PERSEPSI ISMOE RIANTO TERHADAP KEHIDUPAN PELACUR DALAM CERITA BERSAMBUNG MECAKI LURUNG KANG ILANG (Suatu Tinjauan Sosiologi Sastra)

(1)

commit to user

PELACUR DALAM CERITA BERSAMBUNG

MECAKI LURUNG KANG ILANG

(Suatu Tinjauan Sosiologi Sastra)

Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra

Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret

Disusun Oleh : Emi Rohkayati

C0106015

JURUSAN SASTRA DAERAH

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA


(2)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PERSEPSI ISMOE RIANTO TERHADAP KEHIDUPAN

PELACUR DALAM CERITA BERSAMBUNG

MECAKI LURUNG KANG ILANG

(Suatu Tinjauan Sosiologi Sastra)

Disusun oleh Emi Rohkayati

C 0106015

Telah disetujui oleh pembimbing Pembimbing I:

Dra. Sundari, M.Hum. NIP. 195610031981032002

Pembimbing II:

Drs. Christiana Dwi Wardhana, M.Hum. NIP. 195416101981031003

Mengetahui,

Ketua Jurusan Sastra Daerah

Drs. Imam Sutardjo, M.Hum. NIP. 196001011987031004


(3)

commit to user

PELACUR DALAM CERITA BERSAMBUNG

MECAKI LURUNG KANG ILANG

(Suatu Tinjauan Sosiologi Sastra)

Disusun oleh Emi Rohkayati

C 0106015

Telah disetujui oleh Tim Penguji Skripsi

Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Pada Tanggal__________

Jabatan Nama Tanda Tangan

Ketua Dra. Dyah Padmaningsih, M.Hum ………….. NIP. 196001011987031004

Sekertaris Sahid Teguh W, S.S.M.Hum.Ph.D ... NIP. 197003071994031001

Penguji I Dra. Sundari, M. Hum. ………... NIP. 195610031981032002

Penguji II Drs. Christiana D. W, M. Hum .………... NIP. 195416101981031003

Dekan

Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Drs. Sudarno, M.A. NIP. 195303141985061001


(4)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PERNYATAAN

Nama : Emi Rohkayati NIM : C 0106015

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa, skripsi berjudulPersepsi Ismoe Rianto terhadap Kehidupan Pelacur dalam Cerita Bersambung Mecaki Lurung

kang Ilang (Suatu Tinjauan Sosiologi Sastra) adalah benar-benar karya sendiri,

dan bukan plagiat, dan tidak dibuatkan orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam skripsi ini diberi tanda / kutipan dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh dari skripsi tersebut.

Surakarta, 13 Januari 2011 Yang membuat pernyataan,


(5)

commit to user

1. Tetap berusaha dan selalu berdoa untuk mewujudkan cita-cita selama dunia masih berputar. (Penulis)

2. Kebanggaan terbesar adalah melakukan suatu kebaikan yang orang lain tidak sanggup untuk melakukannya (Penulis).

3. Sesungguhnya orang yang bertakwa mendapat kemenangan (Surat An-Naba : 31).


(6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PERSEMBAHAN

1. Bapak dan Ibu yang selalu memberikan kasih sayang, dukungan dan do’a dalam menggapai angan dan cita-citaku.


(7)

commit to user

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Persepsi Ismoe Rianto terhadap Kehidupan Pelacur dalam Cerita Bersambung Mecaki Lurung Kang Ilang (Sebuah Tinjauan Sosiologi Sastra)”. Segala usaha dan kerja keras yang dilakukan penulis tidak akan banyak berarti tanpa adanya bantuan, motivasi, dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Drs. Sudarno, M.A, selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, beserta staf yang telah memberikan izin kepada penulis dalam penyusunan skripsi.

2. Drs. Imam Sutardjo, M.Hum, selaku Ketua Jurusan Sastra Daerah yang telah memberi izin dan dorongan kepada penulis.

3. Dra. Sundari, M.Hum, sebagai pembimbing pertama telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Drs. Christiana D.W. M.Hum, sebagai pembimbing kedua dan sebagai Pembimbing Akademis telah membimbing, mengarahkan, memotivasi dan memberi kemudahan dalam penyusunan skripsi.

5. Bapak serta Ibu dosen Jurusan Sastra Daerah yang telah banyak memberikan bekal selama perkuliahan.


(8)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6. Bapak Ismoe Rianto, selaku pengarang cerbung Mecaki Lurung kang

Ilang yang menjadi objek penelitian ini, dan membantu serta memberi

informasi yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini.

7. Staff perpustakaan pusat dan Fakultas Sastra Universitas Sebelas Maret atas pelayanannya dalam menyediakan buku-buku referensi yang diperlukan dalam menyusun skripsi ini.

8. Kakak-kakakku serta keponakan-keponakanku selalu memotivasi dan memberi inspirasi dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Rekan-rekan mahasiswa Sastra Daerah angkatan 2006. Terima kasih atas kebersamaan dalam suka dan duka.

Semua pihak yang telah memberikan dorongan dan bantuan dalam bentuk apapun semoga Tuhan selalu memberikan berkah dan karunia-Nya atas segala amal kebaikan dari semua pihak yang telah diberikan kepada penulis.

Penulis dengan segala kerendahan hati menyadari bahwa karya ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu sangat diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Surakarta, 13 Januari 2011 Penulis


(9)

commit to user

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR SINGKATAN... xiii

ABSTRAK ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Pembatasan Masalah ... 11

C. Perumusan Masalah ... 11

D. Tujuan Penelitian ... 12

E. Manfaat Penelitian ... 12

BAB II LANDASAN TEORI ... 14

A. Pengertian Cerita Bersambung ... 14

B. Pendekatan Struktural ... 15

C. Pendekatan Sosiologi Sastra ... 25

D. Teori Pelacur ... 27


(10)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB III METODE PENELITIAN... 30

A. Metode dan Bentuk Penelitian ... 30

B. Sumber Data dan Data ... 31

C. Teknik Pengumpulan Data ... 32

1. Teknik Analisis Struktural... 32

2. Teknik Wawancara ... 33

3. Teknik Kepustakaan ... 33

D. Teknis Analisis Data... 34

1. Reduksi Data ... 35

2. Penyajian Data ... 36

3. Verifikasi/ Penarikan Kesimpulan ... 37

BAB IV PEMBAHASAN... 38

A. Tinjauan Pengarang ... 38

1. Riwayat Hidup Pengarang ... 38

2. Latar Belakang Sosial Budaya Pengarang... 40

3. Kedudukan Pengarang dalam Keluarga ... 41

4. Kedudukan Pengarang dalam Masyarakat... 42

5. Ismoe Rianto Sebagai Pengarang... 42

6. Karya-karyaIsmoe Rianto... 44

B. Analisis Struktural Cerbung MLKI... 47

1. Tema... 47

2. Alur... 49


(11)

commit to user

c. Rising Action ... 52

d. Climax ... 54

e. Denoument ... 56

3. Penokohan... 57

a. Lely... 57

b. Rasmoyo... 59

c. Nugraha... 61

d. Tanoto... 62

e. Partiyem... 65

f. Tante Esther... 67

g. Mami... 68

h. Jarod... 69

i. Ermi... 69

4. Latar atau Setting... 72

a. Latar Tempat... 72

b. Latar Waktu ... 80

c. Latar Suasana... 84

c. Latar Sosial... 89

5. Amanat... 92

6. Keterkaian Antar Unsur... 95


(12)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

D.Latar Belakang Cerbung MLKI………... 103

BAB V PENUTUP ... 111

A. Kesimpulan ... 112

B. Saran... 114

DAFTAR PUSTAKA... 115 LAMPIRAN


(13)

commit to user

1. Cerbung : Cerita Bersambung 2. Cerpen : Cerita Pendek 3. Jatim : Jawa Timur

4. Koptu Polri : Kopral Satu Kepolisian Republik Indonesia 5. PPSJS : Paguyuban Pengarang Sastra Jawa Surabaya 6. PSK : Pekerja Seks Komersil

7. RKPD : Radio Khusus Pemerintah Daerah 8. SMP : Sekolah Menengah Pertama 9. SR : Sekolah Rakyat

10.STM : Sekolah Tingkat Menengah 11.WTS : Wanita Tuna Susila


(14)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ABSTRAK

Emi Rohkayati. C 0106015. Persepsi Ismoe Rianto Terhadap Kehidupan Pelacur dalam Cerita Bersambung Mecaki Lurung kang Ilang (Suatu Tinjauan Sosiologi

Sastra). Skripsi: Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah: (1) Struktur sastra yang meliputi : tema, alur, penokohan, latar, dan amanat. (2) Persepsi pengarang tentang kehidupan pelacur dalam cerbung Mecaki Lurung kang Ilang. (3) Latar belakang terciptanya cerita bersambung Mecaki Lurung kang Ilang.

Penelitian ini bertujuan : mendeskripsikan struktur, persepsi kehidupan pelacur, menemukan latar belakang terciptanya cerbung Mecaki Lurung kang Ilang.

Pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan struktural dan pendekatan sosiologi sastra. Pendekatan struktural diambil karena cerbung merupakan bentuk karya sastra yang di dalamnya mengandung unsur-unsur pembangun seperti tema, alur, penokohan, latar, dan amanat. Pendekatan sosiologi sastra digunakan untuk mengetahui unsur ekstrinsik dari cerbung tersebut yaitu kondisi sosial para tokohnya

Bentuk penelitian ini berupa penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data dari penelitian ini adalah cerita bersambung Mecaki Lurung kang Ilang karya Ismoe Rianto yang dimuat dalam Majalah berbahasa Jawa Jaya Baya tanggal 1 Oktober 2008 sampai 1 Maret 2009. Adapun data yang dipakai dalam penelitian ini ada dua yaitu data primer dan data sekunder. Data primernya yaitu unsur-unsur intrinsik serta aspek sosiologi sastra dalam teks cerita bersambung Mecaki Lurung

kang Ilang karya Ismoe Rianto. Data sekunder dalam penelitian berupa hasil

wawancara serta biografi dari pengarang serta anggota masyarakat yang bersangkutan.

Pengumpulan data menggunakan studi pustaka dan wawancara. Analisis data meliputi tiga langkah, yakni: reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan/verifikasi.

Analisis dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa cerbung karya Ismoe Rianto yang berjudul Mecaki Lurung kang Ilang memiliki unsur-unsur pembangun seperti tema, alur, penokohan, latar, serta amanat yang saling terkait secara utuh. Kedua, Ismoe Rianto selaku pengarang cerita bersambung Mecaki

Lurung kang Ilang mengungkapkan persepsi sendiri tentang pelacur. Menurut

Ismoe Rianto, seseorang yang menjadi pelacur terdapat empat penyebabnya, antara lain yaitu: faktor ekonomi, pendidikan rendah, keadaan, serta pergaulan. Ketiga, Hal yang paling mendasar terciptanya cerbung Mecaki Lurung kang Ilang

yakni, begitu merebahnya wabah perselingkuhan dari dahulu sampai sekarang dalam masyarakat saat ini. Ismoe Rianto sebagai seorang pengarang tidak ingin tinggal diam dalam hal ini. Perselingkuhan yang sangat merajalela sampai saat ini,


(15)

commit to user

amanat serta pesan untuk para pembaca, khususnya Majalah berbahasa Jawa tentang dampak buruknya suatu perselingkuhan dalam rumah tangga. Perselingkuhan merupakan suatu tindakan diam-diam membagi cinta atau seks yang dilakukan dengan pasangan barunya dengan korban pasangan lamanya / pasangan yang sah.


(16)

PERSEPSI ISMOE RIANTO TERHADAP KEHIDUPAN PELACUR DALAM CERITA BERSAMBUNG

MECAKI LURUNG KANG ILANG

(Suatu Tinjauan Sosiologi Sastra) Emi Rohkayati1

Dra. Sundari, M.Hum.2 Drs. Christiana Dwi Wardhana, M.Hum.3

ABSTRAK

2011. Skripsi: Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah: (1) Struktur sastra yang meliputi : tema, alur, penokohan, latar, dan amanat. (2) Persepsi pengarang tentang kehidupan pelacur dalam cerbung Mecaki Lurung kang Ilang. (3)Latar belakang terciptanya cerita bersambung Mecaki Lurung kang Ilang.

Penelitian ini bertujuan : mendeskripsikan struktur, persepsi kehidupan pelacur, menemukan latar belakang terciptanya cerbung Mecaki Lurung kang Ilang.

Pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan struktural dan pendekatan sosiologi sastra. Pendekatan struktural diambil karena cerbung merupakan bentuk karya sastra yang di dalamnya mengandung unsur-unsur pembangun seperti tema, alur, penokohan, latar, dan amanat. Pendekatan sosiologi sastra digunakan untuk mengetahui unsur ekstrinsik dari cerbung tersebut yaitu kondisi sosial para tokohnya Bentuk penelitian ini berupa penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data dari penelitian ini adalah cerita bersambung Mecaki Lurung kang Ilang

karya Ismoe Rianto yang dimuat dalam Majalah berbahasa Jawa Jaya Baya tanggal 1 Oktober 2008 sampai 1 Maret 2009. Adapun data yang dipakai dalam penelitian ini ada dua yaitu data primer dan data sekunder. Data primernya yaitu unsur-unsur intrinsik serta aspek sosiologi sastra dalam teks cerita bersambung Mecaki Lurung kang Ilang karya Ismoe Rianto. Data sekunder dalam penelitian berupa hasil wawancara serta biografi dari pengarang serta anggota masyarakat yang bersangkutan.

1

Mahasiswa Jurusan Sastra Daerah dengan NIM C0106015 2

Dosen Pembimbing I 3

Dosen Pembimbing II

Pengumpulan data menggunakan studi pustaka dan wawancara. Analisis data meliputi tiga langkah, yakni: reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan/verifikasi.

Analisis dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa cerbung karya Ismoe Rianto yang berjudul Mecaki Lurung kang Ilang memiliki unsur-unsur pembangun seperti tema, alur, penokohan, latar, serta amanat yang saling terkait secara utuh. Kedua, Ismoe Rianto selaku pengarang cerita bersambung Mecaki Lurung kang Ilang mengungkapkan persepsi sendiri tentang pelacur. Ketiga, Hal yang paling mendasar terciptanya cerbung Mecaki Lurung kang Ilang yakni, begitu merebahnya wabah perselingkuhan dari dahulu sampai sekarang dalam masyarakat saat ini.


(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Karya Sastra merupakan hasil pemikiran tentang kehidupan yang perwujudannya dalam fiksi serta keberadaannya merupakan pengalaman manusia, sehingga suatu karya sastra yang diciptakan oleh pengarang itu untuk dibaca, dimengerti dan dinikmati. Sebuah cipta sastra mengungkapkan tentang masalah manusia dengan kemanusiaan. Dengan cipta sastra pengarang mau menampilkan nilai-nilai yang lebih tinggi dan agung. Serta mau menafsirkan makna hidup dan hakikat hidup ( Mursal Esten, 1991:8 ). Karya Sastra adalah bentuk kreasi seni yang menggunakan sistem tanda sebagai wahana pemaparan penyampaian, penggambaran suasana, maupun nilai tertentu. Sebagai kreasi seni kehadiran karya sastra tersebut juga ditujukan untuk memberikan efek emotif tertentu bagi penanggapnya (Aminuddin, 1995:303 ). Sastra adalah suatu bentuk kegiatan manusia yang tergolong pada karya sastra yang menggunakan bahasa sebagai bahan. Sastra adalah seni bahasa, jadi karya sastra adalah salah satu bentuk seni yang memiliki nilai estetis.

Karya sastra bukan hanya merupakan curahan perasaan dan hasil imajinasi pengarang saja, namun karya sastra juga merupakan refleksi kehidupan yaitu pantulan respon pengarang dalam menghadapi problem kehidupan yang diolah secara estetis


(18)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2

melalui kreatifitas yang dimilikinya, kemudian hasil olahan tersebut disajikan kepada pembaca. Isi sebuah karya sastra yang paling dominan adalah persoalan kemanusiaan. Manusia ditunjuk menjadi tokoh di dalam cerita dan objek yang sangat baik untuk dikaji, sebab di dalamnya akan terlihat sosok manusia yang berdialog dengan kehidupan. Bertolak dari itu dapat diambil benang merah bahwa sastra adalah cermin kehidupan, walaupun yang tertuang di dalamnya merupakan gambaran (fiction) belaka. Namun kenyataan sosial yang ada bisa saja terekam / tercermin dalam karya sastra ini. Seperti sebuah kehidupan masa lalu, dalam suatu masyarakat dapat selalu dilihat meskipun hanya sebatas kecil yang tidak berarti. Karya sastra merupakan gambaran nyata kehidupan tentang perjalanan manusia dengan berbagai problematika yang menyelimutinya. Oleh karena itu, sastra bermanfaat karena di dalamnya terkandung gagasan-gagasan yang berupa ajaran, petuah-petuah, dan pengetahuan-pengetahuan. Dapat dikatakan bahwa sebenarnya karya sastra itu tidak hanya berfungsi bagi masyarakat dengan seseorang, yang sering menjadi bahan sastra adalah pantulan hubungan seseorang dengan masyarakat (Damono, 1993 : 1)

Karya sastra mempunyai tiga komponen yang saling berhubungan atau terkait, yaitu pengarang, pembaca atau masyarakat penikmatnya, dan karya sastra itu sendiri. Pengarang mengungkapkan ide-ide, permasalahan dan amanat atau pesan-pesan moral yang ingin disampaikan kepada pembaca atau masyarakatnya melalui karya sastra tersebut. Permasalahan-permasalahan atau konflik yang ada dalam karya sastra sering mengangkat permasalahan-permasalahan sosial yang terdapat dalam realitas kehidupan masyarakat. Permasalahan tersebut disajikan melalui jalan cerita dan


(19)

tokoh-tokohnya dengan daya kreatifitas dan imajinasi pengarang, meskipun tokoh dalam suatu cerita merupakan rekaan, namun bukan semata-mata rekaan, melainkan lebih sebagai replika dari sebuah kehidupan yang nyata. Di dalam sebuah karya sastra akan dapat tercermin pula ajaran-ajaran moral melalui amanat, gagasan pengarang maupun latar belakang sosial yang mendasari penciptaan karya tersebut.

Lewat karya sastra manusia dapat belajar tentang hakikat hidup dan kehidupan. Para pengarang melihat dinamika ini dan menjadikannya sumber inspirasi. Manusia dan segala problemnya merupakan objek karya sastra. Pengarang dan anggota masyarakat tidak bisa menutup mata terhadap problem masyarakat. Karya sastra tidak lagi berbicara tentang keindahan semata, akan tetapi persoalan-persoalan hidup manusia, sehingga karya sastra menjadi lebih bermakna.

Cerbung atau cerita bersambung sebagai salah satu karya sastra hasil budaya manusia banyak menampilkan berbagai permasalahan yang menyangkut kehidupan manusia. Kenyataan itu terkadang terasa sangat nyata dan hidup karena jalinan hubungan tokoh-tokoh, tempat, dan peristiwa-peristiwa yang benar-benar ada atau pernah terjadi pada masyarakat dalam kurun waktu tertentu.

Cerita bersambung yang berbahasa Jawa merupakan sebuah cerita yang diciptakan pengarang mampu menciptakan dunia imajinasi yang berisi gambaran kehidupan atau realitas masyarakat yang merupakan kenyataan dalam sosial. Cerita bersambung dengan bahasa Jawa merupakan hasil karya pengarang Jawa Modern dan menjadi genre sastra dalam khasanah kesusastraan Jawa baru. Kemunculan cerita berbahasa Jawa tersebut pada awalnya banyak mendapat dukungan dari berbagai


(20)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

4

surat kabar atau majalah yang menjadi wadah tersiarnya jenis sastra ini. Cerita bersambung sebagai karya sastra, banyak menawarkan permasalahan kemanusiaan dan kehidupan. Pengarang menghayati berbagai permasalahan tersebut dengan penuh kesungguhan yang kemudian diungkapkannya kembali melalui sarana fiksi sesuai dengan pandangannya (Burhan Nurgiyantoro, 2000: 2).

Ismoe Rianto termasuk pengarang yang produktif, karya-karyanya bukan saja merupakan bacaan yang memberikan kesenangan semata, melainkan juga mempunyai manfaat bagi pembaca, sesuai dengan pendapat Horace bahwa seni selayaknyalah bersifat dulce et utile, artinya menyenangkan dan berguna, seni sastra menyenangkan karena bersifat seimbang (harmonis), berirama, kata-katanya menarik hati, mengharukan, mengandung konflik, dan sebagainya. Berguna disebabkan karena seni sastra itu memancarkan pengalaman yang tinggi dan hebat, sehingga penikmat akan mendapatkan manfaat serta pengalaman jiwa yang dikemukakan sastrawan itu (Pradopo, 1994: 47). Hal ini terlihat dengan banyaknya karya-karya Ismoe Rianto yang telah dihasilkan, dipublikasikan / dimuat disurat kabar dan diberbagai majalah berbahasa Jawa, baik yang masih beredar maupun yang sudah tidak beredar, seperti : Jayabaya, Penyebar Semangat, Darma Nyata, Mingguan Kumandhang, Mingguan Suara Karya, Bathara, Jawa Pos, Surabaya Pos, Pewarta Surabaya, Bintang Baru, Mingguan Guru, Majalah Stop, Majalah Info, dan lain-lain. Karya-karyanya antara lain berupa cerita cekak (cerkak), cerita bersambung (cerbung), essai-essai, reportase budaya, dan naskah sandiwara radio. Hasil-hasil karya Ismoe Rianto banyak mengetengahkan masalah-masalah yang terkait dengan pengalaman hidupnya.


(21)

Masalah-masalah tersebut merupakan gambaran sosial yang terjadi di masyarakat pada umumnya seperti tingkah laku, nafsu, keserakahan, perjudian, perselingkuhan, pelacuran, penindasan, persahabatan, kemiskinan, dan lain-lain. Ismoe Rianto pernah meraih penghargaan pada tahun 1991, karena salah satu karyanya yang berjudul ”Tangise Djoemiatoen” keluar sebagai juara 1 penulisan cerita cekak atau cerkak yang diselenggarakan oleh tabloid Jawa Anyar. Kemudian pada tahun 2003, salah satu hasil karyanya yang berjudul ”Kepleset” meraih penghargaan sebagai cerbung terbaik versi majalah Penyebar Semangat.

Cerita bersambung karya Ismoe Rianto yang pernah diteliti oleh mahasiswa Sastra Daerah UNS antara lain : Alibi yang diteliti oleh Handoyo (1996) membahas tentang penokohan dalam cerita bersambung Alibi yang ditinjau secara psikologi sastra, Punggel diteliti oleh Siswanti (2006) membahas tentang aspek budaya Jawa serta sikap budaya pengarang yang ditinjau secara sosiologi sastra, Ing Pucuk Kayun

telah diteliti oleh Bekti Rahayu (2006) yang membahas tentang masalah sosial yang menyangkut masalah kemiskinan yang berakibat tidak terciptanya keharmonisan dalam bermasyarakat timbul kriminalitas dengan tinjauan sosiologi sastra, kemudian Cerbung Heri, Heru, Hera telah diteliti oleh Iin Faridawati (2007) yang membahas tentang kehidupan jalanan serta wanita-wanita PSK dengan tinjauan sosiologi sastra, dan Cerbung Kantor telah diteliti oleh Dwi Mulyani (2007) yang membahas tentang aspek kepemimpinan seorang kepala atau atasan yang bertindak sewenang-wenang terhadap bawahannya dengan tinjauan sosiologi sastra.


(22)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

6

Bertolak dari uraian di atas, akan diteliti sebuah cerita bersambung Mecaki

Lurung kang Ilang karya Ismoe Rianto. Mecaki Lurung kang Ilang merupakan suatu

cerbung berbahasa Jawa yang berarti Mencari jalan kebaikan yang telah lama hilang yaitu niat baik perempuan nakal (pelacur) bernama Lely, dia mempunyai keinginan untuk mengubah kehidupannya ke arah yang lebih baik. Lely awalnya seorang perempuan penjaja seks atau pelacur ingin bertobat untuk menjadi perempuan biasa. Penelitian ini berorientasi pada problem sosial masyarakat yang terdapat di berbagai tempat.

Cerita bersambung Mecaki Lurung kang Ilang karya Ismoe Rianto ini menyajikan permasalahan tentang problematika kehidupan manusia. Problematika yang dihadapi oleh tokoh-tokohnya mengalami perkembangan dan pada akhirnya berpengaruh terhadap aspek sosialnya. Di dalam cerbung Mecaki Lurung kang Ilang

ini selain menampilkan permasalahan seputar permasalahan kehidupan manusia, yaitu dalam kehidupan berumah tangga, perselingkuhan, perjudian, pelacuran serta persahabatan yang mampu menggambarkan segi-segi sosiologis tokoh-tokohnya. Lely adalah seorang istri yang sangat setia dan patuh pada suaminya, yang bernama Tanoto. Meskipun rumah tangga mereka belum dikaruniai seorang anak, namun hal tersebut tidak menghalangi kebahagiaan keduanya. Hari-hari dilalui keduanya dengan suka cita dalam keluarga kecil mereka. Tanoto yang bekerja sebagai kepala bagian/ atasan di sebuah pabrik, sedangkan Lely bekerja sebagai perancang busana di butik milik tantenya. Menginjak beberapa tahun usia pernikahan mereka, kebahagiaan rumah tangga Lely dan Tanoto mulai terusik dengan adanya orang ketiga. Orang


(23)

ketiga tersebut adalah Partiyem, Partiyem yang tidak lain adalah teman Lely. Partiyem sangat kenal dekat dengan Lely, namun tega mengkhianati Lely. Partiyem merupakan pegawai Tanoto di pabrik. Tanpa sepengetahuan Lely, Tanoto telah berselingkuh dengan Partiyem. Hubungan Tanoto dan Partiyem terus berlanjut hingga menghasilkan seorang anak. Sampai pada akhirnya Lely mengetahui perselingkuhan yang dilakukan suaminya. Setelah Lely mengetahui suaminya telah berselingkuh dengan Partiyem dan memiliki anak hasil perselingkuhan mereka, Lely memutuskan untuk meninggalkan Tanoto begitu saja. Sebagai perempuan, Lely tidak ingin di madu dan tidak ingin dikhianati. Lely yang memiliki sifat yang tegar, kuat, dan tidak mudah putus asa, begitu mengalami masalah tersebut sifat Lely langsung berubah pesat. Di tengah keputus asaannya, Lely memilih pergi tanpa tujuan, Lely pergi dengan membawa beban yang sangat berat karena suaminya telah berselingkuh dengan temannya sendiri. Hal tersebut yang membuat Lely sangat kecewa dan sakit hati. Di tengah kalutnya fikiran Lely, seorang laki-laki yang bernama Jarot memanfaatkan kesempatan tersebut, dengan cara menjerumuskan Lely ke lembah hitam yakni sebagai pelacur.

Pada kenyataannya sebuah persahabatan yang erat memang merupakan suatu idaman yang ingin dimiliki oleh setiap orang. Seseorang dalam kehidupannya pasti akan membutuhkan kehadiran orang lain. Secara sadar atau tidak dengan adanya/ hadirnya orang lain, permasalahan yang berat akan menjadi terasa ringan dengan adanya kerjasama dan ada tempat untuk berbagi rasa bersama. Namun teman yang sikapnya terlihat baik di depan kita, belum tentu akan bersikap baik seterusnya.


(24)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

8

Seringkali karena gesekan-gesekan atau problem-problem dari kebutuhan hidup yang akan terus berubah dan berkembang / pergulatan dengan kehidupan itu sendiri, menyebabkan seseorang melakukan tindakan yang menyimpang. Walaupun teman akrab sekalipun seringkali dapat menjadi gelap mata bahkan tega menusuk dari belakang / berkhianat. Apabila hal itu membuat kerugian bagi sahabatnya / membuat kehidupannya menjadi berantakan, maka selain akan menimbulkan konflik yang menyebabkan persahabatan menjadi terputus / tercerai, juga tidak menuntut kemungkinan akan berpengaruh terhadap aspek sosiologisnya.

Cerbung ini memiliki jalan cerita sekaligus kasus-kasus yang sangat menarik untuk diteliti karena sebagian tokoh-tokoh dalam cerbung tersebut memiliki reaksi emosional yang dapat dikatakan ekstrim bagi pemecahan problem hidupnya terhadap masalah-masalah sosial yang dihadapi para tokohnya. Pandangan tokoh-tokoh tentang nilai-nilai kehidupan, menentukan keputusan tentang baik dan buruk, kekecewaan dan penyesalan, masalah keluarga, perselingkuhan, pelacuran dan lain-lain tercermin dalam cerbung ini. Berangkat dari permasalahan di atas, maka cerbung ini menjadi menarik untuk diteliti dengan pendekatan sosiologi sastra.

Menurut Sapardi Djoko Damono (1984 : 7), sosiologi adalah telaah yang obyektif dan ilmiah tentang manusia dalam masyarakat secara keseluruhan baik itu tingkah laku, norma, status sosial, dan status budaya. Pendekatan sosiologi bertolak dari asumsi bahwa sastra merupakan pencerminan kehidupan masyarakat. Karya sastra menerima pengaruh dari masyarakat dan sekaligus mampu memberi pengaruh terhadap masyarakat ( Atar Semi, 1993 : 73 ).


(25)

Penggunaan aspek-aspek sosial pada manusia dilakukan dengan pendekatan sosiologi sastra, sehingga pendekatan yang dilakukan adalah melalui pendekatan sosiologi sastra guna menganalisis masalah-masalah sosial dalam cerbung Mecaki

Lurung kang Ilang karya Ismoe Rianto. Bagaimana persepsi pengarang tentang

kehidupan pelacur dalam cerbung tersebut mengalami perkembangan atau perubahan karakter, seberapa jauh lingkungan berpengaruh terhadapnya merupakan kajian utama penelitian ini. Dengan demikian akan diketahui makna yang terdapat dalam keseluruhan peristiwa dalam cerita, serta dapat diketahui hukum-hukum atau teori-teori sosiologi yang digunakan oleh pengarang dalam cerbung Mecaki Lurung kang

Ilang.

Dewasa ini keberadaan sastra adalah sebagai gejala sosial. Berkaitan dengan ini maka penulisan karya sastra yang berhubungan aspek-aspek sosial yang terdapat di dalamnya perlu mendapat perhatian. Berbagai aspek ditampilkan pengarang bukan merupakan masalah yang terus diabaikan, tetapi perlu dipahami serta dikaitkan dengan proses pemahaman karya sastra secara luas. Berkaitan dengan itu, pada dasarnya karya sastra tidak lepas dari masalah hidup dan kehidupan yang terkait dengan proses penciptaan karya sastra tersebut. Kehidupan masyarakat dan kehadiran sastra merupakan suatu keterkaitan yang tidak terpisahkan, dimana keduanya memperbincangkan suatu hal yang sama tentang kehidupan manusia dengan segala permasalahan yang dihadapi. Pandangan seorang pengarang tentang kehidupan cukup berperan terhadap keberhasilan / kesuksesan karyanya. Berangkat dari hal tersebut,


(26)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

10

pengarang membutuhkan pendekatan sosiologi sastra untuk mempelajari hubungan karya sastra dengan masyarakat.

Dari uraian di atas maka penulis dapat merumuskan alasan yang mendorong penulis mengadakan penelitian terhadap cerbung berbahasa Jawa dengan judul

Mecaki Lurung kang Ilang yaitu, di dalam cerbung tersebut menampilkan

tokoh-tokoh yang mengalami perubahan karakter yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan sosial / hubungan antar manusia. Selain mengetengahkan permasalahan menarik seputar kehidupan manusia, pengarang juga lebih jauh mampu menggambarkan segi-segi sosial antar tokoh-tokohnya. Sehingga perkembangan sosial dari para tokoh dalam cerbung Mecaki Lurung kang Ilang menarik untuk diketahui dan membuat suasana cerita / nuansa peristiwa lebih kaya, logis, sehingga menarik untuk diteliti. Melalui pemahaman terhadap tokoh-tokohnya, juga akan dapat diketahui / dipahami perubahan, kontradiksi, dan penyimpangan-penyimpangan lain yang terdapat dalam masyarakat. Selain itu dengan mengetahui segi-segi sosiologisnya maka akan dapat tersirat makna yang terkandung dalam keseluruhan cerita, yang dapat digunakan sebagai pengetahuan / cerminan dalam kehidupan masyarakat.

Terlepas dari permasalahan di atas, dengan pertimbangan bahwa karya sastra mengandung aspek kejiwaan yang sangat kaya, maka di dalam penelitian ini penulis memberi judul Persepsi Ismoe Rianto terhadap Kehidupan Pelacur dalam Cerita


(27)

B. Batasan Masalah

Sebuah penelitian agar dapat mengarah serta dapat memecahkan masalah sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, maka diperlukan adanya pembatasan masalah sehingga inti permasalahan yang hendak dicapai tidak terlalu meluas dari apa yang seharusnya dibicarakan. Pembatasan masalah ini adalah Pembahasan dibatasi mengenai struktur yang membangun dalam cerita bersambung Mecaki Lurung kang

Ilang karya Ismoe Rianto yang meliputi tema, alur, penokohan, latar dan amanat.

Kemudian dilanjutkan dengan persepsi pengarang tentang kehidupan pelacur secara sosiologi sastra, serta latar belakang terciptanya cerbung Mecaki Lurung kang Ilang

sehingga nantinya diharapkan akan diperoleh makna dan nilai yang mengandung pesan-pesan sosial bagi pembacanya.

C. Rumusan Masalah

Tanpa rumusan masalah yang jelas, maka pembatasan akan menyimpang dari pokok permasalahan. Sesuai dengan hal tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah struktur yang membangun cerbung Mecaki Lurung kang

Ilang karya Ismoe Rianto yang dibangun oleh unsur-unsur yang terdiri dari

tema, penokohan, alur, latar, dan amanat ?

2. Bagaimanakah persepsi kehidupan pelacur dalam cerbung Mecaki Lurung


(28)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

12

3. Bagaimanakah latar belakang terciptanya cerbung Mecaki Lurung kang Ilang

karya Ismoe Rianto ?

D. Tujuan Masalah

Tujuan penelitian merupakan faktor yang sangat penting dalam suatu penelitian. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan arah yang jelas pada penelitian yang dilakukan. Sejalan dengan perumusan masalah yang ada dapat dijelaskan tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan struktur yang membangun cerbung Mecaki Lurung kang

Ilang karya Ismoe Rianto yang terdiri dari tema, penokohan, alur, latar, dan

amanat.

2. Mendeskripsikan persepsi kehidupan pelacur dalam cerbung Mecaki Lurung

kang Ilang karya Ismoe Rianto di mata pengarang.

3. Menemukan latar belakang terciptanya cerbung Mecaki Lurung kang Ilang

karya Ismoe Rianto.

E. Manfaat Penelitian

Sebuah penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun secara praktis. Demikian pula dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :


(29)

1. Secara teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan sastra khususnya teori struktural dan sosiologi akan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, khususnya dalam sosiologi sastra.

2. Secara praktis

Secara praktis, penelitian ini dapat memberikan kontribusi terhadap masyarakat pembaca, peminat sastra Jawa untuk lebih mengetahui dan memahami tentang problem sosial kehidupan masyarakat khususnya kalangan pelaku dalam cerita bersambung Mecaki Lurung kang Ilang karya Ismoe Rianto. Selain itu penelitian ini dapat dipakai sebagai modal penelitian Sosiologi Sastra.


(30)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

BAB II

LANDASAN TEORI

A.

Pengertian Cerita Bersambung

Cerita bersambung adalah suatu cerita atau karangan yang dimuat tidak hanya sekali saja pada suatu majalah atau media masa lainnya, melainkan dimuat beberapa kali. Cerita bersambung ini biasanya sangat panjang karena teknik penceritaan yang mendetail antara satu kejadian dengan kejadian selanjutnya dan juga lengkapnya penuturan dari satu bagian ke bagian dalam cerita bersambung tersebut. Cerita bersambung juga mempunyai beberapa tokoh, disamping tokoh utama, tokoh pembantu yang terdapat di dalam cerita bersambung biasanya lebih kompleks dan lebih banyak.

Cerita bersambung atau cerbung merupakan genre yang berbentuk prosa. Cerbung adalah suatu cerita atau karangan yang dimuat tidak hanya sekali saja pada suatu majalah ataupun media lainnya, melainkan dimuat beberapa kali. Cerbung adalah cerita rekaan yang dimuat sebagian demi sebagian secara berturut-turut dalam surat kabar maupun majalah, tegangan dan intrinsik seakan-akan tidak ada habis-habisnya yang dimanfaatkan untuk memenggal cerita (Panuti Sudjiman, 2006: 14).

Cerita bersambung mempunyai struktur yang sama dengan novel, cerita pendek ataupun roman, yaitu memiliki tema, amanat, penokohan, alur dan latar dalam


(31)

commit to user

surat kabar.

B.

Pendekatan Struktural

Pendekatan struktural merupakan pendekatan yang menekankan pada hubungan antar unsurnya. Suatu karya sastra, fiksi atau puisi menurut kaum strukturalisme adalah suatu totalitas yang dibangun secara koherensif oleh berbagai unsur pembangunnya. Struktur karya sastra dapat diartikan sebagai susunan, penegasan, dan gambaran semua bahan serta bagian yang menjadi komponennya yang secara bersama membentuk kebulatan yang indah ( Abrams, dalam Burhan Nurgiyantara, 2005: 36 ).

Menurut Sangidu ( 2004: 16 ) sebuah struktur karya sastra harus dilihat sebagai suatu totalitas karena sebuah struktur terbentuk dari serangkaian unsur-unsurnya. Pendekatan struktural juga dapat dinamakan dengan pendekatan obyektif. Analisis struktural karya sastra yang dalam hal ini fiksi, dapat dilakukan dengan mengidentifikasi, mengkaji, serta mendeskripsikan fungsi dan hubungan atas unsur intrinsik fiksi yang bersangkutan. Analisis struktural pada dasarnya bertujuan memaparkan secermat mungkin fungsi dan keterkaitan antar berbagai unsur karya sastra yang secara bersama menghasilkan sebuah keseluruhan. Analisis struktural tidak cukup dilakukan hanya sekedar mendata unsur tertentu sebuah karya fiksi. Namun yang lebih penting adalah menunjukkan bagaimana hubungan antar unsur itu, dan sumbangan apa yang diberikan terhadap tujuan estetik dan makna keseluruhan yang ingin dicapai ( Burhan Nurgiyantoro, 2007: 37 ).


(32)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

Analisis struktur karya sastra, yang dalam hal ini fiksi, dapat dilakukan dengan mengidentifikasi, mengkaji, serta mendeskripsikan fungsi dan hubungan antarunsur intrinsik fiksi yang bersangkutan. Awal mulanya diidentifikasi serta dideskripsikan, misalnya bagaimana keadaan peristiwa-peristiwa, plot, tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang, dan lain-lain. Setelah dijelaskan bagaimana fungsi masing-masing unsur itu dalam menunjang makna keseluruhannya, dan bagaimana hubungan antarunsur itu sehingga secara bersama membentuk sebuah totalitas-kemaknaan yang padu. Misalnya, bagaimana hubungan antara peristiwa yang satu dengan yang lain, kaitannya dengan pemplotan yang tak selalu kronologis, kaitannya dengan tokoh dan penokohan, dengan latar dan sebagainya. Pada dasarnya, analisis struktural bertujuan memaparkan secermat mungkin fungsi dan keterkaitan antar berbagai unsur karya sastra yang secara bersama menghasilkan sebuah kesatuan. Analisis struktural tidak cukup dilakukan hanya sekedar mendata unsur tertentu sebuah karya fiksi, misalnya peristiwa, plot, tokoh, alur, atau yang lain. Namun, yang lebih penting adalah menunjukkan bagaimana hubungan antar unsur itu, dan sumbangan apa yang diberikan terhadap tujuan estetik dan makna keseluruhan yang ingin dicapai. Hal itu perlu dilakukan mengingat bahwa karya sastra merupakan sebuah struktur yang kompleks dan unik, di sampimg setiap karya mempunyai ciri kekompleksan dan keunikannya sendiri. Hal inilah yang membedakan antara karya yang satu dengan karya yang lain. Namun, tidak jarang analisis struktural cenderung kurang tepat, sehingga yang terjadi hanyalah analisis fragmentaris yang terpisah-pisah. Analisis yang demikian inilah yang dapat dituduh sebagai mencincang karya sastra sehingga justru menjadi tidak bermakna. ( Wahyudi Siswanto, 2008 : 37 )


(33)

commit to user

karya sastra sebelum melakukan pendekatan selanjutnya. Pendekatan struktural sebagai cara untuk memahami karya sastra berdasarkan unsur-unsur intrinsik pembentuk karya sastra yang menghasilkan makna menyeluruh antara lain meliputi alur, penokohan, tema, setting, dan amanat.

Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini menganalisa unsur-unsur struktur yang meliputi tema, alur, plot, penokohan, setting, amanat, serta keterkaitan antar unsur-unsurnya dengan tujuan untuk memahami terlebih dahulu unsur intrinsik yang membangun cerbung tersebut sebelum memasuki ke dalam kajian sosiologi sastra.

1. Tema

Menurut Aminuddin, tema adalah ide yang mendasari suatu cerita. Tema berperan sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya rekaan yang diciptakannya. Tema merupakan kaitan hubungan antara makna dengan tujuan pemaparan prosa rekaan oleh pengarang (Wahyudi Siswanto, 2008 :161). Tema juga dapat diberi pengertian sebagai suatu amanat utama yang disampaikan oleh penulis melalui karyanya. Setiap fiksi haruslah mempunyai tema yang merupakan sasaran tujuan. Dengan demikian tidaklah berlebihan kalau dikatakan bahwa tema merupakan hal yang penting dalam seluruh cerita.

Tema adalah gagasan, ide, ataupun pikiran utama di dalam karya sastra yang terungkap maupun tidak. Tema tidak sama dengan pokok masalah / topik. Tema dapat dijabarkan dalam beberapa topik (Panuti Sudjiman, 2006 :78).


(34)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

Demikian halnya Aminuddin mengatakan, tema adalah ide yang mendasari suatu cerita. Tema berperan sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya rekaan yang diciptakannya. Tema merupakan kaitan hubungan antara makna dengan tujuan pemaparan prosa rekaan oleh pengarangnya (Wahyudi Siswanto, 2008 : 161).

Kejelasan mengenai pengertian tema akan membantu usaha penafsiran dan pendeskripsian pernyataan tema sebuah karya fiksi. Tema ( theme) menurut Stanton dan Kenny adalah makna yang dikandung oleh sebuah cerita. Namun, ada banyak makna yang dikandung dan ditawarkan oleh cerita itu, maka masalahnya adalah makna khusus yang mana dapat dinyatakan sebagai tema itu. Atau, jika berbagai makna itu dianggap sebagai bagian-bagian tema, sub-sub tema / tema-tema tambahan, makna yang manakah dan bagaimanakah yang dapat dianggap sebagai makna pokok sekaligus tema pokok novel / karya sastra yang bersangkutan. Dengan demikian, untuk menemukan tema sebuah karya fiksi, haruslah disimpulkan dari keseluruhan cerita, tidak hanya berdasarkan bagian-bagian tertentu cerita. Tema meski sulit ditentukan secara pasti, bukanlah makna yang disembunyikan, meski belum tentu juga dilukiskan secara eksplisit. Tema sebagai makna pokok sebuah karya fiksi tidak (secara sengaja) disembunyikan karena justru hal inilah yang ditawarkan kepada pembaca. Namun, tema merupakan makna keseluruhan yang didukung cerita, dengan sendirinya tersembunyi di balik cerita yang mendukungnya. (Burhan Nurgiyantoro, 2007 : 68)

Beberapa bahasan tersebut dapat ditarik pengertian bahwa tema adalah pokok pikiran yang menjadi dasar atau menjiwai sebuah cerita. Sebuah tema akan


(35)

commit to user

akhir sebuah cerita. Dengan kata lain merupakan suatu gagasan yang mendasari karya sastra.

2. Alur ( Plot )

Alur adalah jalinan peristiwa di dalam karya sastra untuk mencari efek tertentu. Keterkaitannya dapat diwujudkan oleh hubungan temporal (waktu) dan oleh hubungan kausal (sebab- akibat). Alur adalah rangkaian peristiwa yang direka dan jalinan dengan seksama yang menggerakkan jalan cerita melalui rumitan kearah klimaks dan selesaian (Panuti Sudjiman, 2006 :4).

Plot atau alur dalam sebuah cerita memang sulit dicari. Plot tersembunyi di balik jalan cerita. Dalam mengikuti jalan cerita itulah, akhirnya dapat menemukan plotnya. Tetapi jalan cerita itu sendiri bukan plot. Sebuah plot bisa menelurkan beberapa jalan cerita. Jalan cerita hanyalah manifestasi atau bentuk jasmaniah dari plot (Jakob Sumardjo, 2007: 39). Menurut Stanton, alur atau plot adalah rangkaian kejadian atau peristiwa dalam suatu cerita. Plot merupakan cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu dihubungkan sebab-akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya suatu peristiwa lain (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2007: 113).

Mochtar Lubis membagi alur dalam cerita rekaan menjadi lima bagian, yaitu:

a. Situation ( pengarang mulai melukiskan suatu keadaan)

b. Generating Circumstances ( peristiwa mulai bergerak)


(36)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

d. Climax (peristiwa mencapai klimaks)

e. Denoument (pengarang memberikan pemecahan soal dari semua peristiwa)

Berbagai pendapat tentang tahapan-tahapan peristiwa dalam suatu cerita. Aminuddin (dalam Wahyudi Siswanto, 2008 :159) membedakan tahapan-tahapan peristiwa atas pengenalan, konflik, komplikasi, klimaks, peleraian, dan penyelesaian. Pengenalan adalah tahap peristiwa dalam suatu cerita rekaan atau drama yang memperkenalkan tokoh-tokoh atau latar cerita. Yang dikenalkan dari tokoh ini, misalnya nama, asal, ciri fisik, dan sifatnya. Konflik atau tikaian adalah ketegangan atau pertentangan antara dua kepentingan atau kekuatan di dalam cerita rekaan atau drama. Pertentangan ini dapat terjadi dalam diri satu tokoh, antara dua tokoh, antara tokoh dan masyarakat , serta antara tokoh dan Tuhan. Komplikasi atau rumitan adalah bagian alur cerita rekaan atau drama yang mengembangkan tikaian, dalam tahap ini konflik yang terjadi semakin tajam karena berbagai sebab dan berbagai kepentingan yang berbeda dari setiap tokoh. Klimaks adalah bagian alur cerita rekaan atau drama yang melukiskan puncak ketegangan, terutama dipandang dari segi tanggapan emosional pembaca. Krisis dalah bagian alur yang mengawali peneyelesaian, saat dalam alur yang ditandai oleh perubahan alur cerita menuju selesainya cerita. Leraian adalah bagian struktur alur sesudah tercapai klimaks, pada tahap ini peristiwa-peristiwa yang terjadi menunjukkan perkembangan ke arah selesaian. Selesaian adalah tahap akhir suatu cerita rekaan atau drama, dalam tahap ini, semua masalah dapat diuraikan, kesalahpahaman dijelaskan, rahasia dibuka. Ada dua macam penyelesaian, yakni tertutup dan terbuka. Penyelesaian tertutup


(37)

commit to user

terbuka adalah bentuk penyelesaian cerita yang diserahkan kepada pembaca.

Bagi para sastrawan, alur berfungsi sebagai suatu kerangka karangan yang dijadikan pedoman dalam mengembangkan keseluruhan isi ceritanya, sedangkan bagi pembaca, pemahaman alur berarti juga pemahaman terhadap keseluruhan isi cerita secara runtut dan jelas. (Aminuddin, dalam Wahyudi Siswanto, 2008 : 161)

Dari beberapa beberapa uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa alur adalah dasar bergeraknya sebuah cerita. Alur merupakan urutan peristiwa-peristiwa dalam sebuah cerita.

3. Penokohan

Penokohan merupakan penciptaan citra tokoh di dalam karya sastra. Di dalam kisahan yang efektif, pengarang membentuk tokoh-tokoh fiktif secara meyakinkan sehingga pembaca merasa seolah-olah berhadapan dengan manusia sebenarnya. Watak tokoh dapat terungkap oleh tindakannya, ujarannya, pikirannya, penampilan fisiknya, apa yang dikatakan / dipikirkan tokoh tentang dirinya (Panuti Sudjiman, 2006: 61). Di sini Aminuddin mengemukakan, bahwa tokoh merupakan pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita rekaan sehingga peristiwa itu menjalin suatu cerita, sedangkan cara sastrawan menampilkan tokoh disebut penokohan. (Wahyudi Siswanto, 2008: 142).

Menurut Jones, penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Penokohan sekaligus mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana penempatan dan


(38)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

pelukisannnya dalam sebuah cerita, sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas pada pembaca. Penokohan juga menyaran pada teknik perwujudan dan pengembangan tokoh dalam sebuah cerita. (Burhan Nurgiyantoro, 2007 ;166)

Berdasarkan pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa penokohan atau perwatakan adalah unsur yang sangat penting dalam karya sastra dalam melukiskan keadaan tokoh baik lahir maupun batin yang dapat berupa pandangan hidup, keyakinan, dan karakter.

4. Latar ( Setting )

Setting atau latar merupakan tempat dan waktu terjadinya cerita. Suatu cerita pada hakikatnya merupakan suatu pelukisan peristiwa atau kejadian yang dilakukan oleh beberapa tokoh pada suatu waktu di suatu tempat. Oleh karena itu, tokoh-tokoh cerita tidak dapat lepas dari ruang dan waktu, serta tidak mungkin pula ada suatu cerita tanpa latar / setting. Menurut Panuti Sudjiman (2006: 48), latar adalah segala keterangan mengenai waktu, ruang , dan suasana dalam karya sastra.

Menurut Burhan Nurgiyantoro, latar dapat dibedakan menjadi tiga yaitu tempat, waktu, dan sosial. Ketiga unsur tersebut saling berkaitan satu sama lain. Pertama, latar tempat menunjukkan tempat atau lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah fiksi. Kedua, latar waktu yang berhubungan dengan masalah ‘kapan’ terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam karya fiksi tersebut. Ketiga, latar sosial yang mengarah kepada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi ( 2007: 227 ).


(39)

commit to user

sosial menggambarkan tentang keadaan masyarakat, kelompok-kelompok sosial dan sikapnya, adat kebiasaan, cara hidup, bahasa, serta yang melatari peristiwa. Latar fisik mengacu pada wujud fisikal, yaitu bangunan, daerah, dan sebagainya. Tidak semua jenis latar cerita itu ada di dalam sebuah cerita rekaan. Dalam sebuah cerita rekaan, terdapat latar cerita yang menonjol adalah latar waktu dan tempat. Sedangkan di cerita lainnya yang menonjol adalah latar sosial. Penggambaran latar ini ada yang terperinci, ada pula yang tidak. Ada latar yang dijelaskan secara sama persis seperti kenyataanya dan ada pula yang gabungan antara kenyataan dengan khayalan. Serta ada juga latar yang merupakan hasil latar yang merupakan hasil imajinasi sastrawan (Wahyudi Siswanto, 2008:150).

Berbagai pendapat di atas pada garis besarnya mengemukakan latar / setting yang dibedakan menjadi latar tempat, latar waktu, latar suasana, dan latar sosial. Jalinan sebuah peristiwa didukung pula unsur setting atau latar.

5. Amanat

Istilah amanat berarti pesan. Sudiro berpendapat bahwa pesan yang hendak disampaikan pengarang mungkin jelas tersurat, tetapi mungkin juga tidak jelas atau samar-samar tersirat. Tidak jarang pengarang menyampaikan amanatnya secara simbolik dan teknik-teknik lain yang sulit diketahui pembacanya. Ada pula bahwa amanat cerita berada di luar teks cerita itu sendiri. Para pembacanya dipersilahkan mencari atau menebaknya (Sudiro Satoto, 1996: 26). Amanat merupakan pesan atau sesuatu yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca (Burhan Nurgiyantoro, 2007: 322).


(40)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

Nilai-nilai yang ada di dalam cerita rekaan bisa dilihat dari diri sastrawan dan pembacanya. Dari sudut sastrawan, nilai ini biasa disebut amanat. Sehingga amanat dapat juga diartikan sebagai gagasan yang mendasari karya sastra, pesan, perintah, keterangan, wejangan, dan kepercayaan yang disampaikan pengarang kepada pembaca (Wahyudi Siswanto, 2008: 162). Amanat sebuah cerita dapat diutarakan secara eksplisit maupun implisit. Amanat yang disampaikan secara ekplisit artinya amanat / pesan dapat disampaikan lewat tingkah laku akhir cerita, sedangkan secara implisit artinya amanat disampaikan secara terang-terangan pada tengah cerita atau akhir cerita.

Berpijak dari pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang disebut amanat adalah gagasan yang mendasari karya sastra, dan dapat dipandang sebagai wawasan yang diberikan pengarang terhadap suatu pokok persoalan yang ditampilkan dalam karyanya, yang kemungkinan diharapkan dapat berguna bagi masyarakat pembacanya.

C. Pendekatan Sosiologi Sastra

Karya sastra dipakai oleh pengarang untuk mengungkapkan/merefleksikan suatu kehidupan nyata yang dituangkan lewat karya sastra fiktif yang dibentuk melalui imajinasi pengarang. Pengarang dapat bergerak sebebas-bebasnya dalam mengungkapkan masalah kehidupan dalam karyanya, sebab pengungkapan pengarang adalah realitas sosial yang bisa dijadikan cerminan oleh para penikmat sastra, sehingga karya sastra memiliki salah satu fungsi untuk cerminan masyarakat


(41)

commit to user

karyanya.

Hal tersebut di atas sesuai dengan pengertian sosiologi sastra menurut Panuti Sudjiman (1992: 74) bahwa, sosiologi sastra merupakan usaha untuk mengungkapkan bagaimana seorang pengarang terpengaruh oleh status lapisan masyarakat dimana dia berasal, ideologi politik, dan sosialnya, kondisi ekonomi pengarang serta khalayak yang dituju. Suwardi Endraswara ( 2003 : 77 ) menyimpulkan lagi bahwa sosiologi sastra adalah cabang penelitian sastra, yang bersifat reflektif. Penelitian dengan menggunakan pendekatan ini adalah ingin melihat sastra sebagai cermin kehidupan masyarakat.

Sosiologi sastra merupakan suatu pendekatan kritik sastra yang selalu mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan. Pendekatan sosiologi sastra bertujuan untuk memperoleh gambaran yang lebih mendalam mengenai hubungan antara sastra, sastrawan, dan masyarakat. Dalam pandangan sosiologi sastra, sastra bukanlah suatu cipta budaya yang otonom, tetapi merupakan karya yang keberadaannya berkaitan erat dengan sosial budaya masyarakat yang melingkupinya, disamping sastra juga merupakan fungsi sosial tertent dalam masyarakat. ( Swingewood dalam Faruk, 1999 : 4)

Wellek dan Warren membagi telaah sosiologis menjadi tiga klasifikasi, yaitu:

a. Sosiologis pengarang : yakni yang mempermasalahkan tentang status sosial, ideologi politik, dan lain-lain yang menyangkut diri pengarang.

b.Sosiologis karya sastra : yakni mempermasalahkan tentang apa yang tersirat dalam karya sastra tersebut. Apa tujuan dan amanat yang hendak disampaikan terhadap masyarakat.


(42)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

c. Sosiologis masyarakat : yang mempermasalahkan tentamng pembaca dan pengaruh sosialnya terhadap masyarakat. (Wellek dan Warren, 1993 : 111)

Klasifikasi tersebut tidak jauh berbeda dengan bagan yang dibuat oleh Ian Watt (dalam Faruk, 2003 : 4) dengan melihat hubungan timbal balik antara sastrawan, sastra, dan masyarakat. Telaah suatu karya sastra menurut Ian Watt mencakup tiga hal, yaitu :

a. Konteks sosial pengarang, yakni yang menyangkut posisi sosial sastrawan dalam masyarakat dan kaitannya dengan masyarakat pembaca, termasuk di dalamnya faktor-faktor sosial yang bisa mempengaruhi isi karya sastranya. b.Sastra sebagai cermin masyarakat, yang ditelaah adalah sampai sejauh mana

sastra dianggap sebagai pencerminan keadaan masyarakat.

c. Fungsi sosial sastra, dalam hal ini ditelaah sampai berapa jauh nilai sastra berkaitan dengan nilai sosial, dan sampai seberapa jauh pula sastra dapat berfungsi sebagai alat penghibur, sekaligus sebagai pendidikanmasyarakat bagi pembacanya.

Teori-teori yang telah dipaparkan tersebut tidak saling bertolak belakang, tetapi justru saling mendukung. Pada intinya sosiologi sastra menyangkut tiga hal yaitu pengarang, karya sastra, dan masyarakat. Ketiga hal tersebut saling terkait, berhubungan, timbal-balik, dan saling mempengaruhi.

Dengan demikian dapat diambil suatu kesimpulan bahwa sastra tidak hanya sebagai cermin kehidupan masyarakat, tetapi melalui karya sastra seorang pengarang mengungkapkan problem kehidupan di mana pengarang juga berada di dalamnya. Karya sastra menerima pengaruh dari masyarakat dan juga sekaligus berpengaruh terhadap masyarakat. Bahkan seringkali masyarakat sangat menentukan nilai karya sastra yang hidup di suatu masa,dan pengarang masuk dalam anggota masyarakat yang tidak bisa mengelak dari adanya pengaruh yang diterimanya dari lingkungan yang membesarkan serta membentuk jiwa.


(43)

commit to user

Menurut Beauvoir ada 3 jenis perempuan yang memainkan peran perempuan sampai ke puncaknya. Mereka adalah pelacur, narsis, dan perempuan mistis. Analisis Beauvoir atas pelacuran sangatlah kompleks. Di satu sisi seorang pelacur merupakan paradigma perempuan sebagai obyek / sebagai yang dieksploitasi. Di sisi lain, laki-laki yang membeli pelayanannya adalah diri/subjek/seseorang yang mengeksploitasi. Seorang perempuan yang melacurkan dirinya bukan hanya untuk uang, tetapi juga untuk penghargaan yang di dapatkan dari laki-laki sebagai bayaran pelayanannya. Tidak seperti istri atau kekasih, pelacur mendapatkan imbalan karena menjadikan tubuhnya sebagai alat pemenuhan mimpi laki-laki yakni suatu kemakmuran dan ketenaran (Rosemarie Putnam Tong, 2008: 271).

Penyebab pelacuran sebenarnya bukan tunggal tetapi cenderung kompleks seperti hubungan dalam keluarga yang tidak baik, pendidikan rendah, kemiskinan, masa depan tidak jelas, tekanan penguasa, hubungan seksual terlalu dini, pergaulan bebas, kurang penanaman nilai-nilai agama serta perasaan dendam dan benci kepada laki-laki. Selanjutnya menurut Koentjoro ( 2002 : 35 ) dalam penelitiannya juga menemukan kecenderungan perempuan untuk menjual diri adalah karena pengaruh teman, aspirasi material, tren, mencari perhatian karena di rumah merasa kurang diperhatikan, serta kompensasi dari kekecewaan.

Dari beberapa uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa ada berbagai faktor penyebab seseorang terjun sebagai pelacur. Pada dasarnya, para pelacur dicerca dan dibutuhkan. Mereka dibutuhkan seorang lelaki hidung belang untuk memuaskan nafsu sesaatnya. Akan tetapi keberadaan pelacur sangat meresahkan


(44)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

masyarakat. Selain meresahkan, mereka juga mematikan, karena merekalah yang di tengarai menyebarkan berbagai jenis penyakit seperti AIDS, sipilis/penyakit kelamin, dan lain-lain. Akibat dari perilaku seks bebas mereka, tanpa penggunaan pengaman yang berupa kondom.

E. Pengertian Persepsi

Menurut Daviddof, persepsi adalah suatu proses yang dilalui oleh suatu stimulus yang dapat diterima oleh panca indera, kemudian diorganisasikan serta diinterpretasikan sehingga individu menyadari yang diinderanya itu (dalam Walgito, 2002: 69). Senada dengan hal tersebut, Atkinson dan Hilgard mengemukakan bahwa persepsi adalah proses dimana kita menafsirkan dan mengorganisasikan pola stimulus dalam lingkungan. Sebagai cara pandang, persepsi timbul karena adanya respon terhadap stimulus. Stimulus yang diterima seseorang sangat kompleks, stimulus masuk ke dalam otak, kemudian diartikan, ditafsirkan serta diberi makna melalui proses yang rumit baru kemudian dihasilkan persepsi (Atkinson dan Hilgard, 1999: 209). Walgito (2002: 71) juga menambahkan bahwa, proses terjadinya persepsi tergantung dari pengalaman masa lalu dan pendidikan yang diperoleh individu.

Proses pembentukan persepsi dijelaskan oleh Feigi sebagai pemaknaan hasil pengamatan yang diawali adanya stimuli. Setelah mendapat stimuli, selanjutnya terjadi seleksi yang berinteraksi dengan interpretasi, begitu juga berinteraksi dengan


(45)

commit to user

disimpulkan bahwa persepsi merupakan proses yang terjadi di dalam diri individu yang dimulai dengan diterimanya rangsang, sampai rangsang itu disadari dan dimengerti oleh individu sehingga individu dapat mengenali dirinya sendiri dan keadaan di sekitarnya.


(46)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

30

BAB III

METODE PENELITIAN

A.

Metode dan Bentuk Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu cara untuk memperoleh pengetahuan dan pemecahan masalah yang dihadapi, yang pada dasarnya merupakan suatu metode ilmiah. Metode penelitian juga merupakan suatu cara kerja untuk memahami obyek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memulai pelaksanaan suatu kegiatan penelitian guna mencapai tujuan yang telah ditentukan. Metode dapat juga dipahami sebagai cara kerja untuk mencari kebenaran berdasarkan disiplin ilmu yang bersangkutan (Sangidu, 2004:13).

Bentuk penelitian ini adalah penelitian kualitatif, yaitu suatu penelitian yang data-data berupa kata-kata bukan angka-angka seperti dalam ilmu sosial yang secara fundamental bergantung pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya ( Moleong, 2007: 3 ). Sedangkan Bogdan dan Taylor mengatakan bahwa metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang diamati ( dalam Lexy J.Moleong, 2007: 4 ). Kirk dan Miller mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya


(47)

maupun dalam peristilahannya. (Lexy J. Moleong, 2006: 4). Bentuk penelitian kualitatif dapat memberikan rincian yang kompleks tentang fenomena yang sulit untuk diungkapkan oleh peneliti kuantitatif. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif, yaitu usaha pencarian pengetahuan dan pemberian makna dengan hati-hati dan kritis secara terus-menerus terhadap suatu masalah.

Penelitian deskriptif yaitu menganalisis hanya sampai pada taraf deskripsi yaitu menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematik, sehingga dapat lebih mudah untuk dipahami dan disimpulkan (Azwar, 2004: 6). Penelitian deskriptif kualitatif bertujuan menggambarkan secara sistematik atau akurat fakta dan karakteristik mengenai populasi atau bidang tertentu. Penelitian ini berusaha menggambarkan situasi atau kejadian. Data yang dikumpulkan semata-mata bersifat deskriptif sehingga tidak bermaksud mencari penjelasan, menguji hipotesa, membuat prediksi, maupun mempelajari implikasi ( Azwar, 2004: 7 ).

Penelitian deskriptif kualitatif yang dilakukan ini diharapkan dapat membantu memperoleh informasi yang akurat dalam penelitian terhadap cerbung berbahasa Jawa dengan judul Mecaki Lurung kang Ilang karya Ismoe Rianto.

B.

Sumber Data dan Data

Menurut Lofland, sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain (Lexy J. Moleong. 2006:157). Berdasarkan pendapat di atas sumber data penelitian


(48)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

32

ini dapat dipilah menjadi dua, yakni sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer yaitu cerita bersambung Mecaki Lurung kang Ilang karya Ismoe Rianto yang dimuat dalam majalah berbahasa Jawa Jayabaya dari nomor 04 edisi Minggu 1 Oktober 2008 sampai dengan nomor 26 edisi Minggu 1 Maret 2009 yang terdiri dari 22 episode. Sumber data sekunder, yaitu informan yang dalam hal ini adalah Ismoe Rianto sebagai pengarang serta masyarakat yang bersangkutan.

Data yang digunakan dalam penelitian ini dibedakan atas data primer dan sekunder. Data primernya adalah teks cerita dari cerita bersambung Mecaki Lurung

kang Ilang karya Ismoe Rianto yang meliputi unsur intrinsik (struktur cerita

bersambung) dan aspek-aspek sosiologi khususnya masalah-masalah sosial dalam cerbung tersebut. Data sekunder yaitu hasil wawancara dengan pengarang yang termuat dalam tape recorder, MP3, dokumentasi yang berupa foto, serta keterangan yang didapat dari buku-buku referensi yang menunjang penelitian.

C.

Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik Content Analysis

Usaha untuk memnfaatkan dokumen yang padat, biasanya digunakan teknik tertentu. Teknik yang paling umum digunakan yaitu analisys yang dinamakan “kajian isi”.


(49)

Beberapa definisi dikemukakan untuk memberikan gambaran tentang konsep kajian isi tersebut. Berelson (dalam Lexy Moleong, 2000 :163), mendefinisikan kajian isi sebagai teknik penelitian untuk keperluan mendeskripsikan secara objektif, sistematis, dan kualitatif tentang manifestasi komunikasi.

Webber menyatakan bahwa kajian isi adalah metodologi penelitian yang memanfaatkan seperangkat prosedur untuk menarik kesimpulan yang lebih sahih dari sebuah buku atau dokumen. (Lexy Moleong, 2000 :163)

Teknik Content analysis adalah analisis isi atau analisis dokumen, teknik ini cara kerjanya menemukan unsur-unsur struktur cerbung Mecaki Lurung kang Ilang yang meliputi alur, penokohan, latar, tema, dan amanat.

2. Teknik Wawancara (Interview)

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan yang dilakukan oleh dua belah pihak yakni, pewawancara (Interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (Interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Maksud mengadakan wawancara menurut Lincoln dan Guba, antara lain yaitu: mengontruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain. (Lexy. J. Moleong, 2006:186).

Wawancara dengan pengarang dilakukan secara terbuka yang merupakan wawancara pembicaraan formal dengan pendekatan yang menggunakan petunjuk umum wawancara. Wawancara yang dilakukan dengan pengarang bersamaan dengan proses rekaman, kemudian ditindaklanjuti dengan teknik simak hasil rekaman dan


(50)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

34

pencatatan data-data dalam bentuk catatan kartu data. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan data yang lengkap dan jelas mengenai biografi pengarang, hasil karyanya dan keterangan-keterangan lain yang mendukung penelitian. Selain itu, wawancara juga dilakukan dengan masyarakat yang bersangkutan sebagai data informan. Wawancara dengan masyarakat prosesnya sama seperti yang dilakukan dengan pengarang. Hanya saja, mencari masyarakat yang bersangkutan dalam cerita itu lebih sulit.

D.

Teknik Analisis Data

Teknik analisis interaktif bertujuan menyederhanakan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber.

Patton mengungkapkan bahwa analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar (dalam Lexy J. Moleong, 2007: 280). Analisis dalam penelitian kualitatif terdiri dari tiga komponen yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan ( Miles dan Huberman dalam H.B Sutopo, 2006:113 ).

Lebih lanjut Patton mendefinisikan analisis interaktif merupakan proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Berbeda dengan penafsiran yaitu memberikan arti yang


(51)

signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola uraian, dan mencari hubungan di antara dimensi-dimensi uraian (dalam Lexy J. Moleong, 2007: 260).

Data yang muncul berwujud kata-kata, dan bukan rangkaian angka. Data itu mungkin telah dikumpulkan dalam aneka macam cara dan yang biasanya diproses kira-kira sebelum siap digunakan melalui pencatatan, pengetikan, penyuntingan, atau alih tulis tetapi analisis kualitatif tetap menggunakan kata-kata yang biasanya disusun ke dalam teks yang diperluas. Dalam analisis data semacam itu ada tiga langkah yang ditempuh, yakni :

a) Reduksi Data

Reduksi data merupakan proses penyederhanaan dengan membatasi permasalahan penelitian. Dengan membatasi permasalahan penelitian dan juga membatasi pertanyaan-pertanyaan pokok yang perlu di jawab dalam penelitian (HB. Sutopo, 2002: 94 ). Dalam penelitian ini data dalam teknik analisis struktural dilanjutkan dengan menggunakan pendekatan sosiologi sastra sebagai pembahasan inti.

Tahapan ini dimulai dengan membaca serta mengelompokkan data berdasarkan deskripsi data yang meliputi struktur yang membangun cerbung berbahasa Jawa dengan judul Mecaki Lurung kang Ilang, diantaranya tema, alur, penokohan, latar, dan amanat maupun data mengenai aspek sosiologi yang meliputi konflik perselingkuhan, pelacuran, persahabatan yang tercermin dalam


(52)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

36

cerbung berbahasa Jawa dengan judul Mecaki Lurung kang Ilang. Dalam tahap ini, semua data yang terkumpul diidentifikasikan dan diklasifikasikan.

b) Penyajian Data

Penyajian data merupakan data-data yang terkumpul. Data-data yang terkumpul terdiri dari catatan lapangan serta komentar peneliti, dokumen, biografi, artikel, hasil wawancara akan diatur, diurutkan, dan dikelompokkan (Lexy J.Moleong, 2000: 103 ).

Tahapan ini dimulai dengan membaca dan mengelompokkan data berdasarkan deskripsi data, kemudian disajikan dalam analisis struktural yang membangun cerbung Mecaki Lurung kang Ilang antara lain tema, alur, penokohan, latar dan amanat maupun data mengenai aspek sosiologi sastra yang meliputi permasalahan sosial tokohnya dalam cerbung Mecaki Lurung kang

Ilang. Dalam mengerjakan tahap ini, semua data yang terkumpul dideskripsikan,

diidentifikasikan dan diklasifikasikan.

Data yang telah dikelompokkan berdasarkan klasifikasinya, selanjutnya disajikan (data Display) berdasarkan karakteristik data. Setelah data-data yang terkumpul disajikan, setelah itu dibuat deskripsi masing-masing data untuk mempermudah tahap interprestasi.


(53)

Data yang telah terkumpul, penelitian mulai menarik kesimpulan dan verifikasinya pada reduksi maupun sajian datanya. Menurut HB. Sutopo, proses tersebut dinamakan model analisis interaktif ( 2002: 95 ).

Penarikan kesimpulan merupakan sebagian dari satu kegiatan dari konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung. Verifikasi itu mungkin sesingkat pemikiran kembali yang melintas dalam pemikiran seorang peneliti selama mengadakan penelitian, suatu tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan, atau mungkin menjadi begitu seksama dan memakan tenaga serta pemikiran yang lebih luas dan memakan waktu.

Skema Analisi Interaktif (H.B Sutopo, 2002 : 96)

Pengumpulan data Sajian Data

Reduksi data Penarikan


(54)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

38

BAB IV

PEMBAHASAN

A.

Tinjauan Pengarang

Karya sastra dan pengarang memiliki suatu hubungan yang akan pernah bisa lepas, hubungan yang dapat mencerminkan segi-segi kejiwaan, pandangan sosial, ataupun filsafat hidup yang ada dalam diri pengarang yang terdapat dalam hasil karyanya. Namun dalam penulisan suatu karya sastra bukan hanya merupakan curahan perasaan dan hasil imajinasi pengarang saja. Akan tetapi, karya sastra juga merupakan refleksi kehidupan yaitu pantulan respon pengarang dalam menghadapi problem kehidupan yang diolah secara estetis melalui kreatifitas yang dimilikinya. Setelah diolah, hasilnya akan disajikan kepada pembaca.

Pengarang dalam menghasilkan sebuah karya-karya sastranya, memiliki suatu kebebasan untuk mengembangkan perasaan, pikiran dan fantasinya untuk disusun dan diungkapkan hingga menjadi sebuah cerita, cerita itu juga akan dipengaruhi oleh pengalaman dan pandangannya.

1. Riwayat Hidup Pengarang

Pengarang merupakan hal yang sangat penting dalam penelitian. Berhasil tidaknya suatu karya sastra tergantung dari luas tidaknya wawasan yang dimilikinya. Bahkan kejelian pengamatan terhadap sendi-sendi kehidupan yang amat kompleks


(55)

akan sangat membantu, oleh karena itu berbagai macam aspek yang menyangkut diri pengarang perlu sekali untuk diperhatikan. Terlepas dengan hal tersebut di atas maka dalam penelitian ini akan dipaparkan tentang riwayat hidup pengarang cerbung

Mecaki Lurung kang Ilang yaitu Ismoe Rianto. Ismoe Rianto lahir di kota Malang,

tanggal 21 Agustus 1942. Beliau mengawali pendidikan dari SR pada tahun 1950 - 1956, SMP Kristen 1 pada tahun 1956 - 1959 dan STM pada tahun 1959 - 1962 yang diselesaikan di kota kelahirannya, yaitu Malang. Satu tahun setelah lulus dari STM, beliau diterima masuk dalam jajaran kepolisian di Surabaya pada tahun 1963. Kemudian tahun 1973, beliau mendirikan kelompok penulis dengan nama 6 Januari

73 Art yakni sebuah grup tempat berkumpulnya anak-anak muda Surabaya yang

gemar bersastra. Ismoe Rianto pernah menjadi koordinatornya, disitu Ismoe Rianto mulai menulis dalam arti sesungguhnya dan beliau mulai berkenalan dengan karya-karya sastra. Empat tahun kemudian, yaitu pada tahun 1977 beliau membidangi kelahiran PPSJS dan dipercaya sebagai ketua umum PPSJS yang pertama berdasarkan pertemuan pengarang pada tanggal 31 Juli 1977. Pada tahun 1991 beliau pensiun dari dinas kepolisian dan mengisi waktu dengan tetap menulis.

Sejak kanak-kanak Ismoe Rianto sudah gemar menulis. Kegemarannya itu terus dikembangkan sampai dewasa dan hingga beliau dinas di kepolisian. Tujuan beliau menulis terutama didorong oleh keinginan menyampaikan informasi kepada masyarakat luas. Pengarang yang pertama kali tulisannya dimuat di majalah Caraka (Berbahasa Indonesia) di Jakarta pada tahun 1964 ini, menikah dengan C. Sri Handayani pada tahun 1968 dan dikaruniai seorang putri bernama Sri Purwanti.


(56)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

40

Bersama istrinya, penganut agama Kristen Protestan ini tinggal di sebuah rumah Jalan Sabdo Palon 1/15, Winanga – Madiun. Karya-karyanya sudah banyak dimuat di media-media yaitu, seperti: Penjebar Semangat, Jaya Baya, Mingguan Suara Karya, majalah STOP, majalah Info, Mingguan Kumandhang, Bathara, Jawa Pos, Surabaya Pos, Pewarta Surabaya, Bintang Baru, Jawa Anyar, Punakawan, Darma Nyata, dan lain-lain. Sampai saat ini pengarang yang juga mantan anggota polisi ini masih tetap menulis.

Ismoe Rianto selain menulis cerita-cerita berbahasa Jawa, beliau juga menulis cerita berbahasa Indonesia. Salah satu novelnya berjudul Tante Erry yang dimuat bersambung di majalah Semeru (majalah Komdak Jatim). Dan lantaran novelnya yang berjudul Tante Erry dimuat, beliau yang sebelumnya berdinas di pasukan ditarik dinas pada bagian penerangan (Dispendak). Sebagai pengarang, Ismoe Rianto telah menghasilkan sekitar 20 judul naskah sandiwara radio berbahasa Indonesia dan sekitar 6 judul berbahasa Jawa yang telah ditulis melalui RKPD Jatim. Setelah sekian lama menulis, karya-karyanya banyak dihargai orang lain, maka tidak heran jika beliau pernah mendapatkan penghargaan atas karya-karyanya.

2. Latar Belakang Sosial Budaya Pengarang

Kehadiran latar belakang sosial budaya pengarang menjadi penting, artinya untuk dapat memahami karya sastra. Dimensi-dimensi sosial budaya melingkupi pengarang, serta lingkungan hidupnya menjadi latar belakang bagaimana beliau termotivasi dalam menampilkan citra sastranya. Pengaruh sosial budaya yang


(57)

meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat dan kemampuan-kemampuan lain, serta kebiasaan-kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat yang tidak mungkin bisa dihindari oleh pengarang untuk mempengaruhi dan mewarnai corak karya sastra yang diciptakannya.

Seorang pengarang dalam menciptakan karyanya tidak dapat terlepas dari latar belakang kebudayaannya. Mengingat seorang pengarang merupakan bagian dari anggota masyarakat dan tidak lepas dari lingkungan masyarakat di sekitarnya. Jadi dalam menciptakan karya sastra, seorang pengarang pasti melihat kejadian-kejadian di sekitarnya kemudian dituangkan ke dalam tulisannya.

a. Kedudukan Pengarang dalam Keluarga

Kedudukan Ismoe Rianto ini di dalam keluarga, selain beliau merupakan penulis, beliau adalah seorang kepala keluarga. Di samping sebagai kepala keluarga, beliau adalah seorang ayah yang baik bagi anaknya. Beliau penganut Kristen Protestan yang sangat taat dalam beribadah, terbukti bahwa beliau rajin menjalankan ibadah menurut agama yang dianutnya yaitu sering pergi ke Gereja untuk beribadah. Begitu juga dengan istri dan anaknya, beliau juga mengajarkan agama dan cara beribadah yang benar kepada istri serta anaknya. Ismoe Rianto bersama istrinya kini tidak lagi tinggal di Surabaya, kini beliau telah tinggal dan menetap di sebuah rumah Jalan Sabdo Palon 1/15, Winanga – Madiun.


(58)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

42

b. Kedudukan Pengarang dalam Masyarakat

Kedudukan Ismoe Rianto di dalam masyarakat adalah sebagai mantan Koptu Polri dan sebagai ketua umum Paguyuban Pengarang Sastra Jawa Surabaya, yang disingkat PPSJS. Karena profesinya dulu sebagai polisi, maka Ismoe Rianto ini dikenal sangat dekat sekali dengan masyarakat. Hubungan sosial beliau dengan masyarakat sekitar dikenal sangat baik. Apalagi beliau adalah seorang penulis, sehingga sudah banyak masyarakat yang mengenal dan membaca tulisan-tulisannya tersebut. Bahkan beliau menjalin hubungan dengan masyarakat luas, seperti beliau membuka PPSJS yang didirikannya sejak tahun 1977 di Surabaya. Dan beliau diangkat sebagi ketua umum. Karena beliau sebagai ketua PPSJS, maka hubungan beliau dengan para anggota PPSJS sangat dekat dan sangat baik. Hal ini merupakan suatu bukti bahwa hubungan kemasyarakatan beliau ini sangat baik sekali. Dalam kehidupan di masyarakat, Ismoe Rianto memang sangat akrab dengan anak-anak muda di kampungnya. Tidak berlebihan bila setiap peringatan Hari Kartini atau pun Hari Proklamasi RI 17 Agustus, beliau bersama istrinya selalu duduk sebagai anggota panitia.

3. Ismoe Rianto sebagai Pengarang

Di kalangan masyarakat banyak dijumpai orang-orang yang mempunyai kepandaian tambahan, disamping kepandaian khusus yang dimilikinya. Ismoe Rianto merupakan pensiunan Koptu Polri yang gemar menulis cerpen. Di samping menulis cerpen, beliau juga sering menulis cerbung, essai-essai sastra, reportase budaya,


(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

109

kesulitan untuk menerima diri dalam keadaan yang sebenarnya. Masalah kepribadian inilah yang perlu mendapatka perhatian yaitu kondisi penerimaan diri pada individu yang telah menjadi pelacur.

Penerimaan diri memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Individu yang dapat menerima dirinya sendiri berarti individu mampu menerima keberadaan dirinya secara apa adanya, menerima semua kekurangan dan kelebihan diri. Peneriman diri dalam kehidupan merupaka proses untuk mencari titik temu antara kondisi diri dan tuntutan lingkungan. Seseorang yang mampu menerima keberadaan dirinya sendiri memiliki kemampuan untuk berinteraksi dan mampu menyesuaikan dengan masyarakat.

Penerimaan diri bagi seseorang yang pernah mengalami kehidupan hitam seperti Lely, sering membuat orang yang bersangkutan sulit menerima dirinya. Sama halnya seseorang yang pernah menjadi pelacur merasa kesulitan menerima keberadaan dirinya yang telah menjalani kehidupan hitam. Masih banyak perempuan-perempuan yang pernah menjadi pelacur sulit menerima keberadaan dirinya dan memilih hidup mengucilkan diri dari lingkungan masyarakat. Biasanya, mantan pelacur yang sulit menerima keberadaan dirinya adalah pelacur-pelacur yang dipaksa orang lain untuk menjadi pelacur, atau dijerumuskan oleh seseorang menjadi pelacur. Mantan pelacur yang terpaksa menjadi pelacur ini akan merasa dirinya telah menjadi manusia kotor, merasa menjadi manusia yang kurang memiliki moral , menyalahkan diri sendiri, dan cenderung tidak akan menyenangi dirinya sendiri. Keadaan mantan


(2)

pelacur yang tidak dapat menerima masa lalunya bahwa ia pernah sebagai pelacur akan mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri dengan masyarakat.


(3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

111

BAB V

PENUTUP

A.

Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan tentang analisis struktural dan analisis sosiologi sastra mengenai persepsi kehidupan pelacur dari cerbung Mecaki Lurung kang Ilang karya Ismoe Rianto sebagai berikut :

1. Ditinjau dari segi struktural, cerbung karya Ismoe Rianto menunjukkan kesatuan yang utuh dan sangat erat kaitannya satu sama lain. Unsur-unsur yang terdiri dari tema, alur, penokohan, latar dan amanat tersebut bersama-sama membentuk makna totalitas. Tema cerita yang tergambar dalam judulnya, yang kemudian didukung oleh unsur lainnya, yaitu penokohan, alur dan latar. Menampilkan masalah kehidupan dalam masyarakat pada umumnya dengan problematika yang masing-masing memiliki kekhasan tersendiri, terutama tentang perubahan karakter yang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Alur ceritanya adalah alur campuran, hal tersebut terbukti dari adanya flash back atau kilas balik dalam cerita. Pengarang mampu melukiskan perwatakan dari tokoh-tokohnya yang terungkap lewat penampilan fisik dan psikisnya. Latar atau setting yang digunakan meliputi latar tempat, latar waktu dengan keterangan waktu baik abstrak maupun konkrit, serta latar sosial yang ada, yaitu kehidupan sosial masyarakat jawa. Amanat yang disampaikan melalui cerbung Mecaki Lurung


(4)

commit to user

kang Ilang ini terdapat pada masalah yang berkaitan dengan pribadi masing-masing tokoh dan hubungan antar tokoh. Secara keseluruhan unsur-unsur yang membangun struktur cerbung Mecaki Lurung kang Ilang karya Ismoe Rianto saling terkait yang mempunyai perwatakan dan alur yang saling mendukung serta dapat menimbulkan surprise ’keterkejutan’ bagi pembaca.

2. Ditinjau dari persepsi pengarang cerbung Mecaki Lurung kang Ilang, yang berpijak dari analisis sosiologi sastra pengarang ingin menyampaikan kepada masyarakat luas, bahwasanya kehidupan pelacur sama seperti dengan kehidupan masyarakat pada umunya. Makna serta nilai kehidupan secara keseluruhan yaitu pentingnya menjaga sebuah keadaan yang ideal dalam diri manusia. Terdapatnya kehidupan bermasyarakat, individu dapat memenuhi kebutuhannya tanpa meninggalkan/melanggar nilai-nilai dan norma yang ada di lingkungannya. Lingkungan dan latar sosial budaya Jawa juga memiliki peranan dalam pembentukan kepribadian individu. Peranan atau pengaruh lingkungan itu ditunjukkan oleh fakta bahwa disamping memenuhi kebutuhan individu, lingkungan juga dapat membahayakan/memfrustasikannya. Dalam hal tersebut maka penting untuk dapat mereduksikan keadaan yang membuat frustasi / kecemasan dengan mekanisme yang membangun, yaitu antara lain dengan mekanisme pertahanan yang ditujukan untuk meredakan ketegangan dengan cara merubah dorongan diri ke dalam tingkah laku yang dapat diterima oleh masyarakat.

3. Ditinjau dari latar belakang terciptanya cerbung Mecaki Lurung kang Ilang. Hal yang paling mendasar terciptanya cerbung Mecaki Lurung kang Ilang yakni,


(5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

113

begitu merebahnya wabah perselingkuhan dari dahulu sampai sekarang dalam masyarakat saat ini. Ismoe Rianto sebagai seorang pengarang tidak ingin tinggal diam dalam hal ini. Perselingkuhan yang sangat merajalela sampai saat ini, terutama dalam kehidupan berumah tangga dipadukan menjadi suatu cerita bersambung. Ismoe Rianto sebagai pengarang ingin menyampaikan beberapa amanat serta pesan untuk para pembaca, khususnya Majalah berbahasa Jawa tentang dampak buruknya suatu perselingkuhan dalam rumah tangga. Perselingkuhan merupakan suatu tindakan diam-diam membagi cinta atau seks yang dilakukan dengan pasangan barunya dengan korban pasangan lamanya/ pasangan yang sah. Salah satu goncangan yang menyebabkan terjadinya perpecahan dalam kehidupan rumah tangga suami isteri adalah adanya perselingkuhan yang dilakukan oleh salah satu pihak atau kedua belah pasangan. Perselingkuhan ini terjadi jika suami atau isteri yang telah terikat di dalam perkawinan menjalin hubungan dengan laki-laki/wanita lain. Perselingkuhan ini sering berakhir pada perceraian antara suami isteri. Dengan terjadinya perceraian tersebut maka hancurlah mahligai rumah tangga yang telah terbina.


(6)

commit to user

B.

Saran

Bertolak dari kesimpulan di atas, maka selanjutnya disampaikan beberapa saran mengenai cerbung Mecaki Lurung kang Ilang karya Ismoe Rianto, sebagai berikut :

1. Dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kemajuan kepada penikmat atau pembaca dalam menyikapi permasalahan yang ada dalam kehidupan dan harus dihadapi dengan lebih arif dan bijaksana untuk kedepannya.

2. Pendekatan yang dipakai dalam analisis terhadap cerbung Mecaki Lurung kang Ilang adalah pendekatan sosiologi sastra. Peneliti berharap agar nantinya ada penelitian lain yang dapat terus dilakukan yang mampu meneliti cerbung Mecaki Lurung kang Ilang dengan pendekatan yang berbeda dan sudut pandang yang lebih menarik mengenai aspek-aspek penting lainnya.


Dokumen yang terkait

ASPEK PENOKOHAN DALAM CERITA BERSAMBUNG LEDHEK KETHEK KARYA SUGENG WIYADI (Suatu Tinjauan Psikologi Sastra)

0 65 129

ASPEK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMA KIDUNG PINGGIR LURUNG KARYA UDYN U.Pe.We: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA DAN Aspek Sosial Dalam Naskah Drama Kidung Pinggir Lurung Karya Udyn U.Pe.We: Tinjauan Sosiologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di

0 1 11

DEFENSE MECHANISM TOKOH UTAMA DALAM CERITA BERSAMBUNG ARA-ARA CENGKAR TANPA PINGGIR KARYA ADINDA AS (Suatu Tinjauan Psikologi Sastra).

0 0 19

OPTIMISME TOKOH UTAMA DALAM CERITA BERSAMBUNG NGONCEKI IMPEN KARYA SRI SUGIYANTO (Suatu Tinjauan Psikologi Sastra).

0 0 20

ASPEK KRIMINALITAS DALAM CERITA BERSAMBUNG GETIH SRI PANGGUNG KARYA KUKUH S. WIBOWO (Tinjauan Sosiologi Sastra).

0 0 17

Optimisme Tokoh Utama dalam Cerita Bersambung Ngonceki Impen Karya Sri Sugiyanto (Suatu Tinjauan Psikologi Sastra) 1.HALAMAN JUDUL

0 0 20

Self adjustment tokoh utama dalam cerbung gurunadi karya ismoe rianto (Sebuah Tinjauan Psikologi Sastra) Halaman Pengesahan

0 0 17

Ajaran Moral dalam Cerita Bersambung “Enting-Enting” Karya A. Soetarno (Suatu Tinjauan Sosiologi Sastra) IMG 20150928 0001

0 0 1

Sosok Tokoh Sulimah dalam Cerita Bersambung Tangis Biru Karya Ardini Pangastuti BN (Suatu Tinjauan Psikologi Sastra) IMG 20150901 0001

0 0 1

ii PERNYATAAN - ASPEK KRIMINALITAS DALAM CERITA BERSAMBUNG KUNARPO ING GERBONG PUNGKASAN KARYA KUKUH S.WIBOWO (suatu Tinjauan Sosiologi Sastra) - UNS Institutional Repository

0 2 15