Pelaksanaan Bimbingan Agama Dalam Pembentukan Kepribadian Muslim Anak Yatim Piatu Di Yayasan Baitul Ma'mur Desa Waringin Jaya Kec.Bojong Gede Kab.Bogor

(1)

i

PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN

KEPRIBADIAN MUSLIM ANAK YATIM PIATU

DI YAYASAN BAITUL MA’MUR

DESA WARINGIN JAYA KEC. BOJONG GEDE

KAB. BOGOR

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Dakwah Dan Komunikasi Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai

Gelar Sarjana Sosial Islam

Oleh :

MAHMUD DALAJI

NIM : 101052022643

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

ii

PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN

KEPRIBADIAN MUSLIM ANAK YATIM PIATU

DI YAYASAN BAITUL MA’MUR

DESA WARINGIN JAYA KEC. BOJONG GEDE

KAB. BOGOR

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Dakwah Dan Komunikasi Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai

Gelar Sarjana Sosial Islam

Oleh :

MAHMUD DALAJI

NIM : 101052022643

Dibawah Bimbingan

Dra. Hj. Zorina Yuniar

NIP: 150 198 858

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(3)

iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul “PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN MUSLIM ANAK YATIM DAN PIATU” telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 16 Maret 2006. skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) Pada Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam.

Jakarta, 16 Maret 2006

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota

Dr.Muradi, MA Dra.Musyfiroh Nurlaily M.ag

NIP:150254102 NIP:150299324

Anggota:

Penguji I Penguji II

Drs.M.Lutfi, MA Nasichah, MA


(4)

iv

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan keharibaan baginda Rosulullah SAW, keluarga, sahabat dan para pengikutnya hingga akhir zaman.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam (S1) pada Fakultas Dakwah Dan Komunikasi Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari bahwa skripsi yang sederhana ini, tidak akan terselesaikan tanpa bantuan semua pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dra.Hj. Zorina Yuniar, Selaku dosen pembimbing, yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

4. Dra.Hj. Nurana, selaku pengasuh Yayasan Baitul Ma’mur, yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

5. Ust. Lukman Hakim, selaku setaf pengajar (Sie. Pendidikan) yang telah memberikan masukan dan data dalam penulisan skripsi ini.


(5)

v

6. Bapak dan ibu dosen serta Civitas Akademika Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Orang tua tercinta yang telah memberikan dorongan moril dan materil sehingga penulis dapat menyelesaikan study di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

8. Rekan-rekan seperjuangan yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya mudah-mudahan skripsi sederhana ini, dapat bermanfaat bagi penulis sendiri khususnya dan umumnya para pembaca, dalam rangka mengembangkan proses pendidikan dan pengajaran agama dimasyarakat.

Bogor, 10 Januari 2006 Penulis


(6)

vi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4

D. Metode Penelitian ... 5

E. Sistematika Penulisan ... 9

BAB II LANDASAN TEORITIS A. Bimbingan Agama ... 10

1. Pengertian Bimbingan Agama ... 10

2. Tujuan Bimbingan Agama ... 15

3. Fungsi Bimbingan Agama ... 15

4. Metode Bimbingan Agama ... 17

B. Kepribadian Muslim ... 19

1. Pengertian Kepribadian ... 19

2. Pengertian Muslim ... 21


(7)

vii

4. Faktor Kepribadian Muslim ... 22

5. Ciri-ciri Kepribadian Muslim ... 26

6. Proses Pembantukan Kepribadian Muslim ... 28

C. Yatim Piatu ... 31

1. Pengertian yatim dan Piatu ... 31

2. Pandangan Islam Terhadap Yatim dan Piatu ... 32

3. Pembinaan Yatim dan Piatu Menurut Ajaran Islam ... 36

BAB III GAMBARAN UMUM YAYASAN BAITUL MA’MUR A. Latar Belakang Berdirinya Yayasan Baitul Ma’mur ... 38

B. Visi, Misi dan Tujuannya Yayasan Baitul Ma’mur ... 43

C. Kondisi Fisik Yayasan Baitul Ma’mur ... 43

D. Letak Geografis ... 45

BAB IV PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA A. Kegiatan Bimbingan Agama di Yayasan Baitul Ma’mur ... 46

B. Beberapa Metode Bimbingan Agama ... 47

1...M etode Bimbingan Agama ... 47

2...M etode Pelaksanaan Pembentukan Kepribadian Muslim ... 48

C. Faktor Pendukung dan Penghambat di Yayasan Baitul Ma’mur ... 49

1...F aktor Pendukung ... 49


(8)

viii

2...F aktor Penghambat ... 49 D. Analisis Penelitian ... 50

1...U paya yang di lakukan Yayasan baitul Ma’mur ... 50 2...A

nalisis Keberhasilan Yayasan Baitul Ma’mur dalam Upaya

Pembentukan Kepribadian Muslim Anak Yatim Piatu ... 52

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 60 B. Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN – LAMPIRAN


(9)

ix BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap anak perlu mendapatkan kasih sayang, pendidikan dan bimbingan dari kedua orang tua, karena hal itu, merupakan kewajiban yang paling urgen dan harus dimiliki oleh kedua orang tua terhadap anaknya.

Seberapa pedulinya kedua orang tua terhadap anaknya, akan menjadi tolak ukur bagi perkembangannya, baik itu perkembangan jasmani atau rohani.

Keluarga merupakan himpunan terkecil yang menentukan anggota keluarga menjadi manusia berkepribadian, akan tetapi hal itu semua perlu dijaga dan mendapatkan pendidikan dan bimbingan dari orang tua.

Syamsu Yusuf LN dalam bukunya Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, berpendapat bahwa:

Menurut Al. Ghozali, setiap anak dilahirkan dengan membawa fitrah yang seimbang dan sehat, kedua orang tualah yang memberikan agama kepada mereka.

Demikian pula anak dapat terpengaruhi oleh sifat-sifat yang buruk dari lingkungannya, dari corak hidup yang memberikan peranan kepadanya dan dari kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan ketika dilahirkan, keadaan tubuh anak belum sempurna, kekurangan ini diatasinya dengan latihan dan pendidikan yang ditunjang dengan makanan.

Demikian pula dengan tabi’at yang difitrahkan kepada anak, yang merupakan kebajikan yang diberikan Allah SWT kepadanya.

Tabi’at ini dalam keadaan berkekurangan, (dalam keadaan belum berkembang dengan sempurna), dan mungkin dapat disempurnakan serta diperindahkan dengan pendidikan yang baik.

Kelurga mempunyai fungsi sebagai tempat pendidikan dan kasih sayang, yang secara serempak berusaha mengembangkan amal shaleh dan anak yang shaleh.


(10)

x

Kebesaran suatu agama perlu didukung oleh besarnya jumlah keluarga yang menjalankan syari’at agamanya, bukan jumlah penganutnya saja.1

Secara sosiologis, keluarga muslim merupakan bagian dari masyarakat sekitarnya dan anggota keluarga yang satu dapat berinteraksi dengan anggota keluarga yang lain, hubungan antar keluarga memungkinkan terjadi karena kekerabatan atau keturunan, persekutuan wilayah seperti rukun tetangga, rukun wilayah, desa, daerah dan sebagainya.2

Rasa prihatin timbul bila menyaksikan lewat media masa dan media elektronik kejadian-kejadian yang menimpa bangsa ini. Dari kejadian gunung meletus, banjir, tanah longsor di berbagai daerah, busung lapar yang sungguh sangat memalukan dan memilukan sangat ironis sekali suatu bangsa yang kaya akan rempah-rempah dan minyak bumi masih ada masyarakat yang kelaparan.

Dan kejadian yang masih melekat di hati , gempa bumi dan tsunami yang menimpa warga Aceh. Dari kejadian itu semua berapa ribu anak yang ditinggalkan oleh orang tuanya.

Rasa tanggung jawab bersama yang akan menentukan nasib mereka baik berupa kasih sayang, santunan dan sebagainya sehingga mereka tegar dan ceria dalam menatap masa depan.

Faktor lingkungan sekitar menjadi pengaruh besar bagi mereka dalam menjalani roda-roda kehidupan, bila lingkungan pergaulan rusak, maka rusak pula generasi penerus harapan bangsa, dan bila hal ini terjadi merupakan kerugian yang cukup besar.

1

Syamsu Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja ( Bandung: P.T. remaja Rosdakarya, 2000), Cet. ke-1, h.93

2

Jalaludin Rahmat, Muhtar Bada’at Maja, Keluarga Muslim Dalam Masyarakat Modern, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993), Cet. ke-1, h.13


(11)

xi

Dengan demikian perlu disyukuri ada beberapa lembaga, yayasan atau badan yang memberikan sumbangsi yang cukup besar manfaatnya, diantaranya Yayasan Panti Asuhan Yatim Piatu Baitul Ma’mur yang berlokasi di Desa Waringin Jaya Kec. Bojong Gede Kab. Bogor, yang sampai saat ini, menampung para anak-anak Yatim Piatu, dengan memberikan pembinaan berupa pendidikan dan bimbingan agama, agar menjadi manusia yang berkpribadian dan berguna bagi dirinya sendiri serta orang lain.

Kegiatan bimbingan agama dalam pembentukan kepribadian muslim di maksudkan untuk menciptakan atau melahirkan generasi-generasi berkualitas, baik kualitas intelektual, emosi, maupun kualitas spiritual (keagamaan), sehingga ia menjadi generasi yang sukses dalam hidupnya.

Pertanyaan yang timbul dari seorang penulis sejauh mana Yayasan Baitul Ma’mur sudah memberikan hal terbaik bagi para anak asuh yatim piatu dalam pembentukan kepribadian muslim.

Dan bagaimana kegiatan pelaksanaan bimbingan dan metode yang sudah diberikan terhadap anak asuh yatim piatu di Yayasan tersebut.

Pertanyaan dan peristiwa inilah yang melatar belakangi penulis untuk mengadakan penelitian dengan judul:

Pelaksanaan Bimbingan Agama Dalam Pembentukan

Kepribadian Muslim Anak Yatim Piatu Di Yayasan Baitul Ma’mur Desa Waringin Jaya Kec. Bojong Gede Kab. Bogor”


(12)

xii

Fokus masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini, hanyalah pada analisis tentang Pelaksanaan Bimbingan Agama dalam dalam Pembentukan Kepribadian Muslim Anak Yatim Piatu di Yayasan Baitul Ma’mur. Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, maka masalah yang akan diteliti dan dirumuskan dengan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana Pelaksanaan Bimbingan Agama Dalam Pembentukan Kepribadian Muslim Anak Yatim Piatu di Yayasan tersebut.

2. Metode Apakah Bimbingan Agama di berikan Kepada Anak Yatim Piatu di Yayasan tersebut.

3. Hambatan-hambatan apa saja, yang dialami di Yayasan tersebut.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun yang hendak dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

a) Untuk mengetahui kondisi real bentuk pelaksanaan bimbingan agama di “Yayasan Panti Asuhan Yatim Piatu Baitul Ma’mur”.

b) Untuk mengetahui metode bimbingan yang diterapkan di “Yayasan Panti Asuhan Yatim Piatu Baitul Ma’mur”.

c) Untuk mengetahui Faktor penghambat dalam pelaksanaan bimbingan agama di“Yayasan Panti Asuhan Yatim Piatu Baitul Ma’mur”.

2. Manfaat Penelitian


(13)

xiii

1) Syarat untuk meraih gelar Sarjana Strata 1 (S1)

2) Sebagai bahan referensi dalam peningkatan wawasan dakwahnya, lebih khusus bimbingan agama serta sebagai pijakan dalam melakukan penelitian selanjutnya.

b. Secara Praktis, diharapkan dari hasil penelitian ini dapat menjadi acuan mendasar khususnya bagi pihak Yayasan Baitul Ma’mur atau elemen lainnya terutama dalam menumbuh kembangkan nilai-nilai keagamaan terhadap anak asuh agar memiliki kepribadian muslim.

D. Metodelogi Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah :

a. Penelitian Lapangan (Field Research), yaitu penelitian yang dilaksanakan dengan terjun langsung ke lokasi penelitian, dengan pendekatan kualitatif.Dalam hal ini berlokasi di Yayasan Baitul Ma’mur Bojong gede Bogor.

2. Instrumen Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa instrumen pengumpulan data, yaitu :

a. Observasi

Yaitu mengadakan kunjungan dan pengamatan secara langsung terhadap objek yang akan diteliti serta pencatatan yang sistematis. Guna memperoleh gambaran yang jelas tentang Pelaksanaan


(14)

xiv

Bimbingan dan kegiatan-kegiatan yang lainnya yang dilaksanakan di Yayasan tersebut.

b. Wawancara

Adalah suatu bentuk komunikasi, untuk memperoleh informasi dari responden, yang dalam hal ini adalah pengasuh yayasan, ustadz yang dapat memberikan informasi tentang masalah yang akan dibahas. c. Angket

Yaitu merupakan cara pengumpulan data dalam bentuk pertanyaan tersruktur yang diberikan oleh peneliti dan diisi oleh responden.Dalam hal ini yakni para anak asuh yatim piatu, dimana responden memilih jawaban-jawaban yang sudah disediakan.

d. Studi Dokumentasi

Yaitu suatu cara yang digunakan untuk mengambil data dari berbagai dokumen, baik yang merupakan pembukuan ataupun yang lainnya.

Adapun untuk penulisan skripsi ini penulis menggunakan desain penelitian deskriftif, yaitu melukiskan dan menafsirkan keadaan yang ada sekarang. Penelitian ini berkenaan dengan kondisi/ hubungan yang ada praktek-praktek yang sedang berlaku, keyakinan, sudut pandang, atau sikap yang dimiliki , proses-proses yang sedang berlangsung,


(15)

pengaruh-xv

pengaruh yang sedang dirasakan, atau kecenderungan-kecenderungan yang sedang berkembang.3

3. Populasi dan Sampel a. Populasi

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak asuh Yatim Piatu Yayasan Baitul Ma’mur Periode 2005-2006 yang berjumlah 33. b. Sampel

Adalah bagian atau wakil populasi yang diteliti dan dianggap dapat menggambarkan populasinya. Dalam pengambilan sampel penulis mengambil pendapat dari Suharsimi Arikunto, beliau mengatakan bahwa apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semuanya sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya, jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih, tergantung pada kemampuan peneliti.4 Dalam pengambilan sample penulis mengambil seluruhnya sebanyak 100% (33 orang), merupakan jumlah keseluruhan populasi.

4. Teknik Pengolahan Data

Data-data yang telah diperoleh melalui angket, kemudian diproses melalui beberapa tahap, yaitu :

3

Arief Furchan, Pengantar Penelitian dalam Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1982), h.50

4

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), Cet. ke-12, h.112


(16)

xvi

a. Editing, yaitu memeriksa jawaban-jawaban responden untuk diteliti, ditelaah dan dirumuskan pengelompokannya untuk memperoleh data yang benar-benar sempurna.

b. Tabulating, yaitu mentabulasikan atau memindahkan jawaban-jawaban responden dalam table, kemudian dicari prosentase untuk dianalisa.

Adapun rumus yang digunakan sebagai berikut :

N 100%) Fx

(P= P = Prosentase F = Frekuensi

N = Responden5

5. Teknik Penulisan

Untuk teknik penulisan skripsi ini disesuaikan dengan teknik penulisan yang didasarkan pada buku pedoman penulisan skripsi, tesis dan disertasi yang diterbitkan oleh UIN Jakarta Press 2002.

E. Sistematika penulisan

Bab I, Pendahuluan, meliputi tentang Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metode Penelitian, serta Sistematika Penulisan.

Bab II. Landasan Teoritis tentang Pengertian Bimbingan Agama, Kepribadian, Muslim, Anak Yatim Piatu, yang terdiri atas Pengertian, Faktor-faktor, Prinsif -prinsif dan Pandangan Dasar.

5

Anas Sudjono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999), h.40


(17)

xvii

Bab III. Gambaran Umum Tentang “Yayasan Panti Asuhan Yatim Piatu Baitul Ma’mur”, meliputi, Sejarah singkat Berdirinya, Visi, dan Misi serta Tujuan, Kondisi Fisik, dan Letak Geografis Yayasan Baitul Ma’mur.

Bab IV. Temuan Lapangan dan Analisis Data, meliputi Pelaksanaan Bimbingan Agama dalam Pembentukan Kepribadian Muslim Anak Yatim Piatu,

Metode Bimbingan Agama dalam pembentukan Kepribadian Muslim pada Anak Yatim Piatu, Metode Pelaksanaan Bimbingan Agama Untuk membentuk kepribadian Muslim Bagi Anak Yatim piatu.

Bab V. Penutup, berisi Kesimpulan dan Saran-saran.

BAB II

LANDASAN TEORITIS

Bimbingan Agama

1. Pengertian Bimbingan Agama a. Pengertian Bimbingan


(18)

xviii

Dalam kehidupan sehari-hari seringkali mendengar kata-kata bimbingan, yang dalam pratiknya di masyarakat di identikkan dengan pendidikan ataupun mendidik. Kata bimbingan berasal dari kata kerja bimbing, yang berarti pimpin, asuh, atau tuntun.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Bimbingan berarti petunjuk ataupun penjelasan tentang cara mengerjakan sesuatu.1 Secara harfiah, bimbingan adalah menunjukkan, memberi jalan, atau menuntun orang lain kearah tujuan yang bermanfaat bagi kehidupannya dimasa kini dan masa yang akan datang.2

Istilah bimbingan merupakan terjemahan dari kata “Guidance”. Bimbingan dalam arti “guidance” menunjukan kepada dua hal, yang masing-masing berdiri sendiri, yaitu sebagaimana dikatakan oleh W.S Wingkel adalah :

a) Memberi informasi, yakni memberikan petunjuk, bahkan memberikan nasihat kepada seorang atau kelompok. Maka atas dasar pengetahuan tersebut orang dapat menentukan pilihan dan mengambil keputusan.

b) Menuntun atau mengarahkan kepada sesuatu tujuan yang akan dituju, yang mungkin tempat tersebut hanya diketahui orang yang menuntun saja.3

Bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu-individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan didalam hidupnya.4

1

Tim Penyusun Kamus, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), Edisi. Ke-2, h. 133

2

H.M Arifin., Pedoman Pelaksanaan Bimbingan Agama, (Jakarta: Golden Terayon Press), h.1

3

W.S. Winkel, FKIP, IKIP, Senata Darma, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Jakarta: P.T Gramedia, 1999), h. 18

4

Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Yogyakarta: Andi Offset, 1993), h. 4


(19)

xix

Dalam pengertian lain disebutkan, bimbingan adalah bantuan yang diberikan seseorang kepada orang lain dalam menetapkan pilihan dan penyelesaian diri, serta dalam menyelesaikan masalah-masalahnya. Bimbingan bertujuan membantu penerimanya untuk dapat tumbuh dan berkembang secara bebas dan mampu bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri.5

Jadi secara singkat bimbingan adalah suatu proses bantuan kepada seseorang maupun kepada kelompok agar dapat memahami dirinya, sehingga ia sanggup mengarahkan dirinya sesuai dengan lingkungannya dan dapat memperbaiki tingkah lakunya pada masa yang akan datang.

Bimbingan yang dilaksanakan dalam rangka menuntun seseorang kearah kehidupan yang bermanfaat, merupakan suatu kebutuhan yang tak dapat ditinggalkan karena dalam kehidupan ini tidak ada manusia yang hidup dengan sempurna.

b. Pengertian Agama

H.M.Arifin menjelaskan pengertian agama sebagai istilah yang sering dipakai sehari-hari dapat dilihat dari dua aspek, yaitu:

1. Aspek subjektif. Agama mengandung pengertian tentang tingkah laku manusia, yang dijiwai oleh nilai-nilai keagamaan, berupa gerakan batin, yang mengatur, dan mengarahkan tingkah laku

5

Dewa Ketut Sukardi, Sartono, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: P.T. Bina Aksara, 1988), Cet. Ke-1, h. 8


(20)

xx

tersebut, kepada pola hubungan dengan masyarakat serta alam sekitarnya.6

2. Aspek objektif. Agama dalam hal ini mengandung nilai-nilai ajaran Tuhan yang bersifat menuntun manusia kearah tujuan yang sesuai dengan kehendak ajaran tersebut. Agama dalam hal ini belum masuk kedalam batin manusia, atau belum membudaya dalam tingkah laku manusia. Oleh karena itu secara formal agama dilihat dari aspek objektif dapat diartikan sebagai peraturan yang bersifat Ilahi, yang menuntun orang berakal budi, ke arah ikhtiar untuk mencapai kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat.

Agama sebagai sebuah keyakinan diyakini sebagai sebuah sarana bagi manusia dalam berhubungan dengan Tuhan (Allah). Seperti yang dikatakan oleh William James, sebagai mana dikutip oleh Zakiah Daradjat: “Agama adalah perasaan dan pengalaman Bani Insan secara individual, yang menganggap bahwa mereka berhubungan dengan apa yang dipandangnya sebagai Tuhan”.7 Dikatakan pula bahwa agama adalah kebutuhan jiwa (psikis) manusia, yang akan mengatur dan mengendalikan sikap, pandangan hidup, kelakuan, cara menghadapi tiap-tiap masalah.8

Jadi pengertian agama dapat dirumuskan sebagai berikut: agama merupakan sebuah keyakinan manusia kepada tuhan, yang

6

H.M.Arifin., Pedoman Pelaksanaan Bimbingan Agama, (Jakarta: Golden Terayon Press), h.1

7

Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), Cet. Ke-5, h.18

8

Zakiah Darajadjat, Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental, (Jakarta: Bulan Bintang, 1982), Cet. Ke-3, h.52


(21)

xxi

dapat membantu kita dalam mengatur sikap dan pandangan hidup. Agama sebagai suatu kebutuhan manusia dalam memberikan suatu aturan atau norma-norma yang dapat memberikan ketenangan dalam jiwanya, selain itu juga agama dapat menjadikan seseorang dalam melakukan sesuatu akan terikat kepada ketentuan antara yang dibolehkan dan yang tidak dibolehkan, menurut agama yang dianut.

Hal ini tak lepas dari kenyataan bahwa manusia adalah makhluk sosial yang selalu berinteraksi dan senantiasa mengikuti perkembangan zamannya. Jika manusia tidak dapat mengontrol segala keinginannya maka dikhawatirkan akan dapat menimbulkan ketidak puasan dalam dirinya. Jika hal ini terjadi, akan timbullah tekanan batin yang dapat mengganggu dalam kehidupannya. Disinilah, agama yang telah diyakini oleh seseorang dirasakan sebagai sebuah pondasi yang kokoh dalam mengantisipasi segala macam tantangan-tantangan hidup yang ada, namun tak dapat dipungkiri pula jika banyak manusia yang kurang begitu memperhatikan akan nilai-nilai ajaran agama disaat mereka menerima berbagai macam cobaan dan masalah yang dihadapinya.

c. Pengertian Bimbingan Agama

Pengertian bimbingan agama adalah “Proses pemberian bantuan terhadap individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat”.9 Bimbingan agama dilaksanakan dalam upaya

9

Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta: UII Press, 2001), Cet. ke-2, h.4


(22)

xxii

memberikan kecerahan batin kepada seseorang dalam menghadapi segala macam persoalan. Dan bimbingan agama yang dilakukan sesuai dengan ajaran agama individu.10

Dengan demikian, bimbingan agama merupakan suatu upaya untuk memberikan pertolongan kepada seseorang dalam memecahkan segala persoalannya, dengan dilandasi nilai-nilai agama untuk memberikan ketenangan batin, agar seseorang dapat hidup sesuai dengan apa yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.

2. Tujuan Bimbingan Agama

Secara umum, tujuan bimbingan agama adalah membantu individu mewujudkan dirinya sebagai manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan diakhirat.11

Dalam menjalankan kehidupannya manusia pasti mengalami hambatan-hambatan dalam mewujudkan keinginannya sehingga diperlukan bimbingan agama. Untuk itulah bimbingan agama berusaha untuk membantu individu agar mampu menghadapi masalah dalam hidupnya.

Secara khusus bimbingan agama memiliki tujuan-tujuan, antara lain :

1) Membantu Individu agar tidak menghadapi masalah.

2) Membantu individu mengatasi masalah yang sedang dihadapinya. 3) Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan

kondisi yang baik atau yang telah baik agar tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak akan menjadi sumber masalah bagi dirinya dan orang lain.12

10

H.M.Arifin, Pokok-pokok tentang Bimbingan Penyuluhan Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), h.25

11

Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, op.cit, .h.35

12


(23)

xxiii

Dengan memperhatikan tujuan-tujuan tersebut, diharapkan bimbingan agama yang dilaksanakan akan membantu individu agar dapat menjadi hidup mandiri, dengan mengenal dan menerima diri sendiri dan lingkungannya, mengarahkan, mengambil keputusan serta mewujudkan diri sendiri.

3. Fungsi Bimbingan Agama

Dengan memperhatikan tujuan umum dan khusus bimbingan agama diatas, dapatlah dirumuskan fungsi dari bimbingan agama, yakni sebagai berikut:

a. Fungsi Preventif, yakni membantu individu menjaga atau mencegah timbulnya masalah bagi dirinya.

b. Fungsi Kuratif/Korektif, yakni membantu individu memecahkan masalah yang sedang dihadapi atau dialami.

c. Fungsi Preservatif, yakni membantu individu menjaga agar situasi dan kondisi yang semula tidak baik (mengandung masalah) menjadi baik (terpecahkan) dan kebaikan itu bertahan lama.

d. Fungsi Developmental, yakni membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang telah baik agar tetap baik atau menjadi baik, sehingga tidak memungkinkannya menjadi sebab munculnya masalah baginya.13

Untuk mencapai tujuan yang sejalan dengan fungsi-fungsi bimbingan agama, maka bimbingan agama melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

a) Membantu individu dalam mengingatkan kembali akan fitrahnya sebagai makhluk Allah, agar memahami dirinya yang memiliki berbagai potensi dan kelemahan memahami dirinya sebagai makhluk Tuhan, Riligius, Sosial dan juga sebagai makhluk pengelola alam semesta atau makhluk berbudaya. Dengan demikian individu akan lebih mudah mencegah timbulnya masalah, memecahkan masalah dan menjaga berbagai kemungkinan timbulnya kembali masalah.

13


(24)

xxiv

b) Membantu individu tawakkal atau berserah diri kepada Allah, berarti meyakini bahwa nasib baik buruk dirinya itu semua, merupakan cobaan dari Allah, kesemuanya itu ada hikmahnya dan dapat diambil hikmahnya itu.

c) Membantu individu memahami keadaan situasi dan kondisi yang dihadapinya. Seringkali seseorang menghadapi masalah yang tidak dapat dipahami atau tidak menyadari bahwa dirinya sedang menghadapi masalah.

d) Membantu individu menemukan alternatif pemecahan masalah. Dalam hal ini, bimbingan agama yang diberikan kepada individu bukanlah untuk memecahkan atau menentukan pemecahan masalah, melainkan sekedar memberikan alternatif pemecahan masalah yang sedang dihadapi oleh individu. Selanjutnya individu itu sendiri yang dapat memilih dan menentukan alternatif pemecahan masalah yang sesuai dengan keinginan dan keadaan dirinya.14

4. Metode Bimbingan Agama

Metode berasal dari kata “Meta” yang berarti melalui dan “Hodos” berarti jalan. Dengan demikian metode secara harfiyah adalah adalah jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan secara istilah metode adalah sarana yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan, baik sarana tersebut bersifat fisik maupun non fisik.15

Ada beberapa metode yang lazim dipakai dalam bimbingan agama, diantaranya yaitu:

14

Ibid., h.41

15


(25)

xxv

1) Wawancara adalah salah satu cara memperoleh fakta-fakta kejiwaan yang dapat dijadikan bahan pemetaan tentang bagaimana sebenarnya hidup kejiwaan klien pada saat tertentu yang memerlukan bantuan. 2) Metode kelompok (group Guidance), yaitu cara pengungkapan jiwa

atau batin serta pembinaannya melalui kegiatan kelompok. Seperti ceramah, diskusi, seminar dan sebagainya.

3) Metode non direktif. Pada metode ini pembimbing memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada klien untuk bercerita mengungkapkan rahasia pribadinya. Pada akhirnya, pembimbing memberikan petunjuk-petunjuk tentang usaha apa sajakah yang sebaiknya dilakukan oleh klien.

4) Metode Psikoanalisis. Pembimbing menganalisa gejala tingkah laku klien untuk mengetahui masalah sebenarnya yang menimpa pribadi klien. Setelah terungkap, selanjutnya disadarkan kembali (dicerahkan) agar masalah tersebut dianggap telah selesai dan tidak perlu dianggap suatu hal yang memberatkan. Disinilah perlunya nilai-nilai iman dan taqwa dibangkitkan dalam pribadi klien, sehingga terbentuklah dalam pribadinya sikap tawakal dan optimisme dalam menempuh kehidupan baru yang lebih cerah lagi.

5) Metode direktif, metode ini mengarahkan klien untuk berusaha mengatasi problema yang dihadapi, yaitu dengan memberikan secara langsung jawaban-jawaban terhadap permasalahan-permasalahan yang menjadi sebab kesulitan yang dihadapi atau dialami klien.


(26)

xxvi

6) Metode sosiometri, yaitu suatu cara yang dipergunakan untuk mengetahui kedudukan anak bimbing dalam hubungan keluarga.16

Metode ini digunakan tergantung dari masalah yang sedang dihadapinya. Metode bimbingan agama ini digunakan untuk mendekati masalah sehingga dapat diperoleh hasil yang memuaskan.

Kepribadian Muslim

1. Pengertian Kepribadian

Kepribadian berasal dari kata “personality” yang diambil dari kata persona (bahasa latin) yang berarti “kedok” atau “topeng”.17 Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia disebutkan bahwa kepribadian adalah keadaan manusia sebagai perseorangan, keseluruhan sifat-sifat yang merupakan watak.18 Pengertian ini mengandung arti bahwa kepribadian itu adalah “keseluruhan hidup manusia lahir dan batin, yang menampakkan corak wataknya dalam amal perbuatan atau tingkah laku sehari-hari”.19

Sementara itu Drs. Ahmad D. Marimba memberikan pendapat sebagai berikut: kepribadian adalah lebih luas artinya, “meliputi kualitet keseluruhan dari seseorang. Kualitet akan tampak dalam cara-caranya berbuat, cara-caranya mengeluarkan pendapat, sikapnya, filsafat hidupnya serta kepercayaannya”.20

16

Ibid., h.45

17

Agus Sujanto. et. al., Psikologi Kepribadian, (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), Cet. ke-8, h.10

18

W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), Cet. ke-11, h.768

19

H.M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), Cet. Ke-4, h.9

20

Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al-Ma’arif, 1986), Cet. Ke-6, h.67


(27)

xxvii

Menurut Dr. Singgih D. Gunarsa, bahwa kepribadian adalah “suatu kesatuan aspek-aspek jiwa dan badan yang menyebabkan adanya kesatuan dalam tingkah laku serta tindakan seseorang”.21

Kedua pengertian diatas yang dikatakan oleh Drs. Ahmad D. Marimba dan Drs. Singgih D. Gunarsa, lebih menekankan pengertian kepribadian tersebut kepada prilaku atau perbuatan seseorang.

Menurut Alport sebagaimana dikutip oleh Agus Sujanto “kepribadian adalah organisasi dinamis dalam individu sebagai system psychophysis yang menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap sekitar”.22

Dari keempat definisi diatas, terlihat jelas bahwa kepribadian itu adalah hasil dari suatu proses kehidupan yang dijalani seseorang, mempunyai sifat yang stabil di dalam nilai kebaikan pada diri seseorang yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari.

Akan tetapi karena hidup ini mempunyai tujuan tertentu dan kepribadian itu sendiri ternyata dapat dibentuk, maka dengan usaha-usaha yang sistematis dan berencana dapat diusahakan terbentuknya kepribadian yang diharapkan, yaitu kepribadian muslim yang utuh dan menyeluruh, melalui pembinaan dan pengajaran.

Setelah diketahui apa arti kepribadian secara umum, penulis mencoba untuk menerangkan pengertian kepribadian muslim menurut konsep Islam, agar dapat kejelasan tentang kepribadian muslim yang di maksud.

2. Pengertian Muslim

21

Singgih D. Gunarsa, Psikologi Untuk Membimbing, (Jakarta: Gunung Mulia, 1988), Cet. Ke-4, h.71

22


(28)

xxviii

Muslim ialah “orang yang berserah diri kepada tuhan dari kata, “aslama” menyerah, mencari kedamaian”. Kata ini mengisyaratkan makna penuh ketundukan terhadap kehendak tuhan, idealnya seorang muslim adalah orang yang tunduk. Menjadi muslim bukanlah merupakan perbuatan muslim sendiri melainkan hal itu suatu petunjuk tuhan. Dan perbuatan seorang muslim senantiasa patuh dan tunduk akan ketetapan takdir tuhan YME.

3. Pengertian Kepribadian Muslim

Menurut Dr. Fadhil Al-Djamaly, sebagaimana dikutip oleh H.M. Arifin, “ kepribadian muslim adalah sosok seseorang muslim yang berbudaya, yang hidup bersama Allah dalam tiap-tiap langkah hidupnya, dia hidup dalam lingkungan yang luas tanpa batas kedalamannya dan tanpa akhir ketinggiannya”.23

Dari pengertian kepribadian muslim diatas tersirat suatu maksud yang menekankan pada diri seseorang muslim untuk berkreativitas di muka bumi ini, sehingga dapat mewarnai hidup. Keimanan yang tinggi kepada Allah harus dijadikan pengawasan diri atau dasar berpijak di dalam setiap prilaku hidup seorang muslim, sehingga dapat membentuk dirinya menjadi seorang muttaqin.

Dengan kata lain kepribadian muslim akan nampak dalam cara-cara berbuat, berfikir, mengeluarkan gagasan, sikapnya, minat, filsafat hidupnya serta kepribadiannya, yang semua itu akan nampak pada tingkah laku yang diarahkan semata-mata untuk mengabdi kepada Allah SWT.

Dari berbagai teori yang telah dikemukakan oleh para ahli di atas, penulis merumuskan pengertian kepribadian muslim yaitu kepribadian muslim adalah memiliki nilai-nilai agama Islam, memilih dan

23


(29)

xxix

memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai-nilai ajaran Islam dan bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.

Dengan nilai-nilai yang utuh, manusia mempertahankan prinsip hidupnya, sebagai penganut Islam tentu prinsip hidup yang dimaksud adalah prinsip hidup yang berdasarkan aqidah Islamiyah.

4. Faktor-faktor Kepribadian Muslim

Kepribadian manusia bukan terjadi dengan sendirinya, akan tetapi terbentuknya melalui proses kehidupan yang panjang. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian manusia itu adalah faktor-faktor internal atau kekuatan dari dalam dan faktor eksternal atau faktor dari luar berupa lingkungan, baik lingkungan keluarga, sekolah, maupun lingkungan masyarakat, ekonomi dan budaya.

“kekuatan dari dalam yang sudah dibawa sejak lahir, berwujud benih, bibit atau sering juga disebut kemampuan-kemampuan dasar. Ki Hajar Dewantara menyebutnya faktor dasar dan faktor dari luar, atau yang oleh beliau disebut faktor ajar”.24

Untuk melatar belakangi bagaimana usaha membentuk pribadi seseorang, ada baiknya menengok sejenak ke sejarah psikologi yang membahas masalah ini.

Sejak dahulu ada dua aliran yang saling bertentangan, aliran “nativisme” berpendapat bahwa faktor pembawaan lebih kuat dari pada faktor yang datang dari luar. Dilain pihak, aliran “empirisme” berpendapat anak sejak lahir, masih bersih seperti tabula rasa dan baru akan dapat

24


(30)

xxx

berisi bila ia menerima sesuatu dari luar, lewat alat inderanya. Karena itu pengaruh dari luarlah yang lebih kuat dari pada pembawaan manusia.25

Melihat pertentangan kedua aliran ini, W. Stern mengajukan teorinya yang terkenal dengan teori perpaduan atau teori konvergensi, yang berpendapat bahwa kekuatan itu sebenarnya berpadu menjadi satu. Keduanya saling memberi pengaruh bakat yang ada pada anak, ada kemungkinan tidak akan berkembang kalau tidak dipengaruhi oleh segala sesuatu yang ada dilingkungannya. Demikian pula pengaruh dari lingkungan juga tidak akan dapat berfaedah apabila tidak ada yang menanggapi di dalam jiwa manusia.26

Demikian uraian tentang sejarah psikologi yang membahas tentang masalah ini. Menurut H.M.Arifin, dalam pandangan Islam, kemampuan dasar atau pembawaan itu disebut dengan “fitrah” yang dalam pengertian etimiologisnya mengandung arti “kejadian”, oleh karena kata fitrah itu berasal dari kata kerja “fathara” yang artinya menjadikan.27

Kata fitrah ini disebutkan dalam Al-Qur’an Surat Ar Rum ayat 30 :

Artinya :

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah),fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu, tidak ada perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya”. (Q.S. Ar-Rum: 30)

25

Ibid.,h.4

26

Ibid., h.5

27

H.M.Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bina Aksara, 1987), Cet. Ke-1, h.88


(31)

xxxi

Sabda Nabi SAW yang diriwayatkan Abu Hurairah :

Artinya:

“Setiap orang dilahirkan oleh ibunya atas dasar fitrah (potensi dasar untuk beragama), maka setelah itu, orang tuanya mendidik menjadi beragama Yahudi, dan Nasrani atau majusi; jika orang tua keduanya beragama Islam, maka anaknya menjadi muslim (pula).” (H.R. Muslim).

Dari uraian diatas, jelaslah bahwa terbentuknya kepribadian seseorang dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal atau faktor dasar yang dibawa sejak lahir dan faktor eksternal yang keduanya saling mempengaruhi.

Walaupun sebagai individu masing-masing kepribadian itu berbeda-beda, tapi dalam pembentukan kepribadian muslim sebagai ummah, perbedaan-perbedaan itu dipadukan. Hal itu memungkinkan karena baik pembentukan kepribadian secara individu atau kelompok (ummah) diwujudkan atas dasar yang sama yaitu ajaran Islam (Al-Qur’an dan As-Sunnah) dengan tujuan yang sama pula yaitu ingin menjadi pengabdi Allah yang setia sebagai Tuhan yang wajib disembah.

Dalam pembentukan kepribadian muslim, upaya yang diperlukan adalah dengan mengarahkan kepada peningkatan dan pengembangan faktor dasar (pembawaan) dan faktor ajar (lingkungan, baik lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat) pada nilai-nilai keIslaman. Faktor dasar dikembangkan dan ditingkatkan kemampuannya melalui bimbingan dan pembinaan berfikir, bersikap dan bertingkah laku menurut


(32)

norma-xxxii

norma Islam. Sedangkan faktor lingkungan dilakukan dengan cara mempengaruhi individu melalui usaha membentuk kondisi yang mencerminkan pola kehidupan yang sejalan dengan norma Islam seperti keteladanan dan lingkungan serasi.

5. Ciri-ciri Kepribadian Muslim

Pada umumnya manusia sebagai makhluk hudup mengalami perubahan dan perkembangan, baik dari segi jasmani maupun dari segi rohani. Pada perubahan dan perkembangan melalui proses akan nampak ciri-ciri yang membedakan antara satu manusia dengan yang lainnya, melalui pengalaman yang diperolehnya.

Islam menganjurkan kepada setiap muslim supaya

berusahamemiliki kepribadian yang sempurna, baik lahir maupun batin, sehingga segala sesuatu yang dilakukannya sesuai dengantuntunan Islam. Ketika mengalami kesulitan diluar dugaannya ia selalu sabar dan menenangkan hatinya, karena di balik itu mungkin mengandung hikmah. Sebagaimana di jelaskan dalam Al-Qur’an surat An-Nisaa’ ayat 19, sebagai berikut:


(33)

xxxiii

“….Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah), karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak”. (Q.S. An-Nisaa:19).

Menurut A. Sadali bahwa:

Kehidupan muslim adalah kehidupan yang mengidentifikasi diri pada peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT, dengan memanisfestasikan di dalam keyakinan yang terdapat dalam rukun iman dan dilaksanakan dalm rukun Islam, sehingga sampai ketingkat muttaqin dan muhsiniin.28

Iman tidaklah berarti percaya atau tidak membantah, akan tetapi iman itu mengucapkan dengan lisan, membenarkan dengan hati dan dilakukan dengan perbuatan, sedangkan ibadah merupakan bukti keimanan kepada Allah dengan menjalankan segala ketentuan perbuatan yang harus dilakukan oleh manusia dalam rangka berhubungan dengan Allah (syahadat, shalat, zakat, puasa, dan haji bagi yang mampu). Jadi kepribadian muslim merupakan hasil dari pada mempraktekkan dari segala rukun iman, rukunIslam dan tuntutan ihsan.

Lebih lanjut bagi Barmawy Umary mengatakan bahwa ciri-ciri pribadi muslim itu adalah:

a) Mudah menghadapi segala problema hidup. b) Gemar menunaikan yang haq dan benar. c) Menjauhi segala yang bathil dan salah.

d) Suka mengakui kekhilafan diri dan tidak segan minta maaf. e) Selektif dalam segala tindakan

28

A. Sadali, et.al., Islam Untuk Disiplin Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Bulan Bintang. 1987), Cet. Ke-1, h.89


(34)

xxxiv

f) Memiliki perangai dan sifat-sifat keutamaan.29

Itulah sebagian dari ciri-ciri pribadi muslim atau hal-hal yang harus dimiliki oleh seorang muslim. Disamping itu masih banyak ciri-cirinya yang pada dasarnya melakukan hal-hal yang terpuji dimata masyarakat terutama disisi Allah SWT dan menjauhi segala perbuatan tercela yang membawa kepada kerusakan dunia dan akhirat.

6. Proses Pembentukan Kepribadian Muslim

Pembentukan kepribadian muslim pada dasarnya diarahkan kepada pembentukan pandangan hidup yang mantap yang didasarkan pada nilai-nilai keIslaman. Dengan demikian setiap pribadi manusia akan memiliki pandangan yang sama, walaupun masing-masing mempunyai faktor bawaan yang berbeda, yaitu kebenaran yang mengandung nilai-nilai keIslaman.

Islam sebagai agama yang lurus mengajarkan pemeluknya untuk senantiasa melakukan perintah dan larangan-Nya yang didasarkan pada Al-Qur’an dan hadits. Hal itu dapat dilihat dari bagaimana seseorang yang mengaku sebagai muslim yang baik akan berusaha melakukan perbuatan yang didasarkan pada nilai-nilai Islam menjadi pilihan dalam bagaimana seseorang muslim bercermin.

Pembentukan kepribadian seseorang dimulai sejak dini, tentunya bukan hal yang mudah, akantetapi memerlukan ketekunan dan kesabaran dalam jangka waktu yang cukup lama serta pendidikan moralpun harus

29


(35)

xxxv

diberikan secara intensif. Berakumulasi dan konsisten baik di rumah, sekolah maupun masyarakat.

a) Pendidikan Moral dalam Rumah Tangga

Keluarga merupakan lapangan pendidikan yang pertama, dan pendidiknya adalah kedua orang tua. Dalam hal ini diharapkan orang tua mengetahui cara mendidik dan harus mengerti ciri-ciri khas dari setiap umur yang dilalui anak-anaknya, agar dalam usaha pembentukan kepribadian si anak dapat berhasil serta diterima penamaan nilai-nilai keagamaan oleh sianak sesuai dengan kadar kemampuannya.

Pendidikan moral yang paling baik sebenarnya terdapat dalam agama, karena beragamalah yang dapat dipatuhi dengan kesadaran sendiri tanpa ada pelaksanaan dari luar. Keyakinan itu ditanamkan sejak si anak lahir, sehingga menjadi bagian dari kepribadian si anak.

Pendidikan dan perlakuan orang tua terhadap anak-anaknya hendaknya juga menjamin segala kebutuhan-kebutuhan baik fisik, jiwa dan sosialnya perlu di perhatikan pula agar si anak merasa aman dan tentram serta hidup tenang tanpa adanya kekecewaan.30

b) Pendidikan Moral di Sekolah

Sekolah dapat diusahakan supaya menjadi lapangan yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan mental, moral anak-anak didik, disamping tempat pemberian pengetahuan, pengembangan bakat dan

30

Zakiah Daradjat, Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, (Jakarta: PT. Gunung Agung, 1996), Cet. Ke-15, h.70


(36)

xxxvi

kecerdasan. dengan kata lain, sekolah seharusnya menjadi lapangan sosial bagi anak-anak, dimana pertumbuhan mental, moral dan segala aspek kepribadian dapat berjalan dengan baik.

Pendidika agama haruslah dilakukan secara intensif supaya ilmu dan amal dapat dirasakan oleh anak didik di sekolah, maka pendidikan agama yang telah diterimanya dirumah akan dapat berkembang.

Pergaulan anak didik hendaklah mendapat perhatian dan bimbingan dari guru-guru, supaya pendidik itu betul-betul merupakan pembinaan yang sehat bagi anak-anak. Sekolah harus dapat dapat memberikan bimbingan dalam pengisian waktu luang, dengan pendidikan atau kegiatan yang menyenangkan, tetapi tidak merusak dan tidak berlawanan dengan ajaran agama.31

c) Pendidikan Moral di Masyarakat

Sejalan dengan pendidikan anak-anak, maka masyarakat yang telah rusak moralnya perlu segera di perbaiki, karena kerusakan masyarakat itu akan besar pengaruhnya terhadap usaha pembentukan kepribadian muslim ini.

Bimbingan agama adalah unsur terpenting dalam pendidikan moral dan pembentukan kepribadian muslim, karana itu bimbingan agama

31


(37)

xxxvii

harus dilaksanakan secara intensif di rumah tangga, sekolah dan masyarakat.32

Yatim Piatu

1. Pengerian Yatim Piatu

Kata yatim berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata:

- - ﻳ Dimana artinya: Telah menyendiri, menyendiri.33 Sedangkan pada kamus Al-Munjid yatim adalah :

Artinya:

“Anak yang kehilangan ayahnya sedangkan ia belum sampai pada batas orang dewasa”.34

Adapun pengertian yatim menurut istilah adalah tidak berbapak atau tidak beribu, atau tidak beribu bapak, tetapi sebagian orang memakai kata yatim untuk anak yang bapaknya meninggal dunia.35

Kemudian dipertegaskan lagi oleh Hasan Shadaly bahwa yatim adalah anak yang belum dewasa dan yang tidak berbapak lagi.36

Sedangkan dalam Kamus Bahasa Indonesia, makna yatim adalah anak yang beribu dan tidak berbapak; setengah orang memakai kata yatim untuk anak yang bapaknya meninggal, sedangkan piatu adalah anak yang tidak yatim saja, juga tidak ada yang mmeliharanya.37

Dengan demikian, anak yatim adalah anak yang ditinggal wafat ayahnya sedangkan ia masih belum berada dalam usia balig dan belum dapat mengurus dirinya dengan baik. Dalam ajaran Islam, balig adalah batas usia dari masa kanak-kanak kepada masa dewasa. Untuk dapat mengetahui tanda-tanda balig dan batas umur seorang anak yang disebut yatim adalah sebagai berikut :

a) Telah berumur 15 tahun. b) Telah keluar mani.

32

Ibid., h.72

33

Muhammad bin Abi Bakar bin Abd. Qodir Ar-Razi, Muhtarus Shihab, h.741

34

Luis Al-Ma’luf, Al-Munjid Fill Lughat Wal-A’lam, (Beirut. Libanon: Dar El. Masyrek, 1986), Cet ke-28, h.923

35

Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus B. Indonesia Kontemporer, ( Jakarta: Modern English, 1991), h. 1727

36

Hasan Shadaly, Ensiklopedi Indonesia, (Jakarta: Ikhtisar Baru Van Hoeve, 1984,), Jilid 7, h.3977

37

W.J.S. Poerwadarminta. Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta : PN. Balai Pustaka, 1985), h.1152


(38)

xxxviii c) Telah haid bagi anak perempuan.38

2. Pandangan Islam Terhadap Yatim dan Piatu

Anak yatim adalah anak yang patut diperhatikan dan dikasihihani serta disayangi, terutama mereka yang keluarganya kurang mampu, sebab mereka telah kehilangan kasih sayang dan perhatian dari orang tuanya yang telah meninggal dunia. Selain itu mereka membutuhkan bimbingan dan pengawasan untuk kemajuan bagi masa depannya. Karena kedudukan anak yatim mendapatkan tempat yang sangat istimewa di ajaran Islam, ayat-ayat al-Qur’an maupun hadits-hadits Nabi Muhammad Saw banyak menyinggung dan mencontohkan tentang bagaimana tata cara memperlakukan dan menyantuninya anak yatim. Memperlakukan dan menyantuninya akan mendapatkan pahala yang sangat besar.

Menurut Prof. Dr. Mutawalli As-Sya’rawi dalam bukunya yang berjudul “Dosa-dosa Besar” mengemukakan bahwa anak yatim adalah individu yang kehilangan keluarganya dan oleh karena itu dikatakan sebagai Durratun Yatiimah”, yang artinya seseorang yang sendirian. Dengan demikian, anak yatim merupakan simbol dari kelemahan dalam kehidupan manusia yang perlu mendapatkan pertolongan. Maka dari itu, harus menyayangi mereka, sebagaimana dalam firman Allah Swt dalam surat Al-Maun, ayat 1-4 yang berbunyi :

Artinya :

“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan Agama ? itulah orang-orang yang menghardik anak yatim dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. Maka kecelakaanlah bagi bagi orang-orang yang shalat, yaitu orang-orang yang lalai dari shalatnya”, (Q.S. Al-Ma’un; 1-4).39

38

Sulaiman Rasyid, Fiqih Islam, (Bandung: Sinar Batu Al-gensindo, 1994), Cet. Ke-27, h.316

39


(39)

xxxix

Ayat di atas menjelaskan bahwa setiap

muslim harus memperhatikan dan menyayangi

anak-anak yatim karena mereka merupakan

titipan kepada umat yang harus diberikan

santunan, diurus, dan didik dengan baik,

sehingga mereka dapat merasakan yang sama

sewaktu masih ada orang tuanya.

Sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw

:

(

)

,

Artinya :

“Orang yang paling baik kepada anak yatim laki-laki atau perempuan, maka saya dengan orang itu di kemudian hari didalam surga seperti jari telunjuk dan jari tengah”, (H.R. Hakim dari Anas).40

Dari hadits di atas dapat diambil kesimpulan bahwa agama islam begitu besar perhatiannya terhadap anak-anak yatim, sehingga Nabi Muhammad dengan sendirinya menegaskan bahwa orang yang menyantuni dan melindungi anak-anak yatim maka mereka akan masuk surga bersama beliau, dan kedekatannya bagaikan jari telunjuk dan jari tengah. Artinya tidak akan terpisahkan.

Jadi, demikian sangat besar penghargaan Nabi terhadap mereka (umat) yang menyantuninya.

Akan tetapi sebaliknya, jika ada yang memperlakukan sewenang-wenang, melantarkan, dan memakan harta anak yatim, maka Allah Swt akan memasukan mereka kedalam api neraka.

40

As-Sayyid Ahad Al-Hasyimiy, Terjemah Muhktarul Ahadits, Hikamil Muhammadiyah, (Bandung: Alma’arif, 1996), Cet. ke-6, h.734


(40)

xl

Sebagaimana Firman Allah Swt dalam surat An-Nisaa, ayat 10 yang berbunyi:

Artinya :

“Sesugguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api neraka yang menyala-nyala”.41

Kutipan-kutipan ayat suci al-Qur’an diatas menunjukan betapa besarnya perhatian Allah Swt kepada anak yatim dan tentunya merupakan tuntunan yang harus dipatuhi oleh manusia. Betapapun beratnya menyantuni atau menyayangi anak yatim, tetapi lebih berat lagi bahaya yang ditimbulkan akibat membiarkannya hidup terlantar tanpa ada seorang pun yang memperdulikannya.

Karena menyantuni anak yatim identik dengan membangun masa depan bangsa secara nyata, yaitu dengan menanamkan harapan para anak yatim di masa kini agar dapat menuai masa depan mereka yang lebih cerah. Selain itu, pemerintah harus bertanggung jawab terhadap nasib-nasib mereka karena bagaimanapun pemerintah adalah bagian yang tak dapat dipisahkan dari anggota masyarakat di suatu negara.

Sebagaimana yang tertera dalam UUD 1945 yang berbunyi : “Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara”.42

3. Pembinaan Yatim Dan Piatu Menurut Ajaran Islam

41

Al-Qur’an dan Terjemahannya, Ayat 10, h.116

42


(41)

xli

Adapun beberapa hal yang pokok dalam pembinaan anak yatim piatu, penulis dapat kemukannya sebagai berikut :

a) Menjamin Makan dan Minumnya.

Makan dan minum merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia, tanpa makan dan minum manusia akan lemah baik fisik maupun daya fikirnya, oleh karena itu pahala yang cukup besar bagi orang yang memberi makan dan minum bagi anak yatim.

Sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw yang berbunyi :

, ; , ﻭ ﻡ ; ﻙ ﺩ "

# ( ﺩ $ %$& ' ( ) Artinya:

“Apakah engkau menyukai supaya lunak hatimu dan engkau akan memperoleh keinginanmu kalau begitu, kasihilah anak yatim dan usaplah kepalanya dan berikan makanlah dia dari pada makananmu, nanti hatimu akan lunak (lembut) dan akan engkau capai kehendakmu”, (H.R. Thabrani dari abid Darda). 43

b) Memelihara Hartanya.

Adakalanya anak yatim yang di tinggal (wafat) bapaknya, meninggalkan warisan untuk anak tersebut baik harta itu banyak ataupun sedikit haruslah dijaga dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

c) Memberikan Kasih Sayang.

Sebagaimana kita ketahui anak yatim piatu adalah anak yang kehilangan kasih sayang dari orang tuanya, karena meninggal dunia. Oleh karena itu patutlah kita sayangi mereka seperti anak kandung sendiri, sekaligus sebagai pengganti orang tuanya yang telah tiada.

Hal itu diperlukan agar mereka tidak putus asa dalam menjalani hidupnya, sebagai realisasi atau bukti nyata dalam pemberian kasih sayang, misalnya dengan memberikan santunan baik berupa uang, pakaian, atau makanan pada hari raya besar umat Islam, atau mengajaknya ke tempat rekreasi atau tempat bersejarah untuk menambah wawasan dan pengalamannya.

d) Memberikan Pendidikan.

Selain memberikan kasih sayang dan memberikan nafkah terhadap anak yatim, kita juga wajib memberikan pendidikan yang berorientasi kepada akhlak dan ilmu pengetahuan baik berupa pendidikan formal dan informal, diantaranya mengajarkan tata cara shalat, membaca Al-Qur’an (mengaji) dan sebagainya. Sehingga didalam jiwa mereka tumbuh pribadi-pribadi muslim yang berlandaskan agama Islam.

43

As. Sayyid Al-hasyimiy, Terjemah Mukhtarul Hadits, Hikamil Muhammadiyah, (Bandung: Al-Ma’arif, 1996) Cet-6,.h.734


(42)

xlii BAB III

GAMBARAN UMUM YAYASAN BAITUL MA’MUR

Latar Belakang Berdirinya Yayasan Baitul Ma’mur

Yayasan Baitul Ma’mur berdiri dari cetusan hati seorang manusia muslim, setelah mengalami cobaan Allah SWT dalam melaksanakan usahanya. Orang ini adalah bapak Drs.H. Rusmam Ma’mur yang dalam usahanya sehari-hari sebagai pimpinan swalayan Titop Jakarta.

Usaha ini dirintis dengan mendirikan satu toko swalayan sederhana dengan luas 200 meter, bertempat di Jalan Balai Pustaka. Perjalanan usahanya pada awalnya berkembang dengan baik, namun sesudah 2 tahun berjalan, usaha beliau ini mendapat musibah dengan terbakarnya toko swalayan oleh si jago merah. Pada saat menghadapi bencana yang datang tiba-tiba tersebut, beliau bukan menghadapi kekecewaan dan putus asa dengan berlarut-larut, tanpa di sadari langkah beliau ditujukan ke sebuah masjid dan melakukan mujahadah dengan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah dengan melaksanakan shalat dan berdo’a sehingga beliau menyadari bahwa semua itu merupakan peringatan atau ujian, karena pada pada waktu beliau menjalankan usahanya mungkin beliau lupa akan hak-hak fakir miskin dan anak-anak yatim piatu.

Setelah beliau menyadari musibah tersebut, tidak ada henti-hentinya beliau memanjatkan do’a mungkin di balik ini semua ada hikmah yang begitu besar.


(43)

xliii

Niat yang tulus dari hati beliau untuk memberikan sebagian rizki dalam usahanya kepada fakir miskin dan anak-anak yatim piatu tercapai pula, sehingga dalam jangka waktu singkat do’a beliau di izabah dengan datangnya sodoran bantuan dari berbagai instansi-instansi diantaranya Bank dan Pemda DKI.

Setelah dana mencukupi dicarilah lahan tempat untuk mendirikan yayasan yang di dapat didaerah Bojong Gede Bogor dengan seluas 3 hektar.

Pada awal bulan ramadhan tahun 1995 mulailah kehidupan panti dengan jumlah 5 anak asuh dan 2 orang pengajar dan pada bulan berikutnya dapatlah tambahan anak asuh yang berjumlah 21 dari daerah depok sehingga keseluruhanya berjumlah 26 anak asuh.

Kehidupan panti yang pada awalnya dilindungi perorangan oleh Bapak Drs.H.Rusman Ma’mur pada akhirnya beliau berkeinginan untuk dibentuk suatu badan resmi yang bernama Yayasan Baitul Ma’mur Akte Notaris No.08/03/10/1995 oleh Notaris Ny. Djunawati Soetarmono SH.1. Dengan pendirinya Bapak Drs.H. Rusman Ma’mur.

Adapun Susunan Pengurus Yayasan Baitul Ma’mur periode 2005-2006 adalah sebagai berikut :

1. Penasehat : H. Abdul Karim

2. Pimpinan : Drs. H. Rusman Ma’mur 3. Pengasuh : Dra. Hj. Nurana

4. Sekretaris : Hj. Hamdah Hamidah 5. Bendahara : Drs. Mustofa

1

Hasil Wawancara dengan Pengasuh Yayasan Baitul Ma’mur Ibu Dra. Hj. Nurana : pada tanggal 14 September 2005, pukul 09.00-selesai di sekretariat Yayasan Baitul Ma’mur


(44)

xliv 6. Sie Usaha Dana : Taisyir 7. Sie. Pendidikan : Ust. Lukman 8. Sie. Humas : Kamrizal 9. Olah raga : Jezen Zaelani 10.Ketua DKM : H. Syaifuddin 11.Koor. Majlis Taklim : Hj. Cholilah2

Mereka yang berada dalam susunan pengurus Yayasan tersebut adalah sukarelawan, tanpa mengharapkan suatu imbalan atau santunan semacamnya.

TABEL I

REKAPITULASI DATA TINGKAT PENDIDIKAN ANAK YATIM PIATU YAYASAN BAITUL MA’MUR

TH 2005-2006

TINGKAT

PENDIDIKAN L P JUMLAH

SD/MI 9 5 14

SLTP/MTS 4 7 11

SLTA/MA 3 5 8

JUMLAH 16 17 33

Adapun sumber dana yayasan berasal dari masyarakat luas sebagai donatur tetap atau tidak tetap, dimana donatur tetap adalah mereka yang memberikan santunan secara rutin dalam satu bulan sekali, baik itu diantar langsung ke yayasan atau dijemput oleh pihak yayasan kepada donatur yang bersangkutan. Sedangkan donatur tidak tetap adalah mereka yang kapan saja mereka berniat atau mempunyai rizki yang lebih dan ingin memberikannya ke yayasan, maka pada waktu itu pula sumbangan tersebut menjadi masukan dana yayasan, baik diantarkan sendiri atau dijemput oleh pihak yayasan.

2


(45)

xlv

Untuk kegiatan sehari-hari di yayasan dari mulai mereka bangun pagi dan melaksanakan shalat subuh berjamaah yang diteruskan dengan pengajian rutin pagi, setelah itu setiap anak melakukan aktivitasnya setiap hari dari pagi sampai malam hari.

Kegiatan sehari-hari yatim piatu Yayasan Baitul Ma’mur diantaranya sebagai berikut :

TABEL II

NO

JAM

KEGIATAN

1 04.00-05.30 1. Bangun Tidur

2. Sholat Shubuh berjamaah

3. Mengulang Pelajaran Sekolah ( saat ke masjid buku pelajarannya di bawa)

2 05.30-06.30 1. Membersihkan Kamar 2. Persiapan pergi ke Sekolah 3. Makan pagi (Sarapan) 4. Berangkat ke Sekolah 3 06.30-13.30 1. Di sekolah masing-masing 4 13.30-15.00 1. Makan siang

2. Istirahat

5 15.00-17.30 1. Sholat Ashar berjamaah 2. Olah Raga

3. Kegiatan masing-masing 6 17.30-20.00 1. Persiapan Shalat Magrib 2. Shalat Magrib berjamaah

3. Pengajian, baca Al-Qur’an, Hafalan Surath 4. Sholat Isya berjamaah

7 20.00-21.30 1. Makan malam 2. Belajar bersama 8 21.30-04.00 1. Istirahat (tidur)


(46)

xlvi

2. Shalat Tahajud (bagi yang mau)

Yayasan Baitul Ma’mur mewajibkan sholat wajib secara berjama’ah dan dilakukan di masjid kecuali shalat dzuhur.

Satu waktu shalat wajib ini tidak diwajibkan sholat secara berjama’ah karena waktu pulang sekolah anak asuh tidak bersamaan. Apabila anak asuh tidak melaksanakan sholat berjamaah kecuali sholat dzuhur, anak asuh akan mendapatkan sanksi. 3X tidak melaksanakan sholat berjamaah mendapatkan sanksi berupa menghafal al-Qur’an dan membersihkan masjid.3

Kegiatan tersebut harus mereka laksanakan dengan sungguh-sungguh. Apabila ada anak asuh yang melanggar dari program-program tersebut, maka mereka akan mendapatkan sanksi sesuai dengan jenis pelanggaran yang mereka langgar. Pemberian sanksi tersebut dimaksudkan agar para anak asuh dapat menyadari pentingnya menjalankan peraturan yang telah dibuat oleh pihak pengelola dan pembina Yayasan Baitul Ma’mur dan agar mereka selalu disiplin.

Visi, Misi dan Tujuan Yayasan Baitul Ma’mur

1. Visi

♦ Terwujudnya anak asuh yatim piatu yang kreatif, bermotivasi, berakhlak, disiplin, terampil, serta dapat melanjutkan jenjang yang lebih tinggi.

2. Misi

♦ Menanamkan nilai-nilai keimanan.

3

Ust. Lukman, Staf Pengajar / Pembimbing Yayasan Baitul Ma’mur, Wawancara Pribadi, Bojong gede, 15 September 2005


(47)

xlvii

♦ Membangun semangat disiplin, terampil serta mandiri.

♦ Menyiapkan anak asuh yatim piatu agar dapat menciptakan lapangan kerja sendiri.

3. Tujuan

♦ Membantu pemerintah dalam mengembangkan dan meningkatkan mutu pendidikan serta memperluas kesempatan kepada anak usia sekolah untuk dapat sekolah.

Kondisi Fisik Yayasan

Luas tanah lingkungan Yayasan Baitul Ma’mur Luas 3 hektar, dengan perincian gedung bangunan sebagai berikut :

♦ Gedung Asrama Yatim piatu Putra Yayasan Baitul Ma’mur Luas : 7 X 21 M2.

♦ Gedung Asrama Yatim piatu Putri Yayasan Baitul Ma’mur Luas : 16 X 18 M2.

Kapasitas 30 sampai 50 orang anak asuh yang mukim putra dan putri ♦ Gedung Masjid Jami Baitul Ma’mur (sarana umum)

Luas : 15 X 24 M2.4

Selanjutnya sisa dari luas tanah di gunakan sebagian lapangan sepak bola, bulu tangkis, dan lahan pertanian.

Secara garis besarnya kondisi fisik Yayasan baitul Ma’mur masih layak, baik dari sekretariatnya maupun gedung asrama dan masjid. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari Tabel berikut :

4


(48)

xlviii

TABEL III

KONDISI FISIK YAYASAN BAITUL MA’MUR

KONDISI

NO

FASILITAS

BAIK

KURANG BAIK BURUK

1

Sekretariat

X 2 Asrama Putra dan Putri X 3

Masjid

X 4

Musholla

X 5 Lapangan Sepak Bola X

6 Lapangan Badminton X

7 Ruang Belajar X

8 Tempat Wudhu X

9

Gudang Konsumsi

X

10 Dapur Umum X

Letak Geografis

Yayasan Panti Asuhan Baitul Ma’mur terletak di Jl. Raya Bojong gede – Bogor, dekat antara Stasiun Kereta Api Bojong Gede dengan Stasiun Kereta Api Cilebut. Tepatnya di Kp. Gelonggong RT.02/05 No.07 Desa Waringin Jaya Kec. Bojong gede Kab. Bogor.


(49)

xlix

BAB IV

TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS DATA

DI YAYASAN BAITUL MA’MUR

A. Pelaksanaan

Bimbingan

Agama

Dalam

Pembentukan Kepribadian Muslim Pada Anak Yatim

Piatu

Secara umum pelaksanaan bimbingan agama di yayasan Baitul Ma’mur ini sudah diprogramkan, yaitu setiap anak di panti harus mengikuti pelajaran tambahan, di samping sistem pembelajaran yang wajib yaitu di sekolahnya masing-masing. Termasuk pelajaran agama, yang secara inklusif.

Para pembimbing yang aktif dalam memberikan pembelajaran terhadap anak yatim piatu terdiri dari dua pembimbing yaitu; Dra.Hj.Nurana (pengasuh yayasan) yang merupakan lulusan dari STAI al-Ridwan, dan Ust.Lukman, lulusan dari ponpes Ulumudin Padang.

Tujuan bimbingan agama yang dilaksanakan di yayasan baitul Ma’mur agar membantu individu mewujudkan dirinya sebagai manusia seutuhnya untuk mencapai kehidupan di dunia dan di akhirat. Dan menjadi individu yang memiliki kepribadian muslim sejati.

Materi yang diberikan dalam seminggu 6 kali pertemuan yang dilaksanakan setelah ba’dha magrib.


(50)

l

Selanjutnya pengjian khusus, dilaksanakan pada malam jum’at yang didalamnya dibahas mengenai Akidah dan Akhlak.

Adapun buku pedoman yang digunakan dalam pelaksanaan bimbingan agama yang berhubungan dengan pembentukan kepribadian muslim adalah :

“akhlaqul Lil baniin, Riyadus Sholihin, dan buku kisah-kisah para Nabi dan sahabat”.

B. Metode Bimbingan Agama Dalam Pembentukan kepribadian Muslim Bagi Anak Yatim Piatu

Dalam melaksanakan bimbingan agama di Yayasan baitul Ma’mur memnggunakan metode sebagai berikut :

1. Metode Direktif ( cara mengarahkan )

a. Individual, yaitu jika ada anak asuh yang menghadapi masalah anak asuh datang datang kepada ustadz atau pengasuh yayasan hanya memeberikan alternatif-alternatif pemecahan masalah tersebut dan anak asuhlah yang dapat mengambil keputsan dari alternatif-alternatif yang telah diberikan oleh ustadz atau pengasuh yayasan.

b. Kelompok, para anak asuh mendapatkan bimbingan agama melalui ceramah, diskusi, tanya jawab.

2. Metode Non direktif (cara tidak mengarahkan), pada metode ini pembimbing memeberikan seluas-luasnya kepada anak asuh untuk bercerita


(51)

li

mengungkapkan rahasia pribadinya. Pada akhirnya pembimbing memberikan petunjuk-petunjuk tentang usaha yang akan dilakukan oleh anak asuh.

C. Metode Pelaksanaan Bimbingan Agama Dalam Membentuk Kepribadian Muslim Bagi Anak Yatim Piatu

Pelaksanaan bimbingan agama dalam pembentukan kepribadian muslim anak yatim piatu adalah sebagai berikut :

1. Pembentukan kepribadian muslim yang dilakukan dengan adanya pembiasaan, anak asuh harus menerapkan apa yang telah didapatkan dibangku formal dengan cara mengikuti program-program yang dijadwalkan oleh lembaga sekolahnya masing-masing dan mengikuti pelajaran tambahan “Plus” yang dijadwalkan oleh pengelola dan pembina yayasan. Tujuan dari metode ini untuk mencetak anak asuh yatim yang berkepribadian muslim (Akhlakul karimah).

2.Pembentukan kepribadian muslim diberikan secara formal, yaitu dengan cara memberikan pelajaran kepada anak asuh tentang penanaman nilai-nilai keislaman diantaranya yaitu mengkaji kitab-kitab yang berhubungan dengan keagamaan, selain mengkaji kitab-kitab keagamaan para anak asuh mendapatkan pelajaran umum yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan di sekolahnya, hal ini dimaksudkan agar dapat meningkatkan kreativitas anak asuh dalam pendidikan agama maupun umum, agar lebih percaya diri dalam mengamalkan ilmu pengetahuan duniawi dan ukhrawi.5

5

Ust. Lukman H, Staf Pengajar/ Pembimbing Yayasan Baitul Ma’mur, Wawancara Pribadi, Bojong Gede, 15 Agustus 2005


(52)

lii C. Analisis Penelitian

1. Upaya Yayasan Baitul Ma’mur Dalam Pembentukan Kepribadian Muslim pada

Anak Yatim Piatu

Kegiatan Bimbingan Agama dalam Pembentukan Kepribadian Muslim pada Anak Yatim Piatu di Yayasan Baitul Ma’mur sangat bervarian bentuknya, masalah-masalah ibadah sampai penerapan akhlak dalam kehidupan sehari-hari, serta peningkatan sosialisasi kepada lingkungan luar panti/asrama, hal tersebut yang penulis jadikan penelitian utama dan dituangkan dalam sebuah tabel sesuai dengan angket yang telah dibagikan kepada responden, yaitu :

a. Bimbingan Ibadah :

TABEL V Pelatihan Ibadah

NO KATEGORI JAWABAN F P

1 Selalu 21 64%

2 Kadang-kadang 12 36%

3 Tidak pernah diadakan - -

Jumlah 33 100%

Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa 64% dari responden menyatakan bahwa pihak yayasan selalu mengadakan pelatihan ibadah, 36% menyatakan kadang-kadang dan tidak ada yang menyatakan tidak pernah diadakan. Hal ini menjelaskan bahwa yayasan ini sering mengadakan pelatihan ibadah yang juga akan berimplikasi pada pembentukan kepribadian muslim anak yatim piatu tersebut.

TABEL VI


(53)

liii

NO KATEGORI JAWABAN F P

1 Selalu 19 58%

2 Kadang-kadang 14 42%

3 Tidak pernah - -

Jumlah 33 100%

Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa 58% dari responden menyatakan bahwa pihak yayasan selalu mengadakan sholat berjamaah, 42% menyatakan kadang-kadang dan tidak ada yang menyatakan tidak pernah. Hal ini menjelaskan bahwa yayasan ini selalu mengadakan sholat berjamaah yang juga akan berimplikasi pada pembentukan kepribadian muslim anak yatim piatu tersebut.

TABEL X

Keinginan untuk meninggalkan shalat

NO KATEGORI JAWABAN F P

1 Selalu ada 1 3%

2 Kadang-kadang 7 21%

3 Tidak pernah ada 25 76%

Jumlah 33 100%

Dari tabel diatas bahwa 3% anak panti menyatakan keinginan untuk meninggalkan sholat wajib, yang menyatakan kadang-kadang sebanyak 21% sisanya mereka yang tidak pernah mempunyai keinginan untuk meninggalkan sholat wajib sebanyak 76% hal ini menunjukkan bahwa dampak dari pelatihan ibadah yang dilakukan oleh pengurus/pihak yayasan dapat berpengaruh pada anak-anak panti.

b. Akhlak (sikap)

TABEL XI

Memberikan salam kepada setiap orang yang dikenal


(54)

liv

1 Selalu 11 33%

2 Kadang-kadang 19 58%

3 Tidang pernah 3 9%

Jumlah 33 100%

Tabel di atas menunjukkan 33% anak panti selalu memberikan salam kepada orang yang di kenal, yang menyatakan kadang-kadang adalah 58% hal ini menjelaskan bahwa mereka kadang-kadang memberikan salam kepada orang yang di kenal dan kadang-kadang tidak melakukannya, oleh karena itu mereka harus membiasakan diri untuk memberikan salam kepada orang yang dikenal terlebih dahulu. Dan sisanya 9% mereka tidak pernah memberikan salam kepada setiap orang yang dikenalnya.

TABEL XII

Menjawab salam dari orang lain

NO KATEGORI JAWABAN F P

1 Selalu 27 82%

2 Kadang-kadang 6 18%

3 Tidak pernah - -

Jumlah 33 100%

Tabel di atas menjelaskan bahwa sebesar 82% selalu menjawab salam dari orang lain, menunjukkan sikap sopan santun anak panti kepada orang yang memeberikan salam kepada mereka dengan menjawab salam tersebut, tetapi masih ada 18% mereka kadang-kadang menjawab atau tidak menjawab salam dari orang lain. Dan tidak ada yang menyatakan tidak pernah menjawab salam dari orang lain.

TABEL XIII


(55)

lv

NO KATEGORI JAWABAN F P

1 Selalu 13 39%

2 Kadang-kadang 20 61%

3 Tidak pernah - -

Jumlah 33 100%

Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa sebesar 39% menyatakan selalu berbicara dengan kata-kata yang baik, dan 61% menyatakan kadang-kadang berbicara dengan kata-kata yang baik, hal ini menunjukkan bahwa mereka perlu membiasakan diri untuk selalu berbicara dengan kata-kata yang baik dan sopan kepada siapa saja, karena itu dapat mencerminkan kepribadian seseorang. Dan tidak ada yang menyatakan tidak pernah berbicara dengan menggunakan kata-kata yang baik.

TABEL XIV

Sikap terhadap nasehat atau bimbingan

NO KATEGORI JAWABAN F P

1 Selalu menolak 3 9%

2 Kadang-kadang menolak 12 36%

3 Tidak pernah menolak 18 55%

Jumlah 33 100%

Tabel di atas dapat dilihat bahwa 9% menyatakan sikap selalu menolak nasehat atau bimbingan yang diberikan oleh pengurus/pihak yayasan, yang kemungkinan disebabkan karena kurangnya pengawasan terhadap mereka (anak panti), dan 36% menyatakan kadang menerima dan kadang menolak terhadap nasehat atau bimbingan tersebut, sisanya 55% mereka tidak pernah menolak terhadap semua nasehat yang diberikan, karena hal tersebut untuk kebaikan mereka sendiri.


(56)

lvi TABEL XV

Sikap terhadap Peraturan Yayasan

NO KATEGORI JAWABAN F P

1 Selalu mematuhi 28 85%

2 Kadang-kadang mematuhi 5 15%

3 Tidak pernah mematuhi - -

Jumlah 33 100%

Tabel di atas menyatakan bahwa 85% anak panti selalu mematuhi peraturan yang ada di yayasan, hal ini menunjukan kepatuhan mereka terhadap tata tertib yang berlaku di yayasan, dan sisanya 15% mereka menyatakan kadang-kadang mematuhi peraturan yang ada di yayasan. Dan tidak ada yang menyatakan tidak pernah mematuhi peraturan yang ada di yayasan.

TABEL XVI

Melaksanakan sholat lima waktu setiap hari berjama’ah

NO KATEGORI JAWABAN F P

1 Selalu 8 24%

2 Kadang-kadang 24 73%

3 Tidak pernah 1 3%

Jumlah 33 100%

Tabel di atas menjelaskan bahwa dalam sholat lima waktu setiap hari berjamaah sebanyak 24% anak panti selalu melaksanakannya, 73% menyatakan kadang-kadang melaksanakannya, yang kemungkinan dikarenakan aktifitas setiap anak yang berbeda-beda, yang menyebabkan kegiatan sholat berjamaah di panti dilakukan pada sholat wajib tertentu saja. Dan 3% menyatakan tidak pernah melaksanakan sholat lima waktu setiap hari berjamaah dan lebih cenderung melaksanakan sholat sendiri.


(57)

lvii TABEL XVII Membaca Al-Qur’an

NO KATEGORI JAWABAN F P

1 Selalu 26 79%

2 Kadang-kadang 7 21%

3 Tidak pernah - -

Jumlah 33 100%

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebesar 79% anak panti selalu membaca al-Qur’an setiap hari, 21% menyatakan kadang-kadang melakukannya dan sisanya tidak ada. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian kecil anak panti ada yang tidak membaca al-Qur’an setiap harinya, dan yang mereka lakukan hanya pada waktu tertentu saja.

TABEL XVIII

Sikap terhadap kesalahan orang lain

NO KATEGORI JAWABAN F P

1 Selalu memaafkan 27 82%

2 Kadang-kadang memaafkan 5 15%

3 Tidak pernah memaafkan 1 3%

Jumlah 33 100%

Tabel di atas menjelaskan bahwa 82% anak panti menyatakan selalu memaafkan kesalahan orang lain, karena hal tersebut menunjukan kepribadian yang baik seseorang, dan 15% menyatakan kadang-kadang memafkan kesalahan orang lain, sisanya 3% tidak pernah memaafkan kesalahan orang lain.

TABEL XIX

Cara bergaul dengan orang lain

NO KATEGORI JAWABAN F P

1 Selalu memilih-milih 2 6%

2 Kadang-kadang memilih 2 6%


(58)

lviii

Jumlah 33 100%

Tabel di atas menjelaskan bahwa 6% anak

panti selalu memilih-milih teman bergaul,

prosentase yang sama anak panti

kadang-kadang memilih-milih teman dalam bergaul,

sisanya 88% tidak pernah memilih-milih teman

dalam bergaul. Hal ini menunjukkan bahwa

mereka bergaul dengan siapa saja tetapi harus

tetap menjaga sikap dan tingkah laku yang

baik dan terpuji.


(1)

Jumlah 33 100%

Tabel di atas menjelaskan bahwa 6% anak

panti selalu memilih-milih teman bergaul,

prosentase yang sama anak panti

kadang-kadang memilih-milih teman dalam bergaul,

sisanya 88% tidak pernah memilih-milih teman

dalam bergaul. Hal ini menunjukkan bahwa

mereka bergaul dengan siapa saja tetapi harus

tetap menjaga sikap dan tingkah laku yang

baik dan terpuji.


(2)

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil penulis dan juga sebagai jawaban dari perumusan masalah skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Adapun pelaksanaan kegiatan bimbingan agama dalam pembentukan kepribadian muslim pada anak yatim piatu di Yayasan Baitul Ma’mur diantaranya adalah sering diadakannya pelatihan ibadah, selalu melaksanakan sholat berjamaah, dan pihak yayasan juga selalu memberikan bimbingan untuk selalu bertingkah laku baik. Dimana semuanya itu adalah kegiatan yayasan mudah-mudahan akan tercipta pembentukan kepribadian muslim anak yatim piatu.

Bahwasanya bimbingan agama dalam pembentukan kepribadian muslim anak yatim piatu di yayasan Baitul ma’mur sangat berperan, dilihat dari pembimbing atau ustadz yang berada di yayasan, yang telah memberikan bimbingan terhadap anak-anak panti yang disampaikan dengan metode ceramah yang berkenaan dengan bertingkah laku baik atau terpuji yang sesuai dengan kepribadian muslim.

2. Metode yang digunakan pada Yayasan Baitul Ma’mur terhadap anak yatim dan piatu, seperti ceramah, tanya jawab dan diskusi. Melalui mengkaji kitab-kitab kuning dan buku-buku cerita para sahabat Nabi serta hapalan surath atau ayat pendek, latihan praktik ibadah ahalat.

3. Hambatan atau kendala yang dihadapi yayasan Baitul Ma’mur pada pelaksanaan bimbingan agama dalam pembentukan kepribadian muslim anak


(3)

yatim piatu ini diantaranya adalah kurangnya seorang pembimbing yang memantau terus kegiatan dan prilaku anak-anak sehari-hari, selain itu juga tidak adanya sarana lembaga sekolah yang mandiri (milik Yayasan), sehingga anak-anak panti tidak usah mengikuti pendidikan formal di luar.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian diatas, ada beberapa hal yang penulis sarankan yaitu:

1. Untuk Yayasan Baitul Ma’mur, harus meningkatkan kwalitasnya, baik dari segi pembangunnya, pelayanan terhadap masyarakat ataupun SDM (Sumber Daya Manusia) baik anak-anak panti ataupun lapisan pengurusnya. Misalnya tidak hanya mengadakan pengajian di dalam panti saja, akan tetapi mulai di rencanakan kunjungan ke yayasan atau panti asuhan lain, yang di jadikan sebagai ajang untuk studi banding dalam rangka meningkatkan kwalitas yayasan masing-masing, sekaligus menjalin tali silaturahim yang lebih luas lagi. Kemudian lebih merealisasikan program kerja yang telah di sepakati bersama antar pengurus dan tidak hanya tertulis diatas kertas saja, akan tetapi dapat dilaksanakan demi peningkatkan kesejahteraan bersama.

2. Kepada seluruh pengurus Yayasan Baitul Ma’mur, harus lebih memeberikan perhatian, mencurahkan kasih sayangnya dan lebih mendekatkan diri kepada anak-anak panti, agar anak-anak yang tinggal di panti lebih merasakan keberadaan pengurus dilingkungannya, yang dalam kenyataannya pengurus ini sangat berperan sebagai pengganti orang tua


(4)

bagi mereka (anak-anak panti) karena sebagian dari pengurus lebih cenderung sibuk dan memusatkan perhatiannya kepada pekerjaannya terhadap aktifitasnya masing-masing, walaupun seluruh pengurus tidak mendapatkan tunjangan dari yayasan.

3. Hendaknya Yayasan baitul ma’mur lebih melibatkan para pemuda-pemuda di sekitar lingkungan panti dalam mengurusi dan menjaga yayasan ini. 4. Hendaknya Yayasan baitul ma’mur sekiranya dapat membangun sebuah

perpustakaan untuk anak-anak panti agar dapat menambah wawasan dan memancing minat membaca kepada anak asuh.

5. Untuk anak-anak panti (yatim piatu), senantiasa harus lebih meningkatkan prestasi belajar di sekolahnya masing-masing, karena dengan begitu nama baik dan citra Yayasan Baitul ma’mur akan harum dimata mereka (masyarakat), dan lebih memupuk kepercayaan masyarakat terhadap yayasan. Selain itu juga setiap anak harus selalu menjaga sikap, tingkah laku dan tutur kata dalam bergaul di mana saja berada baik dilingkungan yayasan ataupun dilingkungan masyarakat, sehingga akan tercipta pandangan masyarakat terhadap anak-anak panti khususnya dan yayasan Baitul Ma’mur pada umumnya akan tetap baik dan terjaga.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an Dan Terjemah

Arifin H. M, Filsafat Pendidikan Islam,(Jakarta: Bina Aksara, 1987), Cet. ke-1 __________, Ilmu Pendidikan Islam Suatu Tinjauan Teoristis dan Praktis

Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, (Jakarta : Bumi Aksara, 1996), Cet. ke-4

__________, Pokok-Pokok tentang Bimbingan Penyuluh Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), h. 25

__________, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan Agama, (Jakart : Golden Terayon Press), h. 1

Marimba, ahmad D, Drs., Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al-Ma’arif, 1986), Cet. ke-6

Walgito, Bimo, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Yogjakarta: Andi Offset, 1993), h.4

Umary, Barmawy, Materi Akhlak, (Solo: 1 Ramadhan, 1991), Cet. ke-10

Gunarsa, Singgih D., Dr., Psikologi Untuk Membimbing, (Jakarta: Gunung Mulia, 1998), Cet. ke-4

Sadali, A, et, al., Islam Untuk Disiplin Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Bulan Bintang, 1987), Cet. ke-1

Daradjat, Zakiah, Prof., Dr., Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, (Jakarta: PT. Gunung Agung, 1996), Cet. ke-15

_____________________, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), Cet. ke-15

_____________________, Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental, (Jakarta: Bulan Bintang, 1982), Cet. ke-3

Faqih, Aunur Rahim, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogjakarta: UII Press, 2001), Cet. ke-2

Poerwadarminta, W.J.S., Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai pustaka, 1989), Cet. ke-11

Sujanto, Agus, et, al., Psikologi Kepribadian, (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), Cet. ke-8


(6)

Winkel, W.S, FKIP, IKIP, Senata Darma, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Jakarta: P.T Gramedia, 1998), h.18

Jumhur, Bimbingan di Sekolah Menengah, (Jakarta: 1987), h.25

Shadaly, Hasan, Ensiklopedi Indonesia, (Jakarta: Ikhtisar Baru Van Hoeve, 1984), Jilid 7

Al-Ma’luf, Luis, Al-Munjid Fill Lughat Wal-a’lam, (Beirut. Libanon :Dar El. Masyrek, 1986), Cet. ke-28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi, (Jakarta, 2002), Cet. ke-2

Arikunto, Suharsimi, Prof., Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), Cet. ke-12

Sudjono, Anas, Drs., Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: P.T Raja Grafindo Persada, 1999), h.40

Jalaluddin, Dr., Keluarga Muslim Dalam masyarakat Modern, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993), Cet. ke1

Yusuf LN, Syamsu, H., Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), Cet. ke1

Yenny Salim, Peter, Kamus Bahasa Indonesia kontemporer, (Jakarta: Modern English,1991), h,1727.