Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembayaran dividen dan tingkat dividen: studi empiris pada emitten non Bank dan asuransi yang termasuk kedalam perhitungan indeks saham syariah Indonesia Per 15 Januari 2014 periode Tahun 2009-2013

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PEMBAYARAN

DIVIDEN DAN TINGKAT DIVIDEN

(Studi Empiris Pada Emitten Non Bank dan Asuransi Yang

Termasuk Kedalam Perhitungan Indeks Saham Syariah

Indonesia Per 15 Januari 2014 periode tahun 2009-2013)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi

Disusun oleh:

ASRI FARIDA SARAH

1111081000073

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

vi DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Asri Farida Sarah

Jenis kelamin : Perempuan

Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 29 Januari 1994

Status : Belum Menikah

Alamat : Jln. Kelapa 3 gg. H. Salam rt. 05/03 no.137 Jagakarsa, Jakarta Selatan

Telepon :087880710396

Email : sarahasri19@yahoo.com

Pendidikan:

1. SDN Jagakarsa 12 pagi : 2001-2007

2. SMPN 166 Jakarta : 2007-2009

3. SMAN 49 Jakarta : 2009-2011

4. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta : 2011 Pendidikan Informal:

1. Pendidikan Bahasa Inggris BBC

2. Pendidikan Komputer di Nabila Course Pengalaman Organisasi:

1. Paskibra SDN Jagakarsa 12 pagi : 2006

2. PMR SMPN 166 Jkt : 2007

3. Rohis SMPN 166 Jkt : 2007

4. LLC SMA 49 Jkt : 2009

5. Panitia Management Camp : 2012


(7)

vii ABSTRACT

This research was aimed to analyze determinant of dividend policy in Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) period 2009-2013. This research using secondary data from official website Indonesia Stock Exchange (IDX). Purposive sampling method is applied in this research. Probit regression and OLS regression used to analyze determinant of dividend policy. Probit regression used to analyze likelihood of dividend payment and OLS regression used to analyze magnitude of dividend level. Result of probit regression show that ROA, firm size, earned contibuted capital (RE/TE), Investment Opportunity Set (Market to book value of asset) and ownership structure has significant effect to likelihood of dividend payment, whereas asset growth, asymmetry information (trading share turnover) and insider ownership has insignificant effect. This research also found that ROA, leverage and free cash flow has significant effect to dividend payout ratio, whereas firm size, asset growth, Investment Opportunity Set (Market to book value of asset), asymmetry information (trading share turnover), insider ownership, ownership structure and tax rate has insignificant effect. Furthermore research findings show that ROA, asset growth, Investment Opportunity Set (Market to book value of asset), ownership structure, leverage and free cash flow has significant effect to dividend yield, whereas firm size, asymmetry information (trading share turnover), insider ownership and tax rate has insignificant effect.

Keywords : dividend policy, probit regression, OLS regression, ROA, asset growth, firm size, earned contibuted capital (RE/TE), Investment Opportunity Set (Market to book value of asset), ownership structure, leverage, free cash flow,


(8)

viii ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis faktor-faktor penentu kebijakan dividen pada Indeks Saham Syariah Indonesia periode 2009-2013. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari situs resmi Bursa Efek Indonesia (IDX). Metode purposive sampling diterapkan pada penelitian ini. Probit regresi dan OLS regresi digunakan untuk menganalisis faktor penentu kebijakan dividen. Probit regresi digunakan untuk menganalisis kemungkinan pembayaran dividen dan OLS regresi digunakan untuk menganalisis besaran tingkat dividen. Hasil dari probit regresi menunjukkan bahwa ROA, firm size, earned contibuted capital (RE/TE), Investment Opportunity Set (Market to book value of asset) dan struktur kepemilikan berpengaruh signifikan terhadap kemungkinan pembayaran dividen, sedangkan asset growth, asimetri informasi (trading share turnover) dan insider ownership tidak berpengaruh. Penelitian ini juga menemukan bahwa ROA, leverage dan free cash flow berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio, sedangkan firm size, asset growth, Investment Opportunity Set (Market to book value of asset), asimetri informasi (trading share turnover), insider ownership, struktur kepemilikan dan tax rate tidak memiliki pengaruh. Selanjutnya penelitian menemukan bahwa ROA, asset growth, Investment Opportunity Set (Market to book value of asset), struktur kepemilikan, leverage dan free cash flow berpengaruh signifikan terhadap dividend yield, sedangkan firm size, asimetri informasi (trading share turnover), insider ownership dan tax rate tidak berpengaruh.

Kata kunci : dividend policy, probit regression, OLS regression, ROA, asset growth, firm size, earned contibuted capital (RE/TE), Investment Opportunity Set (Market to book value of asset), struktur kepemilikan, leverage, free cash flow, asimetri informasi (trading share turnover), insider ownership, tax rate.


(9)

ix KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb.

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Semesta Alam, Allah SWT. yang telah memberikan rahmat, hidayah, petunjuk, kesehatan serta kekuatan baik fisik maupun psikis kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dalam penulisan dan penyusunan. Hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan, kemampuan dan pengalaman penulis. Penulis menyadari penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari doa, bantuan, bimbingan dan saran serta kritik dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya atas doa dan bantuannya kepada:

1. Kedua orangtuaku, Ayah Agus Junaedi dan Ibu Suri yang selalu memberikan doa, semangat, dukungan dan kasih sayang yang tiada hentinya kepada penulis, serta Adikku, Aida dan Fajri yang senantiasa memberikan doa, semangat dan keceriaan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

2. Bapak Dr. Arief Mufraini, LC, M.Si sebagai Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bpk. Dr. Indoyama Nasaruddin SE, MAB, selaku dosen pembimbing I yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan pengarahan dan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Bpk. Taridi Kasbi Ridho MBA, selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan serta dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.


(10)

x

5. Ibu Dr. Muniaty Aisyah Ir, MM dan Ibu Titi Dewi Warninda SE,MSi, selaku ketua dan sekretaris jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan pengetahuan dan nasihat yang bermanfaat bagi penulis.

7. Bursa Efek Indonesia dan website perusahaan sampel yang memberikan data penelitian yang berguna dalam penyelesaian skripsi ini.

8. Teman-teman Manajemen C angkatan 2011. Terimakasih atas kebersamaan, canda tawa dan pelajaran hidup yang kalian berikan selama ini.

9. Teman-teman Manajemen Keuangan. Terimakasih atas segala sharing

ilmunya, keceriaannya dan kebersamaannya selama ini.

10.Temen-temen terbaik ku, Umi Ruqoyah, Esa Listiana, Fenta Veronica, Nani S. ,Sarah Ristika, Selvi Amalia, Nurivani (Fani), Ela S. dan Yugisvuri. Terimakasih atas kebersamaan, canda tawa, ilmu dan

“keanehannya” yang telah memberikan warna selama masa kuliah ini dan

semua teman-teman jurusan Manajemen yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Penulis dengan senang hati menerima segala kritikan, masukan, dan saran yang bersifat membangun sehubungan dengan skripsi ini. Akhirnya dengan kerendahan hati penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis khususnya.

Jakarta 2015

Asri Farida Sarah


(11)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ... iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI... iv

LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ... v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi

ABSTRACT ... vii

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Perumusan Masalah ... 16

C. Tujuan Penelitian ... 17

D. Manfaat Penelitian ... 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 20

A. Pasar Modal ... 20

B. Saham ... 22

C. Dividen ... 28

D. Kebijakan Dividen ... 31

E. Dividend Payout Ratio ... 45

F. Dividend Yield ... 46

G. Profitabilitas ... 46

H. Asset Growth ... 50


(12)

xii

J. Firm Size ... 54

K. Earned/contributed capital mix ... 56

L. Asimetri Informasi (trading share turnover) ... 59

M. Insider Ownership ... 61

N. Struktur Kepemilikan ... 62

O. Leverage ... 65

P. Arus Kas Bebas (Free Cash Flow) ... 67

Q. Pajak ... 68

R. Penelitian Terdahulu ... 70

S. Kerangka Penelitian 1. Pada penelitian keputusan pembayaran dividen... 74

2. Pada penelitian dividend payout ratio...75

3. Pada penelitian dividend yield ... 76

T. Hipotesis ... 77

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 79

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 79

B. Metode Penentuan Sampel ... 79

C. Metode Pengumpulan Data ... 83

D. Metode Analisis ... 84

E. Operasional Variabel Penelitian ... 91

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 99

A. Sekilas gambaran umum Bursa Efek Indonesia ... 99

B. Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) ... 100

C. Hasil dan Pembahasan... 101

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 119

A. Kesimpulan ... 135

B. Implikasi Penelitian ... 137

C. Saran ... 139

DAFTAR PUSTAKA ... 140


(13)

xiii DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

1.2 Pembayaran dividen ISSI periode 2009-2013 13

2.1 Penelitian Terdahulu 70

3.1.1 Sampel Perusahaan (Keputusan Pembayaran) 80 3.1.2 Rincian Data Sampel (Keputusan Pembayaran) 81

3.2 Daftar Nama Sampel Perusahaan(DPR) 81

3.3 Daftar Nama Sampel Perusahaan(DY) 83

4.1 Hasil Statistik Deskriptif (Keputusan Pembayaran) 101

4.2 Hasil Statistik Deskriptif (DPR) 102

4.3 Hasil Statistik Deskriptif (DY) 103

4.4 Hasil Probit Regression 104

4.5 Hasil Uji Normalitas (DPR) 107

4.6 Hasil UjI Normalitas (DY) 107

4.5.1 Hasil Uji Multikolinieritas (DPR) 108

4.6.1 Hasil Uji Multikolinieritas (DY) 109

4.5.2 Hasil Uji Heterokedastisitas (DPR) 110

4.6.2 Hasil Uji Heterokedastisitas (DY) 110

4.5.3 Hasil Uji Autokorelasi (DPR) 111

4.6.3 Hasil Uji Autokorelasi (DY) 111

4.7 Hasil Regresi Berganda (DPR) 112


(14)

xiv DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Halaman

1.1 Statistik kinerja perdagangan saham ISSI 12

2.2.1 Kerangka Pemikiran Keputusan Pembayaran Dividen 74 2.2.2 Kerangka Pemikiran Dividend Payout Ratio 75


(15)

xv DAFTAR LAMPIRAN

No. Keterangan

Lampiran 1 Sampel Penelitian (Keputusan Pembayaran)

Lampiran 2 Sampel Penelitian (DPR dan DY)

Lampiran 3 Data Mentah Penelitian Keputusan Pembayaran dividen Lampiran 4 Data Mentah Penelitian Dividend Payout Ratio

Lampiran 5 Data Mentah Penelitian Dividend Yield

Lampiran 6 Output Hasil Probit Regression

Lampiran 7 Output Hasil Regresi (DPR)


(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Penelitian

Investasi adalah penanaman modal pada suatu asset dengan harapan mendapatkan keuntungan di kemudian hari. Menurut Bodie et,al.(2014) investasi adalah komitmen saat ini atas uang atau sumber daya lainnya dengan harapan untuk mendapatkan keuntungan di masa depan. Terdapat dua jenis investasi secara umum yaitu investasi pada asset sektor rill dan investasi pada asset sektor keuangan. Investasi pada asset rill antara lain tanah,bangunan dan mesin. Investasi pada asset keuangan antara lain saham dan obligasi. Bodie et, al.(2014) membagi asset keuangan ke dalam tiga kelompok besar: instrumen pendapatan tetap (fixed income), saham dan derivatif. Investasi pada sektor keuangan mencakup investasi di pasar modal. Menurut Budisan dan Triand (2006:279) menyatakan bahwa pasar modal (capital market) adalah pasar keuangan untuk dana-dana jangka panjang dan merupakan pasar yang konkret. Terdapat banyak jenis efek atau instrumen yang diperdagangkan di pasar modal salah satunya adalah saham.

Saham adalah surat berharga yang menunjukkan kepemilikan individu atau korporasi atas suatu perusahaan yang dapat diperjual belikan. Investor tentunya mengharapkan imbalan dari setiap investasi yang ditanamnya. Terdapat dua macam keuntungan atau tingkat pengembalian (return) yang bisa diperoleh investor apabila berinvestasi pada saham yaitu capital gain dan dividen. Capital


(17)

2 gain adalah selisih harga jual saham yang lebih tinggi daripada harga belinya. Sedangkan dividen adalah keuntungan perusahaan yang diberikan kepada para pemegang saham yang ditetapkan pada saat RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham). Investor akan lebih tertarik untuk berinvestasi pada saham-saham perusahaan yang dapat memberikan dua keuntungan tersebut (dividen dan capital gain) karena dianggap memiliki kinerja keuangan yang baik dan prospek usaha yang menguntungkan di masa depan.

Gordon dan Lintner menyatakan bahwa sesungguhnya investor jauh lebih menghargai pendapatan yang didapatkan dari dividen daripada pendapatan yang diharapkan dari keuntungan modal (capital gain). (Brigham dan Houston, 2001: 67 dalam Wahyudi dan Baidori, 2008:474). Menurut teori “the bird in the hand

menyatakan bahwa dividen memiliki tingkat kepastian yang lebih tinggi dibandingkan capital gain. Menurut teori ini, investor lebih memilih dividen yang sudah pasti jumlah nominalnya daripada mengharapkan capital gain yang belum pasti dimasa yang akan datang.(Hardiatmo dan Daljono:2013).

Menurut Gordon dan Linter (1959) dikutip dari Jauhari (2002) dalam Hardiatmo dan Daljono (2013), berpandangan bahwa semakin tinggi dividend payout ratio (D1/P1), maka semakin tinggi pula nilai perusahaan. Gordon dan Linter berpendapat bahwa investor menilai dividend payout lebih besar daripada pertumbuhan, karena mereka merasa lebih yakin jika menerima dividen dibandingkan jika menerima capital gain. Dapat dianalogikan bahwa satu burung ditangan lebih berarti daripada seribu burung di angkasa. Menurut mereka, investor memandang dividend yield lebih pasti daripada capital gains yield.


(18)

3

Wirolukito et, al. (2003) dalam Suharli (2007) mengungkapkan bahwa pihak manajemen akan membayarkan dividen untuk memberi sinyal mengenai keberhasilan perusahaan membukukan profit. Sinyal tersebut menyimpulkan bahwa kemampuan perusahaan untuk membayar dividen merupakan fungsi dari keuntungan. Dengan demikian profitabilitas multak diperlukan untuk perusahaan apabila hendak membayarkan dividen. Oleh karena itu pemberian dividen dianggap merupakan sinyal positif bagi investor terhadap kondisi perusahaan, hal ini menunjukkan bahwa kinerja keuangan perusahaan dalam performa yang baik. Suharli (2007) menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki kemampuan membayar dividen diasumsikan masyarakat sebagai perusahaan yang menguntungkan.

Dalam memutuskan membayar dividen, pihak manajemen juga harus memperhatikan kondisi arus kas bebas (free cash flow) perusahaan. Dengan free cash flow positif menunjukkan bahwa tersedianya dana kas untuk para pemegang saham setelah dikurangi dengan berbagai kewajiban perusahaaan dan dana untuk kesempatan investasi dikemudian hari.Posisi kas yang benar-benar tersedia bagi para pemegang saham akan tergambar pada free cash flow yang dimiliki oleh perusahaan. Sutrisno (2001) dalam Rosdini (2009). Dalam banyak hal, dividen sering diperlakukan sebagai pertimbangan terakhir setelah pertimbangan investasi dan pertimbangan pembiayaan lainnya, sehingga timbul the residual value theory of dividend. Disamping itu, ada juga yang mempertimbangkan pembagian dividen kas untuk mengurangi masalah keagenan (Rosdini:2009).

Menurut Easterbrook (1984) dalam Nuringsih (2005) menyatakan bahwa masalah kebijakan dividen berkaitan dengan masalah keagenan. Salah satu pihak


(19)

4

yang menetapkan alokasi dividen adalah manajer. Perusahaan sebaiknya menetapkan kebijakan dividen yang rendah agar memiliki sumber dana internal yang relatif lebih murah dibandingkan utang atau emisi saham baru. Pada kenyataanya, manajer juga terlibat dalam kepemilikan saham sehingga terkadang menginginkan return dalam bentuk dividen. Apabila perilaku manajer menyukai dividen rendah, maka perusahaan akan memiliki laba ditahan relatif tinggi. Namun apabila menyukai dividen besar, maka perilaku manajer mengarah pada

bird in the hand theory, sebagai dampaknya perusahaan memiliki sumber dana internal relatif rendah. Pada situasi ini jika perusahaan melakukan ekspansi akan didanai dari sumber eksternal yang relatif mahal, misalnya menggunakan hutang. Peningkatan penggunaan utang akan meningkatkan rasio utang yang mengakibatkan risiko kebangkrutan dan financial distress. Keputusan ini justru menimbulkan konflik baru antara pemegang saham, manajer, dan kreditor. Perusahaan harus berhati-hati dalam menetapkan kebijakan dividen karena masing-masing alternatif keputusan memiliki risiko dan akan ditindaklanjuti oleh pihak eksternal.(Nuringsih:2005).

Kebijakan dividen merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang. Perusahaan dalam menetapkan kebijakan dividen harus memperhatikan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Penetapan kebijakan dividen sangat penting karena berkaitan dengan kesejahteraan pemegang saham. Dalam menentukan kebijakan dividen tidaklah mudah karena dapat mempengaruhi kinerja perusahaan, nilai perusahaan dan harga saham


(20)

5

perusahaan(Dewi:2008). Faktor-faktor yang harus diperhatikan manajemen dalam mengambil keputusan mengenai kebijakan dividen antara lain faktor internal (seperti kondisi keuangan perusahaan) dan faktor eksternal (reaksi investor).

Black (1976) dalam Nuringsih (2005) mengatakan bahwa banyak puzzle

dibalik kebijakan dividen. Hal ini disebabkan ada tiga teori yang berlawanan tentang dividen. Menurut Modigliani & Miller dikutip dalam Brigham & Houston (2001), yang dikenal dengan dividend irrelevant theory menyatakan bahwa besar/kecilnya dividen tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan tetapi yang berpengaruh justru basic earning power dan business risk. Menurut Gordon dikutip dalam Brigham & Houston (2001), dalam the bird in the hand theory,

tingkat ketidakpastian yang tinggi pemegang saham menginginkan dividen tinggi daripada capital gain. Bila perusahaan menerapkan sepenuhnya, konsep ini memiliki sumber dana internal yang relatif rendah karena sebagian besar profit terserap untuk mensejahterakan pemegang saham. Dampak selanjutnya justru membengkakkan rasio utang. Sebaliknya, Litzenberger & Ramaswamy dikutip dalam Brigham & Houston (2001), berpendapat dalam the tax preference theory

bahwa investor memilih dividen rendah karena pajak atas dividen lebih mahal daripada pajak capital gain. Berdasarkan teori ini pemegang saham memilih dividen rendah untuk menghemat pembayaran pajak.(Nuringsih:2005).

De Angelo et,al.(2006) menguji teori siklus hidup deviden (life-cycle theory of dividends) terhadap dividend policy(kebijakan dividen). De Angelo et,al. menemukan bahwa perusahaan akan cenderung membayar dividen ketika proporsi laba ditahan (retained earning) terhadap total equity/asset lebih besar. Mereka juga menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara RE/TE atau


(21)

6

RE/TA dan keputusan pembayaran dividen. Lebih lanjut De Angelo mengungkapkan bahwa RE/TE atau RE/TA memiliki pengaruh yang besar daripada tingkat profitability dan growth opportunities terhadap keputusan pembayaran dividen. Menurut Refra dan Widiastuti (2014) teori ini menyatakan bahwa dividend cenderung untuk mengikuti pola siklus hidup (life cycle) perusahaan tersebut. Perusahaan yang sedang berada dalam tahap mature

(dewasa) lebih cenderung untuk membayarkan dividend karena pada tahap ini perusahaan memilki kuantitatif laba yang besar. Sementara perusahaan yang masih dalam tahap growth (pertumbuhan) lebih cenderung untuk tidak membayarkan dividend karena pada tahap ini perusahaan memilki peluang investasi yang tinggi namun memilki pendanaan yang terbatas, sehingga laba yang diperoleh ditahan sebagai retained earnings dan kemudian diinvestasikan kembali karena pendanaan internal memiliki biaya yang lebih murah dibandingkan dengan pendanaan eksternal.

Kebijakan pemberian atau pembayaran dividen merupakan suatu keputusan yang tidak mudah karena dihadapkan pada dua kondisi yaitu memenuhi keinginan shareholder(pemegang saham) akan cash dividend dan memenuhi dana internal yang akan digunakan untuk investasi kembali (reinvestment) guna meningkatkan pertumbuhan perusahaan yang mana akan menjadikan perusahaan lebih besar lagi. Untuk itu diperlukan kebijakan dividen yang optimal agar dapat memenuhi dua kepentingan tersebut.

Menurut Rodoni dan Ali (2010:125) menyatakan bahwa kebijakan dividen optimal merupakan kebijakan yang menciptakan keseimbangan antara dividen saat ini dan pertumbuhan dimasa yang akan datang. Sedangkan menurut Brigham


(22)

7

dan Houston (2001:66) dalam Irawan(2009), kebijakan dividen yang optimal merupakan kebijakan yang menciptakan keseimbangan antara dividen saat ini dan pertumbuhan di masa yang akan datang sehingga dapat memaksimalkan harga saham perusahaan.

Kebijakan dividen terbagi menjadi dua langkah yaitu keputusan melakukan pembayaran dividen atau tidak, dan menentukan besarnya alokasi laba yang diberikan dalam bentuk dividen apabila perusahaan memutuskan untuk membayar dividen. Dengan keputusan perusahaan memberikan dividen berarti akan mengurangi besarnya laba yang ditahan dimana berdampak terhadap minimnya dana internal untuk reinvestasi sehingga menimbulkan konsekuensi perusahaan harus mencari dana dari luar (eksternal). Kebijakan dividen merupakan salah satu kebijakan perusahaan yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan manajemen secara seksama dan teliti agar dapat memenuhi keinginan para pemegang saham akan cash dividend dan mencukupi kebutuhan dana internal.

Dalam kebijakan dividen ditentukan besarnya alokasi laba untuk dividen dan alokasi laba untuk saldo laba ditahan (retained earning). Menurut Nuringsih (2005) menyatakan bahwa keputusan membayar dividen merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kesejahteraan para pemegang saham, khususnya pemegang saham yang berinvestasi dalam jangka panjang dan bukan pemegang saham yang beroerientasi pada capital gain.

Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk menganalisa faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen baik dalam keputusan membayarkan dividen


(23)

8

atau tidak, dan besaran dividen yang diberikan. Penelitian yang dilakukan oleh Al-Malkawi (2008) menemukan bahwa jenis sektor perusahaan, ownership dispersion, insider ownership, PER (price earnings ratio) tidak bepengaruh terhadap probabilitas pembayaran dividen sedangkan profitabilitas,umur perusahaan, firm size berpengaruh positif terhadap probabilitas pembayaran dividen. Variabel lainnya yaitu leverage (DER) berpengaruh secara negatif terhadap probabilitas pembayaran dividen.

Budiarso (2012) mengungkapkan bahwa profitabilitas (ROA), ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap pembayaran dividen. Sedangkan leverage (DER) dan likuiditas (CR) tidak berpengaruh signifikan terhadap pembayaran dividen.

Alphonse dan Tran (2014) menemukan bahwa probabilitas pembayaran dividen dipengaruhi secara positif oleh profitabilitas (ROA), firm size,

earned/contributed capital, state control sedangkan investment opportunities

(asset growth dan market to book value of asset), likuiditas saham dan insider ownership berpengaruh negatif terhadap probabilitas pembayaran dividen. Alphonse dan Tran (2014) juga menemukan bahwa investment opportunities

(asset growth dan market to book value of asset) dan insider retention berpengaruh negatif terhadap dividend yield sedangkan leverage (DTA) berpengaruh positif terhadap dividend yield. Leverage (DTA) dan free cash flow

berpengaruh negatif terhadap dividend payout ratio.

Penelitian yang dilakukan Deitiana (2009), Binastuti dan Wibowo (2011) menemukan bahwa ROA tidak berpengaruh terhadap dividend payout ratio.


(24)

9

Sedangkan Marlina dan Danica (2009), Hardiatmo dan Daljono (2013) menemukan bahwa ROA memiliki pengaruh signifikan positif terhadap dividend payout ratio (DPR). Hasil ini berbeda dengan Nuringsih (2005) dan Dewi (2008) yang menemukan bahwa ROA berpengaruh negatif signifikan terhadap

dividend payout ratio.

Laksono (2006), Latiefasari dan Chabachib (2011) menemukan bahwa

asset growth memiliki pengaruh negatif terhadap dividend payout ratio. Hasil yang sama ditemukan oleh Raissa (2012) yang mengungkapkan bahwa asset growth memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap dividend payout ratio. Sedangkan Shakti (2014) menemukan bahwa asset growth berpengaruh positif terhadap dividend payout ratio.

Danar (2007) menemukan bahwa market to book value of asset

(MVABVA) berpengaruh negatif terhadap dividend payout ratio. AP.Putri (2011) menemukan bahwa market to book value of asset (MVABVA) berpengaruh positif terhadap dividend payout ratio. Hasil yang sama ditemukan oleh Faramita (2011) yang mengungkapkan bahwa market to book value of asset (MVABVA) berpengaruh positif terhadap dividend payout ratio.

Penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2008), Difah (2011) menemukan bahwa firm size berpengaruh positif terhadap dividend payout ratio. Hasil serupa ditemukan oleh Istiningtyas (2013), Sumantri dan Candraningrat (2014) bahwa

firm size memiliki pengaruh positif terhadap dividend payout ratio. Namun, Pasadena (2013) menemukan bahwa firm size tidak berpengaruh terhadap


(25)

10

Nuringsih (2005), Laksono (2006) menemukan bahwa debt to total asset ratio berpengaruh negatif terhadap dividend payout ratio. Hal yang serupa ditemukan oleh Dewi (2008) yang mengungkapkan bahwa terdapat pengaruh debt to total asset terhadap dividend payout ratio. Sedangkan hasil penelitian oleh Basuki (2012) menemukan bahwa debt to total asset ratio tidak berpengaruh terhadap dividend payout ratio.

Kusuma (2006) menemukan bahwa asimetri informasi berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen. Al-Malkawi (2007) menemukan bahwa asimetri informasi tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen.

Rosdini (2009) mengungkapkan bahwa free cash flow berpengaruh positif terhadap dividend payout ratio. Hasil yang berbeda ditemukan oleh Sariwati (2011), Fajriyah (2011) yang mengungkapkan bahwa free cash flow memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap dividend payout ratio. Irnanta et, al.(2014) mengungkapkan bahwa free cash flow memiliki pengaruh terhadap dividend payout ratio. Sedangkan Raissa (2012), Istiningtyas (2013) menemukan bahwa

free cash flow tidak berpengaruh terhadap dividend payout ratio.

Nuringsih (2005), Rosita (2008) menemukan bahwa insider ownership

memiliki pengaruh positif terhadap dividend payout ratio. Hasil yang sama ditemukan Fajriyah (2011) yang mengungkapkan bahwa insider ownership

mempunyai pengaruh positif terhadap dividend payout ratio. Sariwati (2011) menemukan bahwa insider ownership tidak berpengaruh terhadap dividend payout ratio.


(26)

11

Al-Kuwari (2007) mengungkapkan bahwa government ownership

memiliki pengaruh positif terhadap dividend payout ratio. Hasil yang serupa juga ditemukan oleh Siti Salwani binti Abdullah (2011) yang menemukan bahwa

government ownership berpengaruh positif terhadap dividend payout ratio. Penelitian yang dilakukan oleh Thanatawee (2014) juga menemukan bahwa

government ownership berpengaruh positif terhadap dividend payout ratio.

Nnadi dan Akopmi (2008), Olubukunola dan Olowe (2013) menemukan bahwa tax berpengaruh positif signifikan terhadap dividend payout ratio. Sedangkan Hadiwidjaja (2008), Arif dan Akbar (2013) menemukan bahwa tax

berpengaruh negatif terhadap dividend payout ratio. Mathilda (2012) serta Refra dan Widiastuti (2014), menemukan bahwa tax tidak berpengaruh terhadap

dividend payout ratio. Busnia (2010) mengungkapkan bahwa penurunan tarif pajak berpengaruh positif terhadap probablitas perusahaan dalam meningkatkan

dividend payout.

Iqbal (2011) menemukan bahwa ROA dan leverage (debt to total asset)

berpengaruh positif terhadap dividend yield sedangkan asset growth, market value

(nilai kapitalisasi) berpengaruh negatif terhadap dividend yield. Setya(2012) menemukan bahwa secara parsial earning per share, ROA, growth potential tidak berpengaruh terhadap dividend yield, sedangkan secara simultan EPS,ROA dan

growth potential berpengaruh terhadap dividend yield.

Penelitian yang dilakukan oleh Nnadi et, al. (2012) menemukan bahwa

insider ownership, debt to equity ratio berpengaruh negatif terhadap dividend yield sedangkan perusahaan kepemilikan pemerintah (goverment), umur


(27)

12

perusahaan, profitabilitas (EPS), market capitalization berpengaruh positif. Variabel lainnya yaitu dispersion ownership, market to book ratio, asimetris informasi (share turnover ratio), jenis sektor perusahaan, pajak dividen tidak berpengaruh terhadap dividend yield.

Berikut adalah gambaran indeks harga saham dan total volume perdagangan saham syariah Indonesia per kuartal selama periode tahun 2010-2013 yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id).

(Gambar 1.1)

Berdasarkan statistik diatas, kinerja perdagangan saham ISSI berfluktuasi selama tahun 2010-2013. Harga saham indeks saham syariah Indonesia (ISSI) tertinggi terjadi pada kuartal kedua (Q2) tahun 2013 dengan total perdagangan saham sekitar 8.500 juta lembar saham dan harga saham ISSI menyentuh sekitar 175 rupiah (Rp.175).


(28)

13

Berikut ini adalah gambaran pembayaran dividen pada perusahaan yang terdaftar dalam Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) selama periode tahun 2009-2013:

Tabel 1.2

Sumber: www.idx.co.id (diolah)

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan pembayaran dividen dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2012, pada tahun 2009 hanya sekitar 39,02 % perusahaan yang membayarkan dividen dan pada tahun 2012 perusahaan yang membayarkan dividen meningkat menjadi 50,87 %. Namun pada tahun 2013 terjadi penurunan perusahaan yang membayarkan dividen menjadi 44,59 %, terjadi penurunan sebesar 6,28 % dari tahun sebelumnya.

Indonesia dengan mayoritas muslim terbesar di dunia merupakan pangsa pasar potensial untuk industri keuangan syariah baik asuransi, perbankan maupun

payers non payers payers non payers payers non payers payers non payers payers non payers

Agriculture 5 4 7 2 9 2 9 2 10 3

Mining 9 12 11 11 11 13 13 14 12 15

Basic Industry And

Chemicals 18 26 20 25 21 25 16 30 21 27

Miscellaneous

Industry 10 18 11 17 16 13 15 15 13 17

Consumer Goods

Industry 8 15 13 12 16 9 14 13 13 14

Property, Real Estate And Building

Construction 15 25 18 24 22 22 28 19 22 25

Infrastructure, Utilities And

Transportation 5 13 6 13 12 12 15 12 12 15

Finance 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1

Trade, Services &

Investment 26 36 33 33 31 38 37 36 29 47

T0TAL 96 150 119 138 138 135 147 142 132 164

Persentase(%) 39,02 60,98 46,30 53,70 50,55 49,45 50,87 49,13 44,59 55,41 2013 Tahun

SEKTOR

2009

N (246) N (257) N (273) N (289) N (296)


(29)

14

pasar modal. Meskipun perkembangannya relatif baru dibandingkan dengan perbankan syariah maupun asuransi syariah tetapi seiring dengan pertumbuhan yang signifikan di industri pasar modal Indonesia, maka diharapkan investasi syariah di pasar modal Indonesia akan mengalami pertumbuhan yang pesat(www.idx.co.id). Di bursa efek Indonesia terdapat dua jenis indeks saham untuk saham-saham syariah, yaitu Jakarta Islamic Index (JII) dan Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). Jakarta Islamic Index merupakan indeks saham syariah yang pertama kali diluncurkan BEI pada tanggal 3 Juli 2000, indeks ini bertujuan untuk mendukung kegiatan perdagangan saham berbasis syariah. Jakarta Islamic Index (JII) merupakan indeks yang memuat 30 saham syariah dengan tingkat likuiditas tinggi. Namun saham syariah tidak hanya terdiri dari 30 saham saja, untuk itu BEI meluncurkan Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) yang memuat daftar semua saham syariah.

ISSI diluncurkan oleh BEI pada tanggal 12 Mei 2011, Indeks saham ini mengelompokkan semua saham syariah yang tercatat di Bursa Efek Indonesia sehingga memudahkan investor untuk mengetahui saham-saham yang termasuk ke dalam saham syariah guna untuk mendukung perkembangan investasi syariah di pasar modal Indonesia. Dengan adanya Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) diharapkan investor dapat berinvestasi pada saham-saham yang tercantum di ISSI tanpa perlu ada rasa khawatir apakah saham tersebut merupakan saham perusahaaan yang akad, cara dan kegiatan usahanya bertentangan dengan ajaran agama/prinsip-prinsip syariah.

Penelitian ini difokuskan pada sektor non bank dan asuransi dikarenakan sebagian besar saham yang termasuk kedalam ISSI merupakan saham-saham


(30)

15

syariah pada sektor rill (non keuangan) dan hanya sebagian kecil saja yang merupakan saham sektor financial/keuangan(bank dan asuransi), menurut data dari otoritas jasa keuangan (OJK) mayoritas saham syariah bergerak dalam sektor perdagangan, jasa dan investasi (27,22 %), sektor properti, real estate dan konstruksi (16,46 % ), sektor industri dasar dan kimia (15,19 %), sektor aneka industri (9,81 %), sektor industri barang konsumsi (9,18 %), sektor pertambangan (8,86 %), sektor infrastruktur,utilitas dan transportasi (8,54 %), sektor pertanian (4,11 %), dan sektor keuangan (0,63 %). Selanjutnya alasan peneliti tertarik untuk menfokuskan pada sektor non bank dan asuransi dikarenakan perkembangan untuk industri non bank dan asuransi (rill) di Indonesia sendiri cendrung diprediksi memiliki prospek yang menguntungkan dikemudian hari, hal ini dikarenakan basic ekonomi Indonesia sendiri masih bertumpu pada besarnya konsumsi masyarakat dan saat ini baik sektor perdagangan, jasa, dan investasi, sektor properti, sektor industri dasar dan kimia, sektor aneka industri, sektor barang konsumsi, sektor pertanian, sektor pertambangan, serta sektor infrastuktur dan transportasi sedang mengalami perkembangan dan masih tingginya permintaan masyarakat akan produk/jasa pada sektor-sektor tersebut.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi masing-masing kebijakan dividen yang terdiri dari keputusan pembayaran dividen, dividend payout ratio dan dividend yield pada saham-saham syariah dengan diteliti secara terpisah dan satu persatu sehingga pembaca dapat mengambil salah satunya sebagai acuan(referensi). Penelitian ini

diberi judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembayaran Dividen dan Tingkat Dividen” (Studi Empiris Pada Emitten Non Bank dan


(31)

16

Asuransi Yang Termasuk Kedalam Perhitungan Indeks Saham Syariah Indonesia Per 15 Januari 2014 periode tahun 2009-2013).

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut:

1. Apakah terdapat pengaruh profitabilitas (ROA), asset growth, Investment Opportunity Set (Market to book value of assets), firm size, earned/contributed capital mix, asimetri informasi (trading share turnover), insider ownership dan struktur kepemilikan secara parsial terhadap probabilitas pembayaran dividen

2. Apakah terdapat pengaruh profitabilitas (ROA), asset growth, Investment Opportunity Set (Market to book value of assets), firm size, leverage(debt to total asset), asimetri informasi (trading share turnover), free cash flow, insider ownership, struktur kepemilikan dan tax rate secara simultan terhadap dividend payout ratio

3. Apakah terdapat pengaruh profitabilitas (ROA), asset growth, Investment Opportunity Set (Market to book value of assets), firm size, leverage(debt to total asset), asimetri informasi (trading share turnover), free cash flow, insider ownership, struktur kepemilikan dan tax rate secara parsial terhadap dividend payout ratio

4. Apakah terdapat pengaruh profitabilitas (ROA), asset growth, Investment Opportunity Set (Market to book value of assets), firm size, leverage(debt to total asset), asimetri informasi (trading share turnover), free cash flow,


(32)

17 insider ownership, struktur kepemilikan dan tax rate secara simultan terhadap dividend yield

5. Apakah terdapat pengaruh profitabilitas (ROA), asset growth, Investment Opportunity Set (Market to book value of assets), firm size, leverage(debt to total asset), asimetri informasi (trading share turnover), free cash flow,

insider ownership, struktur kepemilikan dan tax rate secara parsial terhadap dividend yield

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menganalisa pengaruh profitabilitas (ROA), asset growth, Investment Opportunity Set (Market to book value of assets), firm size, earned/contributed capital mix, asimetri informasi (trading share turnover), insider ownership dan struktur kepemilikan secara parsial terhadap probabilitas pembayaran dividen

2. Menganalisa pengaruh profitabilitas (ROA), asset growth, Investment Opportunity Set (Market to book value of assets), firm size, leverage(debt to total asset), asimetri informasi (trading share turnover), free cash flow, insider ownership ,struktur kepemilikan dan tax rate secara simultan terhadap dividend payout ratio

3. Menganalisa pengaruh profitabilitas (ROA), asset growth, Investment Opportunity Set (Market to book value of assets), firm size, leverage(debt to total asset), asimetri informasi (trading share turnover), free cash flow,


(33)

18 insider ownership ,struktur kepemilikan dan tax rate secara parsial terhadap dividend payout ratio

4. Menganalisa pengaruh profitabilitas (ROA), asset growth, Investment Opportunity Set (Market to book value of assets), firm size, leverage(debt to total asset), asimetri informasi (trading share turnover), free cash flow, insider ownership, struktur kepemilikan dan tax rate secara simultan terhadap dividend yield

5. Menganalisa pengaruh profitabilitas (ROA), asset growth, Investment Opportunity Set (Market to book value of assets), firm size, leverage(debt to total asset), asimetri informasi (trading share turnover), free cash flow, insider ownership, struktur kepemilikan dan tax rate secara parsial terhadap dividend yield

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Bagi Emitten

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan perusahaan (emitten) dalam mengambil keputusan mengenai kebijakan dividen perusahaan baik keputusan pembayaran dividen dan tingkat dividen.

2. Bagi Investor

Memberikan informasi kepada investor mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen sehingga dapat menjadi referensi dalam melakukan investasi saham.


(34)

19

3. Bagi Para Akademisi

Hasil penelitian ini dapat menambah informasi tentang kebijakan dividen serta dapat menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya.


(35)

20

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pasar Modal

1.

Pengertian Pasar Modal

Menurut Horne dan Wachowicz (2007:322) pasar modal adalah pasar yang relatif berjangka panjang (lebih lama dari waktu jatuh tempo satu tahun) untuk berbagai instrumen keuangan seperti obligasi dan saham. Sedangkan pengertian pasar modal menurut kamus pasar uang dan modal dalam Budisan dan Triand (2006:279) adalah pasar konkret atau abstrak yang mempertemukan pihak yang menawarkan dan yang memerlukan dana jangka panjang,yaitu jangka satu tahun keatas. Dana jangka panjang adalah dana yang jatuh temponya diatas 1 tahun. Menurut Bursa Efek Indonesia (2014) pasar modal adalah mekanisme transaksi jual beli efek antara penjual dan pembeli (individu, koporasi, pemerintah). Menurut Sjahrial (2006:15) menyatakan bahwa pengertian pasar modal terbagi menjadi dua yakni:

a. Dalam arti sempit

Pasar modal merupakan kegiatan yang mempertemukan penjual dan pembeli dana jangka panjang.


(36)

21

b. Dalam arti luas

1. Pasar modal adalah keseluruhan sistem keuangan yang terorgaanisasi termasuk bank-bank komersial dan semua perantar di bidang keuangan serta surat-surat berharga jangka panjang dan pendek.

2. Pasar modal adalah semua pasar yang terorganisasi dan lembaga-lembaga yang memperdagangkan warkat-warkat kredit (biasanya yang berjangka waktu lebih dari satu tahun) termasuk saham-saham, obligasi, hipotek, dan tabungan serta deposito berjangka.

Menurut undang-undang nomor 8 tahun 1995 tentang pasar modal, pengertian pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang terkait dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. (Warsono,2003:355).

Pasar modal dalam arti sempit adalah suatu tempat dalam pengertian fisik yang terorganisasi tempat efek-efek diperdagangkan yang disebut bursa efek. Pengertian bursa efek (stock exchange) adalah suatu sistem yang terorganisasi yang mempertemukan penjual dan pembeli efek yang dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung.(Budisan dan Triand,2006:279).

2.Macam-Macam Efek yang Diperdagangkan

Efek adalah surat berharga,yaitu surat pengakuan utang,surat berharga komersil,saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari efek. (Bursa Efek


(37)

22

Indonesia,2014).Menurut Bursa Efek Indonesia (2014) macam-macam efek yang diperdagangkan yaitu:

a. Saham, merupakan bukti penyertaan atau kepemilikan dalam suatu perusahaan yang memberikan hasil investasi bersifat variabel tergantung dari kemampuan investor dalam mengelolanya.

b. Obligasi, merupakan efek berbasis surat hutang yang memberikan hasil investasi bersifat tetap selama periode tertentu.

c. Sukuk, merupakan efek berbasis penyertaan dalam pengelolaan aset yang memberikan hasil investasi tergantung dari jenis akadnya selama periode tertentu.

d. Efek derivatif, merupakan efek yang menggunakan aset finansial lainnya sebagai underlying yang memberikan hasil investasi bersifat variabel tergantung dari kemampuan investor dalam mengelolanya.

e. Exchange traded funds, merupakan reksadana yang unit penyertaannya diperdagangkan di bursa efek dan memberikan hasil investasi bersifat variabel tergantung dari kemampuan investor dalam mengelolanya.

B. Saham

1. Pengertian Saham

Saham adalah surat berharga tanda kepemilikan individu atau korporasi terhadap perusahaan, dimana surat berharga tersebut dapat diperjualbelikan. Menurut Husnan (2005:29) dalam Miranda (2011) menyatakan bahwa saham merupakan secarik kertas yang menunjukkan hak pemodal (yaitu pihak yang memiliki kertas tersebut) untuk memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan


(38)

23

organisasi yang menerbitkan sekuritas tersebut dan berbagai kondisi yang memungkinkan pemodal tersebut menjalankan haknya.

Beberapa pengertian saham yang dikemukakan oleh para ahli yang dikutip dari Yasmiandi (2011):

a. Menurut Gitman (2000:7) saham adalah bentuk paling murni dan sederhana dari kepemilikan perusahaan.

b. Menurut Bernstein (1995:197) saham adalah selembar kertas yang menyatakan kepemilikan dari sebagian perusahaan.

c. Menurut Miskhin (2001:4) saham adalah suatu sekuritas yang memiliki klaim terhadap pendapatan dan asset sebuah perusahaan. Sekuritas sendiri dapat diartikan sebagai klaim atas pendapatan masa depan seorang peminjam yang dijual oleh peminjam kepada yang meminjamkan, sering juga disebut instrumen keuangan.

2. Jenis-Jenis Saham

Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2001:7) menyatakan bahwa ada beberapa sudut pandang untuk membedakan saham yaitu:

a. Berdasarkan dari segi kemampuan klaim atau hak tagih :

1. Saham Preferen (Preferend stock)

Saham preferen adalah saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi), tetapi bisa juga tidak


(39)

24

mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor. Ciri-ciri saham preferen (Darmadji dan Fakhruddin,2001:8) adalah sebagai berikut:

a. Memiliki hak paling dahulu memperoleh dividen

b. Dapat mempengaruhi manajemen perusahaan terutama dalam pencalonan pengurus perusahaan

c. Memiliki hak pembayaran maksimum sebesar nilai nominal saham lebih dahulu setelah kreditor, apabila perusahaan tersebut dilikuidasi (dibubarkan)

d. Kemungkinan dapat memperoleh tambahan dari pembagian laba perusahaan di samping penghasilan yang diterima secara tetap e. Dalam hal perusahaan dilikuidasi, memiliki hak memperoleh

pembagian kekayaan perusahaan di atas pemegang saham biasa setelah semua kewajiban perusahaan dilunasi

2. Saham Biasa (Common stock)

Saham biasa adalah saham yang menempatkan pemiliknya pada posisi paling junior dalam pembagian dividen dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi. Ciri-ciri saham biasa (Darmadji dan Fakhruddin,2001:7) adalah sebagai berikut:

a. Dividen dibayarkan sepanjang perusahaan memperoleh laba

b. Memiliki hak suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham (one share one vote)


(40)

25

c. Memiliki hak terakhir (junior) dalam hal pembagian kekayaan perusahaan jika perusahaan tersebut dilikuidasi (dibubarkan) setelah semua kewajiban perusahaan dilunasi

d. Memiliki tanggung jawab terbatas kepada klaim pihak lain sebesar proporsi sahamnya

e. Hak untuk mengalihkan kepemilikan sahamnya b. Berdasarkan kinerja perdagangan :

1. Saham unggulan (Blue chip stock)

Saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi sebagai pemimpin (leader) di industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar dividen.

2. Saham pendapatan (Income stock)

Saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar dividen lebih tinggi dari rata-rata dividen yang dibayarkan pada tahun sebelumnya. Emiten seperti ini biasanya mampu penciptakan pendapatan yang lebih tinggi dan secara teratur membagikan dividen tunai. Emiten ini tidak suka menekan laba dan tidak mementingkan potensi pertumbuhan harga saham(P/E ratio).

3. Saham pertumbuhan (Growth stock well- known)

Saham-saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai pemimpin di industri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi. Selain itu terdapat juga growth stock (lesser-known),yaitu saham dari emiten yang tidak sebagi leader dalam industri namun


(41)

26

memiliki ciri growth stock. Umumnya saham ini berasal dari daerah dan kurang populer di kalangan emiten.

4. Saham spekulatif (Speculative stock)

Saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi memiliki kemungkinan penghasilan yang tinggi dimasa mendatang, meskipun belum pasti.

5. Saham siklikal (Countercyclical stock)

Saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum. Pada saat resesi ekonomi, harga saham ini tetap tinggi, dimana emitennya mampu memberikan dividen yang tinggi sebagai akibat dari kemampuan emiten dalam memperoleh penghasilan yang lebih tinggi di masa resesi. Emiten seperti ini biasanya bergerak dalam produk yang selalu di butuhkan masyarakat seperti barang kebutuhan sehari-hari (consumer goods).

c.Berdasarkan cara peralihannya:

1. Saham atas unjuk (bearer stock), artinya pada saham tersebut tidak tertulis nama pemiliknya, agar mudah dipindah tangankan dari satu investor ke investor lainnya. Secara hukum, siapa yang memegang saham tersebut, maka dialah diakui sebagai pemiliknya dan berhak untuk ikut hadir dalam RUPS.

2. Saham atas nama (registered stock), merupakan saham yang ditulis dengan jelas siapa nama pemiliknya, dimana cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu.


(42)

27 3.Keuntungan Saham

Keuntungan yang bisa diperoleh dari kepemilikan saham antara lain adalah capital gain dan dividen. Capital gain adalah selisih harga jual saham yang lebih tinggi daripada harga belinya. Sedangkan dividen adalah keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada para pemegang saham. Menurut Astuti (2006) semakin tinggi harga saham menunjukkan bahwa saham tersebut semakin diminat para investor, seiring dengan semakin tinggi harga saham maka akan menghasilkan capital gain yang besar pula. Sedangkan dividen bisa menjadi alat yang digunakan manajemen untuk menunjukkan kinerja perusahaan kepada pihak luar/investor, dengan dibayarkannya dividen secara konsisten menunjukkan bahwa perusahaan tersebut memiliki kinerja yang baik pada saat situasi perekonomian dalam kondisi naik, sedang maupun turun/resesi. Para investor percaya bahwa tingginya dividen yang dibayarkan berarti bahwa prospek perusahaan dimasa yang akan datang bagus.(Handayani BS,2010:12).

Menurut Fahmi (2013:275) pemegang saham akan memperoleh berbagai keuntungan sebagai bentuk kewajiban yang akan diterima, yaitu:

1. Memperoleh dividen yang akan diberikan pada setiap akhir tahun

2. Memperoleh capital gain, yaitu keuntungan pada saat saham yang dimiliki tersebut dijual kembali pada harga yang lebih mahal

3. Memiliki hak suara bagi pemegang saham jenis common stock (saham biasa)


(43)

28 C.Dividen

1. Pengertian Dividen

Dividen adalah bagian dari laba bersih (retained earning) atau laba setelah pajak (earning after tax,EAT) yang dibagikan kepada para pemegang saham(Moeljadi,2006:14). Dividen adalah pendapatan yang diterima pemegang saham secara periodik dari sebagian laba bersih yang disisihkan oleh perusahaan. Dividen juga sebagai harapan bagi para investor, artinya pada titik tertentu para investor mengharapkan adanya pembagian laba dari laba yang diperoleh perusahaan, sehingga diperoleh pengertian dasar dividen adalah pembayaran yang diberikan perusahaan kepada pemegang saham sehubungan dengan keuntungan atau laba yang diperoleh perusahaan (Hadiwidjaja:2008). Dividen adalah keuntungan perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas yang diberikan kepada para pemegang saham. Besarnya dividen yang diberikan ditentukan dalam rapat pemegang saham dalam suatu jumlah atau persentase (%) tertentu atas nilai nominal saham dan bukan atas nilai pasarnya.(Weston dan Copeland:2005) dalam Rodoni dan Ali (2010:121).

Sebagian besar keuntungan yang diperoleh perusahaan dalam operasinya akan didistribusikan kepada pemegang saham dan sebagian lagi akan ditahan untuk diinvestasikan pada investasi yang menguntungkan. Terkait dengan keuntungan tersebut maka manajer harus dapat mengambil keputusan mengenai besarnya keuntungan yang harus dibagikan kepada pemegang saham dan berapa yang harus ditahan guna mendanai investasi perusahaan. Besarnya keuntungan yang dibagikan kepada pemegang saham disebut dividen. (Efendi:2007).


(44)

29 2. Jenis-Jenis Dividen

Menurut Hakim (2007:11), dilihat dari alat pembayarannya dividen dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:

a. Dividen Tunai (Cash Dividend)

Dividen tunai merupakan dividen yang dibagikan dalam bentuk uang tunai. Tujuan dari pemberian dividen dalam bentuk uang tunai adalah untuk memacu kinerja saham di bursa efek, yang juga merupakan return kepada para pemegang saham. Dividen tunai merupakan bentuk pembayaran yang paling banyak diharapkan oleh investor. Untuk membayarkan dividen dalam bentuk tunai diperlukan likuiditas.

Brealey and Myers (2004) “ Most company pay a regular cash dividend each quater, but occasionally this regular dividend is supplemented by one-of extra or special dividend. Dividends are not always in the form of cash. Frequently companies also declare stock dividends”. Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa pada umumnya perusahaan membayarkan dividen tambahan atau spesial dividen kepada pemegang saham. Dividen tidak selalu dalam bentuk kas tetapi bisa juga dalam bentuk saham (stock dividend).

b. Dividen Saham (Stock Dividend)

Dividen saham merupakan dividen yang dibagikan dalam bentuk saham, dengan dibagikannya dividen dalam bentuk saham maka akan meningkatkan likuiditas perdagangan di bursa efek. Kemungkinan


(45)

30

perusahaan ingin menurunkan nilai sahamnya dan dengan cara memperluas pemilikan dan posisi likuiditas perusahaan yang memungkinkan membagikan dividen dalam bentuk tunai.

Van Horne (1998) mendefinisikan dividen saham sebagai “A payment of additional of stock to shareholder. Often used in a place or in addition to a cash dividend”. Dari definisi tersebut dapat dikatakan bahwa

dividen saham bisa menggantikan dividen kas maupun sebagai dividen tambahan yang dibayarkan kepada investor.

c. Sertifkat Dividen (Script Dividend)

Sertifikat dividen merupakan dividen yang dibayarkan dengan sertifikat atau surat promes yang dikeluarkan oleh perusahaan yang menyatakan bahwa suatu waktu sertifikat itu dapat ditukarkan dalam bentuk uang. Jadi jika perusahaan ingin membagikan dividen dalam bentuk tunai sementara itu perusahaan sedang mengalami kesulitan likuiditas, maka sebagai gantinya perusahaan mengeluarkan sertifikat.

Menurut Emalia (2003:27) berdasarkan hubungannya dengan tahun buku, maka dividen dapat dibagi dalam dua jenis yaitu:

a. Dividen Interim

Merupakan dividen yang dibayarkan oleh perseroan antara satu tahun buku dengan tahun buku berikutnya atau antara dividen final satu dengan dividen final berikutnya. Dividen interim ini dapat dibayarkan beberapa kali dalam setahun. Di USA, umumnya dividen ini dibayarkan


(46)

31

setiap kuartal (tiga bulan sekali), namun ada juga yang tidak ada. Di Indonesia pada umunya tidak ada atau hanya satu kali. Dividen interim ini salah satu tujuannya adalah untuk memacu kinerja kerja saham perseroan di bursa efek.

b. Dividen Final

Merupakan dividen hasil pertimbangan setelah penutupan buku perseroan pada tahun sebelumnya yang dibayarkan pada tahun berikutnya. Dividen final ini juga memperhitungkan serta mempertimbangkan hubungannya dengan dividen interim yang telah dibayarkan untuk tahun buku tersebut.

D. Kebijakan Dividen

1. Pengertian Kebijakan Dividen

Kebijakan dividen merupakan bagian yang menyatu dengan keputusan pendanaan perusahaan. Rasio pembayaran dividen menentukan jumlah laba yang ditahan sebagai sumber pendanaan. Semakin besar laba ditahan semakin sedikikt jumlah laba yang dialokasikan untuk pembayaran dividen. Alokasi penentuan laba sebagai laba ditahan dan pembayaran dividen merupakan aspek utama dalam kebijakan dividen.(Wachowicz 1997:496).

Menurut Brigham dan Houston (2006:40) keputusan kebijakan dividen (dividend policy decision) adalah keputusan mengenai berapa banyak laba saat ini yang akan dibayarkan sebagai dividen sebagai ganti dari laba dipertahankan untuk diinvestasikan kembali di dalam perusahaan.


(47)

32

Kebijakan dividen adalah keputusan mengenai apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada para pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang. Laba ditahan merupakan salah satu sumber dana yang paling penting untuk membiayai pertumbuhan perusahaan, sedangkan dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan.(Husnan:2004).

Kebijakan dividen perusahaan tergambar pada dividend payout ratio, yaitu persentase laba yang dibagikan dalam bentuk dividen tunai yang akan di distribusikan kepada pemegang saham. Kebijakan dividen berpengaruh untuk pertumbuhan suatu perusahaan. Apabila suatu perusahaan menginginkan menahan sebagian besar pendapatannya dalam bentuk laba ditahan didalam perusahaan, hal ini menyebabkan pembayaran dividen akan semakin kecil, dengan demikian dapat dikatakanlah bahwa makin tingginya dividend payout ratio yang ditetapkan perusahaan maka makin kecil pula dana yang akan ditanamkan kembali didalam perusahaan yang ini berarti akan menghambat pertumbuhan perusahaan (Riyanto 2001: 266).

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan Dividen

Menurut Astuti (2004:145) ada beberapa faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen antara lain:

a. Peraturan Pemerintah. Beberapa negara ikut mengatur kebijakan dividen bagi perusahaan dengan tujuan untuk melindungi kreditur.


(48)

33

b. Hambatan dalam Perjanjian/Kontrak. Bank akan membatasi pembayaran dividen tunai sampai batas tertentu dari laba yang bisa dicapai atau bank mengatur pembayaran denda sampai jumlah tertentu, misalnya x% dari laba. Hal ini dilakukan oleh bank berkaitan dengan perjanjian kredit dari bank kepada perusahaan.

c. Hambatan Internal. Jumlah pembayaran dividen tunai juga tergantung pada tersedianya uang kas perusahaan. Walaupun laporan laba rugi menyatakan adanya laba yang cukup besar namun belum tentu jumlah tersebut sama dengan jumlah uang kas tunai yang ada di perusahaan. Jadi saldo laporan arus kas akan lebih menentukan jumlah pembayaran dividen tunai.

d. Perkiraan Pertumbuhan di Masa yang akan Datang. Bila pimpinan perusahaan melihat adanya banyak peluang untuk pengembangan perusahaan, maka pimpinan akan cendrung menahan labanya untuk pembiayaan rencana pengembangan.

e. Pertimbangan Pemilik Perusaahan. Dalam menentukan kebijakan dividen pertama-tama perusahaan harus sepakat untuk mengutamakan kesejahteraan pemilik. Walaupun tidak mungkin untuk membuat kebijakan yang dapat memaksimumkan kesejahteraan atau kepuasan setiap pemilik, namun setidak-tidaknya.

Sementara menurut Weston dan Brigham (2005) dalam Rodoni dan Ali (2010:123) mengungkapkan faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen perusahaan yaitu:


(49)

34

a. Peraturan hukum. Terdapat tiga hal yang ditekankan berkaitan dengan pembayaran dividen yaitu:

1. Peraturan mengenai laba bersih yaitu menentukan bahwa dividen dapat dibayar dari laba dahulu dan laba sekarang.

2. Peraturan mengenai tindakan yang merugikan pemodal. Peraturan tersebut akan melindungi para kreditur, caranya dengan melarang pembayaran dividen dari dana modal yang berarti membagikan investasinya bukan membagikan keuntungan.

3. Peraturan mengenai hak mampu membayar (insolvency) yaitu menentukan perusahaan tidak membayar dividen jika tidak mampu (perusahaan bangkrut).

b. Posisi likuiditas, yaitu apabila laba yang ditahan telah diinvestasikan dalam bentuk aktiva tetap seperti mesin dan peralatan, bahan dan persediaan dan barang-barang lainnya, dan bukan disimpan dalam bentuk uang tunai, maka hal tersebut dapat menunjukkan posisi likuiditas perusahaan yang rendah dan terdapat kemungkinan perusahaan tidak mampu lagi membayarkan dividennya.

c. Perlunya membayar kembali pinjaman. Disini perusahaan perlu menyisihkan laba sebelum jatuh tempo hutang, agar keuntungan perusahaan pada saat jatuh temponya hutang dibebani dengan pembayaran seluruh hutang.

d. Keterbatasan karena kontrak hutang. Dalam perjanjian hutang terdapat larangan bagi debitur sehubungan dengan pembayaran dividen. Hal ini dilakukan untuk melindungi pihak kreditur sehubungan dengan dana yang


(50)

35

dipinjamkan. Pembatasan tersebut dilakukan dengan cara dividen yang akan datang hanya boleh dibayar dari keuntungan yang diperoleh sesudah ditandatanganinya. Kontrak hutang/dividen tidak dibayarkan jika modal kerja bersih jumlahnya lebih kecil dari suatu jumlah tertentu.

e. Tingkat perluasan perusahaan. Semakin cepat tingkat pertumbuhan perusahaan semakin besar kebutuhannya untuk membiayai pengembangan harta perusahaan tersebut, dan semakin banyak dana yang dibutuhkan dikemudian hari, semakin banyak pula keuntungan yang harus ditahan dan bukan untuk dibayarkan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen (dividen relatif kecil).

f. Tingkat keuntungan (tingkat hasil pengembalian atas aktiva yang diharapkan). Hal ini menentukan perusahaan untuk membayar dividen atau menggunakannya didalam perusahaan.

g. Stabilitas perusahaan. Perusahaan yang keuntungannya relatif stabil dapat memperkirakan bagaimana keuntungannya di masa depan, sehingga kemungkinan besar perusahaan akan membagikan keuntungannya dalam persentase yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang keuntungannya berfluktuasi.

h. Kemampuan memasuki pasar modal. Perusahaan besar yang sudah mempunyai profitabilitas yang tinggi dan keuntungan yang stabil akan lebih mudah memasuki pasar modal atau memperoleh dana dari luar untuk pembiayaannya. Karena itu perusahaan yang sudah mantap akan mempunyai tingkat dividen yang lebih tinggi dibanding dengan perusahaan kecil atau masih baru.


(51)

36

i. Kontrol. Kekhawatiran berkurangnya kekuasaan kelompok dominan dalam mengendalikan perusahaan cendrung mendorong perusahaan untuk memperbesar laba ditahan demi keperluan ekspansinya, yang berarti akan memperkecil pembayaran dividennya.

j. Kedudukan pajak para pemegang saham. Pada umumnya para pemilik perusahaan yang memegang sebagian besar sahamnya tergolong kelompok berpendapatan tinggi dan merupakan pembayar pajak yang tinggi, sehingga menyebabkan perusahaan akan membayar dividen yang rendah. k. Pajak atas penghasilan yang diperoleh dengan tidak wajar. Seringkali

perusahaan menahan keuntungan hanya untuk menghindari tarif pajak perusahaan yang tinggi, maka dikeluarkan peraturan yang membebani pajak tambahan terhadap keuntungan atas penghasilan yang diperoleh dengan tidak wajar.

l. Tingkat inflasi. Kecendrungan kenaikan harga termasuk harga aktiva tetap menyebabkan akumulasi penyusutan tidak lagi mencukupi untuk mengganti aktiva tetap. Oleh karena itu perusahaan memperbesar porsi laba ditahan sehingga porsi untuk dividen menjadi berkurang.

3. Teori Kebijakan Dividen

Menurut Kolb dalam Rodoni dan Ali (2010:128) terdapat tiga teori kebijakan dividen untuk perusahaan yaitu sebagai berikut:

1. Residual Theory

Penekanan teori ini adalah pada investasi modal dengan anggapan bahwa dividen merupakan residu (akhir) dari proses investasi modal


(52)

37

(capital investment process). Bertolak dari anggapan tersebut, maka teori ini menganjurkan agar dividen dibayarkan dari sisi dana yang digunakan untuk investasi modal.

2. Indiference Theory

Teori ini dilandasi anggapan bahwa dividen bukan faktor yang relevan terhadap nilai saham. Teori ini dipelopori oleh Miller dan Modigliani(1961) yang berpendapat bahwa hanya pendapatan yang relevan bagi pemegang saham. Karena itu dividen dibayar atau tidak dibayar tidak ada pengaruhnya terhadap kemakmuran para pemegang saham. Teori ini mengunakan asumsi-asumsi sebagai berikut:

a. Tidak ada pajak atas dividen dan capital gain

b. Tidak ada biaya penerbitan (floating cost) jika mengeluarkan tambahan saham

c. Tidak ada biaya transaksi

3. Bird In The Hand Theory

Teori ini mengatakan bahwa pemegang saham tidak peduli (not indifferent) terhadap dividen dan perubahan pendapatan perusahaan. Bagi pemegang saham kebijakan dividen adalah relevan terhadap nilai saham. Teori ini didukung oleh Litner dan Gordon yang mengatakan bahwa pemegang saham menilai $1 dividen yang diterima lebih tinggi daripada $1 pendapatan yang ditahan.

Terdapat empat teori lain yang dapat membantu menjelaskan kebijakan dividen adalah sebagai berikut:


(53)

38 1. Information Content Hypothesis atau Signaling

Menurut Brigham dan Houston (2001) yang dikutip dari Iqbal (2011) menjelaskan mengenai hipotesis ini yaitu kenaikan dividen seringkali menyebabkan kenaikan harga saham, sementara pemotongan dividen umumnya menyebabkan penurunan harga saham. Hal ini menunjukkan bahwa investor secara keseluruhan lebih menyukai dividen daripada keuntungan modal. Akan tetapi, Modigliani dan Miller (MM) berpendapat lain. Mereka menurunkan dividen, sehingga mereka tidak akan menaikkan dividen kecuali kalau mereka mengantisipasi laba yang lebih tinggi di masa mendatang. Karenanya, MM berpendapat bahwa suatu kenaikan dividen yang lebih tinggi daripada yang diperkirakan merupakan

“isyarat” bagi investor bahwa manajemen perusahaan memperkirakan laba

yang lebih tinggi di masa mendatang.

Sebaliknya, penurunan dividen atau kenaikan yang lebih kecil daripada yang diperkirakan, merupakan suatu isyarat bahwa manajemen meramalkan laba yang lebih rendah di masa mendatang. Jadi, MM menegaskan bahwa reaksi investor terhadap perubahan dalam kebijakan dividen tidak harus menunjukkan investor lebih menyukai dividen daripada laba yang ditahan. Sebaliknya, mereka menyatakan bahwa perubahan harga saham sesudah pembagian dividen hanya menunjukkan ada kandungan informasi atau pensinyalan (information, or signaling,


(54)

39 2.Clientele Effect

Menurut Brigham dan Houston (2001) yang dikutip dari Iqbal (2011) menjelaskan mengenai hipotesis ini yaitu kelompok atau pelanggan (clientele) dari pemegang saham yang berbeda akan mempunyai kebijakan dividen yang berbeda-beda. Manajemen harus mempertimbangkan dengan matang perubahan kebijakan dividennya, karena suatu perubahan dapat menyebabkan pemegang saham saat ini menjual saham mereka dan mengakibatkan harga saham menjadi turun. Penurunan harga tersebut bisa bersifat sementara, tetapi juga bisa bersifat permanen jika hanya sedikit investor yang tertarik dengan kebijakan dividen yang baru, harga saham akan terus tertekan.

Namun kebijakan baru itu mungkin akan memungkinkan lebih banyak pelanggan daripada sebelumnya dimiliki perusahaan, sehingga harga saham akan naik. MM dan yang lainnya telah menyatakan bahwa satu pelanggan sama baiknya dengan yang lain sehingga adanya pengaruh pelanggan tidak harus menyiratkan bahwa satu kebijakan dividen lebih baik dari kebijakan dividen lainnya. Namun, MM mungkin saja salah, dan mereka ataupun orang lain tidak dapat membuktikan bahwa adanya kelompok-kelompok investor secara keseluruhan memungkinkan perusahaan mengabaikan efek pelanggan.(Iqbal:2011).

Mutiaroh (2010) menjelaskan mengenai teori ini, efek klien adalah kecendrungan perusahaan untuk menarik jenis investor yang menyukai kebijakan dividennya. Secara ringkasnya dapat dikatakan bahwa para


(55)

40

investor yang menginginkan pendapatan dari investasi untuk periode berjalan akan memiliki saham pada perusahaan yang membagikan dividen dalam jumlah besar, sedangkan investor yang tidak membutuhkan penghasilan kas untuk periode berjalan akan menginvestasikan modalnya pada perusahaan yang membagikan dividen dalam jumlah kecil. Hal ini menyiratkan bahwa setiap perusahaan seharusnya menetapkan kebijakan khusus yang oleh manajemennya dianggap paling tepat dan kemudian mengijinkan pemegang saham yang tidak menyukai kebijakan ini untuk menjual sahamnya kepada investor lain yang menyukainya.

3.Tax Differential Theory

Argumen ini sebagian besar didasarkan pada perbedaan perlakuan pajak atas pendapatan dividen dan perolehan modal. Pajak atas pendapatan dividen dibayarkan saat dividen diterima, sementara pajak atas apresiasi harga (perolehan modal) ditunda hingga saham benar-benar dijual. Dalam hal pertimbangan pajak, sebagian besar investor masih lebih suka penahanan pendapatan perusahaan daripada pembayaran dividen tunai. Pendapatan yang ditahan dalam perusahaan akan meningkatkan harga saham, tapi peningkatan tersebut tidak dipajak hingga saham dijual. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa kebijakan membayar dividen rendah akan mengakibatkan harga saham yang lebih tinggi. Artinya dividen tinggi merugikan investor, sementara dividen rendah dan retensi tinggi membantu investor.(Mutiaroh :2010).


(56)

41 4. Life Cycle Theory

Menurut DeAngelo et. al. (2006) dalam Refra dan Widiastuti (2014) teori ini menyatakan bahwa dividend cenderung untuk mengikuti pola siklus hidup (life cycle) perusahaan tersebut. Perusahaan yang sedang berada dalam tahap mature (dewasa) lebih cenderung untuk membayarkan

dividend karena pada tahap ini perusahaan memiliki kuantitatif laba yang besar. Sementara perusahaan yang masih dalam tahap growth

(pertumbuhan) lebih cenderung untuk tidak membayarkan dividend

karena pada tahap ini perusahaan memiliki peluang investasi yang tinggi namun memiliki pendanaan yang terbatas, sehingga laba yang diperoleh ditahan sebagai retained earnings dan kemudian diinvestasikan kembali karena pendanaan internal memiliki biaya yang lebih murah dibandingkan dengan pendanaan eksternal. Dalam teori ini, keputusan dividend

dipengaruhi oleh kebutuhan perusahaan untuk mendistribusikan aliran kasnya. Teori ini memprediksi bahwa pada tahun-tahun awal sejak pendirian, perusahaan belum banyak membayar dividend, tetapi semakin

mature perusahaan dimana dana internal perusahaan sudah melebihi peluang investasi, dividend yang dibayarkan juga akan meningkat.

4. Tipe-TipePola pembayaran dividen

Menurut Kolb dalam Rodoni dan Ali (2010:129) terdapat lima pola pembayaran dividen yang dapat dipilih oleh perusahaan yaitu:


(57)

42

a) Stable and occasionally increasing dividends per share

Kebijakan ini menetapkan dividen saham yang tetap (stabil) selama tidak ada peningkatan yang permanen dalam earning power kemampuan membayar dividen. Manajemen menaikkan dividen hanya jika ia yakin bahwa tingkat yang lebih tinggi tersebut dapat dipertahankan secara definitive. Landasan berpikirnya adalah psikologis pemegang saham, dimana pemegang saham akan merasa senang bila dividen naik dan hal ini akan menaikkan perdagangan saham. Sebaliknya, bila dividen turun pemegang saham akan merasa kecewa dan hal ini akan menyebabkan perdagangan saham turun.

b) Stable dividen per share

Landasan pemikirannya adalah pasar mungkin akan menilai suatu saham lebih tinggi bila dividen yang diharapkan tetap stabil daripada kalau dividen berfluktuasi. Cara ini paling superior untuk menjaga payout ratio

yang stabil. Perusahaan yang menilai cara ini akan membayar dividen dalam jumlah yang tetap dari tahun ke tahun, karenanya cara ini di sebut pula stable dollar amount pershare. Pola ini paling banyak diterapkan oleh perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat.

c) Stable payout ratio

Dalam pola ini, jumlah dividen dihitung berdasarkan suatu persentase tetap (constant) dari laba (earnings). Bila laba berfluktuasi maka jumlah dividen yang dibayarkan pun ikut berfluktuasi.


(1)

155

LAMPIRAN 7

Output Eviews untuk Dividend Payout Ratio

(Hasil Regresi)

Dependent Variable: DPR

Method: Least Squares Date: 04/29/15 Time: 13:03 Sample: 1 75

Included observations: 75

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -0.209354 0.677031 -0.309224 0.7582

ROA 1.840033 0.669320 2.749106 0.0078

AGR -0.176084 0.235543 -0.747566 0.4575

FIRM_SIZE 0.059785 0.041638 1.435821 0.1559

MVABVA -0.015134 0.028640 -0.528407 0.5990

TRADING -0.001795 0.059484 -0.030174 0.9760

IS 5.748311 9.732106 0.590654 0.5568

SC 0.033249 0.048396 0.687020 0.4946

LEV -0.299404 0.149000 -2.009423 0.0487

FCF -1.637870 0.476814 -3.435029 0.0010

TAX_RATE -0.228002 1.684976 -0.135315 0.8928

R-squared 0.354887 Mean dependent var 0.387111

Adjusted R-squared 0.254088 S.D. dependent var 0.181828 S.E. of regression 0.157038 Akaike info criterion -0.729931 Sum squared resid 1.578298 Schwarz criterion -0.390033 Log likelihood 38.37241 Hannan-Quinn criter. -0.594213

F-statistic 3.520743 Durbin-Watson stat 2.238932

Prob(F-statistic) 0.000953

(Normalitas)

0 2 4 6 8 10

-0.3 -0.2 -0.1 0.0 0.1 0.2 0.3 0.4

Series: Residuals Sample 1 75 Observations 75 Mean -7.88e-17 Median 0.006306 Maximum 0.386265 Minimum -0.282497 Std. Dev. 0.146042 Skewness 0.453321 Kurtosis 3.143461 Jarque-Bera 2.633068 Probability 0.268063


(2)

156

(Multikolinieritas)

(Heterokedastisitas)

Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey

F-statistic 1.865445 Prob. F(10,64) 0.0668

Obs*R-squared 16.92690 Prob. Chi-Square(10) 0.0760 Scaled explained SS 13.20993 Prob. Chi-Square(10) 0.2122

Test Equation:

Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 04/29/15 Time: 13:04 Sample: 1 75

Included observations: 75

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 0.078731 0.126528 0.622243 0.5360

ROA 0.086452 0.125087 0.691133 0.4920

AGR -0.098389 0.044020 -2.235113 0.0289

FIRM_SIZE 0.001085 0.007782 0.139427 0.8896

MVABVA -0.005095 0.005353 -0.951896 0.3447

TRADING 0.002105 0.011117 0.189391 0.8504

IS -0.224195 1.818802 -0.123265 0.9023

SC 0.006688 0.009045 0.739443 0.4623

LEV 0.035325 0.027846 1.268587 0.2092

FCF 0.118280 0.089110 1.327350 0.1891

TAX_RATE -0.319235 0.314900 -1.013768 0.3145

R-squared 0.225692 Mean dependent var 0.021044

Adjusted R-squared 0.104706 S.D. dependent var 0.031017 S.E. of regression 0.029348 Akaike info criterion -4.084436 Sum squared resid 0.055125 Schwarz criterion -3.744537 Log likelihood 164.1663 Hannan-Quinn criter. -3.948718

F-statistic 1.865445 Durbin-Watson stat 1.936553

Prob(F-statistic) 0.066837

ROA AGR FIRM_SIZEMVABVA TRADING IS SC LEV FCF TAX_RATE

ROA   . -0.030441  .   . -0.184954 -0.340829  . -0.462412  . -0.001968

AGR -0.030441  .   .   . -0.080812  . -0.208833  . -0.120767 -0.342235

FIRM_SIZE  .   .   .   . -0.101140 -0.210986  .   .   . -0.105681

MVABVA   .   .   .   . -0.197736 -0.118763  . -0.297171  . -0.133644

TRADING -0.184954 -0.080812 -0.101140 -0.197736  . -0.097250  .   . -0.071894  . IS -0.340829  . -0.210986 -0.118763 -0.097250  .   .   . -0.309113  .

SC   . -0.208833  .   .   .   .

E-LEV -0.462412  .   . -0.297171  .   .   .   . -0.239114 -0.051802

FCF   . -0.120767  .   . -0.071894 -0.309113  . -0.239114  .   .


(3)

157

(Autokorelasi)

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 0.644305 Prob. F(2,62) 0.5285

Obs*R-squared 1.527063 Prob. Chi-Square(2) 0.4660

Test Equation:

Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 04/29/15 Time: 13:05 Sample: 1 75

Included observations: 75

Presample missing value lagged residuals set to zero.

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 0.032596 0.694959 0.046903 0.9627

ROA -0.175087 0.700891 -0.249806 0.8036

AGR 0.019445 0.241661 0.080462 0.9361

FIRM_SIZE -0.000642 0.044708 -0.014370 0.9886

MVABVA 0.004297 0.029067 0.147845 0.8829

TRADING 0.005638 0.060924 0.092537 0.9266

IS 0.075774 9.789202 0.007741 0.9938

SC -0.007023 0.049064 -0.143137 0.8866

LEV -0.050255 0.168392 -0.298442 0.7664

FCF -0.015918 0.480453 -0.033131 0.9737

TAX_RATE 0.019003 1.694963 0.011212 0.9911

RESID(-1) -0.160780 0.142945 -1.124764 0.2650

RESID(-2) -0.043156 0.150624 -0.286512 0.7754

R-squared 0.020361 Mean dependent var -7.88E-17

Adjusted R-squared -0.169247 S.D. dependent var 0.146042 S.E. of regression 0.157918 Akaike info criterion -0.697169 Sum squared resid 1.546162 Schwarz criterion -0.295471 Log likelihood 39.14382 Hannan-Quinn criter. -0.536775

F-statistic 0.107384 Durbin-Watson stat 1.980208


(4)

158

LAMPIRAN 8

Output Eviews untuk Dividend Yield

(Hasil Regresi)

Dependent Variable: DY Method: Least Squares Date: 04/29/15 Time: 17:21 Sample: 1 75

Included observations: 75

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 0.074110 0.042842 1.729843 0.0885

ROA 0.378427 0.057896 6.536295 0.0000

AGR -0.026632 0.010583 -2.516373 0.0144

FIRM_SIZE -0.001892 0.002608 -0.725577 0.4707

MVABVA -0.013701 0.001737 -7.888652 0.0000

TRADING -0.000823 0.002934 -0.280431 0.7801

IS 0.174141 0.165363 1.053087 0.2963

SC -0.013084 0.003831 -3.415428 0.0011

LEV 0.034003 0.008812 3.858574 0.0003

FCF -0.078653 0.030822 -2.551834 0.0131

TAX_RATE -0.116186 0.101556 -1.144055 0.2569

R-squared 0.595081 Mean dependent var 0.034966

Adjusted R-squared 0.531813 S.D. dependent var 0.014612 S.E. of regression 0.009998 Akaike info criterion -6.238139 Sum squared resid 0.006397 Schwarz criterion -5.898241 Log likelihood 244.9302 Hannan-Quinn criter. -6.102422

F-statistic 9.405649 Durbin-Watson stat 2.070385

Prob(F-statistic) 0.000000

(Normalitas)

0 2 4 6 8 10 12

-0.01 0.00 0.01 0.02 0.03

Series: Residuals Sample 1 75 Observations 75 Mean 1.39e-17 Median 0.000431 Maximum 0.028787 Minimum -0.015660 Std. Dev. 0.009298 Skewness 0.354682 Kurtosis 3.158546 Jarque-Bera 1.651044 Probability 0.438006


(5)

159

(Multikolinieritas)

(Heterokedastisitas)

Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey

F-statistic 0.785240 Prob. F(10,64) 0.6427

Obs*R-squared 8.196388 Prob. Chi-Square(10) 0.6097 Scaled explained SS 6.441563 Prob. Chi-Square(10) 0.7769

Test Equation:

Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 04/29/15 Time: 17:17 Sample: 1 75

Included observations: 75

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -0.000491 0.000549 -0.895697 0.3738

ROA 0.000466 0.000741 0.628945 0.5316

AGR -4.91E-05 0.000136 -0.361967 0.7186

FIRM_SIZE 3.74E-05 3.34E-05 1.119936 0.2669

MVABVA -1.87E-05 2.22E-05 -0.840685 0.4037

TRADING -5.05E-05 3.76E-05 -1.344519 0.1835

IS -0.001233 0.002118 -0.582233 0.5625

SC -8.91E-05 4.91E-05 -1.815787 0.0741

LEV 0.000185 0.000113 1.639632 0.1060

FCF -0.000216 0.000395 -0.547766 0.5858

TAX_RATE 0.000353 0.001301 0.271259 0.7871

R-squared 0.109285 Mean dependent var 8.53E-05

Adjusted R-squared -0.029889 S.D. dependent var 0.000126 S.E. of regression 0.000128 Akaike info criterion -14.95379 Sum squared resid 1.05E-06 Schwarz criterion -14.61389 Log likelihood 571.7669 Hannan-Quinn criter. -14.81807

F-statistic 0.785240 Durbin-Watson stat 1.994730

Prob(F-statistic) 0.642663

ROA AGR FIRM_SIZEMVABVA TRADING IS SC LEV FCF TAX_RATE

ROA   .   .   .   . -0.291766 -0.516091  . -0.522189  . -0.075883

AGR   .   .   .   . -0.182856 -0.128057  . -0.078964  . -0.237350

FIRM_SIZE  .   .   .   . -0.112749  .   . -0.039050  . -0.084079

MVABVA   .   .   .   . -0.224769 -0.327234  . -0.439503  . -0.152455

TRADING -0.291766 -0.182856 -0.112749 -0.224769  .   .   .   . -0.132288  .

IS -0.516091 -0.128057  . -0.327234  .   .   .   . -0.420413  .

SC   .   .   .   . -1.05E-16

LEV -0.522189 -0.078964 -0.039050 -0.439503  .   .   .   . -0.332302  .

FCF   .   .   .   . -0.132288 -0.420413  . -0.332302  .   .


(6)

160

(Autokorelasi)

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 0.157851 Prob. F(2,62) 0.8543

Obs*R-squared 0.379963 Prob. Chi-Square(2) 0.8270

Test Equation:

Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 04/29/15 Time: 17:18 Sample: 1 75

Included observations: 75

Presample missing value lagged residuals set to zero.

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -0.000339 0.043478 -0.007790 0.9938

ROA 0.000677 0.058775 0.011512 0.9909

AGR 0.000808 0.011093 0.072844 0.9422

FIRM_SIZE 7.74E-05 0.002647 0.029235 0.9768

MVABVA -7.11E-05 0.001821 -0.039033 0.9690

TRADING 0.000208 0.002996 0.069410 0.9449

IS 0.017581 0.171356 0.102598 0.9186

SC 9.44E-05 0.003888 0.024291 0.9807

LEV -0.001564 0.009360 -0.167111 0.8678

FCF 0.001982 0.031558 0.062797 0.9501

TAX_RATE -0.001705 0.103091 -0.016542 0.9869

RESID(-1) -0.041836 0.138425 -0.302227 0.7635

RESID(-2) 0.064566 0.137747 0.468725 0.6409

R-squared 0.005066 Mean dependent var 1.39E-17

Adjusted R-squared -0.187502 S.D. dependent var 0.009298 S.E. of regression 0.010132 Akaike info criterion -6.189885 Sum squared resid 0.006365 Schwarz criterion -5.788187 Log likelihood 245.1207 Hannan-Quinn criter. -6.029491

F-statistic 0.026308 Durbin-Watson stat 1.961133


Dokumen yang terkait

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT UNDERPRICING PADA PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN PENAWARAN SAHAM PERDANA PERIODE 2009-2013.

1 9 14

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN ASET PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA TAHUN 2014 Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Aset Perusahaan Asuransi Syariah di Indonesia Tahun 2014.

3 19 11

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN ASET PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Aset Perusahaan Asuransi Syariah di Indonesia Tahun 2014.

0 4 20

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UNDERPRICING SAHAM PADA PERUSAHAAN NON- Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Underpricing Saham Pada Perusahaan Non-Keuangan Di Bursa Efek Indonesia Tahun Periode 2012-2014.

0 3 20

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UNDERPRICING SAHAM PADA PERUSAHAAN Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Underpricing Saham Pada Perusahaan Non-Keuangan Di Bursa Efek Indonesia Tahun Periode 2012-2014.

0 3 15

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROFITABILITAS BANK SYARIAH DI INDONESIA Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Profitabilitas Bank Syariah Di Indonesia Tahun 2011-2014.

0 8 24

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS SAHAM SYARIAH INDONESIA (ISSI) Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) (periode Juni 2012-Mei 2015).

0 4 17

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA BANK SYARIAH TAHUN 2011-2013 Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Bank Syariah Tahun 2011-2013.

0 2 14

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN NASABAH DALAM MEMILIH BANK SYARIAH ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN NASABAH DALAM MEMILIH BANK SYARIAH (Studi Empiris di Surakarta).

1 1 8

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BESAR PEMBAYARAN DIVIDEN DI PERUSAHAAN YANG TERMASUK DALAM INDEKS LQ45 TAHUN 2008 MENGGUNAKAN ANALISIS JALUR.

0 0 7