dapat dicapai dari alokasi hasil zakat dalam kerangka sosial ekonomi, yang meningkatkan kesejahteraan masyarakat sehingga memperkecil kelompok
masyarakat miskin dan yang nantinya meningkatkan kelompok muzakki.
44
Zakat memiliki fungsi dan peranan mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial sehingga pada gilirannya dapat meningkatkan hasil guna dan daya
guna zakat.
45
41
Ibid.,h.72.
42
Ibid.,h.73.
43
Ibid.,h.75.
44
Mursyidi, Akuntansi Zakat Kontemporer, h.170.
45
Fakhruddin, Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia, h.267.
Zakat merupakan bukti dari adanya kesadaran antar manusia. Ia bisa melahirkan kesejahteraan sirkulasi hidup bersosial, ia dapat mengentaskan
kemiskinan dan dapat menyelamatkan manusia dari kerugian di dunia dan di akhirat. Zakat juga dapat meminimalisasi sifat kikir, materialistik dan egoistik.
46
Zakat sebagai salah satu tonggak perokonomian umat islam sudah sejak awal mendapat perhatian. Hal ini perlu diketahui agar kita lebih menyadari bahwa ekonomi
islam sesungguhnya konsep praktis yang prestasi dan kesuksesannya telah dicatat dengan baik menggunakan tinta emas dalam lembaran sejarah. Perlu ditandaskan
bahwa keberhasilan ekonomi islam itu tidak muncul secara kebutulan atau tanpa syarat, melainkan membutuhkan sebuah syarat mutlak. Ekonomi islam hanya akan
mungkin berhasil jika diterapkan dalam masyarakat islam yang menerapkan islam secara menyeluruh kaffah, baik dibidang ekonomi, politik, social, pendidikan dan
budaya.
47
Progam pemberdayaan ekonomi melalui pendayagunaan dana zakat yang dilakukan oleh lembaga amil zakat LAZ yang telah dikukuhkan oleh pemerintah
yang progamnya berorientasi pada progam pemberdayaan ekonomi mencakup antara lain:
48
a. Pengembangan potensi agribisnis termasuk industry rakyat berbasis kekuatan
lokal.
46
Ibid.,h.210.
47
Ibid.,h.217.
48
Ibid.,h.279.
b. Pengembangan lembaga keuangan berbasis ekonomi syariah.
c. Pemberdayaan masyarakat petani dan pengrajin.
d. Pemberdayaan keuangan mikro dan usaha riil berupa industri beras, air
minum, peternakan, pertanian dan tanaman keras. e.
Memberdayakan ekonomi kaum fakir miskin dengan mengutamakan ilmu kail menangkap ikan.
f. Progam wakaf tunai untuk kartu sehat dan pemberdayaan ekonomi.
g. Pemberdayaan ekonomi melalui usaha kecil dengan progam pendampingan
dan bimbingan. h.
Paket pelatihan menjahit, montir dan manajemen usaha. i.
Pemberdayaan ekonomi umat melalui progam pelatihan kewirausahaan dan penyaluran bantuan dana usaha bagi pedagang dan pengusaha.
j. Mengembangkan investasi dana untuk proyek konsumtif dan bantuan modal
untuk lepas dari riqab dan gharimin. k.
Pemberdayaan ekonomi umat melalui penyertaan modal, sentra industri dan dana bergulir.
Agar dana zakat yang disalurkan itu dapat berdaya guna dan berhasil guna, maka pemanfaatannya harus selektif untuk kebutuhan konsumtif atau produktif.
49
a. Konsumtif tradisional Maksudnya adalah Pendistribusian zakat dibagikan kepada mustahik dengan
cara langsung untuk kehidupan sehari-hari, seperti pembagian zakat fitrah
49
Ibid.,h.314.
berupa beras dan uang kepada fakir miskin setiap idul fitri. Pola ini merupakan jangka pendek dalam mengatasi permasalahan umat.
b. Konsumtif kreatif Maksudnya adalah Pendistribusian zakat yang diwujudkan dalam bentuk
barang konsumtif dan digunakan untuk membantu orang miskin dalam mengatasi permasalahan sosial dan ekonomi yang dihadapinya. Bantuan
tersebut antara lain berupa alat sekolah dan beasiswa untuk para pelajar, bantuan sarana ibadah seperti sarung dan mukena, bantuan alat pertanian
seperti cangkul. c. Produktif konvensional
Maksudnya adalah Pendistribusian zakat yang diberikan dalam bentuk barang-barang produktif, dimana dengan menggunakan barang tersebut, para
mustahik dapat menciptakan suatu usaha, seperti pemberian bantuan ternak kambing, sapi perahan atau untuk membajak sawah, alat pertukangan dan
mesin jahit. d. Produktif kreatif
Maksudnya adalah Pendistribusian zakat yang diwujudkan dalam bentuk pemberian modal bergulir, baik untuk permodalan proyek sosial, seperti
membangun sekolah, sarana kesehatan, atau tempat ibadah, maupun sebagai modal usaha untuk membantu atau bagi pengembangan usaha para pedagang
atau pengusaha kecil.
Pendayagunaan hasil pengumpulan zakat untuk pemberdayaan ekonomi ummat dilakukan dalam dua pola, yaitu pola konsumtif dan pola produktif. Progam
pendayagunaan zakat secara konsumtif bila dilakukan dengan cara untuk memenuhi kebutuhan hidup dasar ekonomi sehari-hari para mustahik melalui pemberian
langsung kepada individu maupun melalui lembaga yang mengelola fakir miskin, panti asuhan dan tempat ibadah yang mendistribusikan dana zakat kepada
masyarakat. Sedangkan Progam pendayagunaan zakat secara produktif dapat dilakukan melalui progam bantuan pengusaha lemah, pendidikan gratis dalam bentuk
beasiswa dan pelayanan kesehatan gratis.
50
Adapun prosedur pendayagunaan pengumpulan hasil zakat untuk usaha produktif adalah:
51
a. Melakukan studi kelayakan, terutama kepada mustahik. Hal-hal yang perlu
diuji kelayakannya adalah berdasarkan 5C character, capital, capacity, collateral, condition of economy.
b. Menetapkan jenis usaha produktif.
c. Melakukan bimbingan dan penyuluhan.
d. Melakukan pemantauan, pengendalian dan pengawasan.
e. Mengadakan evaluasi.
f. Membuat pelaporan.
50
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta: Kencana, 2009 h.427.
51
Ibid.,h.427.