Semiotika Tragedi Mina Pada Media Online Detik.Com

(1)

SEMIOTIKA TRAGEDI MINA PADA MEDIA ONLINE

DETIK.COM

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh

Annisa Novianti

NIM: 1112051100004

KONSENTRASI JURNALISTIK

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 H/ 2016 M.


(2)

(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

ANNISA NOVIANTI

Semiotika Tragedi Mina Pada Media OnlineDetik.com

Setiap tahun, jutaan jemaah haji datang dari seluruh negara di dunia memadati Mekkah dan Madinah, untuk melaksanakan rukun Islam kelima ini. Pada tahun 2015, kegiatan ibadah haji menuai duka dan keprihatinan banyak orang. Karena pada prosesi puncak haji, yakni ketika jemaah berniat melempar jumrah di pagi hari terjadi penumpukkan jemaah di persimpangan jalan 204, dan menyebabkan tragedi yang memakan korban. Atas kejadian ini sekitar dua ribu orang menjadi korban jiwa, sehingga media massa menyebutnya sebagai Tragedi Mina. Detik.com adalah salah satu media yang memberitakan Tragedi Mina terbanyak yakni sekitar 253 berita. Sehingga Detik.com dinilai detail dalam memberitakan Mina. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka akan muncul pertanyaan tentang bagaimana representasi dari media terkait Tragedi Mina di media online Detik.com. Kemudian bagaimana gambaran semiotika dari Tragedi Mina yang digambarkan oleh Detik.com.

Penelitian menggunakan paradigma konstruktivis dengan pendekatan kualitatif. Berita dianalisis menggunakan metodologi penelitian semiotika Charles Sanders Pierce. Tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan juga dokumentasi. Tehnik analisa data yang digunakan dalam penelitian adalah model Miles dan Hubberman yang dilakukan melalui tiga tahap, yakni reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan dan verifikasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa deskripsi berita dapat merepresetasikan suatu peristiwa. Kumpulan berita indepthnews dan feature di Detik.com menjadi penekanan khusus dalam pemberitaan Tragedi Mina. Melalui penarasian berita dapat disimpulkan bahwa peristiwa Mina, menyebabkan dampak yang besar baik dari segi hubungan diplomasi negara maupun dalam dari segi korban jiwa. Dalam membuat berita Tragedi Mina, reporter Detik.com menghimpun informasi dari liputan langsung di lokasi kejadian dan juga dari narasumber yang kredibel, untuk meminimalisir kesalahan informasi.

Keyword: Tragedi Mina, Semiotika, Representasi


(6)

KATA PENGANTAR

Bismilahirahmanirahim,

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan ridho-Nya sehingga dapat menyelesaikan penelitian skripsi ini dengan baik. Salawat serta salam peneliti hanturkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, dan pengikutnya hingga akhir zaman.

Alhamdulilah peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“SEMIOTIKA TRAGEDI MINA PADA MEDIA ONLINE DETIK.COM”,

yang dibuat guna memenuhi persyaratan memperoleh gelar strata 1 (S1) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pada masa penelitian, penyusunan, penulisan, hingga penyelesaian skripsi, peneliti tentunya mendapatkan bantuan dan dukungan baik secara moril maupun materil dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini peneliti bermaksud untuk memberikan ucapan terimakasi kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Arief Subhan, M.A., Wakil Dekan 1 Bidang Akademik, Dr. Suparto, M.Ed Ph.D. wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum Dra. Hj. Roudhonah, M.Ag, serta Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan Dr. Suhaimi, M.Si.


(7)

2. Ketua Jurusan Jurnalistik, Kholis Ridho, M.Si. Sekertaris Konsentrasi Jurnalistik Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, M.A. yang bersedia meluangkan waktu dalam memperlancar proses pembuatan skripsi serta membantu ketika terdapat permasalahan dalam perkuliahan.

3. Dosen pembimbing skripsi, Dr. Tantan Hermansyah, M.Si, yang selalu meluangkan waktu untuk membimbing peneliti dalam proses pembuatan skripsi, disela-sela kesibukannya.

4. Segenap Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, namun tidak mengurangi hormat saya terhadap mereka yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat bagi peneliti.

5. Seluruh staf Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi serta Perpustakaan Utama.

6. Redaktur DetikTv, Gagah Wijoseno, dan Human Capital Detik.com, Nanang Supriyatna, yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk diwawancarai oleh peneliti, guna melengkapi penelitian.

7. Ibunda Sri Suryaningsih dan Ayahanda Wahyudi (alm) yang selalu memberikan dukungan dari segi moril, materil, maupun doa serta perhatian yang selalu diperuntukkan kepada peneliti, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan penuh semangat.

8. Saudara-saudara peneliti Eka Budiman, Nur Isya Agustini, dan Andiati yang selalu memberikan dukungan moril sehingga memotivasi peneliti dalam menyelesaikan skripsi.


(8)

9. Pakde Ir. H. Mintardjo dan Ir. H. Purboyo yang selalu memberikan motivasi dan arahan.

10.Sahabat seperjuangan Atika Suri, Rahmah Putri Awaliah, Devi Yuliana, Ruqoyah Raudhatul Jannah, Avissa Suseno, dan Jurnalistik A 2012 yang tidak dapat disebutkan satu persatu namun selalu memberikan dukungan dan doa untuk peneliti.

Akhir kata peneliti mengucapkan permohonan maaf yang sebesar-besarnya jika terdapat kekurangan dalam skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk pembaca.

Walaikumsalam Wr. Wb. Penulis

Annisa Novianti


(9)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ... 3

1. Batasan Masalah... 3

2. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

1. Manfaat Teoritis ... 4

2. Manfaar Praktis ... 4

E. Tinjauan Pustaka ... 5

F. Metodologi Penelitian ... 6

1. Metodologi Penelitian Kualitatif ... 6

2. Subjek dan Objek Penelitian ... 6

3. Teknik Pengumpulan Data ... 7

G. Sistematika Penulisan ... 9

BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Semiotika... 11

B. Tokoh-Tokoh Semiotika ... 14

C. Jurnalistik... 21

1. Sejarah Jurnalistik ... 21

2. Produk Jurnalistik ... 22

3. Sejarah Singkat Jurnalistik Online ... 23

4. Jurnalistik Online dan Media Online ... 24

D. Kronologi Tragedi Mina ... 28

E. Konflik ... 32

F. Tragedi Mina dalam Berita Detik.com ... 33

BAB III GAMBARAN UMUM A. Sejarah Berdirinya Perusahaan ... 36

B. Visi dan Misi Detik.com ... 38

C. Nilai Detik.com ... 40

D. Mekanisme Kerja Keredaksian di Detik.com ... 41

BAB IV SEMIOTIKA TRAGEDI MINA PADA MEDIA ONLINE DETIK.COM A. Temuan Data Terkait Konflik Iran dan Saudi dalam Berita Tragedi Mina ... 44

B. Realitas Subjektif Detik.com Terhadap Tragedi Mina ... 57


(10)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan... 62

B. Saran... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 65


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ibadah haji tahun 2015 menuai duka dan keprihatinan banyak orang, akibat terjadinya Tragedi Mina. Melempar jumrah yang semestinya menjadi momentum puncak haji, berubah menjadi tragedi yang memilukan. Kejadian pada kamis pagi 24 September 2015 berawal dari penumpukan jemaah haji di jalur 204 yang terhenti dan bertemu dengan rombongan jemaah lain yang melalui jalur 223. Akibat ribuan orang bertemu dipersimpangan jalan, mulai saling dorong diantara mereka yang menyebabkan mulai berjatuhan dan terinjak-injaknya jemaah.1

Tragedi Mina ini menjadi perhatian banyak media massa, yang tentunya memberitakan dalam berbagai pengemasan serta prespektif masing-masing. Prespektif sendiri merupakan suatu cara pandang, kerangka kerja dalam melihat suatu gejala fenomena, dimana cara pandang itu memengaruhi presepsi orang ketika melihat suatu gejala atau fenomena.2 Prespektif media dapat dilihat dari pemberitaannya yang dibuat sesuai dengan visi, misi serta nilai yang dimiliki oleh setiap media. Media online Detik.com dalam memberitakan Tragedi Mina sesuai dari visi, misi dan juga nilai dari media. Salah satu satu nilai dari Detik.com adalah kreatif, sehingga dalam menyajikan peristiwa Mina tentunya melalui berbagai sisi pandangan yang menarik untuk membentuk satu gambaran utuh

1

Gagah Wijoseno,“Duka Mina Salah Siapa”, Majalah Detik, 28 September 2015, h.58 2

Dr. Inge Hutangalung, Msi, Teori-Teori Komunikasi dalam Pengaruh Psikologi,(Jakarta: PT Indeks Permata Puri Media 2015), h. 3


(12)

Tragedi Mina. Prespektif ini tentunya yang memberikan ciri khas tersendiri bagi setiap media, khususnya Detik.com dalam memberitakan Mina.

Dalam menyuguhkan peristiwa tentunya media merepresentasikannya melalui bentuk tulisan disertai ilustrasi dan foto untuk merepresentasikan sesuatu peristiwa. Kendati demikian, karena media online mengutamakan penarasiannya dalam memberitakan peristiwa, maka penggambaran yang dibentuk oleh media dalam suatu kejadian dapat dilihat dari serangkaian laporan jurnalistik melalui narasi berita. Walaupun Detik.com dalam memberitakan terkait Tragedi Mina dilengkapi oleh foto, namun tidak sepenuhnya mewakili keseluruhan visual dari kejadian tersebut.

Foto dalam jurnalistik hanya sebatas melengkapi dan mempertegas kondisi secara visual, tanpa menjelaskan secara keseluruhan hal yang tidak terlihat dari kenampakan yang terlihat. Dalam setiap peristiwa tentunya terdapat fakta lain yang tersimpan dalam membangun sebuah peristiwa tragedi. Hal tersebut merupakan bagian dari penggambaran peristiwa yang berasal dari kumpulan kejadian yang terjadi disekitar tragedi utama.

Media online Detik.com dalam merepresentasikan tragedi Mina kepada para pembaca, utamanya melalui sajian berita dengan jenis indepth news. Pada jenis berita tersebut terdapat penarasian yang sifatnya simbolik, dengan menjelaskan keterkaitan peristiwa yang satu dengan peristiwa yang lain, dalam membentuk suatu peristiwa khususnya peristiwa Mina. Seperti halnya dengan berita indepthnews tentang argumentasi yang bernada kecaman dari Iran terkait


(13)

Tragedi Mina, tentunya dalam berita jenis ini setiap ungkapan negatif tentang pengelolaan haji oleh Saudi dikaitkan dengan konfliknya antara Saudi.

Berdasarkan latar belakang diatas penulis memutuskan untuk melakukan sebuah penelitian dengan judul “SEMIOTIKA TRAGEDI MINA PADA

MEDIA ONLINE DETIK.COM”.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Agar pembahasan dalam penelitian ini terarah dan lebih mudah maka penulisan ini di fokuskan pada pemberitaan yang mengarah terhadap konflik Iran dan Saudi yang disajikan oleh Detik.com mengenai Tragedi Mina. Sementara itu berita yang diteliti adalah jenis indepth news. Peneliti menfokuskan demikian, karena menurut peneliti dalam melihat keterkaitan antara konflik dengan Tragedi Mina dapat dilihat dari jenis berita tersebut.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka dapat dirumuskan untuk menjawab pertanyaan :

1. Bagaimana tanda konflik Iran dan Arab Saudi dalam pemberitaan Tragedi Mina di Detik.com?

2. Bagaimana realitas subjektif Detik.com terkait konflik Iran dan Arab Saudi pada Tragedi Mina?

3. Bagaimana interpretasi Tragedi Mina yang digambarkan oleh Detik.com?


(14)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui bagaimana Detik.com memaknai konflik Iran dan Arab Saudi dalam Tragedi Mina. Kemudian mengetahui bagaimana realitas subjektif yang dibangun Detik.com terkait Tragedi Mina. Serta untuk mengetahui bagaimana interpretasi konflik Iran dan Arab Saudi dalam Tragedi Mina di Detik.com, melalui penyampaian berita seputar kejadian tersebut.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Dari segi manfaat teoritis, penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang bagaimana new media media atau media online dalam menghadirkan keterkaitan antara fakta yang terjadi disekitar peristiwa utama. Penelitian ini mengaplikasikan teori-teori yang ada dan sesuai dengan masalah, serta menggunakan metodologi penelitian kualitatif dengan model analisis semiotika.

2. Manfaat Praktis

Dari segi manfaat praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan, pengetahuan, serta pelajaran bagi pembaca mengenai keterkaitan antara fakta yang terjadi disekitar kejadian utama. Tentunya hal tersebut dapat ditemui dalam berita indepthnews. Peneliti berharap, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada para mahasiswa UIN Jakarta pada khususnya serta masyarakat luas pada umumnya.


(15)

E. Tinjauan Pustaka

Berdasarkan pengamatan peneliti yang dilakukan di perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, terdapat satu skripsi berjudul : 1. Analisis Semiotika Kritik Sosial Dalam Kartun Bung Sentil di Harian

Umum Media Indonesia Edisi “Disapu Banjir”, tahun 2013, karya Indah Prastika, Mahasiswa Konsentrasi Jurnalistik, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi tahun 2013. Skripsi ini menggunakan metode analisis Charles Sanders Pierce untuk melihat makna ikon, indeks, simbol dari kartun bung sentil di harian umum Media Indonesia

2. Analisis Semiotik Foto pada Rubrik Klinik Fotografi Kompas Karya Taufiq Bernadi, Mahasiswa Konsentrasi Jurnalistik, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi tahun 2012. Skripsi ini menggunakan metode analisis Charles Sanders Pierce untuk melihat makna ikon, indeks, simbolisasi dari foto-foto yang terdapat pada rubrik Klinik Fotografi Kompas.

3. Analisis Semiotika Kartun Kritik Politik Dalam Buku Reformasi Karya GM. Sudarta, skripsi karya Mohammad Dwiyan Pratiyo, Mahasiswa Konsentrasi Jurnalistik, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi tahun 2014. Skripsi ini menggunakan metode analisis charles Sanders Pierce untuk melihat kartun kritik politik pada buku Reformasi.


(16)

F. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian Kualitatif

Pada penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yakni pendekatan yang menggunakan penafsiran dalam meneliti. Pendekatan kualitatif meneliti sesuatu yang berada pada lingkugan alamiahnya, berusaha memahami atau menafsirkan, fenomena yang berdasarkan makna-makna yang orang berikan kepada hal-hal tersebut.3 Pendekatan kualitatif yang menggunakan penafsiran, sesuai dengan semiotika yang menghasilkan penafsiran atau makna dibalik teks berita yang diteliti oleh peneliti terkait dengan Tragedi Mina di media online Detik.com. Metode analisis yang digunakan oleh peneliti adalah semiotika Charles Sanders Pierce, dimana mempunyai tiga trikotomi mengenai tanda yang merupakan sumber tradisi utama dalam semiotika.4

2. Subjek dan Objek Penelitian a) Subjek Penelitian

Pada penelitian ini yang menjadi subjek penelitiannya adalah pihak redaksi Detik.com, dimana sebagai penyaji dan peliput langsung dari berita terkait Tragedi Mina.

b) Objek Penelitian

Dalam penelitian ini objek penelitiannya adalah serangkaian konten berita terkait konflik Iran dan Arab Saudi pada Tragedi Mina yang disediakan oleh media online di Detik.com.

3

Dedy Muyana dan Solatun, Metode Penelitian Komunikasi, Contoh-contoh Penelitian Kualitatif dengan pendekatan Praktis, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), h.5

4 Kris Budiman, Semiotika Visual : Konsep, Isu, dan Problem Ikonitas, (Yogyakarta: Jalasutra,


(17)

3. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data untuk penelitiannya. Dalam penelitian ini guna mendapatkan data peneliti menggunakan metode:

a. Wawancara

Wawancara merupakan percakapan antara peneliti dengan informan (seseorang yang asumsikan mempunyai informasi penting tentang suatu objek) (Berger, 2000:111).5 Dalam meneliti, penulis akan menggunakan jenis wawancara terstruktur (semistructure interview). Menurut Rachmat Kriyantono melalui buku teknik praktis riset komunikasi mengatakan bahwa “wawancara dilakukan secara bebas, tapi terarah dengan tetap berada pada jalur pokok permasalahan yang akan

ditanyakan dan telah dipersiapkan sebelumnya”.6 Pada penelitian ini peneliti mewawancarai dua orang yang terdiri dari redaktur Detik.com yang meliput langsung, dan membuat berita terkait dengan Tragedi Mina, serta divisi human capital. Wawancara dilakukan dalam kurun waktu satu hari dan dengan durasi masing-masing narasumber sekitar 95 menit.

b. Observasi

Observasi adalah kegiatan mencari dan mengamati data yang digunakan untuk memberikan suatu kesimpulan atau diagnosis.7 Peneliti akan

5

Rachmat Kriyantono, S.Sos., Msi, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008) h. 96

6

Rachmat Kriyantono, S.Sos., Msi, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008) h. 98

7 Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial,(Jakarta:Salemba


(18)

mengobservasi terkait dengan berita-berita terkait Tragedi Mina pada media online Detik.com.

c. Dokumentasi

Dokumentasi yakni menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri atau orang lain tentang subjek.8 Peneliti akan mengumpulkan data dari beberapa sumber, seperti buku-buku, artikel, website, dan literatur-literatur lainnya yang relevan dengan materi atau objek penelitian.

d. Teknik Analisa Data

Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik analisa data oleh Milles dan Hubberman, yang dinyatakan sebagai model alir (flow model). Dalam teknik analisa kualitatif ini dilakuka melalui tiga tahap, antara lain : 1. Reduksi data

Peneliti melakukan proses pengumpulan serta pemilihan data-data yang dianggap penting, sehingga peneliti dapat menyederhanakan gambaran data tersebut. Peneliti menyimpulkan data hasil wawancara dengan pihak redaksi Detik.com, data berita yang mengarah kepada konflik antara Iran dan Arab Saudi dalam ruang lingkup Tragedi Mina di media online Detik.com sebanyak 3 berita, serta data berupa buku-buku sebanyak 17 buku.

2. Penyajian data

8

Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial,(Jakarta:Salemba Humanika, 2012), h.141.


(19)

Ketika data terkumpul selanjutnya data tersebut diolah dalam bentuk deskripsi untuk mempermudah dalam pemahaman. Biasanya dalam penyajian data kualitatif ini menggunakan teks naratif.

3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi

Setelah melakukan pengumpulan data, peneliti dapat memberikan interpretasinya terhadap temuan data yang diperolehnya. Sehingga dengan adanya kombinasi antara temuan data dengan interpretasi peneliti, dapat menghasilkan kesimpulan yang sifatnya kausalitas.9

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam skripsi ini terdiri atas lima bab. Dalam setiap bab dapat diuraikan seperti dibawah ini :

BAB I: Terdiri dari latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, sistematika penulisan.

BAB II: Terdiri dari pengertian semiotika, tokoh-tokoh semiotika, tinjauan tentang jurnalistik, konsep konflik, tragedi Mina dalam berita.

BAB III: Terdiri dari sejarah berdirinya perusahaan Detik.com, visi dan misi Detik.com, nilai Detik.com, dan mekanisme kerja keredaksian di Detik.com.

BAB IV: Terdiri dari temuan data, realitas subjektif Detik.com, dan interpretasi Tragedi Mina pada Detik.com.

9 DR. Agus Salim, MS, Teori dan Paradigma: Penelitian Sosial, (Yogyakarta: Tiara Wacana,


(20)

(21)

BAB II

KERANGKA TEORI

A. SEMIOTIKA

1. Pengertian Semiotika

Istilah semiotika mengandung makna baik secara etimologis maupun terminologis. Secara etimologis, istilah semiotika berasal dari kata Yunani semeion yang berarti tanda.10 Sementara itu, istilah semiotika secara terminologis, dapat diidentifikasikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda.11

Pada kehidupan manusia tentunya dikelilingi oleh tanda, karena tanda diciptakan oleh manusia untuk mewakili sesuatu atau mengungkapkan sesuatu. Pada setiap peristiwa yang terjadi, tanda memainkan peranannya dalam mengungkapkan sesuatu melalui gejala-gejala. Sehingga sengaja atau tidak tanda sudah menjadi bagian dari kehidupan sosial bermasyarakat.12

Semiotika mempunyai istilah lain yakni semiologi. Antara semiotika dengan semiologi hanya memiliki perbedaan dari cara pandang tradisi semiotika. Istilah semiotika diperuntukkan bagi tradisi Amerika, yakni Charles Sanders Pierce, sedangkan semiologi dipergunakan oleh tradisi Eropa, yakni Saussure.13

10

Indiawan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013), h.7

11

Ibid., h. 7 12

Indiawan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013), h.7

13


(22)

Hippocrates (460-377 SM) yang merupakan penemu medis barat, adalah orang yang memperkenalkan semiotika sebagai ilmu tanda yang mengindikasikan sesuatu yang fisik. Mulanya ia menggunakan semiotika ini untuk memperhatikan gejala adanya suatu penyakit pada seseorang, mengingat bidang yang dikaji olehnya saat itu adalah kesehatan. Seiring berjalannya waktu ilmu tentang interpretasi tanda kini digunakan pula untuk kajian ilmu sosial. Sehingga kajian ini menelaah fenomena yang terjadi ditengah masyarakat dalam memberikan tanda terhadap sesuatu.14

Tradisi semiotika mencakup teori utama mengenai bagaimana tanda mewakili objek, ide, situasi, keadaan, perasaan dan sebagainya yang berada diluar diri.15 Dasar dari ilmu semiotika adalah tanda, dengan menggunakan tanda manusia dapat berkomunikasi baik itu secara verbal maupun nonverbal dengan manusia yang lain. Sehingga bisa dikatakan semiotika merupakan hal yang utama dalam berkomunikasi, karena dalam tanda tersebut mengandung pesan untuk menginterpretasi sesuatu. Menurut John Powers (1995) dalam buku Teori Komunikasi karya Morrisan, pesan memiliki tiga unsur yaitu : tanda dan simbol, bahasa, serta wacana (discourse).16 Berhasil tidaknya komunikasi tergantung kepada kesesuaian tanda yang digunakan dalam membentuk pesan kepada komunikan tersebut.

Meskipun Hippocrates memperkenalkan semiotika pada mulanya dibidang kesehatan, namun Santo Agustinus (3540430 M) menjadi orang pertama yang

14

Marcel Danesi, Pesan, Tanda, dan Makna: Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika dan Teori Komunikasi, (Yogyakarta: Jalasutra, 2012) h. 6

15

Morissan, Teori Komunikasi : Individu Hingga Massa, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2014), h. 32

16


(23)

menemukan teori tanda. Kendati demikian Santo Agustinus belum memakai istilah semiotika terhadap teori tersebut. Menurutnya tanda didefinisikan menjadi dua, yakni tanda alami dan tanda konvensional. Tanda alamiah merupakan tanda yang biasanya dimunculkan oleh tumbuhan dan hewan dalam menunjukkan sesuatu kondisi. Misalnya ketika pohon-pohon bergoyang dapat diartikan bahwa sedang ada angin yang besar, kemudian lolongan anjing di suatu rumah menandakan ada orang asing yang datang. Lain halnya dengan tanda alamiah, tanda konvensional diproduksi oleh manusia yang tujuannya untuk menunjukkan sesuatu terhadap komunikan, yang berupa kata, isyarat, dan simbol.17

Kendati telah mendefinisikan dua jenis tanda, namun hingga abad ke-11 pemikiran Santo Agustinus tidak lagi dikenal dan kajian tentang tanda tidak lagi bergairah. Meski begitu sarjana Arab berperan penting dalam menggerakkan kembali kajian tanda. Melalui buku-buku filsuf Yunani seperti karya Plato dan Aristoteles yang diterjemahkan oleh para sarjana Arab tersebut, membuat prespektif baru bagi mereka yang dikenal sebagai skolastisisme. Para skolastisisme ini menggunakan pemikiran Aristoteles sebagai pengetahuan dan menemukan bahwa, fungsi dari tanda bukan menyusun kebenaran melainkan untuk membongkar kebenaran.18

Selama empat abad setelah Santo Agustinus sebagai pengkaji tanda, filsuf Inggris John Locke (1632-1704) untuk pertama kali memperkenalkan istilah semiotics, sebagai kajian resmi tentang tanda dalam filsafat, dengan tulisannya Essay Concerning Human Understanding (1690). Tujuan Locke adalah agar

17

Marcel Danesi, Pesan, Tanda, dan Makna: Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika dan Teori Komunikasi, (Yogyakarta: Jalasutra, 2012) h. 11

18


(24)

kajian tanda dapat ditelaah lebih dalam oleh para filsuf. Kendati demikian kajian ini kembali tidak dikembangkan sampai akhir abad ke-19, namun setelahnya bermunculan tokoh-tokoh yang seperti Ferdinand Saussure, Charles Sanders Pierce, Rolland Barthes yang memperdalam kajian ilmu tentang tanda yang saat ini dikenal sebagai semiotika.19

B. Tokoh-Tokoh Semiotika

1. Ferdinand De Saussure

Salah satu tokoh peletak dasar dari kajian semiotika adalah Ferdinand De Saussure. Dia dilahirkan di Jenewa pada 1857, satu periode dengan Emile Durkheim dan Sigmund Freud. Saussure merupakan ahli dalam bidang bahasa Indo Eropa dan sansekerta, berkat penelaahannya dalam bidang tersebut membawa pengetahuan baru dalam bidang ilmu sosial. Saussure mengkhususkan kajian tanda nya dibidang linguistik.20

Kajiannya tentang linguistik ini menurutnya berkaitan dengan semiotika. Saussure memandang bahwa melalui bahasa dapat memberikan suatu tanda tertentu. Sementara itu semiotika merupakan bidang kajian tentang tanda. Pemikirannya tentang tanda dianggapnya sebagai objek fisik dari sebuah makna.21 Dia berpikir bahwa tanda selalu mengandung pertanda (interpretasi tanda) dan penanda (representasi tanda). Tanda linguistik menurut Saussure sangat berkaitan dengan pengalaman pribadi pemakai maupun dengan impuls (rangsangan). Meskipun mengkaji bahasa yang berkaitan dengan tanda, Saussure

19

Marcel Danesi, Pesan, Tanda, dan Makna: Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika dan Teori Komunikasi, (Yogyakarta: Jalasutra, 2012) h. 12

20

Indiawan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013) h.20

21


(25)

tidak meletakan tanda/ simbol pada dasar komunikasi. Hal tersebut karena simbol hanya gambaran dari objek dan bukan menentukan objek.22

Sedikitnya ada lima pandangan Saussure yang terkenal yaitu soal (1) signifier (penanda) dan signified (pertanda), (2) form (bentuk) dan content (isi), (3) language (bahasa) dan parole (tuturan/ujaran), (4) synchronic (sinkronasi) dan diachronic, serta (5) syntagmatic dan associative atau paradigmatik.23

2. Roland Barthes

Kajian tanda yang ditelaah oleh Barthes terinspirasi oleh model linguistik dan semiologi Saussure. Bahasa menurutnya sistem tanda yang mengisyaratkan masyarakat tertentu. Barthes dikenal mengkaji suatu yang terjadi di kehidupan sehari-hari yang biasanya luput dari perhatian masyarakat. Seperti hal nya mode pakaian wanita yang pernah diamatinya, karena ia berpandangan terdapat sistem tanda dalam mode tersebut.24

Model semiotika yang dikemukakan Barthes dalam mengkaji tanda antara lain denotatif, konotatif, dan mitos. Pada sistem signifikasi Barthes tingkat pertama adalah denotatif, yang mempunyai makna tertutup dan menghasilkan makna yang pasti karena dibangun atas dasar konvensi bersama merujuk pada kenyataan. Sistem signifikasi tingkat kedua adalah konotasi yang mempunyai keterbukaan makna namun bersifat tidak langsung. Sementara itu mitos menurut

22

Nawiroh Vera, M.Si, Semiotika Dalam Riset Komunikasi, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014) h. 19 23

Indiawan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013) h.20

24


(26)

Barthes merupakan konotasi yang berada di masyarakat dalam kurun waktu yang lama.25

Selain kedua sistem signifikasi dan mitos, Barthes meninjau lima kode mengkaji teks, antara lain kode hermeneutik (kode teka-teki), kode semik (makna konotatif), kode simbolik, kode proaretik (logika tindakan), dan kode gnomik atau kode kultural yang membangkitkan suatu badan pengetahuan tertentu.26

3. Charles Sanders Pierce

Charles Sanders Pierce merupakan pendiri semiotika modern pertama. Pierce yang mempunyai latar belakang filsuf sehingga mempunyai perbedaan pandangan dengan Saussure dan Barthes terkait kajian tanda, yakni dengan pemikiran triangle meaning. Menurutnya tanda (simbol), objek, dan makna saling berkaitan satu dengan yang lain, sehingga dari ketiganya akan menimbulkan suatu makna.27 “... Tanda mewakili objek (referent) yang ada didalam pikiran orang yang menginterpretasinya (interpreter). Pierce menyatakan bahwa representasi dari suatu objek adalah interpretan... ”28 Berikut ini merupakan bagan bentuk triangle meaning Pierce.

Gambar 2.1

25

Nawiroh Vera, M.Si, Semiotika Dalam Riset Komunikasi, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014), h. 28 26

Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya 2009), h. 65 27

Morissan, Teori Komunikasi : Individu Hingga Massa, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2014), h.33

28

Ibid., h. 33 Interpretant

Sign


(27)

Kajian yang ditekankan oleh Pierce adalah hubungan dari tanda-tanda tersebut sehingga jika digabungkan akan membentuk kesimpulan makna. Tentunya dalam melihat hubungan tanda-tanda tersebut, didapatkan melalui mencaritahu akar dari masing-masing tanda untuk kemudian dikaitkan antara tanda yang satu dengan yang lain. Pierce dalam mendefinisikan tanda sebagai sesuatu yang dapat mewakili sesuatu yang lain untuk beberapa hal. Proses semiosis atau signifikasi merupakan proses perpaduan antara wujud tanda dengan wujud tanda lainnya yang yang disebut objek.29

Menurut pandangan Pierce tanda selalu membentuk triangle meaning dan tidak pernah bisa berdiri sendiri tanpa hubungan dari ketiganya. Tanda disebutnya sebagai kepertamaan, sedangkan objeknya adalah keduaan, dan makna serta hubungan dari tanda tersebut disebut ketigaan. Dalam membentuk tanda, ketiganya dapat memaparkan tanda melalui penafsiran gagasan dari setiap tanda, agar dapat mengaitkannya dengan tanda yang lain. Pierce menyebut ground sebagai sesuatu yang membuat tanda memiliki fungsi, sehingga hubungan triadik dalam tanda selalu ada. Guna mengkaji hubungan tanda ini, Pierce melakukan klasifikasi tanda yang terbagi menjadi tiga trikotomi.30

Trikotomi Pertama: Qualisgn, Sinsign, dan Legisign

Pierce dalam prespektif tanda membaginya menjadi tiga, yakni qualisgn, sinsign, dan legisign. Pembagian tersebut untuk membedakan tanda dalam hal kualitas, keberadaan nya sebagai tanda, serta tanda sebagai dasar dari konvensi sosial. Pertama qualisgn, merupakan tanda yang rnenunjukkan kualitas, namun ia

29

Indiawan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013) h.17

30


(28)

belum sepenuhnya mewujud untuk menandakan sesuatu. Seperti halnya hawa dingin yang dirasakan pada tubuh saat musim hujan, merupakan qualisgn selama

bersifat “terasa” dan belum di representasikan dengan apapun.31

Kedua, sinsign yang menunjukan keberadaannya/ eksistensinya sebagai tanda yang tunggal. Sinsign dapat menjadi tanda karena adanya kualitas-kualitasnya atau mempunyai sejumlah qualisgn. Contohnya hawa dingin yang

dirasakan tadi, jika diungkapkan dengan kata “dingin” bersamaan dengan

menggosok-gosokan kedua telapak tangan sambil meniupnya, gerakan ini yang merupakan sinsign.32

Ketiga, legisign merupakan dasar hukum dari tanda yang disepakati bersama dalam bentuk kebahasaan. Sebagai contoh dari legisign adalah suatu hari yang dingin. Hal itu karena terdiri dari struktur bahasa Indonesia yang mendahulukan kata benda (Nomina) terlebih dahulu dan kata sifat (adjektif) berikutnya (N + Adj).33

Trikotomi Kedua: Ikon, Indeks, dan Simbol

Pada trikotomi kedua ini dikatakan sebagai klasifikasi tanda Pierce yang paling mendasar. Klasifikasi ini merupakan keterkaitan antara tanda dengan

objeknya. Keterkaitan disini adalah berupa hubungan “menggantikan”, yakni

tanda mewakili objek. Pertama ikon, berupa tanda yang mempunyai kemiripan dengan objeknya. Kendati demikian ikon bukan berarti menyuguhkan gambaran

31

Kris Budiman, Semiotika Visual: Kosep, Isu, dan Problem Ikonitas, (Yogyakarta: Jalasutra), 2011, h. 77

32

Kris Budiman, Semiotika Visual: Kosep, Isu, dan Problem Ikonitas, (Yogyakarta: Jalasutra), 2011, h. 77

33


(29)

sesungguhnya, melainkan hanya mengungkapkan suatu tanda yang menggambarkan realitas, sebagai contoh yakni lukisan.34

Kedua indeks, merupakan tanda yang mempunyai hubungan langsung baik secara kausal, fisik, maupun keberadaannya yang tidak bisa dipisahkan dengan objek. Jika antara tanda dengan objek dipisahkan maka akan kehilangan karakternya sebagai tanda. Sebagai contoh asap merupakan indeks adanya api.35 Oleh sebab itu dengan indeks dapat mewakili suatu objek. Selain itu melalui indeks dapat diketahui bahwa fokus manusia tidak hanya terkonsentrasi terhadap warna dan bentuk, namun juga memperhatikan kausalitas.36

Ketiga simbol, merupakan tanda yang mengarahkan terhadap objek tertentu, yang dibentuk melalui kesepakatan bersama. Simbol pada umumnya berwujud kata-kata, meskipun tidak menutup kemungkinan suara, objek, suara, sosok juga merupakan simbolik. Sebagai contoh dari simbol adalah warna merah menandakan berani. Dalam menciptakan sebuah tanda, ikon, indeks dan simbol kerap digunakan secara bersamaan.37

Trikotomi Ketiga: Rema, Disen, dan Argumen

Pierce dalam trikotomi ketiga ini melihat tanda melalui hakikat interpretantnya. Menurutnya tanda dalam trikotomi ketiga terbagi menjadi rema (rheme), tanda disen (dicent, sign, atau disisgn), dan argumen (argument). Pertama rema, merupakan suatu tanda yang dapat berdiri sendiri atau fonem.

34

Kris Budiman, Semiotika Visual: Kosep, Isu, dan Problem Ikonitas, (Yogyakarta: Jalasutra), 2011, h. 78

35

Kris Budiman, Semiotika Visual: Kosep, Isu, dan Problem Ikonitas, (Yogyakarta: Jalasutra), 2011, h. 79

36

Marcel Danesi, Pesan, Tanda, dan Makna: Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika dan Teori Komunikasi, (Yogyakarta: Jalasutra, 2012) h. 43

37


(30)

Seluruh kata tunggal dari kata benda, kata kerja, kata sifat, adalah rema kecuali kata ya atau tidak. Tanda rema tidak memperhatian betul maupun salah, sehingga membuat tanda mempunyai multitafsir, sebagai contoh orang yang menangis tidak hanya menunjukkan kesedihan, namun bisa menunjukkan kebahagiaan yang sangat mendalam.38

Kedua disen, merupakan tanda yang faktual dan biasanya berbentuk sebuah ungkapan yang dapat dipercaya, disangkal atau dibuktikan benar atau tidaknya. Oleh sebab itu tanda disen bersifat membuktikan sesuatu, lain halnya dengan rema yang tidak memandang benar atau salah. Disen memandang benar dan salah meskipun tidak memberikan alasan mengapa demikian. Sebagai contoh Tom adalah kucing dan Jery adalah tikus, pernyataan ini benar selama dikaitkan dengan kartun.39

Ketiga argumen, merupakan suatu tanda nalar yang didasarkan pada suatu prinsip yang membentuk kesimpulan yang dianggap benar. Berbeda dengan disen yang hanya mengungkap apa yang dipercaya, disangkal atau dibuktikan benar tidaknya. Pada argumen suatu ungkapan yang dapat dibuktikan benar tidaknya itu dijadikan dasar untuk menarik kesimpulan. Sebagai contoh semua kucing bermusuhan dengan tikus, Tom adalah kucing sedangkan Jery adalah tikus, maka Tom dan Jery bermusuhan40

38

Kris Budiman, Semiotika Visual: Konsep, Isu, dan Problem Ikonitas, (Yogyakarta: Jalasutra, 2011), h. 81

39 Kris Budiman, Semiotika Visual: Konsep, Isu, dan Problem Ikonitas, (Yogyakarta: Jalasutra,

2011), h. 81 40


(31)

C. Jurnalistik 1. Sejarah Jurnalistik

Cikal bakal jurnalistik berawal dari zaman Romawi dalam masa kepemimpinan Julius Cesar sekitar tahun 60 SM. Ketika itu untuk menyampaikan informasi seputar kerajaan berupa kejadian sehari-hari, hasil persidangan senat, serta peraturan baru yang perlu disampaikan kepada rakyat, melalui papan pengumuman (Acta Diurna). Papan pengumuman ini diletakan di forum romanum atau dikenal sebagai stadion Romawi, agar dapat dilihat, dikutip, dan disebarluaskan oleh rakyat.41

Walaupun cikal bakal jurnalistik berasal dari Romawi melalui Acta Diurna, namun istilah jurnalistik berasal dari bahasa Yunani Kuno, yakni du jour yang bermakna hari. Hari disini menyatakan bahwa peristiwa harian yang dikemas dalam lembaran untuk kemudian dicetak. Secara umum jurnalistik mempunyai pengertian sebuah kegiatan mencari informasi untuk kemudian disusun dan disebarluaskan kepada khalayak.42

Perkembangan zaman membuat perubahan disegala sektor, seperti halnya dalam jurnalistik. Perkembangan teknologi yang semakin maju membuat jurnalistik tidak hanya sebatas cetak, namun merambah menjadi media elektronik seperti radio dan televisi. Inovasi media tidak hanya sampai disitu, bahkan kini

41

Indah Suryawati, Jurnalistik Suatu Pengantar Teori dan Praktik, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014), h. 1

42

Indah Suryawati, Jurnalistik Suatu Pengantar Teori dan Praktik, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014), h. 5


(32)

dikenal dengan new media atau jurnalistik online dengan medium internet dalam menyebarkan berita.43

2. Produk Jurnalistik

Berita merupakan produk yang dihasilkan dari kegiatan kejurnalistikan. Kata berita berasal dari bahasa Sansekerta, yakni Vrit yang bermakna terjadi. Sementara itu dalam bahasa Indonesia vriita adalah berita atau warta. Secara pengertian, berita merupakan laporan hasil peliputan suatu peristiwa yang aktual dan menyangkut kepentingan banyak orang, bukan merupakan pendapat wartawan, dan dipublikasikan melalui medium, baik radio, televisi, surat kabar, maupun online.44

Berita mempunyai tiga kategori yakni hardnews, feature, dan indepth news. Hardnews merupakan berita yang sangat mengedepankan waktu, dimana semakin baru berita disiarkan semakin baik (aktual). Sehingga peristiwa yang telah lama terjadi dalam hardnews tidak dapat tergolong hardnews. Berita ini tidak hanya dipandang dari segi waktu, namun juga dari segi sesuatu penemuan baru, sebagai contoh penemuan baru atau pemikiran baru terhadap sesuatu.45

Berbeda dengan hardnews yang mengedepankan waktu (aktualitas), berita Soft news justru tidak terpaku pada waktu melainkan pada emosional pembaca. Soft news dapat membagkitkan ketakjuban pemirsa terhadap sesuatu kejadian. Berita jenis ini bertujuan untuk menimbulkan perasaan haru, sedih, takut,

43

Indah Suryawati, Jurnalistik Suatu Pengantar Teori dan Praktik, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014), h. 3

44

Indah Suryawati, Jurnalistik Suatu Pengantar Teori dan Praktik, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014), h. 69

45

Indah Suryawati, Jurnalistik Suatu Pengantar Teori dan Praktik, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014), h. 70


(33)

kegembiraan, dan lainnya. Manusia, binatang, tumbuhan, tempat, benda merupakan objek dari soft news.46

Kategori berita terakhir adalah indepth news, yang memadukan antara fakta dan pendapat. Tentunya pendapat yang dimaksud bukan berdasarkan hasil pandangan reporter, namun berasal dari narasumber yang berdasarkan fakta. Indepth news bertujuan untuk memaparkan suatu peristiwa yang dinilai sebagai masalah berdasarkan analisa narasumber yang dipadukan dengan data fakta, guna memperdalam permasalahan yang terjadi. Sehingga berita indepth news ini tidak berpatokan dengan waktu (aktualitas) maupun pada emosional pembaca.47

3. Sejarah Singkat Jurnalistik Online

Jurnalistik online atau biasa disebut new media merupakan hasil dari perkembangan teknologi internet dan komputer yang berlangsung pada periode tahun 1990. Pada periode tersebut teknologi komputer mengalami perkembangan pesat, dengan diciptakannya notebook yang dikenal saat ini sebagai laptop. Tentunya dengan teknologi tersebut dapat mempermudah kinerja wartawan untuk lebih fleksibel. Cikal bakal jurnalistik online bermula saat hasil investigasi yang dilakukan oleh Michael Isikoff, mengenai perselingkuhan Presiden Amerika Serikat, Bill Clinton dengan Monica Lewinsky ditolak untuk dipublikasikan oleh

46

Indah Suryawati, Jurnalistik Suatu Pengantar Teori dan Praktik, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014), h. 71

47

Indah Suryawati, Jurnalistik Suatu Pengantar Teori dan Praktik, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014), h. 72


(34)

majalah Newsweek. Oleh sebab itu berbekal laptop dan modem, Mark Drudge mempublikasikan hasil investigasi tersebut melalui situs web Drudge Report.48

Sejak pembulikasian hasil investigasi oleh Mark Drudge tahun 1998, banyak bermunculan website blog pribadi yang berisi laporan jurnalistik. Sementara itu di Indonesia cikal bakal jurnalistik online muncul saat lengsernya Presiden Soeharto dari jabatannya pada 21 Mei 1998, dan kabar tersebut tersebar melalui milis atau mailing list yang ketika itu terkenal di kalangan mahasiswa maupun aktivis. Pada masa reformasi banyak media online yang berdiri, diantaranya Detik.com, bidik.com, mandiri.com, berpolitik.com, dan lainnya. Semua situs berita baik itu berbentuk majalah maupun surat kabar dinamakan new media.49

4. Jurnalistik Online dan Media Online

Kata jurnalistik berhubungan erat dengan penyebarluasan informasi, sehingga menjadi aspek komunikasi massa yang kerap diperhatikan oleh masyarakat.50 Dalam berbagai sektor, setiap manusia membutuhkan informasi untuk menunjang kegiatannya sehari-hari, apalagi pada era digital seperti saat ini yang menuntut kecepatan dan keakuratan informasi. Umumnya jurnalistik identik dengan surat kabar atau media massa cetak, padahal dalam kemajuan teknologi

48

Asep Syamsul M. Romli, Jurnalistik Online: Panduan Praktis Mengelola Media Online, (Bandung: Nuansa Cendekia, 2012), h. 19

49

Asep Syamsul M. Romli, Jurnalistik Online: Panduan Praktis Mengelola Media Online, (Bandung: Nuansa Cendekia, 2012), h. 20

50

Indah Suryawati, Jurnalistik Suatu Pengantar Teori dan Praktik, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014), h. 113


(35)

saat ini sudah beralih menjadi ranah online. Kehadiran media online berguna sebagai wadah penunjang dalam percepatan informasi.51

Media online bermula dari seorang jurnalis Amerika Serikat, Mark Bowden yang ingin hasil reportasenya di muat di situs www.philly.com. Guna mewujudkan keinginnanya itu Bowden rutin berdiskusi dengan Jenifer Musser, seorang jurnalis muda yang menangani proyek situs tersebut. Bowden menyeleksi setiap data yang berhasil dikumpulkannya seperti foto-foto, data audio, dan rekaman video, karena menurutnya mustahil semua data dapat dimasukkan. Namun dengan kecanggihan situs web yang dibuat oleh Jennifer dan koleganya, berhasil memasukan semua data berupa teks, audio, foto, maupun video yang dimiliki Bowden. Selain itu data berupa peta, ilustrasi, hingga rubrik tanya jawab online juga dapat ditambahkan.52

Media online juga dikenal sebagai media siber merupakan media generasi ketiga, setelah media cetak dan eletronik. Pada keilmuan komunikasi massa memandang media online sebagai media baru dengan konten yang dapat diakses secara fleksible, serta mempunyai kelebihan berupa feedback dari pembaca.53 Mengutip dari buku Asep Syamsul Romli yang berjudul Jurnalistik Online, pengertian media online atau siber yakni :

“Menurut Pedoman Pemberitaan Media Siber (PPMS) yang dikeluarkan

oleh Dewan Pers, media siber adalah segala bentuk media yang menggunakan wahana internet dan melaksanakan kegiatan jurnalistik serta

51

Rachmat Kriyantono, Ph.D, dkk., Potret Media Massa di Indonesia, (Malang: Universitas Brawijaya Press, 2013), h. 183

52

Asep Syamsul M. Romli, Jurnalistik Online: Panduan Praktis Mengelola Media Online, (Bandung: Nuansa Cendekia, 2012), h. 29

53

Asep Syamsul M. Romli, Jurnalistik Online: Panduan Praktis Mengelola Media Online, (Bandung: Nuansa Cendekia, 2012), h. 30-31.


(36)

memenuhi persyaratan Undang-Undang Pers dan standar perusahaan pers

yang ditetapkan dewan pers.”54

Terdapat lima kategori dalam media online sebagai situs berita, pertama situs berita yang berbentuk versi online dari media cetak seperti Kompas.com, kedua situs berita yang berbentuk penyiaran radio, misalnya radio Australia (radioaustralia.net.au). Ketiga situs berita yang berupa edisi online dari siaran televisi, seperti CNN.com, keempat situs berita murni yang tidak berkaitan dengan media eletronik atau media cetak, seperti Detik.com. Kelima indeks berita dimana hanya terdapat link berita yang bersumber dari media online, misalnya Yahoo! News.55

Media online mempunyai 10 karakteristik khusus yang membedakannya dengan media lain, pertama multimedia, dimana dapat menyajikan berita dalam banyak versi secara bersamaan seperti teks, foto, video, peta, grafis. Kedua aktualitas yang berisi informasi yang baru terjadi dan langsung diberitakan. Ketiga adalah cepat, dimana saat diposting dapat diakses diakses oleh banyak orang. Keempat update yakni pembaruan informasi maupun perbaikan konten mudah dilakukan. Kelima mempunyai kapasitas luas dimana dalam media online yang berbasis web dapat menampung teks berita yang panjang. Keenam fleksibel dalam hal pembuatan, pengeditan hingga waktu terbit. Ketujuh luas atau dapat diakses oleh seluruh dunia yang mempunyai koneksi internet. Kedelapan adalah interaktif dimana media online menyediakan fasilitas komentar bagi pembaca. Kesembilan terdokumentasi yakni seluruh berita dapat tersimpan dengan baik.

54

Asep Syamsul M. Romli, Jurnalistik Online: Panduan Praktis Mengelola Media Online, (Bandung: Nuansa Cendekia, 2012), h. 30

55


(37)

Kesepuluh hyperlink adalah antara berita yang satu dengan lainnya yang berkaitan saling terhubung.56

Media online menghadirkan kelebihannya ketimbang media massa cetak seperti kecepatan informasi, kepraktisan, hingga interaktif. Selain itu media online dinilai memiliki penurunan kredibilitas dari segi akurasi. Hal tersebut karena editor mempunyai waktu yang terbatas dalam melakukan verifikasi, meskipun hal ini bisa diperbaiki dengan adanya ralat. Pemaparan fakta terkait hal tersebut mengartikan bahwa, media cetak dinilai lebih kredibel dan akuntabel karena melalui proses yang panjang hingga berbentuk surat kabar. Oleh sebab itu media massa cetak tidak akan pernah mati jika dibandingkan dengan media online, karena selalu mempunyai pembacanya tersendiri.57

Seperti halnya media online yang mempunyai perbedaan dalam penyajian informasi, kerja jurnalistik online dengan jurnalis konvensioanl juga mempunyai perbedaan. Menurut pendapat ahli, Ansohri (2006), jurnalistik online didefinisikan sebagai:

“Praktik jurnalistik yang mempertimbangkan beragam format media untuk

menyusun isi peliputan, memunginkan terjadinya interaksi antara jurnalis dengan audience dan menggabungkan beberapa elemen berita dengan sumber-sumber online yang lain.”58

Sesuai dengan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa jurnalistik online melalui medium internet, dapat memproduksi beragam format informasi serta

56

Asep Syamsul M. Romli, Jurnalistik Online: Panduan Praktis Mengelola Media Online, (Bandung: Nuansa Cendekia, 2012), h.34

57

Ibid., h. 37 58

Rachmat Kriyantono, Ph.D, dkk., Potret Media Massa di Indonesia, (Malang: Universitas Brawijaya Press, 2013), h. 184


(38)

menyampaikannya lebih cepat sehingga membuka peluang interaksi antara pembaca dengan jurnalis.59

Tentu dalam menjalankan tugas, jurnalistik online mempunyai lima

prinsip dasar, seperti yang dikemukakan oleh Paul Brandshaw dalam “Basic Principal of online Journalism” (onlinejournalismblog.com). Prinsip dasar ini

disingkat B-A-S-I-C, yang mempunyai kepanjangan Brevety, Adaptability, Scannability, Interactivity, Community and Conversation. Brevety (keringkasan), kesibukan manusia yang semakin tinggi membuat berita online dituntut ringkas. Adaptability (kemampuan beradaptasi), dalam perkembangan teknologi yang semakin canggih membuat jurnalis online harus dapat keragaman pengemasan berita, seperti audio, video, foto. Scannability (dapat dipindai), jurnalis online dalam menyajikan konten berita hendaknya dapat dipindai agar pembaca dapat langsung membaca informasi yang ingin diketahui. Interactivity (interaktifitas), komunikasi yang terjalin antara jurnalis online dengan pembaca sangat mungkin, melalui kolom komentar. Hal tersebut berguna agar pembaca merasa dihargai. Prinsip terakhir adalah community and conversation, dalam membangun jaringan komunitas, jurnalis online memberikan feedback terhadap pembaca sebagai balasan atas komentar yang diberikan pembaca.60

D. Kronologi Tragedi Mina

Tragedi Mina yang terjadi pada Kamis pagi 24 September 2015, telah merenggut ribuan korban jiwa dan menjadi peristiwa yang menjadi fokus media

59

Rachmat Kriyantono, Ph.D, dkk., Potret Media Massa di Indonesia, (Malang: Universitas Brawijaya Press, 2013), h. 184

60

Asep Syamsul M. Romli, Jurnalistik Online: Panduan Praktis Mengelola Media Online, (Bandung: Nuansa Cendekia, 2012), h. 14


(39)

lokal maupun internasional. Media online Detik.com dalam memberitakan Mina sebanyak 253 berita yang terdiri dari hard news, soft news, dan indepth news. Tidak hanya itu namun Detik.com membuatnya menjadi liputan khusus Tragedi Mina, melalui format majalah.

Pada liputan khusus ini dinarasikan mulai dari kronologi kejadian, yang bermula dari niat sejumlah jemaah haji yang melempar jamrah pada pagi hari dan melalui jalur 204. Lantas rombongan jemaah yang melalui jalur 204 itu terhenti dan bertemu dipersimpangan jalan, dengan rombongan jemaah lain yang melalui jalur 223. Pertemuan dipersimpangan tersebut membuat saling dorong antar jemaah. Aksi saling dorong ini menyebabkan banyak jemaah berjatuhan dan terinjak-injak oleh jemaah lain yang panik menyelamatkan diri.61

Selang satu hari dari kejadian yakni Jumat malam 25 September 2015, 717 jemaah haji menjadi korban jiwa dan ratusan lainnya mengalami luka-luka. Kendati demikian korban tewas semakin bertambah banyak, baik itu yang meninggal saat di rumah sakit maupun jenazah yang baru berhasil diidentifikasi. Oleh sebab itu jumlah keseluruhan korban meninggal dalam hitungan internasional yang terakhir diberitakan oleh Detik.com pada 30 Oktober 2015, sebanyak 2.070 korban jiwa.62

Selain memberitakan kronologi kejadian serta jumlah korban, Detik.com memaparkan kronologi prespektif kesaksian korban. Pemaparan kesaksian korban selamat diantaranya yakni jemaah asal Mesir, Abdullah Lofty. Dia memaparkan

61

Gagah Wijoseno, “Duka Mina Salah Siapa”, Majalah Detik, 28 September 2015, h.54-61 62


(40)

bahwa saat kejadian jemaah yang duduk di kursi roda jatuh menimpa jemaah haji lain. Para jemaah terpaksa menginjak-nginjak orang lain hanya untuk bernapas.63

Saksi mata lainnya yang berasal dari Libya, Ahmed Abu Bakr mengatakan pihak askar menutup pintu masuk dan keluar dari lokasi kemah jemaah serta hanya membuka satu pintu. Ahmed mengaku askar yang berada dilokasi tidak terlihat mengatur antrean jemaah yang menumpuk. Kesaksian yang serupa datang dari jemaah asal Mesir, Mohamed Hasan. Ia berkata pihak askar hanya berdiri dan tidak berbuat apapun, padahal mereka dapat mencegah penumpukan jemaah di lokasi.64

Sementara itu menurut Yusuf Ibrahim Yakasal saat kejadian dipicu penutupan jalur, sehingga beberapa jemaah keluar dan masuk melalui jalur yang sama dan bertemu dengan jemaah yang baru datang. Bahkan menurut penuturan seorang jemaah haji asal Indonesia, Roni Erdianto beberapa askar mengarahkan rombongannya yang tergabung dalam JKS-61 untuk melalui jalur 204. Semestinya jalur tersebut bukanlah rute yang diperuntukkan bagi jemaah haji Indonesia, namun sebanyak 8 rombongan dari JKS-61 pergi untuk melempar jamrah di pagi hari. Roni dan tiga rombongan awal berhasil selamat dari tragedi setelah memaksa tetap berjalan di jalur King Fahd sesuai dengan peta yang diberikan pihak panitia penyelenggara ibadah haji (PPH) Indonesia 2015.65

Selain pemaparan prespektif dari jemaah korban selamat, Detik.com melengkapi beritanya dengan pernyataan pihak otoritas terkait. Seperti halnya

63

Gagah Wijoseno, “Duka Mina Salah Siapa”, Majalah Detik, 28 September 2015, h.54-61 64

Ibid.,h. 54-61

65Wijoseno, Gagah. “Duka Mina Salah Siapa”.


(41)

Raja Salman Bin Abdulaziz yang langsung memerintahkan dilakukannya investigasi guna mengetahui penyebab dan untuk mengevaluasi semua prosedur pengaturan jemaah haji. Berikutnya pernyataan yang datang dari Menteri kesehatan Arab Saudi, Khalid al Falih. Menurutnya jemaah haji kurang disiplin dalam mematuhi instruksi terkait jadwal pelemparan jamrah, sehingga terjadi penumpukan jemaar di jalur menuju jamarat.66

Pernyataan otoritas Iran turut melengkapi pemberitaan Mina di Detik. Seperti halnya Kepala Biro Haji Iran, Said Ohadi menyatakan penutupan dua rute menuju jamrah tanpa alasan yang jelas, yang menjadi penyebab tragedi. Penutupan dua jalur tersebut telah mengakibatkan tersisa tiga jalan untuk menuju jamrah. Alasan penutupan dua jalur ini menurut pihak otoritas Iran, karena Raja Salman sedang menerima beberapa pejabat di istana Mina. Selain itu pemimpin spiritual Iran, Ayatullah Ali Khamenel, menulis pernyataan bahwa pemerintah Saudi bertanggung jawab atas tragedi ini.67

Pernyataan yang sering terlontar dari otoritas Saudi terkait peristiwa Mina selain menyalahkan kedisiplinan jemaah, namun juga berkata bahwa kejadian buruk tersebut merupakan kehendak Allah. Tentunya pernyataan tersebut membuat otoritas haji Inggris, Mohammed Jafari mengungkapkan bahwa otoritas Saudi selalu menyebut setiap kecelakaan yang terjadi merupakan kehendak Allah,

66

Wijoseno, Gagah. “Duka Mina Salah Siapa”. Majalah Detik, 28 September 2015: h 54-61 67Wijoseno, Gagah. “Duka Mina Salah Siapa”.


(42)

padahal kejadian ini tidak hanya sebatas kehendak Allah, namun juga akibat ketidakbecusan manusia.68

E. Konflik

Secara definisi, konflik merupakan suatu bentuk pertentangan alamiah yang dihasilkan oleh individu atau kelompok yang berbeda etnik (suku bangsa, ras, agama, golongan, dan lain-lain), karena mereka mempunyai perbedaan sikap, kepercayaan, nilai-nilai atau kebutuhan.69 Sehingga dari definisi tersebut dapat disimpulkan kedalam tiga hal, pertama konflik biasanya terjadi diantara dua individu, kelompok, maupun antar suku bangsa. Kedua dalam konflik terdapat tujuan yang dijadikan sasaran konflik, dan biasanya tujuan ini yang menjadi sumber konflik. Ketiga dalam konflik terdapat perbedaan pemikiran, perasaan, dan tindakan.70

Konflik apabila tidak diselesaikan dengan cara yang tepat, akan menimbulkan permasalahan yang sulit diperbaiki sehingga dapat menyebabkan perpecahan hubungan antar keduanya. Pada tahap interpersonal perpecahan dapat menimbulkan perceraian, sementara dalam tahap hubungan antar negara dapat mempengaruhi hubungan diplomasi. Terciptanya konflik, secara langsung berakibat pada hilangnya kesempatan melaksanakan aktivitas bisnis.71 Konflik sangat berkaitan dengan komunikasi, sehingga Pepper memaparkan bahwa,

68Wijoseno, Gagah. “Duka Mina Salah Siapa”.

Majalah Detik, 28 September 2015: h. 54-61 69

Prof. Dr. Alo Liliweri, M.S, Prasangka dan Konflik: Komunikasi Antar Budaya Masyarakat Multikultur, (Yogyakarta: LkiS Pelangi Aksara, 2005), h. 250

70

Prof. Dr. Alo Liliweri, M.S, Prasangka dan Konflik: Komunikasi Antar Budaya Masyarakat Multikultur, (Yogyakarta: LkiS Pelangi Aksara, 2005), h. 251

71

Larry A. Samovar, Richard E. Porter, Edwin R. McDaniel, Komunikasi Lintas Budaya: Communication Between Cultures, (Jakarta: Salemba Humanika, 2010), h. 382


(43)

“...Komunikasi merupakan karakter konflik yang dominan, karena berfungsi

sebagai alat penyebar konflik dan sumber dari manajemen konflik...”72

Dalam mengatasi konflik dapat melalui empat cara, pertama mengidentifikasi isu yang mengakibatkan masalah. Langkah ini bertujuan untuk mencari akar permasalahan yang selama ini menyebabkan konflik, sehingga lebih terkonsentrasi terhadap solusi terbaik. Kedua menjaga pikiran agar tetap terbuka, yakni dengan melihat cara pandang pihak lain dan posisinya agar dapat saling memahami. Ketiga jangan terburu-buru, yakni ketika terdapat konflik maka menurut Ting-Toomey gunakan keheningan, berhentilah sejenak, dan tunggulah giliran berbicara dengan sabar. Keempat jaga konflik agar berpusat pada ide bukan personal, sehingga hal yang diselesaikan adalah permasalahan utama dan tidak menimbulkan konflik selanjutnya.73

F. Tragedi Mina dalam Berita Detik.com

Tragedi Mina merupakan peristiwa yang berlangsung pada momentum puncak haji, yakni saat para jemaah sedang dalam perjalanan menuju tempat melempar jumrah. Kecelakaan ini menelan lebih dari dua ribu korban jiwa. Fakta tersebut membuat banyak media khususnya di Indonesia menfokuskan pada kecelakaan itu, apalagi penduduk Indonesia mayoritas memeluk agama Islam. Media Online Detik.com merupakan salah satu media yang memberitakan Tragedi Mina dengan jumlah berita yang cukup besar, yakni 253 berita. Sehingga peneliti berasumsi bahwa Tragedi Mina merupakan isu yang dianggap penting oleh

72

Larry A. Samovar, Richard E. Porter, Edwin R. McDaniel, Komunikasi Lintas Budaya: Communication Between Cultures, (Jakarta: Salemba Humanika, 2010), h. 382

73

Larry A. Samovar, Richard E. Porter, Edwin R. McDaniel, Komunikasi Lintas Budaya: Communication Between Cultures, (Jakarta: Salemba Humanika, 2010), h. 387


(44)

Detik.com. Sementara itu dari jumlah tersebut, sedikitnya 28 berita diantaranya menghadirkan konflik antara Iran dengan Arab Saudi. Hal tersebut mempunyai keterkaitan dengan konflik lama yang terjadi diantara keduanya.

Konflik yang terjadi antara Iran dengan Arab Saudi didasari oleh perbedaan sektarian, dimana negara Iran didominasi menganut syiah, sedangkan Saudi mayoritas menganut Sunni. Selain perbedaan sektarian, setidaknya terdapat sejumlah rangkuman kejadian yang dihimpun oleh peneliti dari infografis Detik.com yang menyulut konflik keduanya, diantaranya pada peristiwa haji di Mekkah tahun 1987. Pada peristiwa tersebut jemaah haji Iran mengadakan demontrasi di Mekkah, yang berakhir bentrokan dengan aparat Saudi dan menelan korban sebanyak 275 orang warga negara Iran. Bahkan atas kejadian ini Kedubes Saudi di Teheran dibakar yang berakibat meninggalnya seorang diplomat Saudi, hal ini menyebabkan Raja Fahd memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran pada April 1988.

Kejadian selanjutnya adalah program nuklir yang dijalankan oleh Iran pada 2007, menyebabkan kemarahan Saudi. Menurut Saudi dengan menjalankan program tersebut, menempatkan posisi timur tengah dalam bahaya karena dapat memancing konflik dengan Amerika Serikat. Selain itu pada 2011 saat berlangsung demo Arab Spring di jazirah Arab, kemudian Saudi mengirimkan bantuan pasukan ke Bahrain dan negara-negara sekutu yang dilanda unjuk rasa besar. Saudi menuding dalang dari demo besar-besaran di jazirah Arab tersebut adalah Iran yang ingin menggulingkan pemerintah di Bahrain.


(45)

Banyak rentetan peristiwa yang selalu mempertemukan Iran dan Saudi pada konflik, yang tentunya tidak dapat dipaparkan seluruhnya oleh peneliti. Kendati demikian kejadian yang semakin memperparah konflik keduanya adalah dengan kejadian Tragedi Mina 2015. Sedikitnya 465 orang jemaah asal Iran meninggal dalam peristiwa puncak haji ini. Atas peristiwa tersebut baik otoritas haji Iran maupun pemerintah Iran mengecam Saudi untuk bertanggung jawab.


(46)

BAB III

GAMBARAN UMUM

A. Sejarah Berdirinya Perusahaan

Detik.com bernaung dibawah perusahaan PT Agranet Multicitra Sibercom, yang disingkat PT. Agrakom. Perusahaan ini berdiri tahun 1995, yang semula bergerak pada bidang penyedia jasa konsultasi, pengembangan, dan pengelolaan web. Clientnya pada waktu itu antara lain Yellow Pages, Click BCA, Kompas.com, Philips Elektronic, Hair Bulder, dan sebagainya. Semenjak krisis moneter yang berlangsung pada 1997 membuat PT Agrakom melemah, kemudian pendirinya yakni Budiono Darsono beserta teman-temannya, Yayan Sopyan, abdul Rahman, dan Didi Nugrahadi mencari cara untuk membuat sebuah bisnis yang dapat bertahan dalam situasi krisis.74

Pendiri Agrakom yang mayoritas mantan wartawan, yakni Budiono Darsono (mantan wartawan Detik), Yayan Sopyan (mantan wartawan Detik), Abdul Rahman (mantan wartawan Tempo), dan Didi Nugrahadi, tercetus untuk mendirikan situs berita online. Media online dirasa sangat dibutuhkan karena melihat kebutuhan masyarakat akan informasi yang semakin banyak. Detik.com bukanlah media online yang pertama, sebelumnya sudah ada seperti Republika.co.id, Kompas.co.id, dan Tempo. Kendati demikian media online yang ada ketika itu hanya memindahkan versi cetak ke online. Sedangkan pendiri Detik.com berkeinginan untuk mendirikan media online yang sifatnya

74

Wawancara dengan Nanang Supriyatna, Human Capital Detik.com, Jakarta, 31 Maret 2016, 16:44 WIB


(47)

breakingnews dan selalu update. Sehinga Detik.com tidak lagi menggunakan karakteristik media cetak yang harian, mingguan, dan bulanan, namun per detik.75 Media online Detik.com berdiri pada 9 Juli 1998, yang mempunyai fokus peliputan seputar berita politik, ekonomi, dan teknologi informasi. Kemudian saat kondisi politik mereda dan perekonomian yang mulai membaik, Detik.com memutuskan untuk melampirkan berita hiburan dan olahraga. Media online Detik.com terus berkembang menjadi situs berita digital terkenal di kalangan pengguna internet di Indonesia.76

“Pada Juli 1998 situs detik.com per harinya menerima 30.000 hits (ukuran jumlah pengunjung ke sebuah situs) dengan sekitar 2.500 user (Pelanggan Internet). Sembilan bulan kemudian, Maret 1999, hits per harinya naik tujuh kali lipat, tepatnya rata-rata 214.000 hits per hari atau 6.240.000 hits per bulan dengan 32.000 user. Pada bulan Juni 1999, angka itu naik lagi menjadi 536.000 hits per hari dengan user mencapai 40.000. Terakhir, hits detik.com mencapai 2,5 juta lebih per harinya.”77

Detik.com mempunyai alat perhitungan selain hits, yang hingga kini dikonvensikan sebagai ukuran potensi yang dimiliki sebuah situs. Pengukuran tersebut adalah page view, yakni jumlah halaman yang diakses. Page view yang dimiliki Detik.com saat ini mencapai 3 juta per harinya.78

Pada 3 Juli 2011 Chairul Tanjung, pemilik CT Corp mengakuisisi Detik.com (PT Agranet Multicitra Siberkom/Agrakom) secara total yakni 100%, senilai US$60 juta atau sekitar Rp 521-540 miliar. Semenjak itu secara resmi

75

Wawancara dengan Nanang Supriyatna, Human CapitalDetik.com, Jakarta, 31 Maret 2016, 16:44 WIB

76

Sejarah Berdirinya Situs Berita Detik.com, http://digilib.unila.ac.id/247/11/BAB%20IV.pdf, (diakses “27 Februari 2016”, 10:37)

77

Ibid.

78


(48)

Detik.com berada di bawah naungan Trans Corp yang merupakan bagian dari Trans media, bersama Transtv, Trans7, CNNIndonesia, CNNIndonesia.com, Transvision, Bank Mega dan TransMart. Setelah diambil alih, jajaran direksi Detik.com diisi oleh pihak-pihak dari Trans Corp sebagai perpanjangan tangan CT Corp di ranah media. Komisaris Utama dijabat Jenderal (Purn) Bimantoro, mantan Kapolri, yang saat ini juga menjabat sebagai Komisaris Utama Carrefour Indonesia, yang juga dimiliki Chairul Tanjung.79

B. Visi dan Misi Detik.com

Visi Detik.com menjadi tujuan utama orang Indonesia untuk mendapatkan konten dan layanan digital, baik melalui internet maupun selular/ mobile.80 Dalam hal ini pihak manajemen yakin bahwa Detik.com bebas kepentingan politik dan satu-satunya kepentingan managemen adalah kepentingan bisnis. Pihak manajemen berusaha agar Detik.com selalu mendapat keuntungan materi, melalui independensi dari para wartawan. Sehingga dalam memproduksi sebuah berita, seorang wartawan tidak terpengaruhi oleh pihak luar yang bukan bagian dari bisnis.81

Menurut pemaparan pihak managemen, untuk membesarkan perusahaan media online Detik.com, melalui kepercayaan. Jadi kepercayaan merupakan bagian dari bisnis, karena tidak dapat dipungkiri bahwa bisnis media berjalan dengan adanya kepercayaan masyarakat. Hal ini seperti efek domino, dimana jika masyarakat menaruh kepercayaan terhadap Detik.com, maka akan selalu

79

Sejarah Berdirinya Situs Berita Detik.com, http://digilib.unila.ac.id/247/11/BAB%20IV.pdf, (diakses “27 Februari 2016”, 10:37)

80

Ibid. 81

Wawancara dengan Nanang Supriyatna, Human CapitalDetik.com, Jakarta, 31 Maret 2016, 16:44 WIB


(49)

mengaksesnya untuk mendapatkan informasi, tentu saja dampak akhirnya terhadap bisnis. Semakin dipercaya suatu media oleh masyarakat, maka akan semakin banyak pula yang memasang iklan.82

“... Misi Detik.com yakni komitmen tinggi untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan. Memberikan kesejahteraan kepada karyawan dan menjadi tempat yang baik untuk berkarier. Memberikan hasil optimal yang berkesinambungan bagi pemegang saham...”83 Cara dalam menyeimbangkan ketiga misi Detik.com tersebut yakni dengan menjaga bisnis agar tetap tumbuh, dengan memenuhi target managemen.

Tentunya ketika organisasi berjalan efektif dan efisien tentunya akan menghasilkan bisnis yang tetap tumbuh dan berdampak pada dua hal. Pertama untuk managemen dan karyawan. Jika bisnis media online ini tetap tumbuh maka karyawan akan mendapatkan kenaikan gaji dan bonus tambahan. Kedua adalah dampak terhadap pelanggan, dengan mendekatkan diri terhadap pembaca maka mereka akan loyal untuk terus membaca Detik.com. Pihak manajemen mempunyai cara untuk mendekatkan diri terhadap pembaca, salah satunya dengan membuat rubrik bernama “solusi UKM”. Setiap pembaca Detik.com yang mempunyai UKM (Usaha Kecil dan Menengah) dapat memasarkan produknya dengan memasang iklan di Detik.com, dengan biaya yang murah.84

Agar misi Detik.com terpenuhi dalam memproduksi berita yang dapat memuaskan pembaca, pihak manajemen HRD mengelola reporter sejak proses

82

Wawancara dengan Nanang Supriyatna, Human Capital Detik.com, Jakarta, 31 Maret 2016, 16:44 WIB

83

Sejarah Berdirinya Situs Berita Detik.com, http://digilib.unila.ac.id/247/11/BAB%20IV.pdf, (diakses “27 Februari 2016”, 10:37)

84

Wawancara dengan Nanang Supriyatna, Human CapitalDetik.com, Jakarta, 31 Maret 2016, 16:44 WIB


(50)

rekruitmen dengan melakukan training secara terus menerus terhadap wartawan. Setiap wartawan dibekali dengan pengetahuan tentang dunia jurnalistik. Setiap setahun sekali pihak manajemen rutin mengadakan outing (berwisata). Selain itu ada pula kenaikan gaji. Semua hal tersebut merupakan bagian dari kegiatan manajemen dalam mengelola para wartawan agar tetap semangat bekerja di Detik.com, sehingga dapat memproduksi berita yang berkualitas.85

C. Nilai Detik.com

Cepat dan akurat, kreatif dan inovatif, integritas, kerjasama , independen, merupakan nilai dari Detik.com.86 Nilai-nilai dari perusahaan ini selalu ditanamkan pada setiap rekruitmen perusahaan. Guna membentuk nilai-nilai Detik.com dalam diri reporter, pihak manajemen tidak sekedar melakukan training namun juga diterjunkan terlebih dahulu ke lapangan bersama dengan wartawan senior agar mengetahui medan. Hal itu merupakan kebijakan dari pihak manajemen dalam memproses wartawan yang dapat menyesuaikan dengan nilai Detik.87

Sesuai dengan nilai dari Detik.com, aturan yang dikeluarkan oleh pihak manajemen bagi para wartawan adalah setiap individu mengemban tugas dan tanggung jawabnya masing-masing, terhadap apa yang dilakukan, atau dikenal dengan prinsip Managemen By Objektif (MBO). Wartawan Detik.com diberikan kebebasan dalam absensi ke kantor, sehingga ketika mereka mendapat arahan dari

85

Wawancara dengan Nanang Supriyatna, Human Capital Detik.com, Kamis 31 Maret 2016, 16:44 WIB

86

Sejarah Berdirinya Situs Berita Detik.com, http://digilib.unila.ac.id/247/11/BAB%20IV.pdf, (diakses “27 Februari 2016”, 10:37)

87

Wawancara dengan Nanang Supriyatna, Human CapitalDetik.com, Jakarta, 31 Maret 2016, 16:44 WIB


(51)

koordinator liputan langsung ke lokasi kejadian. Ketika telah menyelesaikan tugas liputan para wartawannya tidak perlu kembali ke kantor. Para wartawan datang ke kantor saat berlangsungnya rapat atau mendapat arahan. Keseluruhan aturan yang berlaku dalam mengatur wartawan Detik.com menandakan bahwa hal terpenting yang dikedepankan oleh detik adalah komitmen dalam pekerjaan.88

Guna membentuk salah satu dari nilai Detik.com yakni kerjasama antar karyawan, pihak manajemen setiap setahun sekali rutin melaksanakan outing. Outing adalah bagian dari membangun kerjasama lintas divisi. Selain pelaksanaan outing, di kantor Detik.com sendiri terdapat banyak ruang rapat dan juga ruang bersantai, tempat karyawan lintas divisi saling bertukar pikiran. Menurut pihak manajemen, pencapaian akhir dari kerjasama adalah semua departemen berkontribusi besar kepada Detik.com.89

D. Mekanisme Kerja Keredaksian di Detik.com

Secara umum mekanisme kerja redaktur di media online Detik.com dengan media konvensional lainnya menurut redaktur di Detik.com, Gagah Wijoseno, serupa. Redaktur di Detik.com bertugas untuk mencari materi berita, isu, dan menentukan peristiwa yang dirasa layak untuk diberitakan, tentunya hal tersebut diputuskan saat rapat redaksi yang biasanya dilakukan setiap sore hari. Selain itu menyunting berita dalam hal kesalahan penulisan, kesalahan data, kesalahan logika, hingga kesalahan dalam menempatkan foto merupakan tugas redaktur. Bahkan redaktur dapat bertugas melakukan liputan tertentu dilapangan, sesuai dengan kondisi. Memposting berita kedalam website juga merupakan tugas dari

88

Wawancara dengan Nanang Supriyatna, Human CapitalDetik.com, Jakarta, 31 Maret 2016, 16:44 WIB

89


(52)

redaktur di Detik.com, jadi reporter yang bertugas dilapangan hanya mengirimkan informasi dalam bentuk berita atau telepon kepada redaktur, berikutnya adalah wewenang redaktur dalam memilih berita untuk diposting.90

Sementara itu mekanisme kerja reporter di Detik.com terbagi menjadi dua, antara lain reporter yang bertugas untuk meliput langsung peristiwa ke lokasi kejadian dan reporter yang bertugas di kantor untuk mencari berita asing. Keduanya dalam menjalankan tugas selalu mendapatkan arahan untuk meliput dari koordinator liputan. Sehingga semua telah terkoordinasi dengan baik, dan tidak ada reporter yang melakukan liputan sesuai kehendak masing-masing.91

Perihal akurasi dengan kecepatan waktu terbit, Detik.com mengakui bahwa media online masih dipandang mempunyai kekurangan dalam hal akurasi. Terkadang ditemui kesalah penulisan/typo, sebagai konsekuensi dari kecepatan informasi. Namun sebisa mungkin tidak sampai salah dalam logika maupun data. Oleh sebab itu menjadi tugas redaktur dalam menyeleksi setiap kiriman berita dari setiap wartawan, karena setiap wartawan tidak dapat langsung memposting berita kedalam website. Alur berita hingga diposting di website Detik.com secara teknisnya adalah berita yang dibuat oleh reporter, kemudian dikirim ke redaktur untuk dicek kembali oleh klarifikator, barulah dapat diposting ke dalam website.92

Sebagai media pada umumnya, Detik.com juga mengeluarkan berita revisi, sebab kekeliruan dalam penulisan nama, gelar atau perkembangan informasi terbaru dari suatu peristiwa terkadang tidak dapat terhindari. Sehingga sikap yang

90

Berdasarkan wawancara dengan Gagah Wijoseno, Jakarta, 31 Maret 2016, pukul 15:36 WIB

91 Ibid. 92


(53)

bijak sebagai media yang bertanggungjawab terhadap konten berita adalah dengan melakukan konfoirmasi ulang berita. Terdapat dua jenis berita revisi yang dikenal dengan sebutan berita ralat dan juga berita update. Berita ralat biasanya dibuat karena adanya kesalahan dalam penulisan nama atau salah dalam logika. Sedangkan berita update adalah perkembangan dari suatu peristiwa terkini karena sumber terpercaya yang mengabarkan perkembangan informasi terbaru.93

Terkait foto Detik.com mempunyai redaktur yang membidangi foto untuk mengisi rubrik detikfoto. Meskipun mempunyai fotografer khusus, namun pihak Detik.com mewajibkan setiap reporter untuk terampil dalam mengambil gambar, guna mempersingkat waktu kerja. Bahkan dengan teknologi handphone yang berkamera canggih, dapat mempercepat mengirim foto ketimbang menggunakan kamera DSLR (Digital Single Lens Reflex). Semua kiriman foto dari reporter ditunjukkan kepada redaktur berita untuk dipilih menjadi foto yag tepat untuk disajikan dalam berita.94

93

Berdasarkan wawancara dengan Gagah Wijoseno, Jakarta, 31 Maret 2016, pukul 15:36 WIB

94


(54)

BAB IV

TRAGEDI MINA PADA MEDIA ONLINE DETIK.COM

A. Temuan Data Terkait Konflik Iran dan Saudi dalam Berita Tragedi Mina

Pada sub bab ini mengulas temuan penelitian dari hasil analisis pemberitaan Tragedi Mina 2015 mengenai keterkaitan kejadian ini dengan konflik antara Saudi dan Iran. Peneliti menggunakan teori semiotika Charles Sanders Pierce, dalam menemukan hubungan tanda yang terdapat dalam objek penelitian. Di antaranya berkaitan dengan sudut pandang representamen (qualisign, sinsign, dan legisign), objek (ikon, indeks, dan simbol), dan interpretan (rema, dicent dan argumen).

Judul Berita I:

Jumat 25 Sep 2015, 19:39 WIB

Saat Tragedi Mina Semakin Memicu Ketegangan Iran dan Arab Saudi Novi Christiastuti – detikNews

Riyadh - Iran menjadi negara yang paling gencar melontarkan kritikan kepada

otoritas Arab Saudi, usai tragedi Mina. Bagaimana sebenarnya tragedi

memilukan yang menewaskan di antaranya 131 jemaah Iran ini juga berdampak pada semakin meningkatnya ketegangan antara Iran dengan Saudi?

"Insiden ini menunjukkan salah pengelolaan dan kurangnya perhatian terhadap keselamatan jemaah haji. Tidak ada penjelasan. Pejabat Saudi harus

bertanggung jawab," sebut Kepala Organisasi Pengeloaan Haji Iran, Said Ohadi, seperti dilansir The Washington Post, Jumat (25/9/2015).

Media-media Iran bahkan menyebut kehadiran konvoi kendaraan Putra Mahkota sekaligus Menteri Pertahanan Saudi Mohammad bin Salman Al Saud di dekat lokasi kejadian, yang telah menyebabkan kepanikan para jemaah hingga

Q

S


(1)

186.Jemaah Haji WNI yang Wafat Akibat Tragedi Mina Bertambah Jadi 59 Orang (Kamis 01 Oct 2015)

187. Walau Bisa Dibawa Pulang, Jenazah Asal Indonesia Tetap Dikubur di Saudi (Kamis 01 Oct 2015)

188.Pemerintah Akomodasi Korban Selamat Tragedi Mina Untuk Pulang Lebih Cepat (Kamis 01 Oct 2015)

189.Anggota Komisi VIII DPR: Percayakan Penanganan Tragedi Mina ke Kemenag (Kamis 01 Oct 2015)

190.Arab Saudi Kerahkan 6 Tim Identifikasi Korban Tewas Tragedi Mina (Kamis 01 Oct 2015)

191.Arab Saudi dan Iran Sepakati Pemulangan Jasad Korban Tragedi Mina (Kamis 01 Oct 2015)

192.Jemaah Iran yang Tewas dalam Tragedi Mina Bertambah Jadi 464 Orang (Kamis 01 Oct 2015)

193.11 Anggota DVI Polri Tiba di Jeddah Besok Bantu Identifikasi Korban Mina (Kamis 01 Oct 2015)

194.Visa Belum Keluar, Tim DVI Polri Batal Terbang ke Saudi Arabia Kamis Malam (Jumat 02 Oct 2015)

195.Rekonstruksi Mina, Ada 3 Arus di Jalan 204 (Jumat 02 Oct 2015)

196.WNI Korban Wafat Tragedi Mina Tambah 32 Orang, Total 91 Orang (Jumat 02 Oct 2015)

197.Foto Jemaah Haji Wanita Terbaring Sakit Bukan dari RI, Tapi Burma (Jumat 02 Oct 2015)

198.Saudi Rilis 2.000 Foto Jenazah di Muaisim Makkah (Jumat 02 Oct 2015) 199.2 Petugas Kesehatan Haji Indonesia Turut Menjadi Korban Tragedi Mina

204 (Sabtu 03 Oct 2015)

200.Jemaah Indonesia yang Wafat Bertambah Jadi 95 Orang, Hilang 34 Orang (Sabtu 03 Oct 2015)


(2)

202.Bantah Politisasi Tragedi Mina, Iran Minta Arab Saudi Transparan (Sabtu 03 Oct 2015)

203. Tim DVI Bantu Identifikasi Korban Mina, Tongkat Kendali Tetap di Kemenag (Minggu 04 Oct 2015)

204.Gus Ipul dan PCNU Probolinggo Gelar Salat Gaib untuk Korban Tragedi Mina (Minggu 04 Oct 2015)

205.Tim DVI: Dengan e-KTP, Identifikasi Korban Tragedi Mina Cukup Semenit (Senin 05 Oct 2015)

206.Pesawat Kedua Bawa 114 Jasad Korban Tragedi Mina Tiba di Iran (Senin 05 Oct 2015)

207.Begini Cara Tim DVI Identifikasi Korban Tragedi Mina (Senin 05 Oct 2015)

208.Iran dan Arab Saudi Bentuk 10 Tim Pencari Jemaah Hilang di Mina (Senin 05 Oct 2015)

209.Sebelum Paripurna, DPR Berdoa untuk Aviastar dan Korban Tragedi Mina (Senin 05 Oct 2015)

210.Intelijen Iran Kumpulkan Bukti untuk Penyelidikan Tragedi Mina (Selasa 06 Oct 2015)

211.Jumlah Korban Tragedi Mina dari Indonesia Mencapai 103 Orang (Selasa 06 Oct 2015)

212.Ulama Iran Usulkan Pembentukan Tim Pencari Fakta Tragedi Mina (Selasa 06 Oct 2015)

213.TKI Korban Tragedi Mina Dapat Santunan Rp 80 Juta (Selasa 06 Oct 2015)

214.BNP2TKI Akan Cari 5 TKI Korban Tragedi Mina yang Masih Hilang (Selasa 06 Oct 2015)

215.Ini Aksi Tim DVI di Makkah untuk Identifikasi Korban Tragedi Mina (Rabu 07 Oct 2015)

216.Iran Sebut Mantan Dubes untuk Libanon Masih Hilang Usai Tragedi Mina (Rabu 07 Oct 2015)


(3)

217.Jemaah Indonesia yang Wafat di Tragedi Mina Bertambah, Total 120 Orang (Rabu 07 Oct 2015)

218. Jemaah Haji Asal Klaten Hilang, Tak Termasuk Korban Tragedi Mina (Rabu 07 Oct 2015)

219.Jadi Korban di Mina, Ini Pesan Iis Mastriyah Kepada Keluarga (Kamis 01 Oct 2015)

220.Ketua Kloter JKS 61 Tegar Hadapi Tragedi Mina dengan Senyum (Sabtu 03 Oct 2015)

221.Ini Pemakaman Muasim, Tempat Ribuan Korban Tragedi Mina Dikebumikan (Minggu 04 Oct 2015)

222.Evi Ikhlas Ditinggalkan Suaminya yang Jadi Korban Tragedi Mina (Rabu 07 Oct 2015)

223.Ini Tugas DVI Polri di Misi Identifikasi Jenazah Tragedi Mina (Jumat 02 Oct 2015)

224.Ini Catatan Komisi VIII DPR Soal Evaluasi Pelaksanaan Haji (Senin 05 Oct 2015)

225.Sukses Identifikasi 100 Jenazah Korban Mina, Inilah Kisah Tim Linjam (Senin 05 Oct 2015)

226.Iran Ajukan Penyelidikan Tragedi Mina ke Interpol (Kamis 08 Oct 2015) 227.Indonesia Temui Otoritas Arab Saudi, Minta Data Sidik Jari dan DNA

(Kamis 08 Oct 2015)

228.Jemaah Haji asal Sleman Meninggal di Pesawat (Jumat 09 Oct 2015) 229.Iran Pulangkan Seluruh Jemaah Korban Luka Tragedi Mina (Jumat 09

Oct 2015)

230.3 Korban Wafat Tragedi Mina Ditemukan, Masih Hilang 5 Orang (Jumat 09 Oct 2015)

231.Korban Tragedi Mina Bertambah 4 orang, Total Wafat 127 Orang (Selasa 13 Oct 2015)


(4)

233.Presiden Iran Terus Upayakan Kejelasan atas Tragedi Mina (Selasa 13 Oct 2015)

234. KJRI Siap Terima Tongkat Estafet Pencarian Korban Mina dari PPIH Arab Saudi (Rabu 14 Oct 2015)

235.Saran DVI untuk Haji Tahun Depan: Siapkan Data Gigi dan Sampel Darah (Rabu 14 Oct 2015)

236.Korban Mina Asal Pakistan Dikubur di Arab Saudi Tanpa Diketahui Keluarga (Kamis 08 Oct 2015)

237.Lolos dari Boko Haram, Pemuda Nigeria Tewas dalam Tragedi Mina (Jumat 09 Oct 2015)

238.Masa Tugas akan Berakhir, Petugas Haji Syukuran di Halaman Daker Makkah (Selasa 13 Oct 2015)

239.PPIH dan KJRI Tegaskan Jenazah yang Dikubur Tak Ada yang Gelap Identitasnya (Selasa 13 Oct 2015)

240.Perlukah Penyelidikan terhadap Tragedi Mina? (Kamis 08 Oct 2015) 241.Tugas di Saudi Berakhir, DVI Polri: Kita Harap Ini Kejadian Terakhir

(Kamis 15 Oct 2015)

242.Final, Total Korban Wafat Tragedi Mina dari Indonesia 129 Orang (Jumat 16 Oct 2015)

243.Tim PPIH Jaetul: Penemuan 2 Jenazah Terakhir Cukup Sulit (Jumat 16 Oct 2015)

244.Arab Saudi Pastikan Penyelidikan Tragedi Mina Terus Berlanjut (Selasa 20 Oct 2015)

245.Bertemu Menlu Saudi, Menlu Retno Tanya Hasil Investigasi Tragedi Mina (Selasa 20 Oct 2015)

246.Dituduh Arab Saudi Campuri Urusan Negara Lain, Iran Berang (Selasa 20 Oct 2015)

247.Penghitungan Internasional: Korban Tewas Tragedi Mina 2.070 Orang (Jumat 30 Oct 2015)


(5)

249.Hilang Usai Tragedi Mina, Diplomat Iran Masih Hidup di Arab Saudi (Kamis 12 Nov 2015)

250. Sempat Dikabarkan Hidup, Diplomat Iran Ternyata Tewas di Arab Saudi (Jumat 27 Nov 2015)

251.Kirim Surat untuk Sekjen PBB, Iran Sebut Arab Saudi Penebar Kebencian (Sabtu 09 Jan 2016)

252.Dewan Syura Arab Saudi Serukan Perluasan Jalan di Lokasi Tragedi Mina (Selasa 12 Jan 2016)

253.Iran: Takfiri Ekstrem yang Disebarkan Arab Saudi Jadi Ancaman Timur Tengah (Selasa 12 Jan 2016)


(6)