Temuan Data Terkait Konflik Iran dan Saudi dalam Berita Tragedi

44

BAB IV TRAGEDI MINA PADA MEDIA ONLINE DETIK.COM

A. Temuan Data Terkait Konflik Iran dan Saudi dalam Berita Tragedi

Mina Pada sub bab ini mengulas temuan penelitian dari hasil analisis pemberitaan Tragedi Mina 2015 mengenai keterkaitan kejadian ini dengan konflik antara Saudi dan Iran. Peneliti menggunakan teori semiotika Charles Sanders Pierce, dalam menemukan hubungan tanda yang terdapat dalam objek penelitian. Di antaranya berkaitan dengan sudut pandang representamen qualisign, sinsign, dan legisign, objek ikon, indeks, dan simbol, dan interpretan rema, dicent dan argumen . Judul Berita I: Jumat 25 Sep 2015, 19:39 WIB Saat Tragedi Mina Semakin Memicu Ketegangan Iran dan Arab Saudi Novi Christiastuti – detikNews Riyadh - Iran menjadi negara yang paling gencar melontarkan kritikan kepada otoritas Arab Saudi, usai tragedi Mina. Bagaimana sebenarnya tragedi memilukan yang menewaskan di antaranya 131 jemaah Iran ini juga berdampak pada semakin meningkatnya ketegangan antara Iran dengan Saudi? Insiden ini menunjukkan salah pengelolaan dan kurangnya perhatian terhadap keselamatan jemaah haji. Tidak ada penjelasan. Pejabat Saudi harus bertanggung jawab, sebut Kepala Organisasi Pengeloaan Haji Iran, Said Ohadi, seperti dilansir The Washington Post, Jumat 2592015. Media-media Iran bahkan menyebut kehadiran konvoi kendaraan Putra Mahkota sekaligus Menteri Pertahanan Saudi Mohammad bin Salman Al Saud di dekat lokasi kejadian, yang telah menyebabkan kepanikan para jemaah hingga Q S L 45 menimbulkan aksi saling dorong. Namun menghadapi hujan kritikan dari otoritas Iran yang banyak menyalahkannya atas berbagai tragedi ibadah haji, otoritas Saudi tak melontarkan balasan. Tragedi Mina, Menteri Saudi Salahkan Jemaah yang Tak Disiplin Permusuhan Iran dan Saudi dipicu sejak lama oleh perbedaan sektarian, di mana Iran merupakan negara didominasi penganut Syiah, sedangkan Saudi menganut Sunni. Pada tahun 1987 silam, bentrokan antara jemaah Syiah asal Iran dengan petugas keamanan Saudi di Makkah memicu tewasnya ratusan orang, termasuk sekitar 275 jemaah haji asal Iran. Aksi saling lempar komentar antara kedua negara seolah tak pernah berhenti. Awal tahun ini, seorang ulama terkemuka Iran, Ayatollah Javadi Amoli menyerukan agar Makkah dan Madinah dibebaskan dari perbudakan dan penjarahan oleh rezim Saudi. Amoli juga mengecam intervensi Saudi dalam konflik Yaman dan menyerang keluarga Kerajaan Saudi atau yang juga disebut sebagai House of Saud, dengan komentar keras. Penjaga Saudi merujuk pada keluarga Kerajaan Saudi saat ini, bagaimanapun adalah keturunan dari orang-orang yang mengubahnya menjadi rumah penuh idola dan menghanyutkan diri mereka dalam pesta pora yang memabukkan, tuding Amoli seperti dikutip kantor berita Iran, Mehr News Agency. Mereka adalah nenek moyang dari penjaga saat ini, yang kalah dalam judi penjagaan atau menjualnya demi kantong anggur, imbuh Amoli. Penjagaan dua masjid suci di Makkah dan Madinah memberikan legitimasi politik dan pengaruh regional besar bagi Kerajaan Saudi. Tapi dalam sejarah Islam, lokasi ibadah haji di abad modern dikelola oleh Kerajaan Saudi. Sebab selama beberapa abad, Kekaisaran Ottoman yang menguasai Makkah. Pada Kamis 249, Walikota Ankara menyerukan agar tanggung jawab Makkah dikembalikan kepada otoritas Turki. Insinyur Saudi: Crane Jatuh di Masjidil Haram karena Kehendak Tuhan Proyek raksasa pengembangan Makkah dan Madinah yang dilakukan Saudi juga Id Si R D I 46 memicu kemarahan beberapa pihak dalam dunia muslim. Beberapa proyek yang melibatkan penghancuran makam dan situs kuno dianggap menguras keragaman budaya dan sejarah dan sisi religius Makkah. Baru-baru ini, ulama ternama Mesir, Sheikh Salman Mohammad menyarankan agar pengelolaan situs-situs suci tersebut ditangani secara kolektif oleh beberapa negara muslim. Banyak kesalahan yang dilakukan saat penyelenggaraan haji dalam beberapa dekade. Insiden ini bukan kasus pertama dan tidak akan menjadi yang terakhir, ucapnya. nvcnrl Analisa : Trikotomi Pertama: Qualisign, Sinsign, dan Legisign Berdasarkan berita dengan judul “Saat Tragedi Mina Semakin Memicu Ketegangan Iran dan Arab Saudi ”, peneliti melihat bahwa pada tahap trikotomi pertama sebagai berikut, qualisign berada di kalimat “gencar melontar keritikan” yang diberikan kode “Q”. Sementara Sinsign berada di kalimat “salah pengelolaan” yang diberikan kode “S”. Kemudian legisign ada di kalimat “kehadiran konvoi kendaraan” dengan kode “L”. Pada trikotomi ini merupakan prespektif tanda, dalam berita ini tanda berupa argumentasi negatif Iran terhadap penyelenggaraan ibadah haji yang dilakukan oleh Saudi. Trikotomi kedua: Ikon, Indeks, dan Simbol Trikotomi kedua dalam berita adalah ikon yang berada di kalimat “perbedaan sektarian” yang diberi kode “I”. Lalu indeks ada di kalimat “mengecam” dengan diberi kode “Id”. Kemudian simbol yang berada pada kalimat “rumah penuh idola” dan diberi kode “Si”. Pada trikotomi kedua ini, tanda mempunyai keterkaitan dengan objek. Sebelumnya tanda dari berita ini adalah argumentasi negatif Iran terhadap penyelnggaraan ibadah haji oleh Saudi. Sementara itu objeknya adalah permusuhan antara Iran dengan Saudi yang A 47 bermula oleh perbedaan sektarian dan diperparah dengan meninggalnya 456 warga negara Iran dalam Tragedi Mina, sehingga Iran mengecam sikap Saudi yang dinilai sombong. Oleh karena itu objek dalam berita ini diwakili dengan argumentasi negatif Iran terhadap penyelenggaraan ibadah haji oleh Saudi. Trikotomi Ketiga: Rema, Disen, dan Argumen Pada trikotomi ketiga yang berada dalam berita adalah rema yang merupakan kalimat “memberikan legitimasi politik” dengan menggunakan kode “R”. Kemudian disen yang ada dalam kalimat “menjualnya demi kantong anggur” dengan memakai kode “D”. Lalu argumen yang ada pada kalimat “pengelolaan situs- situs tersebut ditangani secara kolektif” dengan kode “A”. Pada trikotomi ini menujukkan hakikat dari tanda. Pada berita ini yang menjadi dasar dari tanda adalah pandangan Iran dalam melihat Saudi menangani Tragedi Mina. Situs ibadah di Mekkah maupun Madinah yang selama ini dibawah kepengurusan Saudi, menurut Iran telah memberikan kekuasaan penuh terhadap Saudi dalam mengambil keuntungan materi dari ibadah haji. Sehingga dengan pemikiran Iran ini, dilengkapi dengan masukan dari ulama Mesir yang mengatakan untuk meminimalisir monopoli Saudi, maka situs ibadah sebaiknya dikelola secara bersama dengan negara Islam lainnya. Hasil Analisa Temuan Keterkaitan Konflik Pada Berita I Argumentasi negatif Iran sering dilontarkan kepada Saudi pasca Tragedi Mina, disebabkan oleh 2 faktor antara lain warga negara Iran menjadi salah satu korban dengan jumlah terbanyak, yakni sekitar 465 orang meninggal dan hubungan diplomatik antara Iran dengan Arab Saudi yang sejak awal memang tidak harmonis. Diluar hal tersebut Iran mengindikasi adanya penutupan dua jalur 48 menuju jamarat karena adanya konvoi oleh pangeran dan pejabat Saudi, yang dinyatakan oleh minimnya penjagaan oleh askar pada lokasi kejadian Tragedi Mina. Hal ini dinilai sebagai kesalahan dalam pengelolaan ibadah haji, dimana konvoi yang dilakukan ditengah pelaksanaan ibadah haji yang tentunya berakibat fatal. Sehingga pihak Iran selalu menyatakan bahwa akar permasalahan dari Tragedi Mina adalah adanya konvoi pangeran beserta pejabat Saudi. Kendati Iran melontarkan dugaan adanya konvoi pangeran pada penutupan jalan, namun hingga kini Saudi tidak mengakui bahwa adanya penutupan dan justru terkesan diam dalam menjawab dugaan ini. Hal ini menunjukkan adanya suatu masalah yang terjadi diantara kedua negara. Sejalan dengan pendapat ahli yang mengatakan bahwa konflik terjadi karena adanya perbedaan paham, sama halnya dengan Iran dan Arab Saudi yang memiliki perbedaan sektarian sebagai dasar konfliknya. Sehingga jika keduanya dihadapkan kepada situasi yang memicu konflik seperti Tragedi Mina, tidak heran jika didalamnya terdapat unsur kecaman. Negara Iran yang kerap bersinggungan konflik dengan Saudi, tidak dapat melihat tindakan mulia Saudi yang telah menjaga situs ibadah umat Islam secara objektif. Bahkan terang-terangan Iran berasumsi bahwa oleh karena posisi Saudi sebagai pemelihara situs-situs tersebut, maka Saudi mempunyai legitimasi politik tersendiri. Selain itu menurut Iran justru dengan adanya penjagaan situs yang dilakukan oleh Saudi, justru menguntungkan secara finansial karena setiap tahunnya banyak umat muslim yang selalu menjalankan ibadah. Sehingga menurut ulama Mesir mengatakan bahwa untuk meminimalisir adanya praktik memonopoli perawatan ibadah, maka perawatan situs ibadah dilakukan secara 49 kolektif oleh negara muslim lainnya. Masukan ulama Mesir ini juga bermaksud untuk meredam adanya ketegangan konflik yang terjadi antara Iran dan Saudi. Judul Berita II: Jumat 25 Sep 2015, 16:59 WIB Kepala Organisasi Haji Iran Sebut Penutupan 2 Jalan Picu Tragedi Mina Rita Uli Hutapea - detikNews Riyadh, - Pemerintah Iran terang-terangan menyebut pemerintah Arab Saudi bersalah atas tragedi Mina yang menewaskan ratusan jemaah haji. Bahkan menurut Kepala Organisasi Haji Iran, Said Ohadi, keputusan buruk yang diambil otoritas Saudi telah menyebabkan tragedi Mina yang terjadi pada Kamis, 24 September 2015. Seperti dilansir kantor berita AFP, Jumat 2592015, Ohadi menjelaskan keputusan buruk yang dimaksudnya. Dikatakannya, karena alasan yang tidak diketahui, dua jalan di dekat lokasi pelemparan jumrah telah ditutup. Akibatnya, hanya tersisa tiga rute lagi menuju area pelemparan jumrah di Mina. Menurut Ohadi, penutupan kedua jalan tersebut telah menyebabkan kerumunan massa menumpuk, hingga mengakibatkan aksi saling dorong yang kemudian berujung tragedi. Ini menyebabkan insiden tragis tersebut, ujar Ohadi yang disiarkan stasiun televisi Iran. Peristiwa ini menunjukkan kesalahan pengaturan dan kurangnya perhatian serius akan keselamatan para jemaah, cetus Ohadi. Tak ada lagi penjelasan lain. Pejabat-pejabat Saudi harus dimintai tanggung jawab, tandasnya. Sementara itu, menurut sumber-sumber seperti dikutip sejumlah surat kabar Arab, termasuk al-Dyar yang berbahasa Arab, konvoi kendaraan Putra Mahkota sekaligus Menteri Pertahanan Saudi, Mohammad bin Salman Al Saud telah menyebabkan kepanikan para jemaah hingga menimbulkan aksi saling dorong. Konvoi besar Mohammad bin Salman Al Saud, putra Raja dan Putra Mahkota, yang dikawal oleh lebih dari 3.500 pasukan keamanan, termasuk 200 tentara dan 150 polisi, melaju di jalanan untuk melewati para jemaah yang bergerak menuju lokasi pelemparan jumrah, hingga menimbulkan kepanikan di antara jutaan S L I R D Q Id Si 50 jemaah yang bergerak dari arah berlawanan dan menyebabkan saling dorong, demikian diberitakan media-media Arab. Tak ada konfirmasi dari otoritas setempat atas laporan ini. Namun sejumlah pengamat mengatakan, adanya konvoi tersebut menjelaskan mengapa dua jalan menuju lokasi pelemparan jumrah ditutup. itaita Analisa : Trikotomi Pertama: Qualisign, Sinsign, dan Legisign Pada judul berita “Kepala Organisasi Haji Iran Sebut Penutupan 2 Jalan Picu Tragedi Mina”, peneliti dapat melihat bahwa qualisign terdapat pada kalimat “Arab Saudi bersalah” dengan kode “Q”. Sementara itu sinsign berada di kalimat “Keputusan buruk yang diambil Arab Saudi” dengan kode “S”. Kemudian Legisign berada pada kalimat “dua jalan dekat lokasi pelemparan jumrah ditutup” dengan kode “L”. Dalam trikotomi pertama melihat prespektif tanda, pada berita ini memperlihatkan tanda bahwa Iran menyalahkan keputusan Saudi melakukan penutupan dua jalur yang diyakini menjadi penyebab Tragedi Mina. Trikotomi Kedua: Ikon, Indeks, dan Simbol Pada trikotomi kedua ikon terdapat pada kalimat “kerumunan massa menumpuk” dengan kode “I”. Selanjutnya indeks yang ada di kalimat “kesalahan pengaturan” dengan menggunakan kode “Id”. Simbol berada di kalimat “konvoi besar” dengan kode “Si”. Pada trikotomi ini tanda memiliki keterkaitan dengan objeknya. Tanda yang sebelumnya merujuk kepada menyalahkan keputusan Saudi, objek yang ditunjukkan disini menandakan adanya penumpukan jemaah A 51 akibat kesalahan pengaturan yang diduga karena adanya konvoi. Oleh sebab itu objek tersebut diwakili oleh tanda menyalahkan keputusan Saudi. Trikotomi Ketiga: Rema, Disen, dan Argumen Pada trikotomi ketiga, rema terdapat pada kalimat “konvoi kendaraan putra mahkota” dengan kode “R”. Kemudian disen terdapat di kalimat “pejabat- pejabat Saudi harus bertanggung jawab” dengan kode “D”. Serta argumen pada kalimat “adanya konvoi” dengan kode “A”. Dalam trikotomi ini melihat hakikat dari tanda. Tanda disini yang menjadi dasar adalah dugaan Iran tentang adanya konvoi kendaraan putra mahkota yang menjadi pemicu penutupan jalan, sehingga membuat pejabat-pejabat Saudi harus bertanggung jawab. Hasil Analisa Temuan Keterkaitan Konflik Pada Berita II Tanda yang digunakan untuk menunjukkan adanya kebencian Iran terhadap Saudi melalui pernyataan kalimat dari Iran yang menyatakan kesalahan yang dilakukan dalam pengaturan jemaah. Terlebih kalimat keputusan terburuk yang diambil oleh Saudi sudah mengarahkan adanya human eror yang dilakukan dalam penyelenggaraan seperti lengahnya pengamanan terhadap jemaah. Selain itu Iran mempunyai dugaan bahwa dengan ditutupnya dua jalur menuju jamarat, menjadi salah satu kesalahan yang dilakukan Saudi karena menjadi pemicu Tragedi. Kesalahan-kesalahan yang diungkapkan oleh Iran disini selain mengartikan adanya hubungan yang buruk dengan Saudi, namun juga mengartikan bahwa Saudi belum mampu untuk melakukan pencegahan Tragedi, meskipun telah melakukan pembangunan dalam membuat kenyamanan bagi 52 jemaah dalam melaksanakan ibadah. Apalagi dewasa ini merupakan zaman modern dengan kemajuan disegala sektor, seperti halnya teknologi yang memungkinkan untuk mencegah adanya penumpukan jemaah di satu lokasi jalan. Pendeteksian kemungkinan adanya penumpukan jemaah seyogyanya dapat dilaksanakan dengan mudah, apabila pengaturan Saudi ketika itu benar-benar terkonsentrasi pada arus jemaah. Pernyataan Iran tentang pejabat Saudi harus bertanggungjawab atas penutupan jalan, mengindikasikan sikap Saudi yang mendahulukan kepentingan keluarga kerajaan Saudi ketimbang jemaah saat sedang pelaksanaan ibadah haji. Kendati demikian menurut kesaksian jemaah haji Indonesia yang selamat dalam Tragedi Mina, ia berusaha memaksa askar untuk tetap melalui jalan yang ditutup tersebut dan tidak menemukan konvoi dalam bentuk apapun. Pernyataan Iran tentang adanya konvoi ini kemungkinan besar hanya berupa dugaan, melihat dari pernyataan Iran yang tidak memberikan kejelasan darimana didapatnya informasi adanya konvoi. Status Iran sebagai negara yang selalu berkonflik dengan Saudi, mempunyai kemungkinan hal ini merupakan cara yang dilakukan Iran untuk menyalahkan Saudi dimata dunia tentang penyelnggaraan haji. Meskipun tidak menutup kemungkinan jika adanya konvoi pangeran memang benar adanya, hal tersebut memungkinkan untuk terjadi karena menurut pernyataan para saksi mata di lokasi kejadian jumlah askar yang sedikit dan tidak melakukan tindakan apapun. Sehingga kuat dugaan para askar ketika itu sibuk dalam mengawal konvoi pangeran. 53 Judul Berita III: Sabtu 26 Sep 2015, 12:08 WIB Tragedi Mina Media Arab Saudi: Stop Mengkritik, Menangani Haji Tugas Raksasa Rita Uli Hutapea - detikNews Riyadh, - Pemerintah Arab Saudi menuai kritikan atas terjadinya tragedi Mina yang menewaskan ratusan jemaah haji. Namun otoritas Saudi menyalahkan ketidakdisiplinan jemaaah haji dalam tragedi yang terjadi pada Kamis, 24 September itu. Dalam editorialnya, media Arab News menyampaikan pembelaan atas langkah- langkah yang telah dilakukan otoritas Saudi untuk menyelenggarakan haji yang diikuti jutaan umat dari seluruh dunia. Disebutkan bahwa meski insiden Mina menekankan perlunya upaya-upaya lebih untuk meningkatkan langkah-langkah keselamatan, operasi masiv yang dilakukan pihak Kerajaan Saudi untuk memastikan penyelenggaraan haji yang aman dan nyaman, tak bisa diabaikan. Meski menyebut tragedi Mina sangat disayangkan, namun media Saudi itu juga menyoroti pentingnya kesadaran dan kedisiplinan para jemaah haji. Para jemaah yang membawa tas saat berjalan dan tidak mengikuti instruksi jelas soal pergerakan, juga telah menyebabkan masalah sebelumnya. Tak ada aparat keamanan di dunia yang secara fisik bisa mengendalikan kerumunan yang membengkak menjadi jutaan dalam waktu dan tempat yang terbatas, demikian ditulis Arab News, Sabtu 2692015. Kerajaan menghabiskan miliaran riyal untuk manajemen Haji dan mengerahkan sumber daya terbaik untuk melaksanakan proyek raksasa di tempat-tempat suci. Kerajaan menganggap tugas ini sebagai kewajiban Islaminya. Pemerintah tidak mengambil keuntungan apapun dari operasi masiv Haji ini, demikian menurut editorial Arab News yang bertajuk Tragedi yang Mengguncang Kita Semua. Menangani dua hingga tiga juta muslim dari 164 negara dan kultur berbeda L Id Q S 54 adalah sebuah tugas raksasa. Tak ada seorang pun di dunia yang punya pengalaman seperti otoritas di sini dalam memastikan pelaksanaan haji yang lancar. Ini merupakan prestasi organisasional yang fenomenal, tulis Arab News. Media itu pun menyinggung pihak-pihak yang mengkritik pemerintah Saudi. Kerajaan kerap mendapat kritikan tidak adil dari beberapa pihak di dunia muslim. Ini harus dihentikan. Para pengkritik akan memberikan pelayanan yang lebih besar untuk tujuan mereka dengan bergandeng tangan dengan Arab Saudi guna membuat pelaksanaan haji tahunan lebih nyaman, tandas media tersebut. itaita Analisa: Trikotomi Pertama: Qualisign, sinsign, Legisign Pada trikotomi pertama ini qualisign dalam berita terdapat pada kalimat “Arab Saudi menuai kritikan” dengan kode “Q”. Kemudian sinsign dalam berita terdapat dikalimat “Arab News menyampaikan pembelaan” dengan kode “S”. Lalu legisign dalam berita terdapat pada kalimat “kesadaran dan kedisiplinan para jema ah haji” dengan kode “L”. Dalam trikotomi ini melihat dari prespektif tanda, dimana hal yang menjadi tanda adalah adanya pembelaan yang disampaikan oleh Arab News untuk membela pemerintahan Saudi, karena banyaknya kritikan. Namun pembelaan yang dilakukan Arab News justru menyalahkan pihak jemaah haji yang dinilai kurang disiplin. Trikotomi Kedua: Ikon, Indeks, dan Simbol Pada trikotomi kedua, ikon terdapat pada kalimat “kerumunan yang membengkak” dengan kode “I”. Kemudian indeks terdapat dalam kalimat “ketidak disiplinan jemaah haji” dengan kode “Id”. Lalu simbol terdapat pada kalimat “menghabiskan milyaran riyal” dengan kode “Si”. Dalam trikotomi kedua ini merupakan hubungan keterkaitan antara tanda dengan objeknya. Tanda yang D A R 55 sebelumnya berupa pembelaan dari Arab News untuk Saudi terkait Tragedi Mina. Sementara objek dari berita ini adalah kondisi yang mustahil di lakukan oleh Saudi dalam mencegah Tragedi Mina. Sehingga kondisi yang mustahil dilakukan oleh Saudi disini diwakili oleh tanda pembelaan yang dilakukan Arab News. Trikotomi Ketiga: Rema, Disen, Argumen Pada trikotomi ketiga dalam berita, rema terdapat dalam ka limat “prestasi organisasi yang fenomenal” dengan kode “R”. Kemudian disen terdapat pada kalimat “tugas rasaksa” dengan kode “D”. Lalu argumen terletak pada kalimat “kritikan tidak adil” dengan kode “A”. Dalam trikotomi ketiga ini melihat hakikat dari tanda. Tanda yang menjadi dasar dari berita ini adalah adanya pembelaan dari Arab News terhadap kerajaan Saudi karena adanya kritikan yang bertubi-tubi menyalahkan Saudi, tanpa melihat jasa-jasa Saudi selama ini dalam melakukan perawatan terhadap situs ibadah umat muslim maupun dalam penyelenggaraan ibadah haji setiap tahun. Hasil Analisa Temuan Keterkaitan Konflik Pada Berita III Tragedi Mina 2015 yang menelan korban jiwa mencapai lebih dari 2000 jemaah, membuat otoritas Arab Saudi sebagai penyelenggara haji mendapatkan kecaman maupun kritikan yang sifatnya menjatuhkan. Mayoritas kecaman bersumber dari Iran yang tak lain mempunyai hubungan yang buruk dengan Saudi. Hal ini semakin diperparah dengan sikap diam yang lebih dipilih Saudi dalam menanggapi seluruh pernyataan terkait peristiwa Mina. Menurut hasil pengamatan peneliti, tidak ada konfirmasi secara resmi terkait penyebab Tragedi, 56 hanya saja menteri kesehatan Saudi yang melontarkan pendapat adanya ketidakdisiplinan jemaah dalam pelaksanaan haji. Sejalan dengan hal itu, Arab News kemudian mengambil pernyataan tersebut untuk melakukan pembelaan terhadap pemerintah dalam hal penyelenggaraan haji. Namun pembelaan yang dilakukan oleh Arab News disini nyatanya justru menyudutkan jemaah. Seolah-olah seuruh jemaah tidak mematuhi waktu pelemparan. Padahal alasan beberapa jemaah melakukan prosesi lempar jumrah diluar ketentuan panitia lebih mengarah pada kepercayaan waktu yang mustajab. Tentunya hal ini semestinya tidak dipermasalahkan, karena ibadah merupakan bentuk kepercayaan personal tiap jemaah. Tanda yang mengarahkan kepada pembelaan Arab News terhadap Saudi adalah dalam kalimat yang mengatakan bahwa askar tidak sanggup untuk mencegah ribuan jemaah dilokasi kejadian untuk saling bertubrukan. Kendati mempunyai jumlah askar yang terbatas, seyogyanya penumpukan jemaah dapat dihindarkan manakala seluruh jalan dibuka sehingga banyak alternatif jalur yang dapat dilalui oleh jemaah. Tanda yang mengarahkan pada pembelaan selanjutnya adalah dengan menginformasikan bahwa Saudi berusaha memfasilitasi para jemaah selama menunaikan ibadah haji dengan biaya milyaran real. Tentunya hal ini menyatakan untuk tidak mengkritik Saudi karena telah berusaha sebaik mungkin dalam menyelenggarakan ibadah haji yang aman, meskipun perawatan fasilitas tidak menjamin keamanan. Adanya tanda pembelaan dari Arab News ini mengindikasikan bahwa sebagai jawaban untuk setiap kecaman yang selalu 57 dilontarkan Iran terhadap Saudi, mengingat pihak Saudi tidak melakukan konfirmasi secara resmi terkait Tragedi Mina. Tanda yang berupa pembelaan dari Arab News selanjutnya adalah media ini ingin mengingatkan bahwa penyelenggaraan haji adalah tugas yang sangat besar. Sehingga negara yang dapat melaksanakan penyelenggaraannya sejak dulu merupakan pencapaian yang luar biasa. Oleh sebab itu seyogyanya jika terdapat kesalahan dalam pengelolaan dalam beberapa kesempatan, semestinya dapat menyampaikan masukan secara objektif dan tidak menyudutkan pihak manapun. Hal ini mengindikasi bahwa pernyataan ini hadir, setelah Iran dengan bertubi-tubi melakukan kecaman terhadap Saudi.

B. Realitas Subjektif Detik.com Terhadap Tragedi Mina