b. Perilaku sakit
Perilaku sakit ini mencakup respon seseorang terhadap sakit dan penyakit, persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang: penyebab
dan gejala penyakit, pengobatan penyakit, dan sebagainya. c.
Perilaku peran sakit Dari segi sosiologi, orang sakit mempunyai peran yang mencakup hak-
hak orang sakit dan kewajiban sebagai orang sakit. Hak dan kewajiban ini harus diketahui oleh orang sakit sendiri maupun orang lain.
1. Manfaat berhenti merokok
Hasil penelitian yang dimuat di Jurnal Kesehatan Inggris menunjukkan, terdapat 20 penyakit yang terkait dengan kebiasaan merokok. Penelitian
terlama tentang dampak merokok terhadap kesehatan menunjukkan bahwa rata-rata perokok meninggal dunia 10 tahun lebih cepat dibanding mereka yang
tidak merokok. Penelitian ini dimulai 50 tahun lalu ketika untuk pertama kalinya muncul kaitan antara merokok dengan kanker paru-paru. Dipantau 50
tahun, penelitian ini melibatkan sekitar 35.000 dokter di Inggris yang lahir antara 1900 dan 1930. Para ilmuan memantau kebiasaan merokok mereka
selama lebih dari 50 tahun. Data paling akhir menunjukkan risiko yang ada jauh lebih besar dari perkiraan awal. Sir Richard Peto yang terlibat dalam
penelitian ini hampir selama 40 tahun mengatakan, berhenti merokok akan meningkatkan kuantitas dan kualitas hidup. Bahkan setelah 20 tahun bila anda
berhenti merokok, anda bisa menghindari Sembilan dari sepuluh risiko yang ada. Jika anda berhenti merokok setelah sepuluh tahun, anda bisa terbebas dari
hampir semua risiko yang ada. Masalahnya adalah begitu orang terbiasa
merokok, orang tersebut susah untuk menghentikan kebiasaan itu. Banyak orang yang mangaku tidak bisa berhenti merokok. Mereka yang berhenti
merokok pada usia 60 tahun, bisa meningkatkan harapan hidup selama tiga tahun. Sementara bila seseorang berhenti merokok pada usia 30 tahun, berbagai
dampak negative terhadap kesehatan bisa diminimalkan. Menurut Sani 2010, selain membuat orang-orang di sekitarnya lebih
sehat, orang-orang yang menghentikan kebiasaan merokok juga bisa membersihkan tubuh mereka dari nikotin dan menjadi lebih sehat.
Pada 20 menit pertama setelah berhenti, tekanan darah, denyut jantung dan aliran darah tepi akan membaik, 12 jam setelah berhenti tingkat karbon
monoksida dalam darah kembali normal, 48 jam setelah berhenti merokok, sistem aliran darah juga akan membaik dan fungsi jantung meningkat, dua
sampai 12 minggu setelah berhenti nikotin akan tereliminasi dari sistem sehingga indera pengecap dan penciuman membaik. Dalam jangka panjang,
satu sampai sembilan bulan setelah berhenti merokok, sesak nafas dan batuk- batuk akan berkurang dan setelah satu tahun risiko terkena jantung koroner
menurun separuhnya. Risiko serangan jantung dan stroke turun ke tingkat yang sama dengan bukan perokok setelah 15 tahun ANTARA News, 26 Mei 2010.
2. Alasan tidak mudah untuk berhenti merokok
Aisyah, Kepala Unit Rumah Sakit Bayangkara Lemdiklat Polri, mengungkapkan ada beberapa alasan mengapa kebiasaan merokok sulit
dihilangkan. Pertama, rokok itu legal. Perokok merasa tidak melanggar peraturan dengan merokok. Mereka bisa merokok dimanapun tanpa takut akan
ditangkap. Hal ini berbeda dengan narkoba, dimana pemakainya harus
bersembunyi untuk menikmati narkoba. Kedua, rokok bisa dibeli dengan mudah dimanapun, bahkan di warung atau kafetariakantin rumah sakit pun
rokok bisa dibeli. Harga rokok juga cukup terjangkau. Ketiga, perokok melihat yang merokok bukan hanya dirinya, tetapi banyak orang. Mereka merasa tidak
bersalah karena banyak orang yang melakukan hal yang sama. Selain itu, ketagihan rokok masih bisa ditunda. Maksudnya, walau mulut terasa asam,
kepala pusing, atau tanda-tanda ketagihan lain muncul, seorang perokok masih bisa menunda ketagihan rokok jika tempat dan waktunya tidak memungkinkan
untuk merokok. Berbeda dengan narkoba, dimana kebutuhan tubuh akan narkoba tidak bisa ditunda. Tingkat ketagihan yang ringan ini membuat orang
memandang enteng akan bahaya ketagihan rokok Fathurrahman, 2006.
3. Motivasi berhenti merokok
Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia, motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan
suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Motivasi merupakan suatu istilah umum yang mencakup tingkah laku yang mencari tujuan dan yang berkembang
karena adanya tujuan-tujuan. Dapat dikatakan motivasi adalah proses menggiatkan, mempertahankan, mengarahkan tingkah laku pada tujuan tertentu
Huffman, Vernoy, 1997 dalam Semium, 2006. Motivasi seseorang dapat timbul dan tumbuh berkembang melalui dirinya
sendiri maupun dari lingkungan. Menurut Kort 1987 yang dikutip Bastable 2002, motivasi adalah hasil faktor internal dan faktor eksternal dan bukan hasil
dari manipulasi eksternal saja. Motivasi internal adalah motivasi yang timbul dari dalam diri individu, yaitu semacam dorongan yang bersumber dari dalam
diri, tanpa harus menunggu rangsangan dari luar. Motivasi internal merupakan dorongan atau rangsangan yang bersifat konstan dan biasanya tidak mudah
dipengaruhi oleh lingkungan luar. Sedangkan motivasi eksternal adalah motivasi yang disebabkan oleh adanya rangsangan atau dorongan dari luar. Rangsangan
tersebut bisa dimanifestasikan bermacam-macam sesuai dengan karakter, pendidikan, latar belakang orang yang bersangkutan. Kelemahan dari motivasi
ini adalah harus senantiasa didukung oleh lingkungan, fasilitas, orang yang mengawasi, sebab kesadaran dari dalam diri individu itu belum tumbuh
Herijulianti, 2001. Faktor terpenting untuk berhenti merokok adalah kemauan yang kuat dari
dalam diri perokok sendiri untuk berhenti merokok. Apabila tidak ada kemauan yang kuat, berbagai macam metode yang dipakai pasti akan gagal dan apabila
perokok berhasil berhenti merokok untuk jangka waktu tertentu, tidak lama lagi dia akan kembali merokok. Apabila sudah ada motivasi dan kemauan yang
kuat untuk berhenti merokok, maka akan banyak metode yang dapat dipakai untuk mewujudkan niat tersebut. Mereka yang akan berhenti merokok harus
menyadari bahwa tidak ada satupun obat atau cara yang manjur seratus persen untuk menghentikan merokok kalau ia sendiri belum termotivasi kuat untuk
benar-benar berhenti merokok. Aditama, 1992 dalam Fathurrahman, 2006
4. Faktor penyulit berhenti merokok
Menghentikan perilaku merokok adalah sulit karena saat perokok-perokok mencoba berhenti, kondisi yang mereka rasakan menjadi semakin buruk.
Secara psikologis, upaya berhenti merokok menjadi sulit karena adanya pengaruh lingkungan sosial, kebiasaan mengkonsumsi rokok, kemudahan akses