Penokohan Latar Setting Pendekatan Struktural

commit to user 21 merupakan bentuk penyelesaian cerita yang diberikan oleh sastrawan. Penyelesaian terbuka adalah bentuk penyelesaian cerita yang diserahkan kepada pembaca. Bagi para sastrawan, alur berfungsi sebagai suatu kerangka karangan yang dijadikan pedoman dalam mengembangkan keseluruhan isi ceritanya, sedangkan bagi pembaca, pemahaman alur berarti juga pemahaman terhadap keseluruhan isi cerita secara runtut dan jelas. Aminuddin, dalam Wahyudi Siswanto, 2008 : 161 Dari beberapa beberapa uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa alur adalah dasar bergeraknya sebuah cerita. Alur merupakan urutan peristiwa-peristiwa dalam sebuah cerita.

3. Penokohan

Penokohan merupakan penciptaan citra tokoh di dalam karya sastra. Di dalam kisahan yang efektif, pengarang membentuk tokoh-tokoh fiktif secara meyakinkan sehingga pembaca merasa seolah-olah berhadapan dengan manusia sebenarnya. Watak tokoh dapat terungkap oleh tindakannya, ujarannya, pikirannya, penampilan fisiknya, apa yang dikatakan dipikirkan tokoh tentang dirinya Panuti Sudjiman, 2006: 61. Di sini Aminuddin mengemukakan, bahwa tokoh merupakan pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita rekaan sehingga peristiwa itu menjalin suatu cerita, sedangkan cara sastrawan menampilkan tokoh disebut penokohan. Wahyudi Siswanto, 2008: 142. Menurut Jones, penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Penokohan sekaligus mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana penempatan dan commit to user 22 pelukisannnya dalam sebuah cerita, sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas pada pembaca. Penokohan juga menyaran pada teknik perwujudan dan pengembangan tokoh dalam sebuah cerita. Burhan Nurgiyantoro, 2007 ;166 Berdasarkan pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa penokohan atau perwatakan adalah unsur yang sangat penting dalam karya sastra dalam melukiskan keadaan tokoh baik lahir maupun batin yang dapat berupa pandangan hidup, keyakinan, dan karakter.

4. Latar Setting

Setting atau latar merupakan tempat dan waktu terjadinya cerita. Suatu cerita pada hakikatnya merupakan suatu pelukisan peristiwa atau kejadian yang dilakukan oleh beberapa tokoh pada suatu waktu di suatu tempat. Oleh karena itu, tokoh-tokoh cerita tidak dapat lepas dari ruang dan waktu, serta tidak mungkin pula ada suatu cerita tanpa latar setting. Menurut Panuti Sudjiman 2006: 48, latar adalah segala keterangan mengenai waktu, ruang , dan suasana dalam karya sastra. Menurut Burhan Nurgiyantoro, latar dapat dibedakan menjadi tiga yaitu tempat, waktu, dan sosial. Ketiga unsur tersebut saling berkaitan satu sama lain. Pertama, latar tempat menunjukkan tempat atau lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah fiksi. Kedua, latar waktu yang berhubungan dengan masalah ‘kapan’ terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam karya fiksi tersebut. Ketiga, latar sosial yang mengarah kepada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi 2007: 227 . commit to user 23 Hudson membagi setting menjadi setting sosial dan setting fisik. Setting sosial menggambarkan tentang keadaan masyarakat, kelompok-kelompok sosial dan sikapnya, adat kebiasaan, cara hidup, bahasa, serta yang melatari peristiwa. Latar fisik mengacu pada wujud fisikal, yaitu bangunan, daerah, dan sebagainya. Tidak semua jenis latar cerita itu ada di dalam sebuah cerita rekaan. Dalam sebuah cerita rekaan, terdapat latar cerita yang menonjol adalah latar waktu dan tempat. Sedangkan di cerita lainnya yang menonjol adalah latar sosial. Penggambaran latar ini ada yang terperinci, ada pula yang tidak. Ada latar yang dijelaskan secara sama persis seperti kenyataanya dan ada pula yang gabungan antara kenyataan dengan khayalan. Serta ada juga latar yang merupakan hasil latar yang merupakan hasil imajinasi sastrawan Wahyudi Siswanto, 2008:150. Berbagai pendapat di atas pada garis besarnya mengemukakan latar setting yang dibedakan menjadi latar tempat, latar waktu, latar suasana, dan latar sosial. Jalinan sebuah peristiwa didukung pula unsur setting atau latar.

5. Amanat

Dokumen yang terkait

ASPEK PENOKOHAN DALAM CERITA BERSAMBUNG LEDHEK KETHEK KARYA SUGENG WIYADI (Suatu Tinjauan Psikologi Sastra)

0 65 129

ASPEK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMA KIDUNG PINGGIR LURUNG KARYA UDYN U.Pe.We: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA DAN Aspek Sosial Dalam Naskah Drama Kidung Pinggir Lurung Karya Udyn U.Pe.We: Tinjauan Sosiologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di

0 1 11

DEFENSE MECHANISM TOKOH UTAMA DALAM CERITA BERSAMBUNG ARA-ARA CENGKAR TANPA PINGGIR KARYA ADINDA AS (Suatu Tinjauan Psikologi Sastra).

0 0 19

OPTIMISME TOKOH UTAMA DALAM CERITA BERSAMBUNG NGONCEKI IMPEN KARYA SRI SUGIYANTO (Suatu Tinjauan Psikologi Sastra).

0 0 20

ASPEK KRIMINALITAS DALAM CERITA BERSAMBUNG GETIH SRI PANGGUNG KARYA KUKUH S. WIBOWO (Tinjauan Sosiologi Sastra).

0 0 17

Optimisme Tokoh Utama dalam Cerita Bersambung Ngonceki Impen Karya Sri Sugiyanto (Suatu Tinjauan Psikologi Sastra) 1.HALAMAN JUDUL

0 0 20

Self adjustment tokoh utama dalam cerbung gurunadi karya ismoe rianto (Sebuah Tinjauan Psikologi Sastra) Halaman Pengesahan

0 0 17

Ajaran Moral dalam Cerita Bersambung “Enting-Enting” Karya A. Soetarno (Suatu Tinjauan Sosiologi Sastra) IMG 20150928 0001

0 0 1

Sosok Tokoh Sulimah dalam Cerita Bersambung Tangis Biru Karya Ardini Pangastuti BN (Suatu Tinjauan Psikologi Sastra) IMG 20150901 0001

0 0 1

ii PERNYATAAN - ASPEK KRIMINALITAS DALAM CERITA BERSAMBUNG KUNARPO ING GERBONG PUNGKASAN KARYA KUKUH S.WIBOWO (suatu Tinjauan Sosiologi Sastra) - UNS Institutional Repository

0 2 15