Perdarahan Postpartum Berdasarkan Penyebabnya Perdarahan Postpartum Berdasarkan Penanganannya

5.2.4 Perdarahan Postpartum Berdasarkan Keadaan Akhir Pasien dan Status Rujukan Pasien

Pada penelitian ini ditemukan keadaan akhir pasien yang hidup adalah 23 kasus 88,5, diantaranya 16 kasus 61,5 adalah pasien rujukan dan 7 kasus 26,9 adalah pasien non-rujukan. Keadaan akhir pasien yang meninggal dalam kasus ini sebanyak 3 kasus 11,5 dan merupakan pasien rujukan. Insidensi perdarahan postpartum pada negara maju sekitar 5 dari persalinan, sedangkan pada Negara berkembang bisa mencapai 28 dari persalinan dan menjadi masalah utama dalam kematian ibu Parisaei, et all., 2008. Dari data diatas bisa diambil sedikitnya 10 untuk kejadian perdarahan postpartum pada setiap persalinan yang ada di Indonesia. Dalam penelitian ini didapati perdarahan postpartum sebanyak 26 kasus dari 260 persalinan normal dan ditemukan 3 kasus meninggal. Dari data tersebut dapat kita hitung angka kematian ibu yang diakibatkan perdarahan postpartum sebagai berikut 3260 x 100.000 = 1154 100.000 kelahiran hidup dalam 3 tahun ini. AKI rata-rata yang diakibatkan perdarahan postpartum setiap tahunnya pada penelitian ini sebanyak 385 per 100.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Ibu AKI yang didapat merupakan angka yang dramatis. Mengingat menurut departemen kesehatan pada tahun 2010, penyebab kematian ibu dari perdarahan adalah 28 dari seluruh penyebab kematian ibu. Total AKI yang dihitung dari penelitian ini bisa mencapai 1375 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan menurut SDKI tahun 2010 angka kematian ibu hanya 220 per 100.000 kelahiran hidup. Perlu dievaluasi kembali secara menyeluruh mengenai AKI yang ada di Indonesia untuk mengetahui tepatnya Angka Kematian Ibu yang terjadi di Indonesia. Mengingat AKI yang didapat begitu tinggi, kedepannya untuk menekan AKI tersebut setiap kehamilan dengan risiko tinggi kejadian perdarahan postpartum harus melakukan persalinan di rumah sakit.

5.2.5 Kelemahan Penelitian

1. Keterbatasan jumlah kasus perdarahan postpartum yang sedikit. 2. Keterbatasan data sekunder berupa jumlah rekam medis yang tidak sesuai dengan yang tertulis pada data base sehingga jumlah kasus yang didapat ketika pengambilan data lebih sedikit dari seharusnya. 3. Adanya rekam medis yang tidak lengkap, serta penulisan rekam medis yang kurang akurat seperti penulisan faktor risiko, dan faktor penyebabnya mengakibatkan gambaran yang didapat kurang sesuai dari penelitian sebelumnya.