Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

commit to user 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Karya Sastra merupakan hasil pemikiran tentang kehidupan yang perwujudannya dalam fiksi serta keberadaannya merupakan pengalaman manusia, sehingga suatu karya sastra yang diciptakan oleh pengarang itu untuk dibaca, dimengerti dan dinikmati. Sebuah cipta sastra mengungkapkan tentang masalah manusia dengan kemanusiaan. Dengan cipta sastra pengarang mau menampilkan nilai-nilai yang lebih tinggi dan agung. Serta mau menafsirkan makna hidup dan hakikat hidup Mursal Esten, 1991:8 . Karya Sastra adalah bentuk kreasi seni yang menggunakan sistem tanda sebagai wahana pemaparan penyampaian, penggambaran suasana, maupun nilai tertentu. Sebagai kreasi seni kehadiran karya sastra tersebut juga ditujukan untuk memberikan efek emotif tertentu bagi penanggapnya Aminuddin, 1995:303 . Sastra adalah suatu bentuk kegiatan manusia yang tergolong pada karya sastra yang menggunakan bahasa sebagai bahan. Sastra adalah seni bahasa, jadi karya sastra adalah salah satu bentuk seni yang memiliki nilai estetis. Karya sastra bukan hanya merupakan curahan perasaan dan hasil imajinasi pengarang saja, namun karya sastra juga merupakan refleksi kehidupan yaitu pantulan respon pengarang dalam menghadapi problem kehidupan yang diolah secara estetis commit to user 2 melalui kreatifitas yang dimilikinya, kemudian hasil olahan tersebut disajikan kepada pembaca. Isi sebuah karya sastra yang paling dominan adalah persoalan kemanusiaan. Manusia ditunjuk menjadi tokoh di dalam cerita dan objek yang sangat baik untuk dikaji, sebab di dalamnya akan terlihat sosok manusia yang berdialog dengan kehidupan. Bertolak dari itu dapat diambil benang merah bahwa sastra adalah cermin kehidupan, walaupun yang tertuang di dalamnya merupakan gambaran fiction belaka. Namun kenyataan sosial yang ada bisa saja terekam tercermin dalam karya sastra ini. Seperti sebuah kehidupan masa lalu, dalam suatu masyarakat dapat selalu dilihat meskipun hanya sebatas kecil yang tidak berarti. Karya sastra merupakan gambaran nyata kehidupan tentang perjalanan manusia dengan berbagai problematika yang menyelimutinya. Oleh karena itu, sastra bermanfaat karena di dalamnya terkandung gagasan-gagasan yang berupa ajaran, petuah-petuah, dan pengetahuan- pengetahuan. Dapat dikatakan bahwa sebenarnya karya sastra itu tidak hanya berfungsi bagi masyarakat dengan seseorang, yang sering menjadi bahan sastra adalah pantulan hubungan seseorang dengan masyarakat Damono, 1993 : 1 Karya sastra mempunyai tiga komponen yang saling berhubungan atau terkait, yaitu pengarang, pembaca atau masyarakat penikmatnya, dan karya sastra itu sendiri. Pengarang mengungkapkan ide-ide, permasalahan dan amanat atau pesan-pesan moral yang ingin disampaikan kepada pembaca atau masyarakatnya melalui karya sastra tersebut. Permasalahan-permasalahan atau konflik yang ada dalam karya sastra sering mengangkat permasalahan-permasalahan sosial yang terdapat dalam realitas kehidupan masyarakat. Permasalahan tersebut disajikan melalui jalan cerita dan commit to user 3 tokoh-tokohnya dengan daya kreatifitas dan imajinasi pengarang, meskipun tokoh dalam suatu cerita merupakan rekaan, namun bukan semata-mata rekaan, melainkan lebih sebagai replika dari sebuah kehidupan yang nyata. Di dalam sebuah karya sastra akan dapat tercermin pula ajaran-ajaran moral melalui amanat, gagasan pengarang maupun latar belakang sosial yang mendasari penciptaan karya tersebut. Lewat karya sastra manusia dapat belajar tentang hakikat hidup dan kehidupan. Para pengarang melihat dinamika ini dan menjadikannya sumber inspirasi. Manusia dan segala problemnya merupakan objek karya sastra. Pengarang dan anggota masyarakat tidak bisa menutup mata terhadap problem masyarakat. Karya sastra tidak lagi berbicara tentang keindahan semata, akan tetapi persoalan- persoalan hidup manusia, sehingga karya sastra menjadi lebih bermakna. Cerbung atau cerita bersambung sebagai salah satu karya sastra hasil budaya manusia banyak menampilkan berbagai permasalahan yang menyangkut kehidupan manusia. Kenyataan itu terkadang terasa sangat nyata dan hidup karena jalinan hubungan tokoh-tokoh, tempat, dan peristiwa-peristiwa yang benar-benar ada atau pernah terjadi pada masyarakat dalam kurun waktu tertentu. Cerita bersambung yang berbahasa Jawa merupakan sebuah cerita yang diciptakan pengarang mampu menciptakan dunia imajinasi yang berisi gambaran kehidupan atau realitas masyarakat yang merupakan kenyataan dalam sosial. Cerita bersambung dengan bahasa Jawa merupakan hasil karya pengarang Jawa Modern dan menjadi genre sastra dalam khasanah kesusastraan Jawa baru. Kemunculan cerita berbahasa Jawa tersebut pada awalnya banyak mendapat dukungan dari berbagai commit to user 4 surat kabar atau majalah yang menjadi wadah tersiarnya jenis sastra ini. Cerita bersambung sebagai karya sastra, banyak menawarkan permasalahan kemanusiaan dan kehidupan. Pengarang menghayati berbagai permasalahan tersebut dengan penuh kesungguhan yang kemudian diungkapkannya kembali melalui sarana fiksi sesuai dengan pandangannya Burhan Nurgiyantoro, 2000: 2. Ismoe Rianto termasuk pengarang yang produktif, karya-karyanya bukan saja merupakan bacaan yang memberikan kesenangan semata, melainkan juga mempunyai manfaat bagi pembaca, sesuai dengan pendapat Horace bahwa seni selayaknyalah bersifat dulce et utile, artinya menyenangkan dan berguna, seni sastra menyenangkan karena bersifat seimbang harmonis, berirama, kata-katanya menarik hati, mengharukan, mengandung konflik, dan sebagainya. Berguna disebabkan karena seni sastra itu memancarkan pengalaman yang tinggi dan hebat, sehingga penikmat akan mendapatkan manfaat serta pengalaman jiwa yang dikemukakan sastrawan itu Pradopo, 1994: 47. Hal ini terlihat dengan banyaknya karya-karya Ismoe Rianto yang telah dihasilkan, dipublikasikan dimuat disurat kabar dan diberbagai majalah berbahasa Jawa, baik yang masih beredar maupun yang sudah tidak beredar, seperti : Jayabaya, Penyebar Semangat, Darma Nyata, Mingguan Kumandhang, Mingguan Suara Karya, Bathara, Jawa Pos, Surabaya Pos, Pewarta Surabaya, Bintang Baru, Mingguan Guru, Majalah Stop, Majalah Info, dan lain-lain. Karya-karyanya antara lain berupa cerita cekak cerkak, cerita bersambung cerbung, essai-essai, reportase budaya, dan naskah sandiwara radio. Hasil-hasil karya Ismoe Rianto banyak mengetengahkan masalah-masalah yang terkait dengan pengalaman hidupnya. commit to user 5 Masalah-masalah tersebut merupakan gambaran sosial yang terjadi di masyarakat pada umumnya seperti tingkah laku, nafsu, keserakahan, perjudian, perselingkuhan, pelacuran, penindasan, persahabatan, kemiskinan, dan lain-lain. Ismoe Rianto pernah meraih penghargaan pada tahun 1991, karena salah satu karyanya yang berjudul ”Tangise Djoemiatoen” keluar sebagai juara 1 penulisan cerita cekak atau cerkak yang diselenggarakan oleh tabloid Jawa Anyar. Kemudian pada tahun 2003, salah satu hasil karyanya yang berjudul ”Kepleset” meraih penghargaan sebagai cerbung terbaik versi majalah Penyebar Semangat. Cerita bersambung karya Ismoe Rianto yang pernah diteliti oleh mahasiswa Sastra Daerah UNS antara lain : Alibi yang diteliti oleh Handoyo 1996 membahas tentang penokohan dalam cerita bersambung Alibi yang ditinjau secara psikologi sastra, Punggel diteliti oleh Siswanti 2006 membahas tentang aspek budaya Jawa serta sikap budaya pengarang yang ditinjau secara sosiologi sastra, Ing Pucuk Kayun telah diteliti oleh Bekti Rahayu 2006 yang membahas tentang masalah sosial yang menyangkut masalah kemiskinan yang berakibat tidak terciptanya keharmonisan dalam bermasyarakat timbul kriminalitas dengan tinjauan sosiologi sastra, kemudian Cerbung Heri, Heru, Hera telah diteliti oleh Iin Faridawati 2007 yang membahas tentang kehidupan jalanan serta wanita-wanita PSK dengan tinjauan sosiologi sastra, dan Cerbung Kantor telah diteliti oleh Dwi Mulyani 2007 yang membahas tentang aspek kepemimpinan seorang kepala atau atasan yang bertindak sewenang-wenang terhadap bawahannya dengan tinjauan sosiologi sastra. commit to user 6 Bertolak dari uraian di atas, akan diteliti sebuah cerita bersambung Mecaki Lurung kang Ilang karya Ismoe Rianto. Mecaki Lurung kang Ilang merupakan suatu cerbung berbahasa Jawa yang berarti Mencari jalan kebaikan yang telah lama hilang yaitu niat baik perempuan nakal pelacur bernama Lely, dia mempunyai keinginan untuk mengubah kehidupannya ke arah yang lebih baik. Lely awalnya seorang perempuan penjaja seks atau pelacur ingin bertobat untuk menjadi perempuan biasa. Penelitian ini berorientasi pada problem sosial masyarakat yang terdapat di berbagai tempat. Cerita bersambung Mecaki Lurung kang Ilang karya Ismoe Rianto ini menyajikan permasalahan tentang problematika kehidupan manusia. Problematika yang dihadapi oleh tokoh-tokohnya mengalami perkembangan dan pada akhirnya berpengaruh terhadap aspek sosialnya. Di dalam cerbung Mecaki Lurung kang Ilang ini selain menampilkan permasalahan seputar permasalahan kehidupan manusia, yaitu dalam kehidupan berumah tangga, perselingkuhan, perjudian, pelacuran serta persahabatan yang mampu menggambarkan segi-segi sosiologis tokoh-tokohnya. Lely adalah seorang istri yang sangat setia dan patuh pada suaminya, yang bernama Tanoto. Meskipun rumah tangga mereka belum dikaruniai seorang anak, namun hal tersebut tidak menghalangi kebahagiaan keduanya. Hari-hari dilalui keduanya dengan suka cita dalam keluarga kecil mereka. Tanoto yang bekerja sebagai kepala bagian atasan di sebuah pabrik, sedangkan Lely bekerja sebagai perancang busana di butik milik tantenya. Menginjak beberapa tahun usia pernikahan mereka, kebahagiaan rumah tangga Lely dan Tanoto mulai terusik dengan adanya orang ketiga. Orang commit to user 7 ketiga tersebut adalah Partiyem, Partiyem yang tidak lain adalah teman Lely. Partiyem sangat kenal dekat dengan Lely, namun tega mengkhianati Lely. Partiyem merupakan pegawai Tanoto di pabrik. Tanpa sepengetahuan Lely, Tanoto telah berselingkuh dengan Partiyem. Hubungan Tanoto dan Partiyem terus berlanjut hingga menghasilkan seorang anak. Sampai pada akhirnya Lely mengetahui perselingkuhan yang dilakukan suaminya. Setelah Lely mengetahui suaminya telah berselingkuh dengan Partiyem dan memiliki anak hasil perselingkuhan mereka, Lely memutuskan untuk meninggalkan Tanoto begitu saja. Sebagai perempuan, Lely tidak ingin di madu dan tidak ingin dikhianati. Lely yang memiliki sifat yang tegar, kuat, dan tidak mudah putus asa, begitu mengalami masalah tersebut sifat Lely langsung berubah pesat. Di tengah keputus asaannya, Lely memilih pergi tanpa tujuan, Lely pergi dengan membawa beban yang sangat berat karena suaminya telah berselingkuh dengan temannya sendiri. Hal tersebut yang membuat Lely sangat kecewa dan sakit hati. Di tengah kalutnya fikiran Lely, seorang laki-laki yang bernama Jarot memanfaatkan kesempatan tersebut, dengan cara menjerumuskan Lely ke lembah hitam yakni sebagai pelacur. Pada kenyataannya sebuah persahabatan yang erat memang merupakan suatu idaman yang ingin dimiliki oleh setiap orang. Seseorang dalam kehidupannya pasti akan membutuhkan kehadiran orang lain. Secara sadar atau tidak dengan adanya hadirnya orang lain, permasalahan yang berat akan menjadi terasa ringan dengan adanya kerjasama dan ada tempat untuk berbagi rasa bersama. Namun teman yang sikapnya terlihat baik di depan kita, belum tentu akan bersikap baik seterusnya. commit to user 8 Seringkali karena gesekan-gesekan atau problem-problem dari kebutuhan hidup yang akan terus berubah dan berkembang pergulatan dengan kehidupan itu sendiri, menyebabkan seseorang melakukan tindakan yang menyimpang. Walaupun teman akrab sekalipun seringkali dapat menjadi gelap mata bahkan tega menusuk dari belakang berkhianat. Apabila hal itu membuat kerugian bagi sahabatnya membuat kehidupannya menjadi berantakan, maka selain akan menimbulkan konflik yang menyebabkan persahabatan menjadi terputus tercerai, juga tidak menuntut kemungkinan akan berpengaruh terhadap aspek sosiologisnya. Cerbung ini memiliki jalan cerita sekaligus kasus-kasus yang sangat menarik untuk diteliti karena sebagian tokoh-tokoh dalam cerbung tersebut memiliki reaksi emosional yang dapat dikatakan ekstrim bagi pemecahan problem hidupnya terhadap masalah-masalah sosial yang dihadapi para tokohnya. Pandangan tokoh-tokoh tentang nilai-nilai kehidupan, menentukan keputusan tentang baik dan buruk, kekecewaan dan penyesalan, masalah keluarga, perselingkuhan, pelacuran dan lain- lain tercermin dalam cerbung ini. Berangkat dari permasalahan di atas, maka cerbung ini menjadi menarik untuk diteliti dengan pendekatan sosiologi sastra. Menurut Sapardi Djoko Damono 1984 : 7, sosiologi adalah telaah yang obyektif dan ilmiah tentang manusia dalam masyarakat secara keseluruhan baik itu tingkah laku, norma, status sosial, dan status budaya. Pendekatan sosiologi bertolak dari asumsi bahwa sastra merupakan pencerminan kehidupan masyarakat. Karya sastra menerima pengaruh dari masyarakat dan sekaligus mampu memberi pengaruh terhadap masyarakat Atar Semi, 1993 : 73 . commit to user 9 Penggunaan aspek-aspek sosial pada manusia dilakukan dengan pendekatan sosiologi sastra, sehingga pendekatan yang dilakukan adalah melalui pendekatan sosiologi sastra guna menganalisis masalah-masalah sosial dalam cerbung Mecaki Lurung kang Ilang karya Ismoe Rianto. Bagaimana persepsi pengarang tentang kehidupan pelacur dalam cerbung tersebut mengalami perkembangan atau perubahan karakter, seberapa jauh lingkungan berpengaruh terhadapnya merupakan kajian utama penelitian ini. Dengan demikian akan diketahui makna yang terdapat dalam keseluruhan peristiwa dalam cerita, serta dapat diketahui hukum-hukum atau teori- teori sosiologi yang digunakan oleh pengarang dalam cerbung Mecaki Lurung kang Ilang. Dewasa ini keberadaan sastra adalah sebagai gejala sosial. Berkaitan dengan ini maka penulisan karya sastra yang berhubungan aspek-aspek sosial yang terdapat di dalamnya perlu mendapat perhatian. Berbagai aspek ditampilkan pengarang bukan merupakan masalah yang terus diabaikan, tetapi perlu dipahami serta dikaitkan dengan proses pemahaman karya sastra secara luas. Berkaitan dengan itu, pada dasarnya karya sastra tidak lepas dari masalah hidup dan kehidupan yang terkait dengan proses penciptaan karya sastra tersebut. Kehidupan masyarakat dan kehadiran sastra merupakan suatu keterkaitan yang tidak terpisahkan, dimana keduanya memperbincangkan suatu hal yang sama tentang kehidupan manusia dengan segala permasalahan yang dihadapi. Pandangan seorang pengarang tentang kehidupan cukup berperan terhadap keberhasilan kesuksesan karyanya. Berangkat dari hal tersebut, commit to user 10 pengarang membutuhkan pendekatan sosiologi sastra untuk mempelajari hubungan karya sastra dengan masyarakat. Dari uraian di atas maka penulis dapat merumuskan alasan yang mendorong penulis mengadakan penelitian terhadap cerbung berbahasa Jawa dengan judul Mecaki Lurung kang Ilang yaitu, di dalam cerbung tersebut menampilkan tokoh- tokoh yang mengalami perubahan karakter yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan sosial hubungan antar manusia. Selain mengetengahkan permasalahan menarik seputar kehidupan manusia, pengarang juga lebih jauh mampu menggambarkan segi- segi sosial antar tokoh-tokohnya. Sehingga perkembangan sosial dari para tokoh dalam cerbung Mecaki Lurung kang Ilang menarik untuk diketahui dan membuat suasana cerita nuansa peristiwa lebih kaya, logis, sehingga menarik untuk diteliti. Melalui pemahaman terhadap tokoh-tokohnya, juga akan dapat diketahui dipahami perubahan, kontradiksi, dan penyimpangan-penyimpangan lain yang terdapat dalam masyarakat. Selain itu dengan mengetahui segi-segi sosiologisnya maka akan dapat tersirat makna yang terkandung dalam keseluruhan cerita, yang dapat digunakan sebagai pengetahuan cerminan dalam kehidupan masyarakat. Terlepas dari permasalahan di atas, dengan pertimbangan bahwa karya sastra mengandung aspek kejiwaan yang sangat kaya, maka di dalam penelitian ini penulis memberi judul Persepsi Ismoe Rianto terhadap Kehidupan Pelacur dalam Cerita Bersambung Mecaki Lurung kang Ilang Sebuah Pendekatan Sosiologi Sastra. commit to user 11

B. Batasan Masalah

Dokumen yang terkait

ASPEK PENOKOHAN DALAM CERITA BERSAMBUNG LEDHEK KETHEK KARYA SUGENG WIYADI (Suatu Tinjauan Psikologi Sastra)

0 65 129

ASPEK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMA KIDUNG PINGGIR LURUNG KARYA UDYN U.Pe.We: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA DAN Aspek Sosial Dalam Naskah Drama Kidung Pinggir Lurung Karya Udyn U.Pe.We: Tinjauan Sosiologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di

0 1 11

DEFENSE MECHANISM TOKOH UTAMA DALAM CERITA BERSAMBUNG ARA-ARA CENGKAR TANPA PINGGIR KARYA ADINDA AS (Suatu Tinjauan Psikologi Sastra).

0 0 19

OPTIMISME TOKOH UTAMA DALAM CERITA BERSAMBUNG NGONCEKI IMPEN KARYA SRI SUGIYANTO (Suatu Tinjauan Psikologi Sastra).

0 0 20

ASPEK KRIMINALITAS DALAM CERITA BERSAMBUNG GETIH SRI PANGGUNG KARYA KUKUH S. WIBOWO (Tinjauan Sosiologi Sastra).

0 0 17

Optimisme Tokoh Utama dalam Cerita Bersambung Ngonceki Impen Karya Sri Sugiyanto (Suatu Tinjauan Psikologi Sastra) 1.HALAMAN JUDUL

0 0 20

Self adjustment tokoh utama dalam cerbung gurunadi karya ismoe rianto (Sebuah Tinjauan Psikologi Sastra) Halaman Pengesahan

0 0 17

Ajaran Moral dalam Cerita Bersambung “Enting-Enting” Karya A. Soetarno (Suatu Tinjauan Sosiologi Sastra) IMG 20150928 0001

0 0 1

Sosok Tokoh Sulimah dalam Cerita Bersambung Tangis Biru Karya Ardini Pangastuti BN (Suatu Tinjauan Psikologi Sastra) IMG 20150901 0001

0 0 1

ii PERNYATAAN - ASPEK KRIMINALITAS DALAM CERITA BERSAMBUNG KUNARPO ING GERBONG PUNGKASAN KARYA KUKUH S.WIBOWO (suatu Tinjauan Sosiologi Sastra) - UNS Institutional Repository

0 2 15