Perbaikan Rancangan Alat Laryngoscope dengan Metode Kansei Engineering, Quality Function Deployment (QFD), dan Value Engineering di RSU Dr. Pirngadi Medan

(1)

Perbaikan Rancangan Alat Laryngoscope dengan

Metode Kansei Engineering, Quality

Function Deployment (QFD), dan

Value Engineering di RSU

Dr. Pirngadi Medan

TUGAS SARJANA

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh

JANSEN DAVIDSON SETIADI NIM : 090403084

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

(3)

(4)

telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas sarjana ini.

Tugas sarjana ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana teknik di Departemen Teknik Industri, khususnya program studi Reguler Strata Satu, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Judul untuk tugas

sarjana ini adalah “Perbaikan Rancangan Alat Laryngoscope dengan Metode

Kansei Engineering, Quality Function Deployment (QFD), dan Value Engineering

di RSU Dr. Pirngadi Medan”.

Sebagai manusia yang tidak luput dari kesalahan, maka penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan tugas sarjana ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan masukan yang sifatnya membangun demi kesempurnaan laporan tugas sarjana ini. Semoga tugas sarjana ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri, perpustakaan Universitas Sumatera Utara, dan pembaca lainnya.

Medan, Oktober 2014 Penulis,


(5)

CAPAN TERIMAKASIH

Dalam penulisan Tugas Sarjana ini penulis telah mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, baik berupa materil, spiritual, informasi maupun administrasi. Oleh karena itu sudah selayaknya penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Ir. Khawarita Siregar, MT selaku Ketua Departemen Teknik Industri

Universitas Sumatera Utara, yang telah memberi izin pelaksanaan Tugas Sarjana.

2. Bapak Ir. Ukurta Tarigan, MT selaku Sekretaris Departemen Teknik Industri

Universitas Sumatera Utara, yang telah memberi izin pelaksanaan Tugas Sarjana.

3. Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT selaku Dosen Pembimbing I dan atas waktu,

bimbingan, pengarahan, dan masukan yang diberikan kepada penulis dalam penyelesaian Tugas Sarjana.

4. Ibu Khalida Syahputri, ST. MT selaku Dosen Pembimbing II atas waktu,

bimbingan, pengarahan, dan masukan yang diberikan kepada penulis dalam penyelesaian Tugas Sarjana.

5. Bapak Rahmad Setiawan selaku Manager PT. Prapancaraya yang telah

mengizinkan serta membantu penulis melakukan penelitian

6. Ibu Dr. Seri Ulina, Sp.THT selaku pembimbing lapangan yang telah


(6)

8. Orang tua saya Ir. Jimmy L.W. Silalahi, MM dan Dr. Melina Rugun Simanjuntak, serta saya kakak T.Melisa, SKG dan adik saya Jericho Medion yang tiada hentinya mendukung penulis baik secara moril, doa, maupun materil sehingga tugas akhir ini dapat diselesaikan.

9. Teman seperjuangan Arsyad, William, Ade, Lusi, Selvi, Yuni, Theresia, Andi

dan yang lainnya atas dukungan dan kerjasama yang baik atas bantuan dan masukan serta motivasi yang diberikan kepada penulis.

10.Semua teman angkatan 2009, yaitu Daniel Angkat, Ari Rahmadiansyah, Azhar

Mufawwad, Enrico Waldo, Rodearto Prayuda, Yoga Prayuda, Muhammad Wildan, Naqasyah, Johan Liman, Mandala, Dayan Rahmanto, May Sarah dll di Departemen Teknik Industri USU yang telah memberikan banyak masukan kepada penulis.

11. Seluruh pihak yang tidak dapat dituliskan satu per satu, namun telah


(7)

DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

SERTIFIKAT EVALUASI TUGAS SARJANA ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xix

ABSTRAK ... xxi

I PENDAHULUAN ... I-1

1.1 Latar Belakang ... I-1 1.2 Rumusan Masalah ... I-4 1.3 Tujuan dan Manfaat ... I-4 1.4 Batasan dan Asumsi Penelitian ... I-6 1.5 Sistematika Penulisan Tugas Akhir ... I-7

II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... II-1

2.1 Sejarah Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan ... II-1 2.2 Moto, Visi dan Misi RSUD Dr. Pirngadi Medan ... II-3


(8)

2.2.1 Motto ... II-3 2.2.2 Visi dan Misi ... II-4 2.3 Struktur Organisasi ... II-4

III LANDASAN TEORI ... III-1

3.1 Product Design ... III-1 3.2 Kansei Engineering ... III-2 3.2.1 Langkah-langkah Kansei Engineering ... III-3 3.3 QFD (Quality Function Deployment) ... III-8 3.4 Value Engineering ... III-16 3.5 Teknik Sampling ... III-18 3.5.1 ProbabilitySampling ... III-19 3.5.1 Non-ProbabilitySampling ... III-21 3.6 Validitas Data ... III-23 3.6 Reabilitas Data ... III-24

IV METODOLOGI PENELITIAN ... IV-1

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... IV-1 4.2 Jenis Penelitian ... IV-1


(9)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

4.4 Objek Penelitian ... IV-3 4.5 Variabel Penelitian ... IV-3 4.6 Kerangka Konseptual Penelitian ... IV-5 4.7 Pengumpulan Data ... IV-5 4.7.1 Sumber Data ... IV-5 4.7.2 Metode Pengumpulan Data ... IV-6 4.7.3 Instrumen Penelitian ... IV-7 4.7.4 Populasi dan Sampel Penelitian ... IV-9 4.8 Pengolahan Data ... IV-10 4.9 Analisis Pemecahan Masalah ... IV-17 4.7 Kesimpulan dan Saran ... IV-17

V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... V-1

5.1 Pengumpulan Data ... V-1 5.1.1 Kuesioner Kansei ... V-1 5.2 Pengolahan Data ... V-21 5.2.1 Kansei Engineering ... V-21 5.2.1.1 Penetapan Tujuan ... V-21


(10)

5.2.1.1 Pengumpulan Kata Kansei ... V-22 5.2.1.3 Penetapan Skala Sematic Differential dari

Kata Kansei ... V-24 5.2.1.4 Pengumpulan Produk Sampel ... V-25 5.2.1.5 Pengurutan Item dan Kategori ... V-26 5.2.1.6 Evaluasi Eksperimen ... V-27 5.2.1.7 Analisis Statistik ... V-27 5.2.1.8 Interpretasi dari Data yang Dianalisis ... V-32 5.2.2 Uji Validitas dan Reabilitas ... V-34 5.2.2.1. Uji Validitas Data ... V-34 5.2.2.2 Uji Reabilitas Data ... V-40 5.3 Membangun Matriks Quality Function Deployment (QFD) Fase I ... V-42 5.3.1 Idetifikasi Kebutuhan Konsumen ... V-42 5.3.2 Menyusun Matriks Perencanaan ... V-42 5.3.3 Menentukan Karakteristik Teknik Terhadap Kebutuhan

Konsumen ... V-48 5.3.4 Menetapkan Hubungan Antara Karakteristik Teknis ... V-50 5.3.5 Menetapkan Tingkat Hubungan Antara Karakteristik


(11)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

5.3.6 Membangun Matriks House of Quality Alat

Laryngoscope ... V-52

5.4 Membangun Quality Function Deployment (QFD)

Fase II ... V-56 5.4.1 Menetapkan Karakteristik Teknik Prioritas

Berdasarkan QFD Fase I ... V-56 5.4.2 Menetapkan Part Kritis ... V-56 5.4.3 Menetapkan Hubungan antara Part Ktitis ... V-57 5.4.4 Menetapkan Hubungan antara Karakteristik

Teknis dengan Part Kritis ... V-58

5.4.5 Membangun Matriks House of Quality (HOQ)

Alat Laryngoscope ... V-59 5.4.6 Menentukan Peningkatan Mutu Alat Laryngoscope ... V-63

5.5 Meningkatkan Nilai Alat dengan Menggunakan Metode Value

Engineering ... V-63 5.5.1 Tahap Informasi ... V-63 5.5.2 Tahap Analisis Fungsi ... V-64 5.5.3 Tahap Kreatif ... V-65 5.5.4 Tahap Penentuan/ Keputusan ... V-69 5.5.5 Tahap Pengembangan ... V-85


(12)

VI ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL ... VI-1

6.1 Analisis Perancangan Desain Alat dengan Kansei Engineering . VI-1 6.2 Analisis House of Quality ... VI-3 6.2.1. Analisis Quality Function Deployment (QFD) Fase I ... VI-3 6.2.2. Analisis Quality Function Deployment (QFD) Fase II .... VI-5 6.3 Analisis Value Engineering ... VI-7

VII KESIMPULAN DAN SARAN ... VII-1

7.1 Kesimpulan ... VII-1 7.2 Saran ... VII-2

DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN


(13)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

1.1 Jumlah Dokter Spesialis THT di Provinsi Sumatera Utara ... I-2 3.1 Contoh Kansei Words ... III-4 4.1 Jumlah Dokter Spesialis dan Dokter Muda (Co-Ass) di Bagian

Telinga Hidung Tenggorokan (THT) RSU Dr. Pirngadi Medan ... IV-10 5.1 Atribut alat Laryngoscope ... V-1 5.2 Rekapitulasi Kuesioner Kansei ... V-3 5.3 Rekapitulasi Kuisioner Tertutup ... V-21 5.4 Rekapitulasi Kata-Kata Kansei ... V-24 5.5 Skala Semantic Differential ... V-25 5.6 Pengurutan Item Dan Kategori Alat Laryngoscope ... V-26 5.7 Nilai Rata-Rata Kuesioner Semantic Differential ... V-29 5.8 Nilai Deviasi Kuesioner Semantic Differential ... V-31 5.9 Hasil Analisis Nilai Utility Untuk Item Dari Setiap Kategori... V-33 5.10 Kategori Terpilih dari Setiap Item ... V-34 5.11 Perhitungan Skala Likert ... V-35 5.12 Tabulasi Frekuensi Jawaban Responden ... V-35 5.13 Proporsi, Proporsi Kumulatif dan Nilai Z Masing-masing

Skala ... V-36 5.14 Nilai Densitas untuk Masing-masing Nilai Z ... V-37 5.15 Nilai Scale Value untuk Masing-masing Skala ... V-37


(14)

5.16 Rakapitulasi Perhitungan Atribut 1 ... V-38 5.17 Hasil Perhitungan Validitas Derajat Kepentingan ... V-40 5.18 Perhitungan Varians Tiap Butir ... V-41 5.19 Hasil Identifikasi Kebutuhan Konsumen ... V-42 5.20 Tingkat Kepentingan Variabel Kebutuhan Konsumen ... V-43 5.21 Tingkat Kepuasan Variabel Kepuasan Konsumen ... V-44 5.22 Nilai Rasio Perbaikan untuk Setiap Variabel Kebutuhan ... V-45 5.23 Nilai Sales Point untuk Setiap Variabel Kebutuhan ... V-46 5.24 Hasil Perhitungan Bobot Absolut untuk Setiap Variabel ... V-48 5.25 Hasil Perhitungan Bobot Relatif untuk Setiap Variabel ... V-47 5.26 Karakteristik Teknis yang Dibutuhan untuk Memenuhi

Kebutuhan Konsumen ... V-49 5.27 Penentuan Tingkat Kesulitan, Derajat Kepentingan dan Perkiraan

Biaya ... V-54 5.28 Karakteristik Teknik Alat Laryngoscope ... V-56 5.29 Part Kritis Alat Laryngoscope ... V-57 5.30 Penentuan Tingkat Kesulitan, Derajat Kepentingan dan Perkiraan

Biaya ... V-61 5.31 Data Jenis Bahan, Harga dan Kuantitas Bahan Penyusun Alat


(15)

DAFTAR TABEL (Lanjutan)

TABEL HALAMAN

5.32 Kelebihan dan Kelemahan Alernatif Bahan Penyusun Alat

Laryngoscope ... V-67 5.33 Daftar Harga Alternatif Material ... V-68 5.34 Urutan Rangking dan Pembobotan Kriteria ... V-70 5.35 Pemilihan Alternatif untuk Kriteria Biaya Pelaksanaan

Kualitas Bahan Baku ... V-71 5.36 Penilaian untuk Kriteria Biaya Pelaksanaan Kualitas

Bahan Baku ... V-71 5.37 Pemilihan Alternatif untuk Kualitas Bahan Baku ... V-72 5.38 Penilaian untuk Kualitas Bahan Baku ... V-72 5.39 Pemilihan Alternatif untuk Kemudahan Proses Pengolahan

Kualitas Bahan Baku ... V-72 5.40 Penilaian untuk Kriteria Kualitas Bahan Baku ... V-73 5.41 Pemilihan Alternatif untuk Daya Tahan Bahan Kualitas

Bahan Baku ... V-73 5.42 Penilaian untuk Daya Tahan Bahan Kualitas Bahan Baku ... V-73 5.43 Pemilihan Alternatif untuk Waktu Penyelesaian Kualitas

Bahan Baku ... V-74 5.44 Penilaian untuk Waktu Penyelesaian Kualitas Bahan Baku ... V-74


(16)

5.45 Pemilihan Alternatif untuk Biaya Pelaksanaan Jenis Lampu

Senter... V-75 5.46 Penilaian untuk Biaya Pelaksanaan pada Jenis Lampu

Senter... V-75 5.47 Pemilihan Alternatif untuk Kualitas Bahan Jenis Lampu

Senter... V-75 5.48 Penilaian untuk Kualitas Bahan Jenis Lampu Senter ... V-76 5.49 Pemilihan Alternatif Kemudahan Proses Pengolahan Jenis

Lampu Senter ... V-76 5.50 Penilaian untuk Kemudahan Proses Pengolahan Jenis

Lampu Senter ... V-77 5.51 Pemilihan Alternatif Daya Tahan Bahan Jenis Lampu

Senter... V-77 5.52 Penilaian untuk Daya Tahan Bahan Jenis Lampu Senter ... V-77 5.53 Pemilihan Alternatif untuk Waktu Penyelesaian Jenis

Lampu Senter ... V-78 5.54 Penilaian untuk Waktu Penyelesaian Jenis Lampu Senter ... V-78 5.55 Pemilihan Alternatif untuk Biaya Pelaksanaan Jenis Baterai


(17)

DAFTAR TABEL (Lanjutan)

TABEL HALAMAN

5.56 Penilaian untuk Biaya Pelaksanaan Jenis Baterai Lampu

Senter... V-79 5.57 Pemilihan Alternatif untuk Kualitas Bahan Jenis Baterai

Lampu Senter ... V-80 5.58 Penilaian untuk Kualitas Bahan Jenis Baterai Lampu Senter ... V-80 5.59 Pemilihan Alternatif untuk Kemudahan Proses

Pengolahan Jenis Baterai Lampu Senter ... V-81 5.60 Penilaian untuk Kriteria Kemudahan Proses

Pengolahan Jenis Baterai Lampu Senter ... V-81 5.61 Pemilihan Alternatif untuk Daya Tahan Bahan Jenis

Baterai Lampu Senter ... V-82 5.62 Penilaian untuk Daya Tahan Jenis Baterai Lampu Senter ... V-82 5.63 Pemilihan Alternatif untuk Waktu Penyelesaian Jenis

Baterai Lampu Senter ... V-82 5.64 Penilaian untuk Waktu Penyelesaian Jenis Baterai Lampu

Senter... V-83 5.65 Penganalisaan untuk Setiap Alternatif ... V-84 5.66 Perbandingan Total Biaya Bahan pada Rencana Awal dan


(18)

6.1 Kategori Terpilih dari Setiap Item ... VI-1

6.2 Perbandingan Rancangan Awal dan Usulan Alat

Laryngoscope ... VI-2 6.3 Karakteristik Teknis Laryngoscope ... VI-4

6.4 Kesulitan, Perkiraan Biaya dan Derajat Kepentingan

Karteristik Teknis ... VI-4 6.5 Part Kritis Alat Laryngoscope ... VI-5 6.6 Tingkat Kesulitan, Perkiraan Biaya Part Kritis dan

Derajat Kepentingan Part Kritis ... VI-5

6.7 Perbandingan Total Biaya Bahan pada Rencana Awal dan


(19)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

2.1 Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan ... II-5 3.1 Langkah-langkah dalam Kansei Engineering ... III-3 3.2 Skala Semantic Differential 5 Titik, 7 Titik, dan 9 Titik ... III-5 3.3 House of Quality ... III-14 4.1 Langkah-langkah Proses Penelitian ... IV-3 4.2 Kerangka Konseptual Penelitian ... IV-9 4.3 Diagram Alir Pengolahan Data ... IV-11 4.4 Langkah-langkah Pengolahan Kusioner ... IV-13 4.5 Diagram Alir Kansei Engineering ... IV-14 4.6 Diagram Alir Pembangunan House Of Quality QFD Phase I ... IV-15 4.7 Diagram Alir Pembangunan House Of Quality QFD Phase II ... IV-16 4.8 Diagram Alir Pembangunan House Of Quality QFD Phase II ... IV-17 5.1 Sampel Produk Alat Laryngoscope ... V-25

5.2 Alat Laryngoscope yang digunakan di Bagian THT RSU Dr.

Pirngadi Medan ... V-25 5.3 Hubungan Antar Karakteristik Teknik Alat Laryngoscope ... V-50 5.4 Matriks Antara CR dengan Karakteristik Teknik Alat

Laryngoscope ... V-52 5.5 QFD Fase I Alat Laryngoscope ... V-55 5.6 Hubungan Part Kritis Alat Laryngoscope ... V-58


(20)

5.7 Hubungan Antar Karakteristik Teknis dan Part Kritis Alat

Laryngoscope ... V-59 5.8 QFD Fase II Alat Laryngoscope ... V-62 5.9 Diagram FAST Alat Laryngoscope ... V-65


(21)

ABSTRAK

Rumah sakit merupakan salah satu fasilitas/ sarana vital bagi masyarakat. Peralatan medis merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan kepada pasien. Rumah sakit memiliki berbagai fasilitas kesehatan yang perlu diperbaiki pelayanannya seperti poliklinik. Bagian Telinga Hidung Tenggorokan (THT) merupakan salah satu bagian dari poliklinik dan memiliki peran penting dalam pelayanan kesehatan. Alat laryngoscope merupakan salah satu peralatan yang digunakan di bagian THT dan memiliki fungsi untuk membuka dan melihat laring/tenggorokan. Penelitian ini berjudul perbaikan rancangan alat laryngoscope dengan metode kansei engineering, quality function (QFD) deployment, dan value engineering. Kebutuhan emosional responden menjadi dasar dalam penentuan kategori alat dengan melihat nilai utiliy terbesar. Hasil dari QFD fase I yaitu karakteristik teknis standarisasi bahan yang menjadi prioritas dan menjadi input pada QFD fase II. Hasil dari QFD fase II yaitu part kritis kualitas bahan baku, jenis lampu senter, dan jenis baterai lampu senter yang menjadi prioritas dan menjadi input value engineering. Hasil dari value engineering memberikan alternatif perbaikan terhadap bahan yang digunakan sehingga mengurangi biaya produksi. Dari hasil penelitian ini didapatkan alternatif kualitas bahan baku stainless steel 201, jenis lampu senter welch allyn halogen hpx gold lamp dan jenis baterai lampu senter welch allyn convertible handle dengan penghematan sebesar 28.98% dari biaya produksi awal.

Kata Kunci: Kansei Engineering, Quality Function Deployment (QFD), Value Engineering, Laryngoscope.


(22)

Peralatan medis merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan kepada pasien. Rumah sakit memiliki berbagai fasilitas kesehatan yang perlu diperbaiki pelayanannya seperti poliklinik. Bagian Telinga Hidung Tenggorokan (THT) merupakan salah satu bagian dari poliklinik dan memiliki peran penting dalam pelayanan kesehatan. Alat laryngoscope merupakan salah satu peralatan yang digunakan di bagian THT dan memiliki fungsi untuk membuka dan melihat laring/tenggorokan. Penelitian ini berjudul perbaikan rancangan alat laryngoscope dengan metode kansei engineering, quality function (QFD) deployment, dan value engineering. Kebutuhan emosional responden menjadi dasar dalam penentuan kategori alat dengan melihat nilai utiliy terbesar. Hasil dari QFD fase I yaitu karakteristik teknis standarisasi bahan yang menjadi prioritas dan menjadi input pada QFD fase II. Hasil dari QFD fase II yaitu part kritis kualitas bahan baku, jenis lampu senter, dan jenis baterai lampu senter yang menjadi prioritas dan menjadi input value engineering. Hasil dari value engineering memberikan alternatif perbaikan terhadap bahan yang digunakan sehingga mengurangi biaya produksi. Dari hasil penelitian ini didapatkan alternatif kualitas bahan baku stainless steel 201, jenis lampu senter welch allyn halogen hpx gold lamp dan jenis baterai lampu senter welch allyn convertible handle dengan penghematan sebesar 28.98% dari biaya produksi awal.

Kata Kunci: Kansei Engineering, Quality Function Deployment (QFD), Value Engineering, Laryngoscope.


(23)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rumah sakit merupakan salah satu fasilitas/ sarana vital bagi masyarakat. Peran rumah sakit sebagai media/fasilitas sosial yang mencakup pelayanan kesehatan, penelitian, pendidikan dan sebagainya dituntut memiliki sumber daya yang mampu mendukung aktivitasnya.

Peralatan medis merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan kepada pasien. Pelayanan kesehatan yang saling terintegrasi perlu didukung dengan adanya peralatan yang selalu berada dalam kondisi baik, layak pakai serta aman bagi pasien dan pengguna.

Rumah sakit memiliki berbagai fasilitas kesehatan yang perlu diperbaiki pelayanannya seperti poliklinik. Poliklinik yang biasa terdapat pada rumah sakit umum berupa poli jantung, penyakit dalam, THT, anak, paru, neuro, gigi, psikiatri, PRU, rematologi, gastro, kulit dan kelamin, mata, VCT, PIH, urologi, pulmo, psikomatik, hemato, paru, dan akupuntur.

Bagian Telinga Hidung Tenggorokan (THT) merupakan salah satu bagian dari poliklinik dan memiliki peran penting dalam pelayanan kesehatan. Bagian THT ini menggunakan berbagai peralatan dalam kegiatannya seperti

laryngoscope, citoject sellaco, lampu halogen, tongue spatel, speculum hidung, garputala, ear speculum, dan sebagainya.


(24)

memperbaiki intubasi di saluran udara yang sangat sulit dengan pendarahan laring/tenggorokan yang parah. Intubasi menggunakan alat laryngoscope dengan waktu dan penempatan yang tepat perlu dilakukan untuk mengurangi resiko hipoksia (penurunan oksigen pada jaringan tubuh), hiperkapnia (peningkatan kadar karbon dioksida dalam tubuh), kurangnya pemberian oksigen dan

hipoventilasi pada pasien. Fungsi alat laryngoscope lainnya yaitu untuk

membantu dalam intubasi selama proses anestesi umum atau ventilasi mekanik

dan mendeteksi cedera pada tenggorokan.

Permasalahan yang terjadi yaitu adanya kebutuhan emosional dokter muda (co-ass) pada umumnya yaitu pada bentuk pegangan alat dan dimensi alat yang tidak sesuai dengan keinginan pengguna. Rekapitulasi kuisioner terhadap keluhan terhadap penggunaan alat laryngoscope dapat dilihat seperti pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1 Rekapitulasi Kuisioner Pendahulan

Jenis Keluhan Jumlah Responden

Bentuk Pegangan Alat 10

Pencahayaan 6

Dimensi Alat 10

Sterilisasi Alat 4


(25)

Alat laryngoscope yang digunakan di bagian THT RSU Dr.Pirngadi

Medan menggunakan jenis macintosh laryngoscope memiliki panjang pegangan

yaitu 200 mm, jenis lampu senter yaitu welch allyn hpx lamp 0600 dan jenis

baterai lampu senter yaitu welch allyn pocket scope handle ini memiliki harga jual mahal bagi konsumen yaitu Rp. 2.900.000 yang membuat perusahaan perlu memperhatian upaya untuk mereduksi biaya produksi alat tanpa mengurangi nilai dari alat tersebut.

Berdasarkan permasalahan tersebut dilakukan perbaikan rancangan alat

laryngoscope berdasarkan kebutuhan emosional pengguna dengan meggunakan metode Kansei Engineering, yang dintegrasikan dengan metode Quality Functions Development (QFD) untuk mengetahui keinginan pengguna, dan metode Value Engineering untuk mengurangi biaya produksi alat.

Penggunaan metode Kansei engineering dapat dilihat pada riset “Methods of Anylysing Images Based on Kansei Engineering” (Nazlina Shaari, 2013) yaitu Kansei Engineering adalah suatu metode yang digunakan untuk mengubah persepsi manusia, perasaan emosional manusia menjadi produk baru. Kansei engineering telah diperkenalkan dalam beberapa tahun terakhir dan telah diterapkan dalam perusahaan Jepang. Kansei Engineering menjadi penting untuk desain produk karena elemen kansei yang dirakit menjadi produk telah menarik konsumen untuk membeli produk tersebut.

Pengunaan metode Quality Functions Deployment (QFD) dapat dilihat pada riset “Organisational Creativity and Productivity” (John D. Politis, 2005) yaitu Quality Functions Deployment (QFD) adalah cara langsung untuk


(26)

Penggunaaan metode Value Engineering dapat dilihat dalam riset “Optimal Selection of Alternatives: Application of Grey Theory to Value Engineering” (Hassan Farsijami, 2013) yaitu Value engineering merupakan suatu metodologi sistematis berdasarkan rencana kerja standar. Proses Value Engineering adalah proses kreatif yang membawa nilai dan peningkatan kualitas. Proses ini mengidentifikasi kesempatan untuk mengurangi biaya yang tidak perlu atau meningkatkan tingkat kerja yang diinginkan. Value Engineering memiliki tujuan menghemat uang, mengurangi waktu, meningkatkan kualitas alat, keandalan, kemampuan pemeliharaan, kinerja, kerja tim dan kreativitas.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah adanya keluhan kebutuhan emosional pengguna dalam penggunaan alat laryngoscope dan biaya produksi alat

yang mahal, maka perlu dilakukan perbaikan rancangan alat laryngoscope untuk

mendapatkan alat yang sesuai dengan kebutuhan emosional pengguna dengan mereduksi biaya produksi tanpa mengurangi nilai dari alat tersebut.


(27)

1.3 Tujuan dan Manfaat

Tujuan umum penelitian tugas akhir ini adalah memberi perbaikan

rancangan alat laryngoscope metode Kansei Engineering, Quality Functions

Deployment dan Value Engineering.

Tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian tugas akhir ini adalah:

1. Memenuhi kebutuhan emosional dokter dalam penggunaan alat laryngoscope

dengan menggunakan Kansei Engineering

2. Mengidentifikasi karakteristik teknik dalam pemenuhan keinginan dokter

terhadap alat laryngoscope dengan menggunakan metode Quality Function

Deployment.

3. Menganalisis part kritis dari Quality Function Deployment yang menjadi

atribut pada metode Value Engineering.

4. Mengidentifikasi penghematan biaya pada alternatif bahan penyusun alat


(28)

2.1. Sejarah Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan

Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi Medan didirikan oleh pemerintah

kolonial Belanda dengan nama Gemente Ziekenhius yang peletakan batu pertama

dilakukan oleh Maria Constantia Macky pada tanggal 11 Agustus 1928 dan diresmikan pada tahun 1939 oleh pimpinan rumah sakit dan diserahkan kepada D.A.A.Mesting.

Rumah sakit ini pada tahun diambil alih oleh bangsa Jepang dan berganti

nama menjadi Syuritsu Bysono Ince dan pimpinannya dipercayakan kepada

seorang putra Indonesia yaitu Dr. Raden Pirngadi Gonggo Putra pada masa Negara Sumatera Utara Timur.

Rumah sakit ini pada tahun 1947 berganti nama oleh Dr.Ahmad Sofyan menjadi Rumah Sakit Umum Medan dan diserahterimakan kepada Dr. H.A.Darwis Dt Batu Besar. Rumah sakit ini pada tahun 1958 berganti nama menjadi Rumah Sakit Umum Pusat Besar dan pimpinannya dijabat oleh Dr.Zainal Rasyid Siregar,SKM, dan olehnya berganti lagi nama rumah sakit ini menjadi Rumah Sakit Pusat Provinsi Medan (Provincial Top Referal Hospital).

Rumah Sakit paru-paru pada tanggal 26 Januari 1972 yang dulunya berdiri sendiri masuk menjadi bagian dari Rumah Sakit Umum Pusat Provinsi Medan, sesuai dengan keputusan/Gubernur Sumatera Utara No.48/XII/GSU tahun 1972.


(29)

Rumah Sakit Umum Medan sesuai dengan keputusan Gubernur Sumatera Utara pada tahun 1979 No.150 tahun 1979 tanggal 25 Juni 1979 ditetapkan menjadi “Rumah Sakit Dr.Pirngadi Medan” berasal dari nama seorang Putra Bangsa Indonesia yang pertama menjadi pimpinan Rumah Sakit ini.

Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan tidak memiliki data yang pasti kapan diserahkan kepemilikannya dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Propinsi Sumatera Utara. Karena adanya otonomi daerah, maka Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi diserahkan kepemilikannya dari Pemerintah Propinsi Sumatera Utara kepada Pemerintah Kota Medan pada tanggal 27 Desember 2001. Pemerintah Kota Medan mempunyai perhatian dan tekad yang besar untuk memajukan Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi di segala bidang pelayanan kesehatan. sehingga terjadi resrukturisasi organisasi, personil dan manajemen.

Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan mengajukan peningkatan status dari Rumah Sakit Tempat Pendidikan menjadi Rumah Sakit Pendidikan karena memiliki sumber daya manusia, sarana dan prasarana yang memadai. Berdasarkan Rekomendasi dari Ikatan Rumah Sakit Pendidikan Indonesia (IRSPI), maka selanjutnya dilaksanakan penilaian kelayakan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan menjadi Rumah Sakit Pendidikan oleh Tim Visitasi yang terdiri dari Direktur Bina Pelayanan Medikm Spesialistik, Ditjen Bina Pelayanan Medik, Kepala Biro Hukum dan Organisasi, Sekjen Depkes, Ketua Ikatan RSU Pendidikan serta Kepala Bagian Hukum dan Organisasi, Sek. Dutjen. Bina Pelayanan Medik. Akhirnya pada tanggal 10 April 2007 Badan Pelayanan


(30)

2.2.1 Motto

Motto Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan adalah Aegroti Salus Lex

Suprema (Kepentingan penderita adalah yang utama).

2.2.2 Visi dan Misi

Visi Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan adalah menjadi rumah sakit pusat rujukan dan unggulan di Sumatera Bagian Utara Tahun 2015.

Misi Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan adalah:

1. Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, profesional, dan terjangkau

oleh seluruh lapisan masyarakat.

2. Meningkatkan pendidikan, penelitian dan pengembangan ilmu kedokteran

serta tenaga kesehatan lain.

3. Mengembangkan manajemen Rumah Sakit yang profesional.

2.3. Struktur Organisasi

Struktur organisasi adalah merupakan bagan yang memberikan gambaran secara skematis tentang penetapan dan pembagian pekerjaan yang harus dilakukan sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang dibebankan serta menetapkan hubungan antara unsur organisasi secara jelas dan terperinci.


(31)

Struktur organisasi Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan adalah struktur organisasi matriks (matrix of authority flows), dimana terdapat dua jenis wewenang, yaitu wewenang yang mengalir secara horizontal pada unit fungsional dan wewenang yang mengalir secara vertikal pada pimpinan struktural atau manajerial. Struktur organisasi matriks ini menyadari adanya ketergantungan antara berbagai fungsi.

Struktur organisasi rumah sakit umum Dr. Pirngadi Medan dapat dilihat pada Gambar 2.1.


(32)

3.1. ProductDesign1

Produk yang didesain untuk di produksi, produk tersebut harus dianalisis terlebih dahulu kemungkinannya untuk bisa sukses dari pengeluaran yang telah diberikan untuk memproduksi produk tersebut. Insinyur dinyatakan dapat merancang hampir semua produk. Desain yang dibuat dapat membuat produk yang lebih efisen, lebih murah, dan memiliki waktu hidup yang lebih lama. Bagaimanapun, faktor-faktor ini sendiri tidak dapat menjamin pelanggan potensial akan membeli produk ini. Desain dari produk yang sukses harus memenuhi keinginan pelanggan. Desain yang memiliki pemahaman yang lebih baik akan mempengaruhi keberhasilan produk.

Area yang harus diperiksa persiapan perancangannya meliputi:

2 Analisis pasar untuk menentukan ukuran, sifat pelanggan, dan tren yang ada.

3 Evaluasi kompetisi untuk menentukan arah dan kekuatan untuk mendapatkan

gambaran yang jelas tentang situasi harga.

4 Penilaian distribusi untuk menentukan apakah produk dapat dijual melalui

jalur resmi perusahaan distribusi dan organisasi penjualan yang ada.

5 Penentuan seberapa banyak iklan dan promosi yag dibutukan.

6 Penilaian dari pengaruh produk pada bisnis yang ada.

1


(33)

7 Penentuan persyaratan keuangan untuk menentukan investasi dan pemasaran produk.

Area yang telah diperiksa persiapan perancangannya harus diperiksa untuk melihat ide dari sudut pandang pelanggan, pasar dan bisnis secara keseluruhan. Perancang biasanya terlalu sering hanya fokus kepada fungsi ketika merancang sebuah produk. Pada bagian ini yang dimaksud adalah untuk menyajikan semua faktor penting yang harus diperhatikan dari fungsi desain produk.

Penjualan yang memuaskan harus dipertahankan dan untuk itu harus memiliki:

1. Memiliki desain yang fungsional

2. Memiliki daya tarik mata

3. Memiliki karakteristik yang berkualitas, baik material maupun pengerjaannya

4. Menyediakan perawatan yang baik.

5. Berkompetitif dalam harga

6. Pengiriman pada waktunya kepada untuk memenuhi kebutuhannya

3.2. Kansei Engineering2

Kansei Engineering adalah metode yang menerjemahkan perasaan pelanggan kedalam spesifikasi desain. Tim peneliti dan pengembangan

mendefenisika perasaan pelanggan, yang disebut kansei. Kansei engineering

merupakan proses rekayasa dari data kansei untuk merancang produk dan jasa.

2


(34)

yang akan meningkatkan kualitas hidupnya.

3.2.1. Langkah-langkah Kansei Engineering3

Langkah-langkah dalam rekayasa kansei dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Sumber : Mitsuo Nagamichi (2011)

Gambar 3.1. Langkah-langkah dalam Kansei Engineering

3.3. QFD (Quality Function Deployment)4

QFD adalah suatu cara untuk meningkatkan kualitas barang atau jasa dengan memahami kebutuhan konsumen kemudian menghubungkannya dengan ketentuan teknis untuk menghasilkan suatu barang atau jasa pada setiap tahap

3

Ibid,15-17

4


(35)

pembuatan barang atau jasa yang dihasilkan. Penyebaran fungsi mutu Quality Function Deployment adalah alat perancangan yang digunakan untuk membantu bisnis memusatkan perhatian pada kebutuhan para pelanggan mereka ketika menyusun spesifikasi desain dan pabrikasi.

Quality Function Deployment (QFD) pertama kali dikembangkan pada tahun 1972 oleh Mitsubishi’s Shipyard di Kobe, Jepang. Sejak itu proses dikembangkan oleh Toyota dan pemasoknya yang telah menggunakannya dalam rancangan mobil.

Manfaat utama dari QFD adalah sebagai berikut:

1. Memusatkan rancangan produk dan jasa baru pada kebutuhan pelanggan. 2. Mengutamakan kegiatan-kegiatan desain.

3. Menganalisis kinerja produk perusahaan yang utama untuk memenuhi kebutuhan para pelanggan utama.

4. Perkiraan-perkiraan terbaru memperlihatkan adanya penghematan antara sepertiga sampai setengah dibandingkan sebelum dilakukan QFD.

5. Mengurangi banyaknya perubahan desain setelah dikeluarkan dengan memastikan upaya yuang difokuskan pada tahap perencanaan.

6. Mendorong terselenggaranya tim kerja dan menghancurkan rintangan antar bagian dengan melibatkan pemasaran, rekayasa teknik dan pabrikasi sejak awal proyek.

7. Menyediakan suatu cara untuk membuat dokumentasi proses dan menyediakan suatu dasar yang kukuh untuk mengambil keputusan rancangan.


(36)

prosedur

Lima langkah yang dilakukan dalam penerapan ValueEngineering yaitu:

1. Pengumpulan informasi

2. Tahap Analisis

3. Tahap kreatifitas

4. Tahap Penentuan Keputusan

5. Tahap Pengembangan

5

Miles, Lawrence D. Techniques of Value Analysis and Engineering (Edisi Kedua; United States of Amerika: McGraw Hill, 1972), h. 54-59.


(37)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di RSU Dr. Pirngadi yang bergerak dalam bidang pelayanan kesehatan masyarakat milik pemerintah. Rumah sakit ini berlokasi di Jl. H.M. Yamin No. 17 Medan.

4.2 Jenis Penelitian6

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif yang

berbentuk survey research. Penelitian deskriptif survey research yaitu

penyelidikan yang bertujuan memperoleh fakta-fakta dari gejala yang ada dan mencari keterangan secara faktual untuk mendapatkan kebenaran.

4.3. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Tahap awal dilakukan studi pendahuluan untuk mengetahui kondisi RSU Dr

Pirngadi, informasi pendukung yang diperlukan serta studi literatur tentang metode pemecahan masalah yang digunakan dan teori pendukung lainnya.

2. Tahapan selanjutnya adalah pengumpulan data.

Data yang dikumpulkan ada dua jenis yaitu:

5. Data primer berupa persepsi dan harapan dokter dalam bentuk kuisioner.

6


(38)

9. Kesimpulan dan saran diberikan untuk penelitian

Langkah-langkah proses penelitian yang dapat dilihat pada Gambar 4.1.

MULAI

Studi Pendahuluan

1. Kondisi RSU Dr.Pirngadi Medan 2. Jenis Pelayanan

Studi Literatur

1. Teori Buku

2. Referensi Jurnal Penelitian 3. Langkah-langkah penyelesaian

Identifikasi Masalah Awal

Kebutuhan emosional dokter muda (co-ass) terhadap rancangan alat

laryngoscope pada bagian THT RSU. Dr. Pirngadi Medan

Pengumpulan Data

1. Data primer

Data primer dikumpulkan melalui 3 jenis kuisioner : kuisioner pendahuluan, kuisioner terbukan dan kuisioner tertutup. 2. Data Sekunder

- Data spesifikasi desain awal perancangan alat laryngoscope. - Metode Pengolahan Data

Pengolahan Data

- Identifikasi atribut Kansei Engineering

- Pembangunan House of Quality (HOQ) - Pembuatan Alternatif Value Engineering

Analisis Pemecahan Masalah

Analisis dan evaluasi usulan perbaikan rancangan alat

laryngoscope dengan menggunakan metode Kansei

Engineering, QFD, dan Value Engineering

Kesimpulan dan Saran

SELESAI Rumusan Masalah

Perbaikan rancangan alat laryngoscope berdasarkan kebutuhan emosional pengguna dan mereduksi biaya alat

Penetapan Tujuan

Merancang perbaikan alat laryngoscope sesuai dengan kebutuhan emosional pengguna

Sumber: Pengumpulan Data


(39)

4.4. Objek Penelitian

Objek penelitian yang diamati adalah laryngoscope pada bagian Telinga Hidung Tenggorokan (THT) RSU Dr. Pirngadi Medan yang digunakan oleh dokter baik spesialis maupun dokter muda (co-ass).

4.5. Variabel Penelitian

Variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel Independen

a. Bahan Bilah Alat

b. Bahan Pegangan Alat

c. Warna Pegangan Alat

d. Panjang Pegangan Alat

e. Bentuk Pegangan Alat

f. Fungsi Tambahan Alat

2. Variabel Dependen

a. Emotional Needs

b. Inovasi Nilai

c. Perbaikan Rancangan Alat Laryngoscope

4.6. Kerangka Konseptual Penelitian

Penelitian dapat dilaksanakan secara terstruktur apabila tersedia perancangan kerangka konseptual penilitian yang akan dilakukan. Kerangka


(40)

Emotional Needs

Bahan Pegangan Alat Warna Pegangan Alat Panjang Pegangan Alat

Bentuk Pegangan Alat Fungsi Tambahan Alat

Inovasi Nilai

Perbaikan Rancangan Alat

Laryngoscope

Gambar 4.2. Kerangka Konseptual Penelitian

4.7. Definisi Variabel Operasional

Variabel operasional yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Defenisi Variabel Operasional Penelitian

No Variabel Definisi Alat Ukur

1 Atribut Alat

Atribut alat terdiri dari bahan bilah alat, bahan pegangan alat, warna pegangan alat, warna pegangan alat, panjang pegangan alat, bentuk pegangan alat dan fungsi tambahan alat.

a. Observasi

b. Wawancara dengan

perusahaan c. Studi Literatur

2 Emotional

Needs

Emotional Needs merupakan merupakan penilaian mengenai kebutuhan yang diinginkan pengguna secara emosional.

a. Observasi

b. Kuisioner

c. Studi Literatur

3 Inovasi Nilai

Inovasi nilai merupakan perbaikan nilai alat laryngoscope dari bahan penyusun alat

a. Observasi b. Studi literatur c. Kuesioner

d. Wawancara

dengan perusahaan Sumber: Pengumpulan Data


(41)

4.8.4. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi di dalam penelitian ini adalah seluruh dokter yang bertugas pada bagian Telinga Hidung Tenggorokan (THT) RSU Dr. Pirngadi Medan. Jumlah dokter spesialis dan dokter muda (co-ass) yang bertugas dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2. Jumlah Dokter Spesialis dan Dokter Muda (Co-Ass) di Bagian Telinga Hidung Tenggorokan (THT) RSU Dr. Pirngadi Medan

Bulan

Februari 2014 Maret 2014 April 2014

Dokter Spesialis 3 orang 3 orang 3 orang

Dokter Muda (Co-Ass) 30 orang 28 orang 32 orang

Sumber: RSU Dr. Pirngadi

Dalam penelitian ini, teknik sampling yang digunakan yaitu total sampling

(Arikunto:1995) dimana digunakan seluruh anggota populasi untuk digunakan sebagai sampel dalam penelitian.


(42)

5.1. Pengumpulan Data 5.1.1. Kuesioner Kansei

Kuesioner kansei merupakan langkah pertama dalam pembuatan kuisioner.

Kuesioner ini merupakan penilaian mahasiswa responden terhadap bentuk atribut-atribut dari alat laryngoscope yang diberikan kepada 33 responden. Atribut-atribut yang terdapat pada alat laryngoscope dapat dilihat pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1. Atribut alat Laryngoscope

No. Kategori Atribut

1

Bahan Bilah

Stainless Steel

2 Besi

3 Polikarbon

4

Bahan Pegangan

Stainless Steel

5 Besi

6 Polikarbon

7

Silver

8 Warna Pegangan

Hitam 9

Putih 10

Panjang Pegangan

20 cm

11 15 cm


(43)

Tabel 5.1. Atribut alat Laryngoscope (Lanjutan)

No. Kategori Atribut

13

Bentuk Pegangan

Silinder 14

Mengikuti Bentuk Tangan 15

Fungsi Tambahan

Senter 16

Kamera 16

Kamera Video Perekam Sumber: Pengumpulan Data

Kategori dari item dipilih berdasarkan kategori yang memiliki jumlah terbanyak untuk kata kansei dengan nilai utility terbesar. Hasil kategori yang terpilih untuk setiap item Laryngoscope dapat dilihat pada Tabel 5.10.

Tabel 5.10. Kategori Terpilih dari Setiap Item

No Item Kategori Terpilih

1 Bahan Bilah Stainless Steel

2 Bahan Pegangan Stainless Steel

3 Warna Pegangan Silver

4 Panjang Pegangan 20 cm

5 Bentuk Pegangan Silinder

6 Fungsi Tambahan Senter


(44)

Bahan bilah alat laryngoscope yang paling sesuai adalah stainless steel

Bahan pegangan alat laryngoscope yang paling sesuai adalah stainless steel

Panjang pegangan alat laryngoscope yang paling sesuai adalah 20 cm

+ Menunjukkan hubungan positif kuat - Menunjukkan hubungan posifif sedang

o Menunjukkan tidak ada hubungan ∆ Menunjukkan hubungan negatif sedang

฀ Menunjukkan hubungan negatif kuat

2 3 3

Tingkat Kesulitan Perkiraan Biaya

3 3 3 4 3

19 22 11 30 19 25 19 Customer Requirement Customer Importance KARAKTERISTIK TEKNIK Sales Point 3 3 9 4 4 Importanc e Weight Relative Weight 1.2 1.2 6.758 6.451 23.518 22.449 5.248 18.968 13.139 1 1 1 1.508 3.633 3.775 3 3 9

3 3 3 3

9

3 3 9 3

3

3 3 9 9

3

9 3 9 9

+

Complexity of Items Convenience of Use Maintainable Product Standarisasi Bahan Durability

-+ + + ▲ Tingkat Kesulitan

1 = Mudah = 1 - 15 %

2 = Cukup Mudah = 16 - 30 %

3 = Sulit = 31 - 60 %

4 = Sangat Sulit = 61 - 80 %

5 = Mutlak Sulit = 81 - 100 %

Derajat Kepentingan 1 - 15 = Cukup Penting 16 – 30 = Penting 31 – 45 = Sangat Penting

Perkiraan Biaya 1 - 15 = Murah 16 – 30 = Mahal 31 – 45 = Sangat Mahal

Nilai 3 : menunjukkan hubungan yang sedang

Nilai 1 : menunjukkan hubungan yang lemah

Nilai 0 : menunjukkan tidak ada hubungan

Bentuk pegangan alat laryngoscope yang paling sesuai adalah silinder

Warna pegangan alat laryngoscope yang paling sesuai adalah silver

Derajat Kepentingan

19 19 19 Bentuk pegangan alat laryngoscope yang paling

sesuai adalah silinder 3 9 3

9

9 3 1.5 4.791 16.675

Sumber: Hasil pengolahan data

Gambar 5.5. QFD Fase I Alat Laryngoscope

Hasil QFD Fase I alat laryngoscope menunjukan bahwa atribut yang memiliki

derjat pencapaian tertinggi adalah standarisasi bahan. Atribut tersebut nantinya akan digunakan sebagai input pada QFD Fase II (Lou Cohen, 1995).


(45)

5.4. Membangun Quality Function Deployment (QFD) Fase II

Sumber: Hasil pengolahan data

Gambar 5.8. QFD Fase II Alat Laryngoscope

Hasil tingkat kesulitan, derajat kepentingan dan perkiraan biaya pada QFD fase II menunjukan bahwa tingkat kesulitan, derajat kepentingan dan perkiraan

Complexity of Items

Convenience of Use

Standarisasi Bahan

+ Menunjukkan hubungan positif kuat - Menunjukkan hubungan posifif sedang o Menunjukkan tidak ada hubungan

∆ Menunjukkan hubungan negatif sedang

▲ Menunjukkan hubungan negatif kuat

3 4 3 Tingkat Kesulitan

Perkiraan Biaya

5 3 3 3 4

28 9 8 8 22

13 17 Karakteristik Teknik Importance PART KRITIS 9 3 3 3 3 9 3

9 3 3 3

0

3 1 1 3

3

9 3 3 9

3

9 1 1 9

Kualias Bahan Baku Keakuratan Geometris Dimensi Bilah Alat Dimensi Pegangan Alat Jenis Lampu Senter Jenis Baterai Lampu Senter

-▲ -▲ -∆ ○ ∆ ○ ○ ∆ ○○ Tingkat Kesulitan

1 = Mudah = 1 - 15 % 2 = Cukup Mudah = 16 - 30 % 3 = Sulit = 31 - 60 % 4 = Sangat Sulit = 61 - 80 % 5 = Mutlak Sulit = 81 - 100 %

Derajat Kepentingan

1 - 15 = Cukup Penting 16 – 30 = Penting 31 – 45 = Sangat Penting

Perkiraan Biaya

1 - 15 = Murah 16 – 30 = Mahal 31 – 45 = Sangat Mahal

Nilai 9 : menunjukkan hubungan yang kuat Nilai 3 : menunjukkan hubungan yang sedang Nilai 1 : menunjukkan hubungan yang lemah Nilai 0 : menunjukkan tidak ada hubungan

Durability Maintainable of Use

Derajat Kepentingan 13 22 13 3 5 22 24 9 3 3 9 9


(46)

yang akan dilakukan perbaikan nilai dengan menggunakan metode value engineering.

5.4.6 Menentukan Peningkatan Mutu Alat Laryngoscope

Peningkatan mutu alat laryngoscope ditentukan berdasarkan bobot terbesar dari tingkat kesulitan, derajat kepentingan dan perkiraan biaya. Perbaikan yang dilakukan pada bagian:

1. Kualitas bahan penyusun

2. Jenis lampu senter


(47)

5.5 Meningkatkan Nilai alat dengan Menggunakan Metode Value Engineering

Tabel 5.66. Perbandingan Total Biaya Bahan pada Rencana Awal dan Usulan Alat Laryngoscope

Biaya Awal Biaya usulan

Penghematan (Rp) Jenis Bahan Biaya (Rp) Jenis Bahan

Alternatif Biaya (Rp) Stainless Steel

304 Rp 1.142.913 Stainless Steel 201 Rp. 776.052 Rp. 366.861

Welch Allyn Hpx

Lamp 0600 Rp 408.330

Welch Allyn Halogen

Hpx Gold Lamp Rp. 286.650 Rp. 121.680

Welch Allyn Pocket Scope Handle

Rp 1.098.162

Welch Allyn Convertible Power Handle

Rp.818.766 Rp.279.396

Total Rp 2.649.405 Rp 1.881.468 Rp 767.937

Sumber: Hasil Pengolahan Data

Perhitungan total penghematan biaya alat laryngoscope adalah sebagai

berikut,

Total Penghematan biaya = Biayarencanaawal−Biayausulan

Biayarencanaawal x 100%

2.649.405−1.881.468

2.649.405 x 100% = 0.28985 = 28.98%

Total penghematan biaya untuk menghasilkan alat laryngoscope adalah sebesar


(48)

6.1 Analisis Perancangan Desain Alat dengan Kansei Engineering7

Hasil rancangan atribut alat laryngoscope berdasarkan metode kansei

engineering dipilih berdasarkan kategori yang memiliki jumlah terbanyak untuk kata kansei dengan nilai utility terbesar yang dapat dilihat pada Tabel 6.1.

Tabel 6.1. Kategori Terpilih dari Setiap Item

No Item Kategori Terpilih

1 Bahan Bilah Stainless Steel

2 Bahan Pegangan Stainless Steel

3 Warna Pegangan Silver

4 Panjang Pegangan 20 cm

5 6

Bentuk Pegangan Fungsi Tambahan

Silinder Senter Sumber: Hasil pengolahan data

Atribut alat yang terpilih berdasarkan metode kansei engineering adalah : 1. Kategori yang terpilih untuk item bahan bilah alat adalah stainless steel

(kategori 1) dengan lima kata kansei yang memiliki nilai utility terbesar. 2. Kategori yang terpilih untuk item bahan pegangan alat adalah stainless steel

(kategori 1) dengan empat kata kansei yang memiliki nilai utility terbesar.

7


(49)

3. Kategori yang terpilih untuk item warna pegangan alat adalah silver (kategori 1) dengan empat kata kansei yang memiliki nilai utility terbesar.

4. Kategori yang terpilih untuk item panjang pegangan alat adalah 20 cm

(kategori 1) dengan empat kata kansei yang memiliki nilai utility terbesar. 5. Kategori yang terpilih untuk item bentuk peganganadalah silinder (kategori

1) dengan empat kata kansei yang memiliki nilai utility terbesar.

6. Kategori yang terpilih untuk item fungsi tambahan alat adalah senter

(kategori 1) dengan lima kata kansei yang memiliki nilai utility terbesar. Perbandingan rancangan awal atribut alat dengan rancangan hasil atribut alat yang terpilih berdasarkan metode kansei engineering dapat dilihat pada Tabel 6.2.

Tabel 6.2. Perbandingan Rancangan Awal dan Usulan Alat Laryngoscope


(50)

- Bahan alat stainlesssteel 304 - Panjang alat 173 mm

- Warna abu-abu

- Jenis lampu senter welch allyn hpx lamp 600

- Jenis pegangan welch allyn pocket scope handle

- Bentuk alat stainlesssteel 201 - Panjang alat 200 mm

- Warna silver

- Jenis lampu senter welch allyn halogen hpx gold lamp

- Jenis pegangan welch allyn convertible power handle

Sumber: Hasil pengolahan data

6.2 Analisis House Of Quality

6.2.1 Analisis Quality Function Deployment (QFD) Fase 1

Penentuan karakteristik teknis merupakan salah satu tahap dalam

pembuatan house of quality (HOQ). Karakteristik teknis merupakan kemampuan

teknis perusahaan dalam pemenuhan kebutuhan konsumen8

Karakteristik teknis pada alat laryngoscope dapat dilihat pada Tabel 6.3. . Penentuan karakteristik teknisberdasarkan hasil wawancara dengan pihak perusahaan.

8


(51)

Tabel 6.3 . Karakteristik Teknis Laryngoscope No Karakteristik Teknis

1 Complexity of items

2 Convenience of use

3 Mantainable product

4 Standarisasi bahan

5 Durability

Sumber: Hasil Pengolahan Data

Hasil yang diperoleh untuk nilai ukuran kinerja berupa tingkat kesulitan, perkiraan biaya dan derajat kepentingan karakteristik teknis dapat dilihat pada Tabel 6.4.

Tabel 6.4. Tingkat Kesulitan, Perkiraan Biaya dan Derajat Kepentingan Karteristik Teknis

No Karakteristik Teknis

Tingkat Kesulitan

Perkiraan Biaya

Derajat Kepentingan

1 Complexity of items 3 19 18

2 Convenience of use 3 19 22

3 Mantainable product 3 19 13

4 Standarisasi bahan 4 25 26

5 Durability 3 19 22

Sumber: Hasil Pengolahan Data

Dari Tabel tingkat diatas didapatkan tingkat kesulitan, perkiraan biaya dan derajat kepentingan tertinggi pada standarisasi bahan. Atribut standarisasi bahan inilah yang akan digunakan sebagai input pada QFD fase II.


(52)

proses produksi alat laryngoscope. Penentuan part kritis berdasarkan hasil wawancara dengan pihak manajemen perusahaan. Part kritis pada alat

laryngoscope dapat dilihat pada Tabel 6.5.

Tabel 6.5. Part KritisAlat Laryngoscope

No Part Kritis

1 Kualitas Bahan Baku

2 Keakuratan Geometris

3 Dimensi bilah alat

4 Dimensi pegangan alat

5 Jenis lampu senter

6 Jenis baterai lampu senter Sumber: Hasil pengumpulan data

Hasil yang diperoleh untuk nilai ukuran kinerja berupa tingkat kesulitan, perkiraan biaya dan derajat kepentingan part kritis dapat dilihat pada Tabel 6.6.


(53)

Tabel 6.6. Tingkat Kesulitan, Perkiraan Biaya Part Kritis dan Derajat Kepentingan Part Kritis

No Karakteristik Teknis

Tingkat Kesulitan

Perkiraan Biaya

Derajat Kepentingan

1 Kualitas bahan baku 5 22 28

2 Keakuratan geometris 3 13 9

3 Dimensi bilah alat 3 13 8

4 Dimensi pegangan alat 3 13 8

5 Jenis lampu senter 4 17 22

6 Jenis baterai lampu senter 5 22 24

Sumber: Hasil Pengolahan Data

Dari Tabel tingkat diatas didapatkan tingkat kesulitan, perkiraan biaya dan derajat kepentingan part kritis tertinggi pada kualitas bahan baku, jenis lampu senter dan jenis baterai lampu senter. Atribut kualitas bahan baku, jenis lampu senter dan jenis baterai lampu senter inilah yang akan digunakan sebagai input

pada value engineering.

6.3 Analisis Value Engineering9

Jenis kualitas bahan baku alat awal yang digunakan pada alat

laryngoscope adalah kualitas bahan baku stainless steel 304, jenis lampu senter

welch allyn hpx lamp 0600 dan jenis baterai lampu senter welch allyn pocket scope handle. Perbaikan dengan metode value engineering yaitu penggantian

9

Lawrence D. Milles. Techniques of Value Analysis and Engineering. (New York: McGraw-Hill Inc, 1972) , h.53-69


(54)

pada rencana awal dan usulan alat laryngoscope dapat dilihat pada Tabel 6.7.

Tabel 6.7. Perbandingan Total Biaya Bahan pada Rencana Awal dan Usulan Alat Laryngoscope

Biaya Awal Biaya usulan

Penghematan (Rp) Jenis

Bahan Biaya (Rp)

Jenis Bahan

Alternatif Biaya (Rp) Stainless

Steel 304 1.142.913

Stainless Steel

201 776.052 366.861

Welch Allyn Hpx Lamp 0600 408.330 Welch Allyn Halogen Hpx Gold Lamp

286.650 21.680

Welch Allyn Pocket Scope Handle 1.098.162 Welch Allyn Convertible Power Handle

818.766 279.396

Total 2.649.405 1.881.468 767.937

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Perhitungan total penghematan biaya alat laryngoscope adalah sebagai

berikut,

Total Penghematan biaya = Biayarencanaawal−Biayausulan

Biayarencanaawal x 100%

2.649.405−1.881.468

2.649.405 x 100% = 0.28985 = 28.98%

Total penghematan biaya untuk menghasilkan alat laryngoscope adalah sebesar


(55)

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis yang telah dilakukan antara lain:

1. Kebutuhan konsumen (Voice of Customer) yang didapatkan dari Kansei

Engineering pada rancangan alat laryngoscope berupa 6 atribut alat yaitu bahan bilah alat stainless steel, bahan pegangan alat stainless steel, warna pegangan alat silver, panjang pegangan alat 20 cm, bentuk pegangan alat silinder, dan fungsi tambahan alat senter.

2. Derajat kepentingan karakteristik teknis Quality Function Deployment fase I yang tertinggi adalah standarisasi bahan.

3. Part kritis pada Quality Function Deployment fase II yang menjadi atribut

untuk metode Value Engineering adalah kualitas bahan penyusun, jenis

lampu senter dan jenis baterai lampu senter.

4. Penghematan biaya produksi dengan metode Value Engineering untuk jenis

kualitas bahan penyusun Stainless Steel 304 disubtitusi dengan Stainless Steel

201, jenis lampu senter Welch Allyn Hpx Lamp disubtitusi dengan Welch

Allyn Halogen Hpx Gold Lamp, dan jenis baterai lampu senter Welch Allyn Pocket Scope Handle disubtitusi dengan Welch Allyn Convertible Power Handle adalah sebesar 28.98%.


(56)

dalam pemenuhan rancangan alat yang akan dipasarkan.

2. Pihak perusahaan diharapkan dapat memperhatikan karakteristik teknis dan

part kritis yang memperoleh nilai tingkat kepentingan paling tinggi di QFD fase I dan II agar dapat merancang alat yang memiliki biaya produksi lebih rendah.

3. Pihak manajemen RSU. Dr.Pirngadi Medan disarankan menerima kritik dan

saran dari dokter spesialis dan dokter co-ass dalam hal alat yang digunakan agar dapat menambah kenyamanan pengguna dan agar dapat meningkatkan pelayanan rumah sakit.


(57)

DAFTAR PUSTAKA

Benjamin, Niebel. 1974. Product Design and Process Engineering.

Cohen, Lou. 1995. Quality Function Deployment. Addison Wesley Publishing Company

Day, G. Ronald. 1993. Quality Function Deployment Linking A Company with Its

Customers. Wisconsin : ASQC Quality Press

Ginting, Rosnani. 2010. Perancangan Produk. Cetakan Pertama. Yogyakarta : Graha Ilmu

Lawrence, D. Miles. 1972. Techniques of Value Analysis and Engineering. Cetakan Kedua. United States of Amerika: McGraw Hill

Nagamichi, Mitsuo. 2011. Kansei/Affective Engineering. New York : CRC Press Santoso, Singgih. 2010. Statistik Multivariat. Jakarta: PT. Alex Media

Kompetindo

Sinulingga, Sukaria. 2011. Metode Penelitian. Cetakan Kedua. Medan : USU Press

http://tokolisati.com/harga-stainless-steel/

www.claflinequip.com/welch-allyn-lamps/


(1)

6.2.2 Analisis Quality Function Deployment (QFD) Fase 1

Karakteristik teknis dari QFD fase akan dijadikan input dari matriks QFD fase II. Part kritis adalah karakteristik part atau bahan yang paling utama dalam proses produksi alat laryngoscope. Penentuan part kritis berdasarkan hasil wawancara dengan pihak manajemen perusahaan. Part kritis pada alat

laryngoscope dapat dilihat pada Tabel 6.5.

Tabel 6.5. Part Kritis Alat Laryngoscope

No Part Kritis

1 Kualitas Bahan Baku 2 Keakuratan Geometris 3 Dimensi bilah alat 4 Dimensi pegangan alat 5 Jenis lampu senter

6 Jenis baterai lampu senter

Sumber: Hasil pengumpulan data

Hasil yang diperoleh untuk nilai ukuran kinerja berupa tingkat kesulitan, perkiraan biaya dan derajat kepentingan part kritis dapat dilihat pada Tabel 6.6.


(2)

Tabel 6.6. Tingkat Kesulitan, Perkiraan Biaya Part Kritis dan Derajat Kepentingan Part Kritis

No Karakteristik Teknis

Tingkat Kesulitan

Perkiraan Biaya

Derajat Kepentingan

1 Kualitas bahan baku 5 22 28

2 Keakuratan geometris 3 13 9

3 Dimensi bilah alat 3 13 8

4 Dimensi pegangan alat 3 13 8

5 Jenis lampu senter 4 17 22

6 Jenis baterai lampu senter 5 22 24

Sumber: Hasil Pengolahan Data

Dari Tabel tingkat diatas didapatkan tingkat kesulitan, perkiraan biaya dan derajat kepentingan part kritis tertinggi pada kualitas bahan baku, jenis lampu senter dan jenis baterai lampu senter. Atribut kualitas bahan baku, jenis lampu senter dan jenis baterai lampu senter inilah yang akan digunakan sebagai input

pada value engineering.

6.3 Analisis Value Engineering9

Jenis kualitas bahan baku alat awal yang digunakan pada alat

laryngoscope adalah kualitas bahan baku stainless steel 304, jenis lampu senter

welch allyn hpx lamp 0600 dan jenis baterai lampu senter welch allyn pocket scope handle. Perbaikan dengan metode value engineering yaitu penggantian


(3)

pemakaian jenis kualitas bahan baku menjadi stainless steel 201, jenis lampu senter menjadi welch allyn halogen hpx gold lamp dan jenis baterai lampu senter menjadi welch allyn convertible power handle. Perbandingan total biaya bahan pada rencana awal dan usulan alat laryngoscope dapat dilihat pada Tabel 6.7.

Tabel 6.7. Perbandingan Total Biaya Bahan pada Rencana Awal dan Usulan Alat Laryngoscope

Biaya Awal Biaya usulan

Penghematan (Rp) Jenis

Bahan Biaya (Rp)

Jenis Bahan

Alternatif Biaya (Rp)

Stainless

Steel 304 1.142.913

Stainless Steel

201 776.052 366.861

Welch Allyn Hpx Lamp 0600 408.330 Welch Allyn Halogen Hpx Gold Lamp

286.650 21.680

Welch Allyn Pocket Scope Handle 1.098.162 Welch Allyn Convertible Power Handle

818.766 279.396

Total 2.649.405 1.881.468 767.937

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Perhitungan total penghematan biaya alat laryngoscope adalah sebagai berikut,

Total Penghematan biaya = Biayarencanaawal−Biayausulan

Biayarencanaawal x 100%

2.649.405−1.881.468

2.649.405 x 100% = 0.28985 = 28.98%

Total penghematan biaya untuk menghasilkan alat laryngoscope adalah sebesar Rp 767.937 atau sebesar 28.98%.


(4)

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis yang telah dilakukan antara lain:

1. Kebutuhan konsumen (Voice of Customer) yang didapatkan dari Kansei Engineering pada rancangan alat laryngoscope berupa 6 atribut alat yaitu bahan bilah alat stainless steel, bahan pegangan alat stainless steel, warna pegangan alat silver, panjang pegangan alat 20 cm, bentuk pegangan alat silinder, dan fungsi tambahan alat senter.

2. Derajat kepentingan karakteristik teknis Quality Function Deployment fase I yang tertinggi adalah standarisasi bahan.

3. Part kritis pada Quality Function Deployment fase II yang menjadi atribut untuk metode Value Engineering adalah kualitas bahan penyusun, jenis lampu senter dan jenis baterai lampu senter.

4. Penghematan biaya produksi dengan metode Value Engineering untuk jenis kualitas bahan penyusun Stainless Steel 304 disubtitusi dengan Stainless Steel

201, jenis lampu senter Welch Allyn Hpx Lamp disubtitusi dengan Welch Allyn Halogen Hpx Gold Lamp, dan jenis baterai lampu senter Welch Allyn Pocket Scope Handle disubtitusi dengan Welch Allyn Convertible Power Handle adalah sebesar 28.98%.


(5)

7.2. Saran

Saran yang dapat diajukan setelah melaksanakan tugas sarjana yaitu : 1. Pihak perusahaan disarankan menerima kebutuhan emosional pengguna alat

dalam pemenuhan rancangan alat yang akan dipasarkan.

2. Pihak perusahaan diharapkan dapat memperhatikan karakteristik teknis dan part kritis yang memperoleh nilai tingkat kepentingan paling tinggi di QFD fase I dan II agar dapat merancang alat yang memiliki biaya produksi lebih rendah.

3. Pihak manajemen RSU. Dr.Pirngadi Medan disarankan menerima kritik dan saran dari dokter spesialis dan dokter co-ass dalam hal alat yang digunakan agar dapat menambah kenyamanan pengguna dan agar dapat meningkatkan pelayanan rumah sakit.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Benjamin, Niebel. 1974. Product Design and Process Engineering.

Cohen, Lou. 1995. Quality Function Deployment. Addison Wesley Publishing Company

Day, G. Ronald. 1993. Quality Function Deployment Linking A Company with Its Customers. Wisconsin : ASQC Quality Press

Ginting, Rosnani. 2010. Perancangan Produk. Cetakan Pertama. Yogyakarta : Graha Ilmu

Lawrence, D. Miles. 1972. Techniques of Value Analysis and Engineering. Cetakan Kedua. United States of Amerika: McGraw Hill

Nagamichi, Mitsuo. 2011. Kansei/Affective Engineering. New York : CRC Press Santoso, Singgih. 2010. Statistik Multivariat. Jakarta: PT. Alex Media

Kompetindo

Sinulingga, Sukaria. 2011. Metode Penelitian. Cetakan Kedua. Medan : USU Press

http://tokolisati.com/harga-stainless-steel/

www.claflinequip.com/welch-allyn-lamps/


Dokumen yang terkait

Perbaikan Rancangan Infant Incubator dengan Mengintegrasikan Metode Kano, Quality Function Deployment dan Value Engineering di RSU Kabanjahe

2 71 91

Usulan Perbaikan Pelayanan RSUD Dr. Pirngadi Medan dengan Integrasi Fuzzy Servqual dan Quality Function Deployment (QFD)

6 84 159

Studi Penerapan Concurrent Engineering Tools dalam Perbaikan Rancangan Produk dengan menggunakan Metode Quality Function Deployment dan Value Engineering

37 193 53

Penerapan Metode Kano, Quality Function Deployment Dan Value Engineering Untuk Peningkatan Mutu Produk Sarung Tangan Karet

11 73 101

Aplikasi Kansei Engineering Dan Quality Function Deployment (QFD) Serta Teoriya Resheniya Izobretatelskikh Zadatch (TRIZ) Untuk Meningkatkan Mutu Pelayanan Rumah Sakit Pada Instalasi Hemodialisis

9 92 70

Strategi Perbaikan Kualitas Pelayanan Dengan Menggunakan Metode Quality Function Deployment (QFD) dan Pendekatan Blue Ocean Strategy di LotteMart Wholesale Medan

13 167 189

Integrasi Aplikasi Metode Quality Function Deployment (QFD) dengan Blue Ocean Strategy (BOS) untuk Meningkatkan Mutu Pelayanan Hotel, Studi Kasus: Hotel Grand Angkasa Internasional Medan

15 91 169

PERANCANGAN SLICER MACHINE CRACKERS DENGAN MENGGUNAKAN METODE KANSEI ENGINEERING DAN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD).

1 5 6

Perbaikan Rancangan Infant Incubator dengan Mengintegrasikan Metode Kano, Quality Function Deployment dan Value Engineering di RSU Kabanjahe

0 0 24

Function Deployment (QFD), dan Value Engineering di RSU

1 1 21