2 Sewa, disyaratkan keadaan sewa diketahui dalam beberapa hal
yaitu jenisnya, kadarnya, dan sifatnya. 3
Syarat manfaat : a
Manfaat yang berharga. Adakalanya karena sedikit manfaat, mengakibatkan manfaat itu menjadi tidak berharga seperti
menyewa mangga untuk dicium baunya, sebab mangga adalah barang untuk dimakan.
b Keadaan manfaat dapat diberikan oleh orang yang
mempersewakan. c
Diketahui kadarnya, dengan jangka waktu seperti menyewa rumah satu bulan atau satu tahun.
b. Syarat Ijarah
Syarat sahnya ijarah berkaitan erat dengan syarat yang harus ada pada pelaku transaksi, barang, tempat transaksi, ongkos sewa dan
keadaan transaksi itu sendiri. Diantaranya syarat-syarat itu adalah : 1
Untuk kedua orang yang berakad al-muta’aqidain, menurut ulama Syafi’iyah dan Hanabilah, disyaratkan telah baligh dan
berakal. Oleh sebab itu, apabila orang yang belum atau tidak berakal, seperti anak kecil dan orang gila, menyewakan harta
mereka atau diri mereka sebagai buruh, menurut mereka ijarahnya tidak sah.
2 Kedua belah pihak yang berakad menyatakan kerelaannya untuk
melakukan akad ijarah. Apabila salah seorang diantaranya terpaksa melakukan akda itu, maka akadnya tidak sah.
3 Manfaat yang menjadi objek ijarah harus diketahui secara
sempurna, sehingga tidak muncul perselisihan dikemudian hari. 4
Objek itu boleh diserahkan dan dipergunakan secara langsung dan tidak cacat. Oleh sebab itu, para ulama fiqih bersepakat
menyatakan bahwa tidak boleh menyewakan sesuatu yang tidak boleh diserahkan dan dimanfaatkan langsung oleh penyewa.
5 Objek ijarah itu sesuatu yang dihalalkan oleh syara’. Oleh sebab
itu, para ulama fiqih bersepakat menyatakan tidak boleh menyewa seseorang untuk mengajarkan ilmu sihir, menyewa seseorang
untuk membunuh orang lain pembunuh bayaran. 6
Yang disewakan itu bukan suatu kewajiban bagi penyewa. 7
Objek ijarah itu merupakan sesuatu yang biasa disewakan, seperti rumah, mobil, dan hewan tunggangan
8 Upahsewa dalam akad ijarah harus jelas, tertentu dan sesuatu
yang bernilai harta. Ulama Hanafiyah upahsewa itu tidak sejenis dengan manfaat yang disewa. Akan tetapi jumhur ulama tidak
menyetujui syarat ini, karena menurut mereka antara sewa dengan manfaat yang disewakan boleh sejenis.
9 Objek sewa-menyewa haruslah dipenuhi dipenuhi dilaksanakan
baik secara riil atau formil karena itu segolongan fuqaha tidak membenarkan
penyewaan barang-barang
pengikut tanpa
induknya, karena hal itu tidak dapat dipenuhi. 10
Uang sewa itu haruslah bernilai dan jelas.
17
17
Hamzah Ya’kub, Fiqih Muamalah Kode Etik Dagang Menurut Islam, Pola Pembinaan Hidup dalam Berekonomi, Bandung : CV. Diponegoro, 1992, cet II, h. 322-323.
3. Macam-macam dan Sistem Transaksi Ijarah
a. Macam-macam Ijarah
Menurut ahli fiqih, dilihat dari segi objeknya akad ijarah dibagi menjadi dua macam, yaitu ijarah yang bersifat manfaat dan ijarah
yang bersifat pekerjaan.
18
1 Ijarah manfaat benda atau barang manafi’ al-a’yan seperti sewa-
menyewa tokoh, rumah, kendaraan dan pakaian. Apabila manfaat itu merupakan manfaa
t yang dibolehkan syara’ yang untuk dipergunakan, maka para ulama fiqih sepakat menyatakan boleh
dijadikan objek sewa menyewa. Bentuk ijarah ini mirip dengan leasing sewa pada bisnis konvensional, pihak yang menyewa
disebut musta’jir dan pihak yang menyewakan disebut
muajjir mu’jir dan biaya disebut ujrah. Ijarah manfaat
bendabarang dibagi menjadi tiga macam:
19
a Ijarah benda yang tidak bergerak uqar, yaitu mencangkup
benda-benda yang tidak dapat dimanfaatkan kecuali dengan menggunakannya seperti sewa rumah untuk ditempati.
b Ijarah kendaraan baik tradisional maupun modern.
c Ijarah barang-barang yang bisa dipindah-pindahkan seperti baju,
perabot dan tenda. 2
Sedangkan Ijarah yang berupa manfaat manusia merupakan ijarah yang objeknya adalah pekerjaan atau jasa seseorang, pihak yang
mempekerjakan disebut musta’jir, pihak pekerja disebut ajir dan
18
Muhammad, Kebijakan Fiskal dan Moneter dalam Ekonomi Islam, Jakarta : PT. Salemba Emban Patria, 2004, h. 113.
19
AH. Azharuddin Lathif, Fiqih Muamalah, h. 125.