secara tepat mengakui penyakit sebagai gangguan dalam fungsi normal individu, termasuk keadaan organisma sebagai sistem biologi dan penyesuaian personal maupun sosialnya,
model tersebut hanya menangani aspek sosial dan budaya dari kondisi tersebut. Menurut Parson, Penyakit adalah suatu bentuk tingkah laku menyimpang yang memberi jalan yang
bersanksi sosial dan dilembagakan, untuk membebaskan diri dari tuntutan-tuntutan dan stres dalam kehidupan sehari-hari. Sesudah mendapat pengesahan akan haknya untuk menjalankan
peran sakit misalnya dalam masyarakat barat, biasanya dokter menerimanya sebagai pasien Abu Ahmadi, 1979 : 204
Untuk itulah penelitian ini sangat penting dilakukan terutama melihat proses perilaku seks bebas sebagai sebuah bentuk pergaulan bebas masa kini terutama dikalangan mahasiswa.
Penelitian ini diharapkan akan membawa pengaruh besar terhadap strategi kebijakan Pemerintah dalam membangun karakter bangsa sebagaimana yang dicita-citakan oleh
manusia Indonesia. Peran generasi muda dalam pembangunan sebagai agent of change, sangat diperlukan. Sehingga arah kebijakan yang dicita-citakan oleh segenap pihak
masyarakat selama ini diupayakan lebih terarah dan mencapai tujuan yang telah diharapkan. Pemerintah diharapkan akan dapat menetapkan program-program berkesinambungan dalam
menekan atau antisipasi proses pergaulan bebas di tengah-tengah mahasiswa yang merupakan pelopor pembangunan karakter bangsa yang berwibawa, beretika, dan bermoral.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana terjadinya proses pergaulan bebas di kalangan mahasiswa? 2. Apa dampak negatif dan positif dari pergaulan bebas tersebut?
1.3. Tinjauan Pustaka
Teori Perilaku dan Jenis Perilaku Perilaku manusia tidak dapat lepas dari adanya individu itu sendiri dan lingkungan dimana
individu itu berperilaku manusia didorong oleh motif tertentu sehingga manusia itu berperilaku. Dalam hal ini ada beberapa teori, diantara teori-teori tersebut dapat
dikemukakan: 1.
Teori insting Teori ini dikemukakan oleh Mc. Dougal sebagai pelopor dari psikologi sosial yang
menerbitkan buku psikologi sosial pertama kali. Menurutnya, perilaku itu disebakan oleh insting. Mc. Dougal mengajukan suatu daftar insting, insting merupakan suatu innate,
perilaku bawaan dan insting akan mengalami perubahan karena pengalaman. 2. Teori dorongan drive theory
Teori ini bertitik tolak pada pandangan bahwa organisme itu mempunyai dorongan- dorongan.
3. Teori insentif
Teori ini bertitik tolak pada pendapat bahwa perilaku organisme itu disebabkan karena adanya insentif-insentif. Dengan insentiv akan mendorong organisme berbuat atau
berperilaku. 4.
Teori atribusi Teori ini menjelaskan tentang sebab-sebab prilaku seseorang.
5. Teori kognitif
Apabila seseorang harus memilih perilaku mana yang harus dilakukan, maka yang bersangkutan akan memilih alternatif karena akan membawa manfaat yang sebesar-
besarnya. Kesesuaian Sikap dan Perilaku
Adanya ketidaksamaan antara sikap dan perilaku, sudah diketahui oleh para pakar sejak lama. Hartshorne and May 1928 misalnya, menemukan bahwa kecurangan dalam
hubungan dalam situasi tertentumencontek ulangan belum tentu berkorelasi dengan kecurangan dalam situasi yang lainmisalnya, berbohong kepada teman di luar kelas.
Penelitian yang dilakukan oleh bagian psikologi sosial, Fakultas Psikologi Universitas Indonesia dikalangan sejumlah ibu dan balita di Jakarta, menunjukan bahwa sikap mereka
terhadap pengobatan dengan oralit bagi anak-anak mereka yang menderita muntah berat adalah positif. Akan tetapi, pada saat kejadian yang sesungguhnya mereka akan
menggunakan pengobatan tradisional Sarwono dkk, 1989 dan 1990. Karena banyak penelitian membuktikan bahwa sikap tidak meramalkan perilaku, pendapat bahwa psikologi
tidak perlu digunakan konsep sikap sebagai faktor internal atau laten tetapi langsung saja teliti perilakunya pernyataan Wicker, 1969 dalam buku Sarlito Wirawan
Hubungan dengan hasil penelitian yang kontradiktifWarner dan Defleur mengemukakan tiga postulat, untuk mengidentifikasi tiga pandangan umum mengenai hubungan sikap dan
perilaku, yaitu:
1. Postulat konsistensi
Postulat konsistensi mengatakan bahwa sikap verbal merupakan petunjuk yang cukup akurat untuk memprediksikan apa yang akan dilakukan seseorang bila ia dihadapkan pada suat objek
sikap. 2.
Postulat Variasi independent Postulat Variasi independent menyatakan bahwa tidak ada alasan untuk menyimpulkan
bahwa sikap dan perilaku berhubungan secara konsisten. 3.
Postulat konsistensi tergantung
Postulat konsistensi tergantung menyatakan bahwa hubungan sikap dan perilaku sangat ditentukan oleh faktor-faktor situasional tertentu.
Tampaknya postulat terakhir ini adalah postulat yang paling masuk akal dan paling berguna menjelaskan hubungan sikap dengan perilaku.
Didalam buku karangan Dr. Sarlito Wirawan Sarwono, dalam buku Pengantar Umum Psikologi
Proses pembentukan dan perubahan sikap Sikap dapat terbentuk atau berubah melalui 4 macam cara:
1. Adopsi
Kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang terjadi berulang-ulang dan terus-menerus, lama-kelamaan secara bertahap diserap ke dalam diri individu dan mempengaruhi
terbentuknya suatu sikap. 2.
Diferensiasi Dengan berkembangnya intelegensi, bertambahnya pengalaman, sejalan dengan
bertambahnya usia, maka ada hal-hal yang tadinya dianggap sejenis, sekarang dipandang tersendiri lepas dari jenisnya.
3. Integrasi
Pembentukan sikap disini terjadi secara bertahap, dimulai dengan berbagai pengalaman yang berhubungan dengan satu hal tertentu sehingga akhirnya terbentuk sikap mengenai hal
tersebut.
4. Trauma
Pengalaman yang tiba-tiba, mengejutkan, yang meninggalkan kesan mendalam pada jiwa orang yang bersangkutan.
Pengertian Perilaku Menyimpang
Perilaku menyimpang Perilaku menyimpang yang juga biasa dikenal dengan nama penyimpangan sosial
adalah perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan atau kepatutan, baik dalam sudut pandang kemanusiaan agama secara individu maupun pembenarannya sebagai bagian
daripada makhluk sosial. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia perilaku menyimpang diartikan sebagai
tingkah laku, perbuatan, atau tanggapan seseorang terhadap lingkungan yang bertentangan dengan norma-norma dan hukum yang ada di dalam masyarakat. Dalam kehidupan
masyarakat, semua tindakan manusia dibatasi oleh aturan norma untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan sesuatu yang dianggap baik oleh masyarakat. Namun demikian di
tengah kehidupan masyarakat kadang-kadang masih kita jumpai tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan aturan norma yang berlaku pada masyarakat, misalnya seorang siswa
menyontek pada saat ulangan, berbohong, mencuri, dan mengganggu siswa lain. Berikut ini beberapa definisi dari perilaku menyimpang yang dijelaskan oleh beberapa ahli
sosiologi : 1. Menurut James Worker Van der Zaden. Penyimpangan sosial adalah perilaku yang
oleh sejumlah besar orang dianggap sebagai hal yang tercela dan di luar batas toleransi.
2. Menurut Robert Muhamad Zaenal Lawang. Penyimpangan sosial adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam masyarakat dan
menimbulkan usaha dari yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku menyimpang tersebut.
3. Menurut Paul Band Horton. Penyimpangan sosial adalah setiap perilaku yang dinyatakan sebagai pelanggaran terhadap norma-norma kelompok atau masyarakat.
Penyimpangan terhadap norma-norma atau nilai-nilai masyarakat disebut deviasi deviation, sedangkan pelaku atau individu yang melakukan penyimpangan disebut devian
deviant. Kebalikan dari perilaku menyimpang adalah perilaku yang tidak menyimpang yang sering disebut dengan konformitas. Konformitas adalah bentuk interaksi sosial yang di
dalamnya seseorang berperilaku sesuai dengan harapan kelompok.
Ciri-ciri
Menurut Paul B. Horton perilaku menyimpang memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 1. Penyimpangan harus dapat didefinisikan. Perilaku dikatakan menyimpang atau tidak harus
bisa dinilai berdasarkan kriteria tertentu dan diketahui penyebabnya. 2. Penyimpangan bisa diterima bisa juga ditolak. Perilaku menyimpang tidak selamanya
negatif, ada kalanya penyimpangan bisa diterima masyarakat, misalnya wanita karier. Adapun pembunuhan dan perampokan merupakan penyimpangan sosial yang ditolak
masyarakat. 3. Penyimpangan relatif dan penyimpangan mutlak. Semua orang pernah melakukan perilaku
menyimpang, akan tetapi pada batas-batas tertentu yang bersifat relatif untuk semua orang. Dikatakan relatif karena perbedaannya hanya pada frekuensi dan kadar penyimpangan.
Jadi secara umum, penyimpangan yang dilakukan setiap orang cenderung relatif. Bahkan orang yang telah melakukan penyimpangan mutlak lambat laun harus berkompromi
dengan lingkungannya. 4. Penyimpangan terhadap budaya nyata ataukah budaya ideal. Budaya ideal adalah segenap
peraturan hukum yang berlaku dalam suatu kelompok masyarakat. Akan tetapi pada kenyataannya tidak ada seorang pun yang patuh terhadap segenap peraturan resmi tersebut
karena antara budaya nyata dengan budaya ideal selalu terjadi kesenjangan. Artinya,
peraturan yang telah menjadi pengetahuan umum dalam kenyataan kehidupan sehari-hari cenderung banyak dilanggar.
5. Terdapat norma-norma penghindaran dalam penyimpangan. Norma penghindaran adalah pola perbuatan yang dilakukan orang untuk memenuhi keinginan mereka, tanpa harus
menentang nilai-nilai tata kelakukan secara terbuka. Jadi norma-norma penghindaran merupakan bentuk penyimpangan perilaku yang bersifat setengah melembaga.
6. Penyimpangan sosial bersifat adaptif menyesuaikan. Penyimpangan sosial tidak selamanya menjadi ancaman karena kadang-kadang dapat dianggap sebagai alat pemikiran
stabilitas sosial.
Penyebab Terjadi Penyimpangan
Menurut Wilnes dalam bukunya Punishment and Reformation sebab-sebab
penyimpangankejahatan dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut : 1. Faktor subjektif adalah faktor yang berasal dari seseorang itu sendiri sifat pembawaan
yang dibawa sejak lahir. 2. Faktor objektif adalah faktor yang berasal dari luar lingkungan. Misalnya keadaan rumah
tangga, seperti hubungan antara orang tua dan anak yang tidak serasi. Untuk lebih jelasnya, berikut diuraikan beberapa penyebab terjadinya penyimpangan seorang
individu faktor objektif, yaitu 1. Ketidaksanggupan menyerap norma-norma kebudayaan. Seseorang yang tidak sanggup
menyerap norma-norma kebudayaan ke dalam kepribadiannya, ia tidak dapat membedakan hal yang pantas dan tidak pantas. Keadaan itu terjadi akibat dari proses
sosialisasi yang tidak sempurna, misalnya karena seseorang tumbuh dalam keluarga yang retak broken home. Apabila kedua orang tuanya tidak bisa mendidik anaknya dengan
sempurna maka anak itu tidak akan mengetahui hak dan kewajibannya sebagai anggota keluarga.
2. Proses belajar yang menyimpang. Seseorang yang melakukan tindakan menyimpang karena seringnya membaca atau melihat tayangan tentang perilaku menyimpang. Hal itu
merupakan bentuk perilaku menyimpang yang disebabkan karena proses belajar yang menyimpang. Misalnya, seorang anak yang melakukan tindakan kejahatan setelah melihat
tayangan rekonstruksi cara melakukan kejahatan atau membaca artikel yang memuat tentang tindakan kriminal. Demikian halnya karier penjahat kelas kakap yang diawali dari
kejahatan kecil-kecilan yang terus meningkat dan makin beraninekad merupakan bentuk proses belajar menyimpang. Hal itu juga terjadi pada penjahat berdasi putih white collar
crime yakni para koruptor kelas kakap yang merugikan uang negara bermilyar- milyar. Berawal dari kecurangan-kecurangan kecil semasa bekerja di kantormengelola uang
negara, lama kelamaan makin berani dan menggunakan berbagai strategi yang sangat rapi dan tidak mengundang kecurigaan karena tertutup oleh penampilan sesaat.
3. Ketegangan antara kebudayaan dan struktur sosial. Terjadinya ketegangan antara kebudayaan dan struktur sosial dapat mengakibatkan perilaku yang menyimpang. Hal itu
terjadi jika dalam upaya mencapai suatu tujuan seseorang tidak memperoleh peluang, sehingga ia mengupayakan peluang itu sendiri, maka terjadilah perilaku menyimpang.
Misalnya jika setiap penguasa terhadap rakyat makin menindas maka lama-kelamaan rakyat akan berani memberontak untuk melawan kesewenangan tersebut. Pemberontakan
bisa dilakukan secara terbuka maupun tertutup dengan melakukan penipuan- penipuanpemalsuan data agar dapat mencapai tujuannya meskipun dengan cara yang
tidak benar. Penarikan pajak yang tinggi akan memunculkan keinginan memalsukan data, sehingga nilai pajak yang dikenakan menjadi rendah. Seseorang mencuri arus listrik untuk
menghindari beban pajak listrik yang tinggi. Hal ini merupakan bentuk pemberontakanperlawanan yang tersembunyi.
4. Ikatan sosial yang berlainan. Setiap orang umumnya berhubungan dengan beberapa kelompok. Jika pergaulan itu mempunyai pola-pola perilaku yang menyimpang, maka
kemungkinan ia juga akan mencontoh pola-pola perilaku menyimpang. 5. Akibat proses sosialisasi nilai-nilai sub-kebudayaan yang menyimpang. Seringnya media
massa menampilkan berita atau tayangan tentang tindak kejahatan perilaku menyimpang menyebabkan anak secara tidak sengaja menganggap bahwa perilaku menyimpang
tersebut sesuatu yang wajar. Hal inilah yang dikatakan sebagai proses belajar dari sub- kebudayaan yang menyimpang, sehingga terjadi proses sosialisasi nilai-nilai sub-
kebudayaan menyimpang pada diri anak dan anak menganggap perilaku menyimpang merupakan sesuatu yang wajarbiasa dan boleh dilakukan.
Bentuk-bentuk Perilaku Menyimpang
Bentuk-bentuk perilaku menyimpang dapat dibedakan menjadi dua, sebagai berikut.
•
Bentuk penyimpangan berdasarkan sifatnya dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut.
1. Penyimpangan bersifat positif. Penyimpangan bersifat positif adalah penyimpangan yang mempunyai dampak positif ter-hadap sistem sosial karena mengandung unsur-
unsur inovatif, kreatif, dan memperkaya wawasan seseorang. Penyimpangan seperti ini biasanya diterima masyarakat karena sesuai perkembangan zaman. Misalnya
emansipasi wanita dalam kehidupan masyarakat yang memunculkan wanita karier. 2. Penyimpangan bersifat negatif. Penyimpangan bersifat negatif adalah penyimpangan
yang bertindak ke arah nilai-nilai sosial yang dianggap rendah dan selalu mengakibatkan hal yang buruk. Bobot penyimpangan negatif didasarkan pada kaidah
sosial yang dilanggar. Pelanggaran terhadap kaidah susila dan adat istiadat pada umumnya dinilai lebih berat dari pada pelanggaran terhadap tata cara dan sopan
santun. Bentuk penyimpangan yang bersifat negatif antara lain sebagai berikut: a. Penyimpangan primer primary deviation. Penyimpangan primer adalah
penyimpangan yang dilakukan seseorang yang hanya bersifat temporer dan tidak berulang-ulang. Seseorang yang melakukan penyimpangan primer masih
diterima di masyarakat karena hidupnya tidak didominasi oleh perilaku menyimpang tersebut. Misalnya, siswa yang terlambat, pengemudi yang
sesekali melanggar peraturan lalu lintas, dan orang yang terlambat membayar pajak.
b. Penyimpangan sekunder secondary deviation. Penyimpangan sekunder adalah perilaku menyimpang yang nyata dan seringkali terjadi, sehingga
berakibat cukup parah serta menganggu orang lain. Misalnya orang yang terbiasa minum-minuman keras dan selalu pulang dalam keadaan mabuk, serta
seseorang yang melakukan tindakan pemerkosaan. Tindakan penyimpangan tersebut cukup meresahkan masyarakat dan mereka biasanya di cap
masyarakat sebagai “pencuri”, “pemabuk”, penodong, dan pemerkosa. Julukan itu makin melekat pada si pelaku setelah ia ditangkap polisi dan
diganjar dengan hukuman.
•
Bentuk penyimpangan berdasarkan pelakunya, dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu sebagai berikut :
a. Penyimpangan Individual Individual Deviation
Penyimpangan individual adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang yang menyimpang dari norma-norma suatu kebudayaan yang telah mapan. Misalnya, seseorang bertindak sendiri
tanpa rencana melaksanakan suatu kejahatan, seperti: mencuri, menodong, dan memeras.
Penyimpangan individu berdasarkan kadar penyimpangannya dibagi menjadi lima, yaitu sebagai berikut.
1. Pembandel yaitu penyimpangan yang terjadi karena tidak patuh pada nasihat orang tua agar mengubah pendiriannya yang kurang baik.
2. Pembangkang yaitu penyimpangan yang terjadi karena tidak taat pada peringatan orang-orang.
3. Pelanggar yaitu penyimpangan yang terjadi karena melanggar norma-norma umum yang berlaku dalam masyarakat.
4. Perusuh atau penjahat yaitu penyimpangan yang terjadi karena mengabaikan norma-norma umum, sehingga menimbulkan kerugian harta benda atau jiwa di
lingkungannya. 5. Munafik yaitu penyimpangan yang terjadi karena tidak menepati janji, berkata
bohong, mengkhianati kepercayaan, dan berlagak membela. b. Penyimpangan Kelompok Group Deviation
Penyimpangan kelompok adalah tindakan yang dilakukan oleh sekelompok orang yang tunduk pada norma kelompok yang bertentangan dengan norma masyarakat yang
berlaku. Misalnya, sekelompok orang menyelundupkan narkotika atau obat-obatan terlarang lainnya.
c. Penyimpangan Campuran Combined Deviation Penyimpangan seperti itu dilakukan oleh suatu golongan sosial yang memiliki
organisasi yang rapi, sehingga individu ataupun kelompok didalamnya taat dan tunduk kepada norma golongan dan mengabaikan norma masyarakat yang berlaku. Misalnya, remaja
yang putus sekolah dan pengangguran yang frustasi dari kehidupan masyarakat, dengan di bawah pimpinan seorang tokoh mereka mengelompok ke dalam organisasi rahasia yang
menyimpang dari norma umum geng-geng anak nakal.
Mahasiswa di Era Kapitalisme dan Hedonisme Pada saat mahasiswa harus berjuang mendewasakan pikiran, mahasiswa juga
dihadapkan pada berbagai godaan yang menarik dan menggiurkan sehingga bisa menyimpang dari idealisme hakiki manusia. Melalui buku bertajuk Dari Demonstrasi hingga
Seks Bebas Mahasiswa di Era Kapitalisme dan Hedonisme, Nurani Soyomukti menggambarkan kehidupan dari mahasiswa dengan melihat gaya hidup mereka. Nurani
mencoba merangkai kata dalam buku ini dari catatan-catatan yang dibuat sejak kuliah disebuah kampus negeri di Jawa Timur yang menurutnya merupakan catatan sentimental.
Nurani menggunakan gaya penulisan yang cenderung resmi seperti layaknya penulisan skripsi, Nurani menilai bahwa mahasiswa cenderung memasuki perguruan tinggi dengan
berbagai macam obsesi. Mereka antara lain, ingin memperoleh pembekalan untuk mencari pekerjaan. Dengan menjadi mahasiswa, mereka setidaknya juga bisa mengalami perubahan
gaya hidup Meutia, 2007: 40. Dari pendapat Nurani Soyomukti diatas, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa pada
zaman sekarang cenderung ingin mengalami perubahan gaya hidup walaupun mereka sadar bahwa itu sudah melanggar norma-norma. Obsesi yang terbentuk ketika mereka masuk yang
ke dunia pendidikan di era kapitalisme dan hedonisme jelas mengarahkan diri mereka ke pergaulan yang sifatnya sudah sangat bebas.
Gaya hidup mahasiswa adalah gaya hidup kelas menengah ke atas yang dicirikan dengan kemampuan mengonsumsi produk dan gaya hidup modern. Citra Negatif cenderung
melekat pada mahasiswa karena pencitraan yang buruk melalui media. Mahasiswa seringkali digambarkan sibuk mengejar urusan cinta dengan gaya hidup yang menonjolkan tampilan
fisik. Masyarakat pun semakin lupa bahwa mahasiswa punya potensi besar untuk menjadi kekuatan penting dalam mengubah tatanan sosial.
Sejalan dengan peradaban kita masa kini, menjadikan perkembangan pola piker juga terus mengalami perkembangan demi pemenuhan kebutuhan mereka, yang sangat kuat
dipengaruhi oleh interaksi yang kita lakukan dalam masyarakat. Membentuk kampung perkotaan,dalam pengertian yang dikemukakan Murray adanya ”kampung perkotaan menjadi
tempat tinggal masyarakat kelas bawah” terbentuk melalui system regresi etnik. Gaya hidup khas kampung berkembang, sejalan dengan integrasi yang kompleks kegiatan- kegiatan
sektor ekonomi formal, informal, dan sektor subsistem Murray, J. Allison, 1995 : 211 Kebudayaan adalah seluruh sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam
rangka kehidupan yang dijadikan milik diri manusia dengan proses belajar Koentjaraningrat, 1980: 193. Adanya perilaku manusia merupakan tanggapan atau reaksi individu terhadap
rangsangan dari lingkungannya. Menurut W.I Thomas perilaku manusia tersebut mempunyai klarifikasi sosiologis antara lain :
1. Keinginan memperoleh pengalaman baru 2. Keinginan untuk mendapat respon
3. Keinginan akan pengakuan Manusia adalah mahkluk seksual. Seksualitas diartikan sebagai perbedaan antara laki–
laki dan perempuan baik secara fisik, psikologi dan dalam istilah-istilah perilaku : a. Aktifitas, perasaan dan sikap yang dihubungkan dengan reproduksi
b. Bagaimana laki-laki dan perempuan berinterkasi dalam berpasangan. Dengan demikian seksualitas adalah bagaimana orang merasakan dan
mengekspresikan sifat dasar dan ciri-ciri seksualnya yang khusus. Perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik dapat diamati secara langsung maupun tidak
dapat diamati oleh pihak luar. Perilaku adalah aksi dari individu terhadap reaksi dari hubungan dengan lingkungannya. Dengan perkataan lain, perilaku baru dapat terjadi bila
apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi dan sesuatu tersebut disebut
rangsangan. Bila dilihat dari bentuk respon terhadap perilaku tersebut, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua, yakni perilaku tidak tampakterselubung covert behavior dan
perilaku yang tampak overt behavior. Perilaku yang tidak tampak ialah berpikir, tanggapan, sikap, emosi, pengetahuan, dan lain lain. Perilaku yang tampak antara lain berjalan, berbicara,
berpakaian dan lain sebagainya Meutia, 2007 : 38. Faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang adalah keturunan yang berarti sebagai
pembawaan atau heredity dan lingkungan yang berarti segala apa yang berpengaruh pada diri individu untuk berperilaku, lingkungan turut berpengaruh terhadap perkembangan
pembawaan atau kehidupan seseorang. Setelah memasuki masa remaja, setiap manusia baik pria maupun wanita merasakan adanya suatu dorongan seksual nafsu birahi. Dorongan
seksual ialah perasaan erotis terhadap lawan jenis dengan tujuan akhir melakukan hubungan seksual bersetubuh. Pada awalnya dorongan seksual muncul karena pengaruh hormon,
tetapi kemudian ada faktor lain yang mempengaruhi dorongan seksual yaitu faktor psikis, rangsangan seksual dari luar dan pengalaman seksual sebelumnya bercumbu, berciuman, dan
sebagainya disertai faktor coba-coba dan ingin tahu yang akhirnya keterusan dan terjerumus dalam seks bebas. Hubungan seks bebas adalah perbuatan zina karena dilakukan antara kaum
pria dan wanita yang tidak terikat oleh perkawinan yang sah. Biasanya perzinaan ini dilakukan oleh mereka yang mendambakan kebebasan seks atau istilahnya free seks
Asfriyati, 2005 : 76-77. Seks bebas juga diartikan bagaimana cara berpacaran, pengetahuan tentang alat
kelamin dan cara memikat hati pria dan wanita. Seks bebas merupakan hubungan seksual secara bebas yang dilakukan atas dasar”suka sama suka”. Seks bebas adalah hubungan
seksual yang dilakukan sebelum adanya hubungan resmi suami istri yang meliputi beberapa yaitu mulai dari menunjukkan perhatian dari lawan jenis, pcaran, kemudian melakukan lips
kissing ciuman bibir, genital stimulation melakukan rangsangan pada alat genital, petting
saling menempelkan alat kelamin tanpa penetrasi, kemudian berlanjut pada hubungan seksual Sarwono, 1988 : 22.
Pengertian seksual secara umum adalah sesuatu yang berkaiatan dengan alat kelamin atau hal-hal yang berhubungan perkara hubungan intim anatara laki-laki dengan perempuan.
Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku seksual dapat beraneka ragam
seperti : 1. Berkencan
2. Berpegangan tangan 3. Mencium pipi
4. Berpelukan 5. Mencium bibir
6. Memegang buah dada diatas baju 7. Memegang buah dada dibalik baju
8. Memegang alat kelamin 9. Melakukan senggama.
2
Menurut Gunarsa 1995, mengemukakan beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya perilaku seks bebas:
1. Waktu, dengan adanya waktu luang yang tidak bermanfaat maka lebih mudah menimbulkan adanya pergaulan bebas, dalam arti remaja mementingkan hidup
bersenang-senang, bermalas-malasan, suka berkumpul sampai larut malam yang akan membawa remaja pada pergaulan bebas.
2
Mutadin. 2002. Pengertian seksual secara umum, Penerbit : Erlangga, Jakarta,Hal : 34
2. Kurangnya pelaksanaan dalam menjalankan agama secara konsekuen. 3. Kurangnya pengawasan terhadap remaja. Remaja beranggapan bahwa orang tua
terlalu ketat sehingga tidak memberikan kebebasan. 4. Kurangnya pemahaman moral dalam pergaulan remaja bahkan dimasyarakat.
5. Pengaruh norma budaya dari luar. Para remaja menelan begitu saja apa yang dilihatnya dari budaya barat.
3
Tingkah laku seksual tersebut sudah merupakan hal yang tabu dan tingkah laku seksualitas tersebut sudah merajai para remaja baik dikalangan mahasiswa maupun anak kos-
kosan. Remaja berasal dari kata latin Adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah tersebut mempunyai arti yang luas yang mencakup kematangan mental,
emosional dan fisik. Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena remaja tidak termasuk golongan anak-anak tapi tidak termasuk golongan dewasa. Seperti yang
dikemukakan oleh calon bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak
Robert. P. Masland. 2000 : 136 Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21
tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu 12-15 tahun yaitu masa remaja awal, 15-18 tahun yaitu masa remaja pertengahan, dan 18-21 tahun adalah masa
remaja akhir. Dimana pada usia remaja ini, mereka pada posisi transisi yang selalu ingin melakukan apapun yang mereka inginkan. Gunarsa, 1993 menyatakan ciri-ciri masa remaja
yang seiring terlihat yaitu : 1. Kegelisahan, keadaan yang tidak tenang menguasai diri remaja. Mereka dikuasi
oleh perasaan gelisah karena keinginan yang banyak tidak terpenuhi.
3
Robert. P. Masland. 2000. Apa yang Ingin Diketahui Remaja Tentang Seks, Penerbit : Erlangga, Jakarta, Hal : 120
2. Pertentangan, hal ini dapat terjadi karena keinginan melepaskan diri secara mutlak dari keluarga belum disertai kesanggupan untuk berdiri sendiri, tanpa memperoleh
lagi bantuan dari keluarga terutama dalam hal keuangan. 3. Keinginan menjelajah kedalam sekitar pada remaja yang lebih luas. Penyaluran
keinginan ini membuat para remaja melakukan interaksi dengan remaja lainnya dan masyarakat yang bukan hanya di lingkungan dekat rumah, tetapi yang lebih
luas lagi. 4. Menghayal dan berfantasi. Khayalan dan fantasi pada remaja umumnya berkisar
mengenai prestasi dan kehebatan. Remaja sering berkhayal dan berfantasi sebagai seorang jagoan di tengah masyarakat seperti yang sering dilihatnya di film-film
pada remaja pria. Para remaja puteri, mereka sering berkhayal dan berfantasi tentang kebahagian hidupnya, dan sebagainya.
5. Aktifitas berkelompok, kebanyakan remaja menemukan jalan keluar dari kerumitan hidupnya dengan cara berkumpul bersama teman-temannya melakukan
kegiatan bersama, baik itu kegiatan yang positif maupun yang negatif. Adapun contoh kegiatan negatif berupa kebut-kebutan dengan kendaraan bermotor, terlibat
penggunaan narkotika, dan sebagainya. Kegiatan positif berupa perkumpulan olahraga, kesenian,keagamaan dan sebagainya
4
1.3.1 Pengertian Pergaulan Bebas
Pergaulan bebas berasal dari dua kata yang berdiri sendiri, yaitu pergaulan dan bebas. “Pergaulan” berasal dari kata dasar “gaul” yang berarti “hidup berteman bersahabat”.
“Pergaulan” diartikan: “1 hal bergaul; 2 kehidupan bermasyarakat”. Sedangkan “bebas” berarti 1 lepas sama sekali tidak terhalang, terganggu dan sebagainya, sehingga dapat
bergerak, berbicara, berbuat dan sebagainya dengan leluasa; 2 lepas dari kewajiban,
4
Robert. P. Masland. 2000. Apa yang Ingin Diketahui Remaja Tentang Seks, Penerbit : Erlangga, Jakarta, Hal : 189-190
tuntutan, perasaan takut dan sebagainya; 3 tidak dikenakan pajak, hukuman dan sebagainya; 4 tidak terikat atau terbatas oleh aturan-aturan dan sebagainya; 5 merdeka
tidak dijajah, diperintah atau tidak dipengaruhi oleh negara lain atau kekuatan asing. Jadi, pergaulan bebas adalah berteman tanpa batas, baik dalam berbicara dan berperilaku dan
sebagainya Asfriyati, 1999: 106. Pergaulan bebas terjadi karena ketidakmampuan seseorang dalam mengendalikan diri
juga minimnya kontrol sosial masyarakat terhadap pergaulan muda-mudi. Selain itu juga disebabkan dangkalnya pemahaman akan arti cinta itu sendiri. Cinta yang dapat diartikan
kenikmatan jiwa, sebenarnya tidak hanya terbatas pada cinta erotis, yang mendatangkan nafsu seks, tetapi mempunyai makna yang lebih luas. Misalnya cinta orang tua kepada anak,
cinta makhluk kepada Tuhannya, cinta Tuhan kepada makhluk-Nya, cinta kepada sahabat, cinta kepada saudara, cinta ilmu, cinta pekerjaan, cinta seorang guru kepada murid, cinta
seorang murid kepada guru, cinta suami pada istrinya dan bentuk cinta lainnya Asfriyati, 1999: 124-125.
Pergaulan bebas merupakan tindakan biasa yang telah dilakukan oleh para remaja maupun oleh para mahasiswa. Dimana mereka bebas untuk melakukan hal-hal diatas tanpa
takut menyalahi norma-norma yang ada dalam masyarakat. Salah satu faktor yang mendorong para remaja melakukan hal tersebut karena kurangnya pendidikan seks diberikan
pada remaja. Dengan memberikan pendidikan seks kepada para remaja harusnya dapat memberitahukan remaja bahwa seks adalah sesuatu yang alamiah dan wajar terjadi pada
semua orang. Namun diberitahukan juga dampak-dampak apa yang bisa ditimbulkan kepada remaja jika melakukan hubungan seks pada usia yang belum sewajarnya. Dengan
memberitahukan perilaku-perilaku seksual yang begitu beresiko tersebut dapat membuat para remaja menghindarinya
5
Beberapa hasil penelitian menunjukan data yang mencengangkan, di berbagai kota baik kota besar atau kecil menunjukan eskalasi perubahan tingkah laku seksualitas remaja.
Synovate Research tahun 2004 melakukan survey tentang perilaku seksual remaja di 4 kota, yaitu Jakarta, Bandung, Surabaya dan Medan dengan jumlah responden 450 orang dengan
kisaran usia 15-24 tahun. Hasil penelitian menunjukan sekitar 65 informasi tentang seks mereka dapatkan dari kawan dan juga 35 sisanya dari film porno. Ironisnya, hanya 5 dari
responden remaja mendapatkan informasi tentang seks dari orang tuannya. Pengalaman berhubungan seks dimulai sejak usia 16 -18 tahun sebanyak 44, sementara 16 melakukan
hubungan seks pada usia 13-15 tahun. Selain itu, rumah menjadi tempat paling favorit 40 untuk melakukan hubungan seks. Sisanya, mereka memilih hubungan seks di kos 26 dan
hotel 26.
Lembaga Studi Cinta dan Kemanusiaan LSCK pada tahun 2002 melakukan survey tentang virginitas mahasiswi di Yogyakarta. Lembaga ini melaporkan telah melakukan
survei terhadap 1.660 responden mahasiswi dari 16 perguruan tinggi di Yogyakarta, antara Juli 1999 sampai Juli 2002. Hasil survey tersebut menyatakan bahwa 97,5 persen dari responden
mengaku telah kehilangan virginitasnya. Sementara itu, dalam Kongres Nasional I Asosiasi Seksologi Indonesia Konas I ASI di Denpasar Juli 2002, Hudi Winarso dari Laboratorium
Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya juga mengemukakan penelitian serupa. Dari angket yang disebarkan pada bulan April 2002 terhadap 180 mahasiswa perguruan
tinggi negeri di Surabaya, berusia 19 hingga 23 tahun, ternyata 40 persen mahasiswa pria telah melakukan hubungan seks pra nikah.
.
6
Data dari BKKBN menunjukan pola perilaku seks mahasiswa di daerah Jawa tengah berikut data-datanya.
5
http;duniabaca.compengertian-pendidikan-seks-dan-manfaatnya.htmldiakses 10 juni 2012
6
repository.upi.edu502S_PPB_0800874_Chapter1.pdf
T abel 1. 1 Base Line Survey Perilaku Sex Mahasiswa
Pilar-PKBI Jawa T engah pada April 2000 Responden: Pria 64 dan Wanit a 63
No Aktifitas Pacaran
Jumlah Persen
1 2
3 4
5 6
7 8
9 Ngobrol
Berpegangan tangan, mengusap rambut Merangkul, memeluk
Cium pipi, kening Cium bibir
Cium leher Meraba daerah sensitif: Payudara
Petting Intercourse
127 121
116 108
113 92
61 36
26 100
95 91.3
85.2 89.2
72.4 48.0
28.3 20.4
Usia berapa pertama kali Intercouse No
Usia Jumlah
Persen 1
2 3
4 5
6 12 th
12-14 th 15-17 th
18-20 th 21-23 th
23 th 3
17 5
1 11.5
65.3 19.2
3.8 No
Dengan Siapa Jumlah
Persen 1
2 3
4 Pacar
Teman SaudaraKeluarga
Pekerja Seks 18
5
11 69.2
19.2
42.3
5 6
Tidak Dikenal Lain-lain
2 1
7.6. 3.8
No Alasan
Jumlah Persen
1 2
3 4
Coba-coba Ungkapan Cinta
Kebutuhan Biologis Lainnya
5 11
14 1
19.2 42.3
53.8 3.8
Base Line Survey di atas menunjukkan bahwa persentase yang menunjukkan perilaku seks bebas di antara mahasiswa mengenai poin sexual inttercourse memang yang terendah.
Namun, itu juga menunjukkan bahwa dengan angka persentase yang demikian dengan perbandingan jumlah sampel yang diambil sudah dapat disimpulkan bahwa akibat pergaulan
yang semakin bebas membuat perilaku seks bebas di kalangan mahasiswa sudah sangat mengarah ke kehidupan seks di luar nikah sudah biasa. Pada beberapa informan yang
diwawancarai oleh penulis sendiri, yang merupakan hal sexual intercourse sendiri sudah merupakan hal yang biasa yang mereka lakukan.
Berbagai penelitian sudah dilakukan untuk meneliti perubahan perilaku seks remaja dari rentang tahun 1989 hingga sekarang, secara keseluruhan menunjukan perubahan perilaku
seks remaja ke arah perilaku seks bebas. Data diatas merupakan gambaran umum di beberapa kota besar, namun jika dilihat dalam lingkup mikro yang lebih sempit, di tingkat sekolah
ternyata tidak jauh berbeda dengan temuan di atas. Dari hasil penelesuran di beberapa sekolah di kota bandung, gambaran perilaku seks bebas remaja mengalami peningkatan yang
cukup memprihatinkan. Sebagian remaja melakukan hubungan seks dengan alasan suka sama suka, coba-coba, dibujuk pacar, bahkan ada yang memiliki alasan ekonomi, yaitu menjadi
pekerja seks. Fakta yang ada saat ini sangat memprihatinkan, karena kecenderungan perilaku seks bebas memicu berbagai problematika dalam kehidupan remaja, salah satunya adalah
penularan penyakit seks menular HIV-AIDS, sifilis,dll akan memicu permasalahan lainnya. Data dari Komisi Penanggulangan Aids Nasional KPAN memperkirakan jumlah penderita
HIVAIDS di Indonesia sampai Maret 2008 mencapai 200 ribu, terbanyak di kota-kota besar. Data ini merupakan data yang nampak saja, sebagaiamana fenomena gunung es para
penderita HIV-AIDS mungkin jumlahnya jauh lebih banyak, apalagi ditunjang dengan meningkatnya perilaku seks bebas di kalangan pelajar dan mahasiswa.
1.4 . Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kehidupan mahasiswa khususnya anak kos-kosan yang mengalami pergaulan bebas.
1.4 Manfaat Penelitian
Dalam ranah akademis penulis harapkan penelitian ini dapat berguna bagi mahasiswa dan staf pengajar untuk menambah kekhasan dan keilmuwan di bidang antropologi.
Secara praktis manfaatnya yaitu berguna bagi masyarakat sedangkan secara umum adalah sebagai salah satu informasi tentang pergaulan bebas yang sedang popular di era
globalisasi. Begitu juga halnya kepada Pemerintah dapat membawa manfaat terutama strategi kebijakan dalam penanggulangan masalah pergaulan bebas di kalangan remaja dan
mahasiswa.
1.5. Metode Penelitian
Bentuk penelitian ini adalah studi etnografi dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang dapat diartikan sebagai pendekatan yang menghasilkan data, dan tingkah laku
yang dapat diamati Nawawi, 1994:203.
1.6 Tipe Penelitian
Metode penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang mengharuskan peneliti menggambarkan secara terperinci tentang latar belakang individu
para mahasiswa khususnya di kos–kos an Padang Bulan Medan. Dengan tahapan penelitian pra lapangan,pekerjaan lapangan, analisis data dan diakhiri dengan tahap penulisan laporan
penelitian Moleong, 2007 : 128. Penelitian kualitatif adalah pendekatan yang saya pakai dengan metode studi
etnografis dengan menggunakan Life History.
1.7 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data disini dilakukan dengan dua kelompok yaitu data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari lapangan, sedangkan data
sekunder merupakan data yang diperoleh dari buku, jurnal, artikel, studi kepustakaan,dll. Dan data primer diperoleh melalui observasi dan wawancara mendalam.
a. Observasi Dalam studi ini, hal-hal yang di observasi antara lain :
1. Penelitian pada awalnya melihat para mahasiswa kos-kosan sebagai informan penelitian.
2. Peneliti juga akan mengamati tindakan-tindakan mahasiswa yang terlibat dalam pergaulan bebas.
3. Peneliti juga akan melihat kehidupan keseharian dan aktifitas para mahasiswa kos- kosan termasuk yang terlibat dalam hubungan seks pranikah.
b. Wawancara Mendalam Wawancara dilakukan guna mencari informasi yang selengkap-lengkapnya dari
informan. Proses wawancara dilakukan dengan tanya jawab secara langsung dan peneliti harus menciptakan situasi yang kondusif agar informan dapat memberikan
informasi dan pengalaman-pengalaman secara terbuka. Informan yang akan peneliti wawancarai terdiri dari :
- Informan biasa adalah, para mahasiswa yang mengetahui masalah pergaulan bebas yang sering terjadi pada mahasiswa yang mengakibatkan terjadinya hubungan
seks pra nikah maupun masyarakat biasa seperti pemilik café. - Informan kunci yaitu, mahasiswa-mahasiswa yang mengalami pergaulan bebas
sehingga melakukan hubungan seks pra nikah. Informan kunci dalam penelitian ini akan ditujukan pada mahasiswa kos-kosan di padang bulan medan yang
mengetahui secara mendalam tentang pergaulan bebas. disekitar lingkungan kos- kosan mahasiswa tersebut.
- Life History adalah keterangan mengenai apa yang dialami oleh individu tertentu sebagai warga dari suatu masyarakat yang sedang menjadi objek penelitian, yaitu
pencatatan mengenai data pengalaman hidup individu mahasiswa yang melakukan pergaulan bebas sampai sebagai pelaku seks bebas di Padang Bulan Medan, yaitu
dengan menceritakan sejarah hidup individu mulai dari masa kecil sampai dewasa. Life history ini dilakukan dengan melakukan interaksi dengan mahasiswa
sehingga mendapatkan informan yang lebih akurat mengenai seluk beluk kehidupan individu mahasiwa.
Data Sekunder : - Studi Dokumentasi adalah, Studi dokumentasi yaitu merupakan salah satu teknik
pengumpulan data dari berbagai literatur-literatur yang dipublikasikan secara
ilmiah; jurnal majalah koran maupun berupa catatan-catatan yang berisikan tentang pergaulan bebas di kalangan pelajar khususnya mahasiswa kos-kosan
kelurahan titi rante.
BAB 2 GAMBARAN UMUM
2.1. Deskripsi Lokasi Penelitian 2.1.1 Keadaan Geografis Kelurahan Titi Rante Kecamatan Medan Baru
Kelurahan Titi Rante yang menjadi lokasi penelitian berada dibawah wewenang Kecamatan Medan Baru
,
yang merupakan salah satu dari 21 kecamatan di kota Medan, Propinsi Sumatera Utara. Kelurahan Titi Rante berada di kawasan Padang Bulan, Medan
yang berdekatan dengan Universitas Sumatera Utara. Kedekatan ini menyebabkan Kelurahan Titi Rante menjadi wilayah tempat tinggal sementara bagi mahasiswa yang menimba ilmu
di Universitas Sumatera Utara. Selain itu Kelurahan Titi Rante termasuk dalam lingkup kehidupan kota yang kompleks dengan beragam bentuk kehidupan dan suku yang berdiam di
wilayah tersebut. Keberagaman bentuk kehidupan dan suku tersebut menjadi aspek yang menarik dalam penelitian ini.
2.1.2 Batas Wilayah Kelurahan Titi Rantai
Luas Kelurahan Titi Rante adalah 106 Ha dan terbagi menjadi 10 lingkungan yang tersebar, adapun batas wilayah Kelurahan Titi Rante, adalah :
Utara : Kelurahan Padang Bulan
Selatan : Kelurahan Beringin, Kecamatan Medan Selayang Barat
: Kelurahan PB. Selayang II Kecamatan Medan Selayang Timur
: Kelurahan Polonia, Kecamatan Medan Polonia Berdasarkan batas wilayah tersebut, Kelurahan Titi Rante merupakan daerah yang
diapit oleh dua Kecamatan, yaitu Kecamatan Medan Selayang dan Medan Polonia. Luas Wilayah Kecamatan Medan Baru adalah 5,84 km².