Perubahan-Perubahan yang Terjadi Akibat Proses Penuaan

2.2 Gangguan Pendengaran

2.2.1 Defenisi Gangguan Pendengaran

Gangguan pendengaran pada lansia adalah gangguan yang terjadi secara perlahan-lahan akibat proses penuaan yang dikenal dengan istilah presbikusis. Presbikusis merupakan akibat dari proses degeneratif pada satu atau beberapa bagian koklea striae vaskularis, sel rambut, dan membran basilaris maupun serabut saraf auditori, presbikusis ini juga merupakan hasil interaksi antara faktor genetik individu dengan faktor eksternal, seperti pajanan suara berisik terus- menerus, obat ototoksik, dan penyakit sistemik Maryam,et al 2008.

2.2.2 Anatomi Telinga dan Perubahannya

Telinga sebagai organ pendengaran dan ekuilibrum terbagi dalam tiga bagian yaitu telinga luar, tengah, dan dalam. Telinga berisi reseptor-reseptor yang menghantarkan gelombang suara ke dalam impuls-impuls saraf dan reseptor yang berespon pada gerakan kepala. Perubahan pada telinga luar sehubungan dengan proses penuaan adalah kulit telinga berkurang elastisitasnya. Daerah lobus yang tidak disokong oleh kartilago mengalami pengeriputan, saluran auditorius menjadi dangkal akibat lipatan ke dalam. Perubahan atrofi telinga tengah, khususnya membran timpani karena proses penuaan tidak mempunyai pengaruh jelas pada pendengaran. Perubahan yang tampak pada telinga dalam adalah koklea yang berisi organ corti sebagai unit fungsional pendengaran mengalami penurunan sehingga mengakibatkan presbikusis Maryam,et al 2008.

2.2.3 Jenis-jenis Gangguan Pendengaran pada Lansia

Presbikusis juga dikenal sebagai kehilangan pendengaran neurosensori yang ditandai dengan disfungsi unsur sensorik telinga simetris sel-sel rambut atau struktur telinga serat saraf koklear. Lebih kurang 40 dari populasi lansia mengalami gangguan pendengaran presbikusis, biasanya lebih berat pada pria Maryam,et al 2008. Gangguan pendengaran pada lansia dapat terjadi berupa penurunan pendengaran hingga tuli tuli lansia. Bentuk ketulian yang selama ini dikenal adalah : 1. Tuli sensori, yaitu tuli yang terjadi akibat kerusakan sistem saraf dimana kehilangan pendengaran sehubungan dengan kerusakan organ akhir untuk pendengaran dan atau nervus kranialis VIII kerusakan kokhlea saraf vestibulokokhlear. 2. Tuli konduktif, yaitu tuli yang terjadi akibat gangguan hantaran suara: telinga luar, telinga tengah, dimana kehilangan pendengaran sehubungan dengan transmisi bunyi yang efektif ke telinga dalam terputus oleh sumbatan atau proses penyakit impaksi serumen, otitis media, otosklerosis pembentukan tulang baru . Pada klien lansia dengan gangguan pendengaran, media komunikasi yang paling sering digunakan adalah media visual. Klien lansia menangkap pesan bukan dari suara yang dikeluarkan perawatorang lain, tetapi dengan mempelajari gerak bibir lawan bicaranya. Kondisi visual menjadi sangat penting bagi klien lansia ini sehingga dalam melakukan komunikasi, upayakan agar sikap dan gerakan perawat dapat ditangkap oleh indera visualnya Nugroho, 2010.

2.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendengaran

Penyebab pastinya belum diketahui, tetapi insiden kehilangan pendengaran sensorineural meningkat seiring pertambahan usia. Faktor yang mempengaruhi pendengaran adalah terpajan suara bising, diet tinggi kolesterol, hipertensi, faktor-faktor metabolik, dan hereditas. Tanda dan gejala adalah sulit memahami orang yang berbicara dengan suara bernada tinggi, sulit mendengar di percakapan kelompok dan tempat yang banyak suara latar yang bising, sulit membedakan bunyi “s” dan “th. Presbikusis ditambah dengan situasi ketika percakapan yang berlangsung kurang mendukung dapat menyebabkan lansia mengalami gangguan komunikasi Fatimah, 2010.

Dokumen yang terkait

Gambaran Aktivitas Hidup Sehari-hari dan Gangguan Pendengaran pada Lansia di UPT. Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan

9 80 88

Gambaran Aktivitas Hidup Sehari-hari dan Gangguan Penglihatan Pada Lansia di UPT Pelayanan Sosial Lansia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan

6 43 83

Gambaran Tingkat Demensia Dan Aktivitas Sehari-Hari Pada Lansia Di Desa Batukarang Kec Payung Kab Karo

9 77 92

Gambaran Aktivitas Hidup Sehari-hari dan Gangguan Pendengaran pada Lansia di UPT. Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan

0 2 25

2.1.2 Batasan Umur Lanjut Usia - Gambaran Aktivitas Hidup Sehari-hari dan Gangguan Pendengaran pada Lansia di UPT. Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan

0 0 22

Gambaran Aktivitas Hidup Sehari-hari dan Gangguan Penglihatan Pada Lansia di UPT Pelayanan Sosial Lansia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan

0 0 17

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lansia - Gambaran Aktivitas Hidup Sehari-hari dan Gangguan Penglihatan Pada Lansia di UPT Pelayanan Sosial Lansia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan

0 0 25

GAMBARAN AKTIVITAS HIDUP SEHARI-HARI DAN GANGGUAN PENGLIHATAN PADA LANSIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANSIA DAN ANAK BALITA WILAYAH BINJAI DAN MEDAN

0 0 10

GAMBARAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PEMENUHAN AKTIVITAS SEHARI HARI LANSIA DI DESA TONGKO KECAMATAN BAROKO KABUPATEN ENREKANG

0 0 101

HUBUNGAN GANGGUAN PENGLIHATAN DENGAN KEMANDIRIAN DALAM AKTIVITAS SEHARI-HARI PADA LANSIA DI DESA KARANGPUCUNG KABUPATEN PURBALINGGA

0 0 15