2. Pertentangan, hal ini dapat terjadi karena keinginan melepaskan diri secara mutlak dari keluarga belum disertai kesanggupan untuk berdiri sendiri, tanpa memperoleh
lagi bantuan dari keluarga terutama dalam hal keuangan. 3. Keinginan menjelajah kedalam sekitar pada remaja yang lebih luas. Penyaluran
keinginan ini membuat para remaja melakukan interaksi dengan remaja lainnya dan masyarakat yang bukan hanya di lingkungan dekat rumah, tetapi yang lebih
luas lagi. 4. Menghayal dan berfantasi. Khayalan dan fantasi pada remaja umumnya berkisar
mengenai prestasi dan kehebatan. Remaja sering berkhayal dan berfantasi sebagai seorang jagoan di tengah masyarakat seperti yang sering dilihatnya di film-film
pada remaja pria. Para remaja puteri, mereka sering berkhayal dan berfantasi tentang kebahagian hidupnya, dan sebagainya.
5. Aktifitas berkelompok, kebanyakan remaja menemukan jalan keluar dari kerumitan hidupnya dengan cara berkumpul bersama teman-temannya melakukan
kegiatan bersama, baik itu kegiatan yang positif maupun yang negatif. Adapun contoh kegiatan negatif berupa kebut-kebutan dengan kendaraan bermotor, terlibat
penggunaan narkotika, dan sebagainya. Kegiatan positif berupa perkumpulan olahraga, kesenian,keagamaan dan sebagainya
4
1.3.1 Pengertian Pergaulan Bebas
Pergaulan bebas berasal dari dua kata yang berdiri sendiri, yaitu pergaulan dan bebas. “Pergaulan” berasal dari kata dasar “gaul” yang berarti “hidup berteman bersahabat”.
“Pergaulan” diartikan: “1 hal bergaul; 2 kehidupan bermasyarakat”. Sedangkan “bebas” berarti 1 lepas sama sekali tidak terhalang, terganggu dan sebagainya, sehingga dapat
bergerak, berbicara, berbuat dan sebagainya dengan leluasa; 2 lepas dari kewajiban,
4
Robert. P. Masland. 2000. Apa yang Ingin Diketahui Remaja Tentang Seks, Penerbit : Erlangga, Jakarta, Hal : 189-190
tuntutan, perasaan takut dan sebagainya; 3 tidak dikenakan pajak, hukuman dan sebagainya; 4 tidak terikat atau terbatas oleh aturan-aturan dan sebagainya; 5 merdeka
tidak dijajah, diperintah atau tidak dipengaruhi oleh negara lain atau kekuatan asing. Jadi, pergaulan bebas adalah berteman tanpa batas, baik dalam berbicara dan berperilaku dan
sebagainya Asfriyati, 1999: 106. Pergaulan bebas terjadi karena ketidakmampuan seseorang dalam mengendalikan diri
juga minimnya kontrol sosial masyarakat terhadap pergaulan muda-mudi. Selain itu juga disebabkan dangkalnya pemahaman akan arti cinta itu sendiri. Cinta yang dapat diartikan
kenikmatan jiwa, sebenarnya tidak hanya terbatas pada cinta erotis, yang mendatangkan nafsu seks, tetapi mempunyai makna yang lebih luas. Misalnya cinta orang tua kepada anak,
cinta makhluk kepada Tuhannya, cinta Tuhan kepada makhluk-Nya, cinta kepada sahabat, cinta kepada saudara, cinta ilmu, cinta pekerjaan, cinta seorang guru kepada murid, cinta
seorang murid kepada guru, cinta suami pada istrinya dan bentuk cinta lainnya Asfriyati, 1999: 124-125.
Pergaulan bebas merupakan tindakan biasa yang telah dilakukan oleh para remaja maupun oleh para mahasiswa. Dimana mereka bebas untuk melakukan hal-hal diatas tanpa
takut menyalahi norma-norma yang ada dalam masyarakat. Salah satu faktor yang mendorong para remaja melakukan hal tersebut karena kurangnya pendidikan seks diberikan
pada remaja. Dengan memberikan pendidikan seks kepada para remaja harusnya dapat memberitahukan remaja bahwa seks adalah sesuatu yang alamiah dan wajar terjadi pada
semua orang. Namun diberitahukan juga dampak-dampak apa yang bisa ditimbulkan kepada remaja jika melakukan hubungan seks pada usia yang belum sewajarnya. Dengan
memberitahukan perilaku-perilaku seksual yang begitu beresiko tersebut dapat membuat para remaja menghindarinya
5
Beberapa hasil penelitian menunjukan data yang mencengangkan, di berbagai kota baik kota besar atau kecil menunjukan eskalasi perubahan tingkah laku seksualitas remaja.
Synovate Research tahun 2004 melakukan survey tentang perilaku seksual remaja di 4 kota, yaitu Jakarta, Bandung, Surabaya dan Medan dengan jumlah responden 450 orang dengan
kisaran usia 15-24 tahun. Hasil penelitian menunjukan sekitar 65 informasi tentang seks mereka dapatkan dari kawan dan juga 35 sisanya dari film porno. Ironisnya, hanya 5 dari
responden remaja mendapatkan informasi tentang seks dari orang tuannya. Pengalaman berhubungan seks dimulai sejak usia 16 -18 tahun sebanyak 44, sementara 16 melakukan
hubungan seks pada usia 13-15 tahun. Selain itu, rumah menjadi tempat paling favorit 40 untuk melakukan hubungan seks. Sisanya, mereka memilih hubungan seks di kos 26 dan
hotel 26.
Lembaga Studi Cinta dan Kemanusiaan LSCK pada tahun 2002 melakukan survey tentang virginitas mahasiswi di Yogyakarta. Lembaga ini melaporkan telah melakukan
survei terhadap 1.660 responden mahasiswi dari 16 perguruan tinggi di Yogyakarta, antara Juli 1999 sampai Juli 2002. Hasil survey tersebut menyatakan bahwa 97,5 persen dari responden
mengaku telah kehilangan virginitasnya. Sementara itu, dalam Kongres Nasional I Asosiasi Seksologi Indonesia Konas I ASI di Denpasar Juli 2002, Hudi Winarso dari Laboratorium
Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya juga mengemukakan penelitian serupa. Dari angket yang disebarkan pada bulan April 2002 terhadap 180 mahasiswa perguruan
tinggi negeri di Surabaya, berusia 19 hingga 23 tahun, ternyata 40 persen mahasiswa pria telah melakukan hubungan seks pra nikah.
.
6
Data dari BKKBN menunjukan pola perilaku seks mahasiswa di daerah Jawa tengah berikut data-datanya.
5
http;duniabaca.compengertian-pendidikan-seks-dan-manfaatnya.htmldiakses 10 juni 2012
6
repository.upi.edu502S_PPB_0800874_Chapter1.pdf
T abel 1. 1 Base Line Survey Perilaku Sex Mahasiswa
Pilar-PKBI Jawa T engah pada April 2000 Responden: Pria 64 dan Wanit a 63
No Aktifitas Pacaran
Jumlah Persen
1 2
3 4
5 6
7 8
9 Ngobrol
Berpegangan tangan, mengusap rambut Merangkul, memeluk
Cium pipi, kening Cium bibir
Cium leher Meraba daerah sensitif: Payudara
Petting Intercourse
127 121
116 108
113 92
61 36
26 100
95 91.3
85.2 89.2
72.4 48.0
28.3 20.4
Usia berapa pertama kali Intercouse No
Usia Jumlah
Persen 1
2 3
4 5
6 12 th
12-14 th 15-17 th
18-20 th 21-23 th
23 th 3
17 5
1 11.5
65.3 19.2
3.8 No
Dengan Siapa Jumlah
Persen 1
2 3
4 Pacar
Teman SaudaraKeluarga
Pekerja Seks 18
5
11 69.2
19.2
42.3
5 6
Tidak Dikenal Lain-lain
2 1
7.6. 3.8
No Alasan
Jumlah Persen
1 2
3 4
Coba-coba Ungkapan Cinta
Kebutuhan Biologis Lainnya
5 11
14 1
19.2 42.3
53.8 3.8
Base Line Survey di atas menunjukkan bahwa persentase yang menunjukkan perilaku seks bebas di antara mahasiswa mengenai poin sexual inttercourse memang yang terendah.
Namun, itu juga menunjukkan bahwa dengan angka persentase yang demikian dengan perbandingan jumlah sampel yang diambil sudah dapat disimpulkan bahwa akibat pergaulan
yang semakin bebas membuat perilaku seks bebas di kalangan mahasiswa sudah sangat mengarah ke kehidupan seks di luar nikah sudah biasa. Pada beberapa informan yang
diwawancarai oleh penulis sendiri, yang merupakan hal sexual intercourse sendiri sudah merupakan hal yang biasa yang mereka lakukan.
Berbagai penelitian sudah dilakukan untuk meneliti perubahan perilaku seks remaja dari rentang tahun 1989 hingga sekarang, secara keseluruhan menunjukan perubahan perilaku
seks remaja ke arah perilaku seks bebas. Data diatas merupakan gambaran umum di beberapa kota besar, namun jika dilihat dalam lingkup mikro yang lebih sempit, di tingkat sekolah
ternyata tidak jauh berbeda dengan temuan di atas. Dari hasil penelesuran di beberapa sekolah di kota bandung, gambaran perilaku seks bebas remaja mengalami peningkatan yang
cukup memprihatinkan. Sebagian remaja melakukan hubungan seks dengan alasan suka sama suka, coba-coba, dibujuk pacar, bahkan ada yang memiliki alasan ekonomi, yaitu menjadi
pekerja seks. Fakta yang ada saat ini sangat memprihatinkan, karena kecenderungan perilaku seks bebas memicu berbagai problematika dalam kehidupan remaja, salah satunya adalah
penularan penyakit seks menular HIV-AIDS, sifilis,dll akan memicu permasalahan lainnya. Data dari Komisi Penanggulangan Aids Nasional KPAN memperkirakan jumlah penderita
HIVAIDS di Indonesia sampai Maret 2008 mencapai 200 ribu, terbanyak di kota-kota besar. Data ini merupakan data yang nampak saja, sebagaiamana fenomena gunung es para
penderita HIV-AIDS mungkin jumlahnya jauh lebih banyak, apalagi ditunjang dengan meningkatnya perilaku seks bebas di kalangan pelajar dan mahasiswa.
1.4 . Tujuan dan Manfaat Penelitian