Pengertian Ijarah Pengertian Ijarah dan Landasan Hukumnya

hanya perpindahan hak guna saja dari yang menyewakan kepada penyewa. 12 Disini penulis mengambil kesimpulan Ijarah adalah akad atau perjanjian sewa-menyewa dan adanya perpindahan hak guna antara pemilik objek sewa dengan penyewa.

b. Landasan Hukum

Dasar-dasar hukum ijarah adalah Al- Qur’an, As-Sunnah, dan Al- Ijma’ serta landasan hukum operasional lainnya. 1 Dasar hukum ijarah dalam Al-Qur’an adalah : Al- Qur’an Surat Al-Qashash Ayat 26 :             Salah seorang di antara perempuan Yang berdua itu berkata: Wahai ayah, ambilah Dia memjadi orang upahan mengembala kambing kita, Sesungguhnya sebaik-baik orang Yang ayah ambil bekerja ialah orang Yang Kuat, lagi amanah. Al-Qashash: 26 2 Dasar hukum ijarah dalam As-Sunnah adalah : 12 Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, Yogyakarta : UPP AMP YKPN, t.th, h. 147-148 Artinya: “Berikanlah olehmu upah orang sewaan sebelum keringatnya mengering ” HR. Abu Hurairah, yang diriwayatkan oleh Asbu Ya’lu dalam musnadnya juga hadits Ibnu Umar yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dalam sunannya, serta Hadits Jabir dalam Mu’jam Shogir karya Thabrany. 13 Juga hadist berbunyi : “Bekamlah kamu, kemudian berikanlah olehmu upahnya kepada tukang bekam itu” Riwayat Bukhari dan Muslim. 14 3 Landasan hukum ijarah dalam ijma’ adalah : Hampir semua ulama ahli fiqih sepakat bahwa ijarah disyariatka dalam Islam. Adapun golongan yang tidak menyepakatinya seperti Abu Bakar Al-Asham, Ismail bin Aliah, Hasan Bashrial Qasyani, Nashrawi, dan Ibnu Kaisar, beralasan bahwa ijarah adalah jual beli manfaat, yang tidak dapat dipegang tidak ada sesuatu yang tidak ada, tidak dapat dikategorikan jual beli, dalam menjawab pandangan ulama yang tidak penyepakati ijarah tersebut, Ibnu Rusyd berpendapat bahwa manfaat walaupun tidak terbentu, 13 Imam Ibnu Hajar Al-Asqajani, Bulughul Maram min Adillatil Ahkam, Mesir : Darus Salam, 1059, juz ke-3 h. 4. 14 Hendi Suhendi, M. Si, Fiqih Muamalah membahas Ekonomi Islam Kedudukan Harta, Hak Milik, Jual Beli, Bunga Bank dan Riba, Musyarakah, Ijarah, Koperasi, Asuransi,Etika Bisnis dan Lain-lain, Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2007, Edisi Ketiga, h. 116. dapat dijadikan sebagai alat pembayaran sewa atau jasa menurut kebiasaan adat. 15 Selain itu pula, ada yang mengatakan bahwa ijma perkara ijarah kembali kepada nash Al- Qur’an dan As-Sunnah Nabi, karena sewa-menyewa ini dibutuhkan oleh manusia, seperti hal nya jual beli, dan ketika jual beli barang diperbolehkan maka boleh juga hukumnya untuk menyewakan manfaatnya. 4 Landasan hukum ijarah dalam operasionalnya adalah : a UU No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah b Lampiran 6. SK BI No. 3234SK Tgl 120599 Dir BI Tentang Prinsip-prinsip Kegiatan Usaha Perbankan Syariah c Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 09DSN-MUIIV2000, Tentang Pembiayaan Ijarah

2. Rukun dan Syarat Ijarah

Rukun dan syarat Ijarah menurut AH. Azharuddin Lathif dapat dijelaskan sebagai berikut : 16

a. Rukun Ijarah

Dalam Islam yang termasuk rukun ijarah adalah : 1 Yang menyewakan dan yang mempersewakan harus memenuhi syarat sebagai berikut: berakal, dengan kehendak sendiri bukan dipaksa, keadaan keduanya tidak bersifat mubazir, baligh sampai sedikitnya berumur 15 tahun 15 Ibnu Rusyd, Bidayatul Al-Mujtahid wa Nihayah Al-Muqtashid, juz 11, h. 218, sebagaimana dikutip dalam Rahmat Syafi’I, Fiqih Muamalah, Bandung : Pustaka Setia, 2004, cet Ke-11, h. 123. 16 AH. Azharuddin Lathif, Fiqih Muamalah, Ciputat : UIN Jakarta Press, 2005, cet 1, h. 122-124. 2 Sewa, disyaratkan keadaan sewa diketahui dalam beberapa hal yaitu jenisnya, kadarnya, dan sifatnya. 3 Syarat manfaat : a Manfaat yang berharga. Adakalanya karena sedikit manfaat, mengakibatkan manfaat itu menjadi tidak berharga seperti menyewa mangga untuk dicium baunya, sebab mangga adalah barang untuk dimakan. b Keadaan manfaat dapat diberikan oleh orang yang mempersewakan. c Diketahui kadarnya, dengan jangka waktu seperti menyewa rumah satu bulan atau satu tahun.

b. Syarat Ijarah

Syarat sahnya ijarah berkaitan erat dengan syarat yang harus ada pada pelaku transaksi, barang, tempat transaksi, ongkos sewa dan keadaan transaksi itu sendiri. Diantaranya syarat-syarat itu adalah : 1 Untuk kedua orang yang berakad al-muta’aqidain, menurut ulama Syafi’iyah dan Hanabilah, disyaratkan telah baligh dan berakal. Oleh sebab itu, apabila orang yang belum atau tidak berakal, seperti anak kecil dan orang gila, menyewakan harta mereka atau diri mereka sebagai buruh, menurut mereka ijarahnya tidak sah. 2 Kedua belah pihak yang berakad menyatakan kerelaannya untuk melakukan akad ijarah. Apabila salah seorang diantaranya terpaksa melakukan akda itu, maka akadnya tidak sah.