23 Sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia No.
1015PBI2008 pasal 2 ayat 1, besarnya CAR yang harus dicapai oleh suatu bank minimal 8 dari asset tertimbang menurut resiko ATMR. Angka tersebut
merupakan penyesuaian dari ketentuan yang berlaku secara internasional berdasarkan Standar Bank for International Settlement BIS.
2.3.4. Non Performing Loan
Kredit macet Non Performing Loan adalah bagian dari kredit bermasalah namun tidak semua kredit bermasalah adalah kredit macet karena kredit
bermasalah dapat diartikan sebagai kredit yang pembayaran kembali utang pokok dan kewajiban bunganya tidak sesuai dengan persyaratan atau ketentuan yang
ditetapkan oleh bank, serta mempunyai resiko penerimaan pendapatan dan bahkan berpotensi untuk rugi. Menurut Dendawijaya 2009:12, kemacetan fasilitas kredit
disebabkan oleh 2 dua faktor yaitu pertama dari pihak perbankan yang kurang teliti baik dalam mengecek kebenaran dan keaslian dokumen maupun salah dalam
menghitung rasio-rasio yang ada dan kedua dari pihak nasabah yang diakibatkan 2 dua hal yaitu adanya unsur kesengajaan dan unsur tidak sengaja.
Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut Sesuai SE BI No.623DPNP tanggal 31 Mei 2004 :
Kriteria penilaian tingkat kesehatan rasio NPL dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Universitas Sumatera Utara
24
Tabel 2.1 Kriteria Penilaian Tingkat Kesehatan Rasio NPL
Rasio Predikat
NPL ≤ 5
NPL 5 Sehat
Tidak Sehat Sumber : SE BI No.623DPNP tanggal 31 Mei 2004
Berdasarkan Tabel 2.1 diatas menunjukkan bahwa Bank Indonesia menetapkan nilai NPL maksimum adalah sebesar 5, apabila bank melebihi batas
yang diberikan maka bank tersebut dikatakan tidak sehat.
2.3.5. Net Interest Margin NIM
Rasio Net Interet Margin NIM dapat diukur dengan selisih antara suku bunga pendanaan dengan suku bunga pinjaman yang diberikan, yang merupakan
selisih antara total biaya bunga pendanaan dengan total biaya bunga pinjaman. Rasio ini menunjukkan kemampuan earning assets dalam menghasilkan bunga
bersih Rivai, et al., 2007:721. Semakin besar rasio ini maka semakin meningkatnya pendapatan bunga yang diperoleh dari aktiva produktif yang
dikelola bank sehingga kemungkinan bank tersebut dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
2.3.6. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional BOPO
Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan oleh bank dalam rangka menjalankan aktivitas usaha pokoknya seperti biaya bunga, biaya tenaga
kerja, biaya pemasaran. Pendapatan operasional merupakan pendapatan utama bank yaitu pendapatan bunga yang diperoleh dari penempatan dana dalam bentuk
Universitas Sumatera Utara
25
kredit dan penempatan operasi lainnya. Biaya Operasional terhadap Pendapatan
Operasional BOPO perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional dalam mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam
melakukan kegiatan operasinya Rivai, et al., 2007:722. Secara matematis, BOPO dapat dirumuskan sebagai berikut:
Apabila rasio BOPO semakin rendah maka semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang besangkutan. Semakin efisien bank
dalam menjalankan aktivitas usahanya maka laba yang dapat dicapai bank semakin meningkat. Nilai resiko BOPO yang ideal berada antar 50-70 sesuai
dengan ketentuan BI. Berdasarkan Surat Edaran BI No. 623DPNP tanggal 31 Mei 2004, kategori peringkat yang akan diperoleh bank dari besaran nilai BOPO
yang dimiliki adalah sebagai berikut:
Tab el 2.2 Peringkat Bank Berdasakan Rasio BOPO
Peringkat Predikat
Besaran nilai BOPO
1 Sangat Sehat
50-70 2
Sehat 76-93
3 Cukup Sehat
94-96 4
Kurang Sehat 96-100
5 Tidak Sehat
100
Sumber:SE BI No. 623DPNP tanggal 31 mei 2004
Berdasarkan Tabel 2.2 Bank Indonesia menetapkan peringkat BOPO dari yang sangat sehat sampai yang tidak sehat.
Universitas Sumatera Utara
26
2.4. Penelitian Terdahulu