31
setiap kuartal tiga bulan sekali, namun ada juga yang tidak ada. Di Indonesia pada umunya tidak ada atau hanya satu kali. Dividen interim ini
salah satu tujuannya adalah untuk memacu kinerja kerja saham perseroan di bursa efek.
b. Dividen Final Merupakan dividen hasil pertimbangan setelah penutupan buku
perseroan pada tahun sebelumnya yang dibayarkan pada tahun berikutnya. Dividen final ini juga memperhitungkan serta mempertimbangkan
hubungannya dengan dividen interim yang telah dibayarkan untuk tahun buku tersebut.
D. Kebijakan Dividen 1. Pengertian Kebijakan Dividen
Kebijakan dividen merupakan bagian yang menyatu dengan keputusan pendanaan perusahaan. Rasio pembayaran dividen menentukan jumlah laba yang
ditahan sebagai sumber pendanaan. Semakin besar laba ditahan semakin sedikikt jumlah laba yang dialokasikan untuk pembayaran dividen. Alokasi penentuan laba
sebagai laba ditahan dan pembayaran dividen merupakan aspek utama dalam kebijakan dividen.Wachowicz 1997:496.
Menurut Brigham dan Houston 2006:40 keputusan kebijakan dividen dividend policy decision adalah keputusan mengenai berapa banyak laba saat ini
yang akan dibayarkan sebagai dividen sebagai ganti dari laba dipertahankan untuk diinvestasikan kembali di dalam perusahaan.
32
Kebijakan dividen adalah keputusan mengenai apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada para pemegang saham sebagai dividen atau
akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang. Laba ditahan merupakan salah satu sumber dana yang paling penting
untuk membiayai pertumbuhan perusahaan, sedangkan dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham atas
keuntungan yang dihasilkan perusahaan.Husnan:2004. Kebijakan dividen perusahaan tergambar pada dividend payout ratio, yaitu
persentase laba yang dibagikan dalam bentuk dividen tunai yang akan di distribusikan kepada pemegang saham. Kebijakan dividen berpengaruh untuk
pertumbuhan suatu perusahaan. Apabila suatu perusahaan menginginkan menahan sebagian besar pendapatannya dalam bentuk laba ditahan didalam perusahaan, hal
ini menyebabkan pembayaran dividen akan semakin kecil, dengan demikian dapat dikatakanlah bahwa makin tingginya dividend payout ratio yang ditetapkan
perusahaan maka makin kecil pula dana yang akan ditanamkan kembali didalam perusahaan yang ini berarti akan menghambat pertumbuhan perusahaan Riyanto
2001: 266.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan Dividen
Menurut Astuti 2004:145 ada beberapa faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen antara lain:
a. Peraturan Pemerintah. Beberapa negara ikut mengatur kebijakan dividen bagi perusahaan dengan tujuan untuk melindungi kreditur.
33
b. Hambatan dalam PerjanjianKontrak. Bank akan membatasi pembayaran dividen tunai sampai batas tertentu dari laba yang bisa dicapai atau bank
mengatur pembayaran denda sampai jumlah tertentu, misalnya x dari laba. Hal ini dilakukan oleh bank berkaitan dengan perjanjian kredit dari
bank kepada perusahaan. c. Hambatan Internal. Jumlah pembayaran dividen tunai juga tergantung pada
tersedianya uang kas perusahaan. Walaupun laporan laba rugi menyatakan adanya laba yang cukup besar namun belum tentu jumlah tersebut sama
dengan jumlah uang kas tunai yang ada di perusahaan. Jadi saldo laporan arus kas akan lebih menentukan jumlah pembayaran dividen tunai.
d. Perkiraan Pertumbuhan di Masa yang akan Datang. Bila pimpinan perusahaan melihat adanya banyak peluang untuk pengembangan
perusahaan, maka pimpinan akan cendrung menahan labanya untuk pembiayaan rencana pengembangan.
e. Pertimbangan Pemilik Perusaahan. Dalam menentukan kebijakan dividen pertama-tama
perusahaan harus
sepakat untuk
mengutamakan kesejahteraan pemilik. Walaupun tidak mungkin untuk membuat kebijakan
yang dapat memaksimumkan kesejahteraan atau kepuasan setiap pemilik, namun setidak-tidaknya.
Sementara menurut Weston dan Brigham 2005 dalam Rodoni dan Ali 2010:123 mengungkapkan faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen
perusahaan yaitu:
34
a. Peraturan hukum. Terdapat tiga hal yang ditekankan berkaitan dengan pembayaran dividen yaitu:
1. Peraturan mengenai laba bersih yaitu menentukan bahwa dividen dapat dibayar dari laba dahulu dan laba sekarang.
2. Peraturan mengenai tindakan yang merugikan pemodal. Peraturan tersebut akan melindungi para kreditur, caranya dengan melarang
pembayaran dividen dari dana modal yang berarti membagikan investasinya bukan membagikan keuntungan.
3. Peraturan mengenai hak mampu membayar insolvency yaitu menentukan perusahaan tidak membayar dividen jika tidak
mampu perusahaan bangkrut. b. Posisi likuiditas, yaitu apabila laba yang ditahan telah diinvestasikan
dalam bentuk aktiva tetap seperti mesin dan peralatan, bahan dan persediaan dan barang-barang lainnya, dan bukan disimpan dalam bentuk
uang tunai, maka hal tersebut dapat menunjukkan posisi likuiditas perusahaan yang rendah dan terdapat kemungkinan perusahaan tidak
mampu lagi membayarkan dividennya. c. Perlunya membayar kembali pinjaman. Disini perusahaan perlu
menyisihkan laba sebelum jatuh tempo hutang, agar keuntungan perusahaan pada saat jatuh temponya hutang dibebani dengan pembayaran
seluruh hutang. d. Keterbatasan karena kontrak hutang. Dalam perjanjian hutang terdapat
larangan bagi debitur sehubungan dengan pembayaran dividen. Hal ini dilakukan untuk melindungi pihak kreditur sehubungan dengan dana yang
35
dipinjamkan. Pembatasan tersebut dilakukan dengan cara dividen yang akan datang hanya boleh dibayar dari keuntungan yang diperoleh sesudah
ditandatanganinya. Kontrak hutangdividen tidak dibayarkan jika modal kerja bersih jumlahnya lebih kecil dari suatu jumlah tertentu.
e. Tingkat perluasan perusahaan. Semakin cepat tingkat pertumbuhan perusahaan semakin besar kebutuhannya untuk membiayai pengembangan
harta perusahaan tersebut, dan semakin banyak dana yang dibutuhkan dikemudian hari, semakin banyak pula keuntungan yang harus ditahan dan
bukan untuk dibayarkan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen dividen relatif kecil.
f. Tingkat keuntungan tingkat hasil pengembalian atas aktiva yang diharapkan. Hal ini menentukan perusahaan untuk membayar dividen
atau menggunakannya didalam perusahaan. g. Stabilitas perusahaan. Perusahaan yang keuntungannya relatif stabil dapat
memperkirakan bagaimana keuntungannya di masa depan, sehingga kemungkinan besar perusahaan akan membagikan keuntungannya dalam
persentase yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang keuntungannya berfluktuasi.
h. Kemampuan memasuki pasar modal. Perusahaan besar yang sudah mempunyai profitabilitas yang tinggi dan keuntungan yang stabil akan
lebih mudah memasuki pasar modal atau memperoleh dana dari luar untuk pembiayaannya. Karena itu perusahaan yang sudah mantap akan
mempunyai tingkat dividen yang lebih tinggi dibanding dengan perusahaan kecil atau masih baru.
36
i. Kontrol. Kekhawatiran berkurangnya kekuasaan kelompok dominan dalam mengendalikan perusahaan cendrung mendorong perusahaan untuk
memperbesar laba ditahan demi keperluan ekspansinya, yang berarti akan memperkecil pembayaran dividennya.
j. Kedudukan pajak para pemegang saham. Pada umumnya para pemilik perusahaan yang memegang sebagian besar sahamnya tergolong kelompok
berpendapatan tinggi dan merupakan pembayar pajak yang tinggi, sehingga menyebabkan perusahaan akan membayar dividen yang rendah.
k. Pajak atas penghasilan yang diperoleh dengan tidak wajar. Seringkali perusahaan menahan keuntungan hanya untuk menghindari tarif pajak
perusahaan yang tinggi, maka dikeluarkan peraturan yang membebani pajak tambahan terhadap keuntungan atas penghasilan yang diperoleh
dengan tidak wajar. l. Tingkat inflasi. Kecendrungan kenaikan harga termasuk harga aktiva tetap
menyebabkan akumulasi penyusutan tidak lagi mencukupi untuk mengganti aktiva tetap. Oleh karena itu perusahaan memperbesar porsi
laba ditahan sehingga porsi untuk dividen menjadi berkurang.
3. Teori Kebijakan Dividen
Menurut Kolb dalam Rodoni dan Ali 2010:128 terdapat tiga teori kebijakan dividen untuk perusahaan yaitu sebagai berikut:
1. Residual Theory Penekanan teori ini adalah pada investasi modal dengan anggapan
bahwa dividen merupakan residu akhir dari proses investasi modal
37
capital investment process. Bertolak dari anggapan tersebut, maka teori ini menganjurkan agar dividen dibayarkan dari sisi dana yang digunakan
untuk investasi modal. 2. Indiference Theory
Teori ini dilandasi anggapan bahwa dividen bukan faktor yang relevan terhadap nilai saham. Teori ini dipelopori oleh Miller dan
Modigliani1961 yang berpendapat bahwa hanya pendapatan yang relevan bagi pemegang saham. Karena itu dividen dibayar atau tidak
dibayar tidak ada pengaruhnya terhadap kemakmuran para pemegang saham. Teori ini mengunakan asumsi-asumsi sebagai berikut:
a. Tidak ada pajak atas dividen dan capital gain b. Tidak ada biaya penerbitan floating cost jika mengeluarkan
tambahan saham c. Tidak ada biaya transaksi
3. Bird In The Hand Theory
Teori ini mengatakan bahwa pemegang saham tidak peduli not indifferent
terhadap dividen dan perubahan pendapatan perusahaan. Bagi pemegang saham kebijakan dividen adalah relevan terhadap nilai saham.
Teori ini didukung oleh Litner dan Gordon yang mengatakan bahwa pemegang saham menilai 1 dividen yang diterima lebih tinggi daripada
1 pendapatan yang ditahan. Terdapat empat teori lain yang dapat membantu menjelaskan kebijakan
dividen adalah sebagai berikut:
38
1. Information Content Hypothesis atau Signaling Menurut Brigham dan Houston 2001 yang dikutip dari Iqbal
2011 menjelaskan mengenai hipotesis ini yaitu kenaikan dividen seringkali menyebabkan kenaikan harga saham, sementara pemotongan
dividen umumnya menyebabkan penurunan harga saham. Hal ini menunjukkan bahwa investor secara keseluruhan lebih menyukai dividen
daripada keuntungan modal. Akan tetapi, Modigliani dan Miller MM berpendapat lain. Mereka menurunkan dividen, sehingga mereka tidak
akan menaikkan dividen kecuali kalau mereka mengantisipasi laba yang lebih tinggi di masa mendatang. Karenanya, MM berpendapat bahwa suatu
kenaikan dividen yang lebih tinggi daripada yang diperkirakan merupakan “isyarat” bagi investor bahwa manajemen perusahaan memperkirakan laba
yang lebih tinggi di masa mendatang. Sebaliknya, penurunan dividen atau kenaikan yang lebih kecil
daripada yang diperkirakan, merupakan suatu isyarat bahwa manajemen meramalkan laba yang lebih rendah di masa mendatang. Jadi, MM
menegaskan bahwa reaksi investor terhadap perubahan dalam kebijakan dividen tidak harus menunjukkan investor lebih menyukai dividen
daripada laba yang ditahan. Sebaliknya, mereka menyatakan bahwa perubahan harga saham sesudah pembagian dividen hanya menunjukkan
ada kandungan informasi atau pensinyalan information, or signaling, content
yang penting dalam pengumuman dividen tersebut.Iqbal:2011.
39
2.Clientele Effect Menurut Brigham dan Houston 2001 yang dikutip dari Iqbal
2011 menjelaskan mengenai hipotesis ini yaitu kelompok atau pelanggan clientele dari pemegang saham yang berbeda akan mempunyai kebijakan
dividen yang berbeda-beda. Manajemen harus mempertimbangkan dengan matang perubahan kebijakan dividennya, karena suatu perubahan dapat
menyebabkan pemegang saham saat ini menjual saham mereka dan mengakibatkan harga saham menjadi turun. Penurunan harga tersebut bisa
bersifat sementara, tetapi juga bisa bersifat permanen jika hanya sedikit investor yang tertarik dengan kebijakan dividen yang baru, harga saham
akan terus tertekan. Namun kebijakan baru itu mungkin akan memungkinkan lebih
banyak pelanggan daripada sebelumnya dimiliki perusahaan, sehingga harga saham akan naik. MM dan yang lainnya telah menyatakan bahwa
satu pelanggan sama baiknya dengan yang lain sehingga adanya pengaruh pelanggan tidak harus menyiratkan bahwa satu kebijakan dividen lebih
baik dari kebijakan dividen lainnya. Namun, MM mungkin saja salah, dan mereka ataupun orang lain tidak dapat membuktikan bahwa adanya
kelompok-kelompok investor
secara keseluruhan
memungkinkan perusahaan mengabaikan efek pelanggan.Iqbal:2011.
Mutiaroh 2010 menjelaskan mengenai teori ini, efek klien adalah kecendrungan perusahaan untuk menarik jenis investor yang menyukai
kebijakan dividennya. Secara ringkasnya dapat dikatakan bahwa para
40
investor yang menginginkan pendapatan dari investasi untuk periode berjalan akan memiliki saham pada perusahaan yang membagikan dividen
dalam jumlah besar, sedangkan investor yang tidak membutuhkan penghasilan kas untuk periode berjalan akan menginvestasikan modalnya
pada perusahaan yang membagikan dividen dalam jumlah kecil. Hal ini menyiratkan bahwa setiap perusahaan seharusnya menetapkan kebijakan
khusus yang oleh manajemennya dianggap paling tepat dan kemudian mengijinkan pemegang saham yang tidak menyukai kebijakan ini untuk
menjual sahamnya kepada investor lain yang menyukainya. 3.Tax Differential Theory
Argumen ini sebagian besar didasarkan pada perbedaan perlakuan pajak atas pendapatan dividen dan perolehan modal. Pajak atas pendapatan
dividen dibayarkan saat dividen diterima, sementara pajak atas apresiasi harga perolehan modal ditunda hingga saham benar-benar dijual. Dalam
hal pertimbangan pajak, sebagian besar investor masih lebih suka penahanan pendapatan perusahaan daripada pembayaran dividen tunai.
Pendapatan yang ditahan dalam perusahaan akan meningkatkan harga saham, tapi peningkatan tersebut tidak dipajak hingga saham dijual.
Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa kebijakan membayar dividen rendah akan mengakibatkan harga saham yang lebih tinggi. Artinya
dividen tinggi merugikan investor, sementara dividen rendah dan retensi tinggi membantu investor.Mutiaroh :2010.
41
4. Life Cycle Theory
Menurut DeAngelo et. al. 2006 dalam Refra dan Widiastuti 2014 teori ini menyatakan bahwa dividend cenderung untuk mengikuti
pola siklus hidup life cycle perusahaan tersebut
.
Perusahaan yang sedang berada dalam tahap mature dewasa lebih cenderung untuk membayarkan
dividend karena pada tahap ini perusahaan memiliki kuantitatif laba yang
besar. Sementara perusahaan yang masih dalam tahap growth pertumbuhan lebih cenderung untuk tidak membayarkan dividend
karena pada tahap ini perusahaan memiliki peluang investasi yang tinggi namun memiliki pendanaan yang terbatas, sehingga laba yang diperoleh
ditahan sebagai retained earnings dan kemudian diinvestasikan kembali karena pendanaan internal memiliki biaya yang lebih murah dibandingkan
dengan pendanaan eksternal. Dalam teori ini, keputusan dividend
dipengaruhi oleh
kebutuhan perusahaan
untuk mendistribusikan aliran kasnya. Teori ini memprediksi bahwa pada tahun-tahun awal sejak
pendirian, perusahaan belum banyak membayar dividend, tetapi semakin mature
perusahaan dimana dana internal perusahaan sudah melebihi peluang investasi, dividend yang dibayarkan juga akan meningkat.
4. Tipe-Tipe Pola pembayaran dividen
Menurut Kolb dalam Rodoni dan Ali 2010:129 terdapat lima pola pembayaran dividen yang dapat dipilih oleh perusahaan yaitu:
42
a Stable and occasionally increasing dividends per share Kebijakan ini menetapkan dividen saham yang tetap stabil selama
tidak ada peningkatan yang permanen dalam earning power kemampuan membayar dividen. Manajemen menaikkan dividen hanya jika ia yakin
bahwa tingkat yang lebih tinggi tersebut dapat dipertahankan secara definitive. Landasan berpikirnya adalah psikologis pemegang saham,
dimana pemegang saham akan merasa senang bila dividen naik dan hal ini akan menaikkan perdagangan saham. Sebaliknya, bila dividen turun
pemegang saham akan merasa kecewa dan hal ini akan menyebabkan perdagangan saham turun.
b Stable dividen per share Landasan pemikirannya adalah pasar mungkin akan menilai suatu
saham lebih tinggi bila dividen yang diharapkan tetap stabil daripada kalau dividen berfluktuasi. Cara ini paling superior untuk menjaga payout ratio
yang stabil. Perusahaan yang menilai cara ini akan membayar dividen dalam jumlah yang tetap dari tahun ke tahun, karenanya cara ini di sebut
pula stable dollar amount pershare. Pola ini paling banyak diterapkan oleh perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat.
c Stable payout ratio Dalam pola ini, jumlah dividen dihitung berdasarkan suatu
persentase tetap constant dari laba earnings. Bila laba berfluktuasi maka jumlah dividen yang dibayarkan pun ikut berfluktuasi.
43
d Regular dividend plus extras
Dengan cara ini deviden regular diterapkan dalam jumlah yang manajemen yakin mampu dipertahankan tanpa menghiraukan fluktuasi
laba dan kebutuhan investor modal. Bila tambahan kas tersedia, perusahaan memberikan dividen ekstra bonus kepada pemegang saham.
Cara ini memberikan fleksibilitas bagi perusahaan, tetapi menimbulkan ketidakpastian bagi pemegang saham. Meskipun demikian, cara ini
kemungkinan merupakan pilihan terbaik bagi perusahaan menurut kondisi yang ada. Cara ini mengakui kandungan informasi dividen sehingga
diharapkan dengan pemberian bonus ekstra dapat menarik minat pembeli yang akhirnya meningkatkan perdagangan saham.
e Fluktuating dividends and payout ratio
Dalam metode ini, dividen dan payout ratio berfluktuasi sesuai dengan perubahan laba dan kebutuhan investasi modal perusahaan setiap
periode. Metode ini tampaknya kurang populer bagi perusahaan go public, namun mungkin cocok bagi perusahaan kecil atau perseroan tertutup.
5. Prosedur Pembayaran Dividen
Menurut Rodoni dan Ali 2010:131 prosedur dalam pembayaran dividen adalah sebagai berikut:
1. Tanggal pengumuman date of declaration Tanggal pengumuman adalah tanggal dimana direksi secara formal
mengumumkan dibagikannya kepada pemegang saham bahwa dividen akan dibagikan, suatu hutang dividen harus diakui dan laba yang di tahan
44
berkurang. Dengan demikian kewajiban membayar dividen timbul pada saat direksi mengumumkan pembagian dividen.
2. Cum-dividen date Tanggal terakhir perdagangan saham yang masih melekat hak untuk
mendapatkan dividen. 3. Tanggal pencatatan pemegang saham date of record
Tanggal pencatatan adalah tanggal dimana pemilikan saham di tentukan, sehingga dapat diketahui kepada siapa dividen dibagikan. Pemegang saham
yang mencatatkan dirinya pada tanggal ini adalah pemegang saham yang memperoleh dividen pada tanggal pembayaran. Tidak ada entry yang
diperlukan pada tanggal pencatatan. Tanggal ini hanya digunakan sebagai titik batas, kepada dividen dibagikan. Penentuan titik batas tidak perlu dilakukan
karena saham perusahaan diperdagangkan di bursa, sehingga pemiliknya dapat setiap saat berubah. Tentang jumlah saham yang beredar, perusahaan sudah
mengetahuinya sejak dividen diumumkan. Pada saat dividen dibayarkan, hutang dan kas akan berkurang sehingga perusahaan akan mencatatnya
sebagai pengurangan kedua perkiraan tersebut diatas. 4. Tanggal pemisahan dividen ex-dividend date
Sebelum tanggal pencatatan, perusahaan sudah harus diberitahukan apabila terjadi transaksi jual beli atas saham beredar tersebut. Oleh sebab itu
pada bursa internasional disepakati adanya ex-dividend date yaitu tiga hari sebelum tanggal pencatatan date of record. Setelah tanggal pencatatan,
saham tersebut tidak lagi memiliki hak atas dividen pada tanggal pembayaran.
45
5. Tanggal pencatatan date of payment Pada tanggal ini, dividen dibayarkan kepada para pemegang saham.
Setelah memegang dividen, kas di debet dan piutang dieleminasi. Pembayaran dividen akan dikenakan pajak penghasilan.
E. Dividend payout ratio