Perdarahan Postpartum Berdasarkan Faktor Risiko

5.2.2 Perdarahan Postpartum Berdasarkan Penyebabnya

Pada penelitian ini jumlah kasus perdarahan postpartum berdasarkan penyebabnya paling banyak ditempati oleh retensio plasenta sekitar 15 kasus 57,7, diikuti dengan atonia uturi sekitar 9 kasus 34,6. Hal ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang menyatakan penyebab paling banyak perdarahan postpartum adalah retensio plasenta yaitu sebesar 53,7 lubis, 2011. Sedangkan menurut Parisaei, et all., 2008 menyatakan bahwa penyebab terbanyak kejadian perdarahan postpartum adalah atonia uteri sekitar 90. Perbedaan ini terjadi dimungkinkan beberapa hal, yaitu: 1. Penegakkan diagnosa yang tidak sesuai dari penyebab terjadinya perdarahan postpartum oleh tenaga medis yang berbeda-beda di rumah sakit. 2. Ketidaklengkapan rekam medis yang ada dan jumlah kasus yang sedikit dimungkinkan juga menyebabkan terjadinya perbedaan mengenai penyebab terbanyak perdarahan postpartum ini. 3. Penanganan aktif kala III yang baik dikalangan bidan-bidan mungkin bisa menjadi alasan menurunnya perdarahan postpartum akibat atonia uteri.

5.2.3 Perdarahan Postpartum Berdasarkan Penanganannya

Pada penelitian ini jumlah kasus perdarahan postpartum berdasarkan penanganan terbanyak adalah kuretase, yaitu sebanyak 9 kasus 34,6, dan pemberian oksitosin sebanyak 8 kasus 30,8. Penanganan kasus perdarahan postpartum dilakukan berdasarkan penyebabnya masing – masing sesuai yang tertulis pada tinjauan pustaka BAB 2. Dalam data yang didapat dalam penelitian ini, penyebab yang terbanyak yang dapat dilihat pada tabel 5.3 adalah retensio plasenta sebanyak 15 kasus 57,7 sehingga penanganan yang sesuai dengan kasus ini adalah kuretase dan pemberian oksitosin yang menjadi penanganan terbanyak pertama dan yang kedua yang berjumlah masing – masing 9 kasus 34,6 dan 8 kasus 30,8.

5.2.4 Perdarahan Postpartum Berdasarkan Keadaan Akhir Pasien dan Status Rujukan Pasien

Pada penelitian ini ditemukan keadaan akhir pasien yang hidup adalah 23 kasus 88,5, diantaranya 16 kasus 61,5 adalah pasien rujukan dan 7 kasus 26,9 adalah pasien non-rujukan. Keadaan akhir pasien yang meninggal dalam kasus ini sebanyak 3 kasus 11,5 dan merupakan pasien rujukan. Insidensi perdarahan postpartum pada negara maju sekitar 5 dari persalinan, sedangkan pada Negara berkembang bisa mencapai 28 dari persalinan dan menjadi masalah utama dalam kematian ibu Parisaei, et all., 2008. Dari data diatas bisa diambil sedikitnya 10 untuk kejadian perdarahan postpartum pada setiap persalinan yang ada di Indonesia. Dalam penelitian ini didapati perdarahan postpartum sebanyak 26 kasus dari 260 persalinan normal dan ditemukan 3 kasus meninggal. Dari data tersebut dapat kita hitung angka kematian ibu yang diakibatkan perdarahan postpartum sebagai berikut 3260 x 100.000 = 1154 100.000 kelahiran hidup dalam 3 tahun ini. AKI rata-rata yang diakibatkan perdarahan postpartum setiap tahunnya pada penelitian ini sebanyak 385 per 100.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Ibu AKI yang didapat merupakan angka yang dramatis. Mengingat menurut departemen kesehatan pada tahun 2010, penyebab kematian ibu dari perdarahan adalah 28 dari seluruh penyebab kematian ibu. Total AKI yang dihitung dari penelitian ini bisa mencapai 1375 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan menurut SDKI tahun 2010 angka kematian ibu hanya 220 per 100.000 kelahiran hidup. Perlu dievaluasi kembali secara menyeluruh mengenai AKI yang ada di Indonesia untuk mengetahui tepatnya Angka Kematian Ibu yang terjadi di Indonesia. Mengingat AKI yang didapat begitu tinggi, kedepannya untuk menekan AKI tersebut setiap kehamilan dengan risiko tinggi kejadian perdarahan postpartum harus melakukan persalinan di rumah sakit.