95
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, penulis menyimpulkan bahwa dari keempat aspek tersebut yaitu, capital, asset quality, earnings, dan liquidity
pada penilaian kesehatan bank berdasarkan prinsip syariah terhadap perbankan syariah yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia menunjukan
kondisi kesehatan bank yang tergolong sehat, hanya Bank Rakyat Indonesia yang tergolong cukup sehat pada tahun 2013, karena terdapat masalah pada
aspek asset quality khususnya pada rasio Return On Asset ROA. Hal tersebut dikarenakan pada tahun 2013 aset yang dimiliki terlalu besar
dibandingkan dengan laba sebelum pajak. Sedangkan bank yang lainya tergolong sehat, hal tersebut ditunjukkan dengan nilai rasio capital, asset
quality, earnings, dan liquidity yang sehat sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia.
5.2. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah: −
Terdapat duabelas Bank Syariah yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia namun yang dapat dijadikan sampel sebanyak sembilan Bank Syariah
karena terdapat tiga bank syariah yang tidak memenuhi kriteria pengambilan sampel.
Universitas Sumatera Utara
96 −
Dalam penelitian ini penulis hanya menilai kesehatan Bank Syariah berdasarkan aspek keuangan yaitu capital, asset quality, earnings, dan
liquidity.
5.3. Saran
− Dalam penelitian ini penulis menggunakan variabel CAR, KAP, PPAP,
ROA, BOPO, dan LDR sebaiknya bagi peneliti selanjutnya agar menambahkan variabel lain selain yang digunakan pada penelitian ini
agar memperoleh hasil yang lebih signifikan lagi. −
Bagi penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan rentang waktu yang lebih pendek misalnya menggunakan laporan keuangan triwulan.
Universitas Sumatera Utara
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bank
Menurut Kasmir 2012, bank dapat diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan
deposito. Bank juga merupakan tempat untuk meminjam uang kredit bagi masyarakat yang membutuhkannya. Disamping itu, bank juga merupakan
tempat untuk menukar uang, memindahkan uang atau menerima segala macam bentuk pembayaran dan setoran seperti pembayaran listrik, telepon,
air, pajak, uang kuliah, dan pembayaran lainnya.
2.1.1 Pengertian Bank Syariah
Menurut Kasmir 2012, bank syariah merupakan bank yang berdasarkan kepada konsep Islam, yaitu kerja sama dalam skema
bagi hasil, baik untung maupun rugi. Pelaksanaan kegiatan bank syariah dasar hukumnya adalah Al-Qur’an dan sunnah rasul. Bank
syariah mengharamkan penggunaan harga produk dengan bunga tertentu karena bagi bank syariah bunga adalah riba. Bank syariah
memiliki beberapa produk yang ditawarkan, yaitu mudharabah, musyarakah, murabahah, salam, istishna’, ijarah, wadiah, qardh, dan
lain-lain. Dalam konsep Islam aktivitas komersial, perbankan harus
disesuaikan dengan prinsip Islam yakni bebas dari bunga riba. Hal
Universitas Sumatera Utara
8 inilah yang juga menjelaskan mengapa pada tahap awal bank syariah
juga dikenal sebagai bank yang bebas dari bunga riba. Melarang menerima dan membayar bunga memang menjadi
inti dari perbankan syariah. Hal ini harus didukung oleh nilai-nilai Islam yang sangat fundamental seperti; berbagi resiko, hak dan
kewajiban individu, hak milik, kesucian kontrak dan tangung jawab pembangunan bangsa atau ummat. Sehingga akan terbentuk
kelembagaan perbankan Islam yang mendorong sharing resiko, mempromosikan entrepreneurship, melemahkan perilaku spekulatif,
dan menekankan kesucian kontrak, Chapra 2000. Menurut Hidayat 2008, sistem perbankan dan keuangan
Islam yang ada saat ini tercipta sebagai hasil ijtihad para ulama dalam rangka menyelaraskan semua aspek kehidupan seorang
Muslim dengan ajaran agamanya. Hal ini dikarenakan Islam adalah sebuah cara hidup yang komprehensif yang tidak hanya mencakup
hal-hal yang bersifat ritual, tetapi juga mengatur hal-hal yang berkaitan dengan ekonomi, politik, dan aspek kehidupan lainnya.
Beberapa tujuan dan fungsi penting yang diharapkan dari sistem perbankan Islam menurut Chapra 2000, antara lain:
a. Kemakmuran ekonomi yang meluas dengan tingkat kerja penuh
dan tingkat pertumbuhan ekonomi yang optimum; b.
Keadilan sosial-ekonomi dan distribusi pendapatan serta kekayaan yang merata;
Universitas Sumatera Utara
9 c.
Stabilitas nilai uang untuk memungkinkan alat tukar tersebut menjadi suatu unit perhitungan yang terpercaya, standar
pembayaran yang adil dan nilai simpan yang stabil; d.
Mobilisasi dan investasi tabungan bagi pembangunan ekonomi dengan cara-cara tertentu yang menjamin bahwa pihak-pihak
yang berkepentingan mendapatkan bagian pengembalian yang adil; dan
e. Pelayanan yang efektif atas semua jasa-jasa yang biasanya
diharapkan dari sistem perbankan. Dalam pandangan Chapra, jelas sekali bahwa selain
memberikan jasa keuangan yang halal bagi komunitas muslim sebagai tujuan khusus, sistem keuangan dan perbankan Islam
diharapkan juga memberikan kontribusi bagi tercapainya tujuan sosio-ekonomi Islam.
2.1.2 Ciri-ciri Perbankan Syariah
Bank syariah mempunyai ciri-ciri berbeda dengan bank konvensional, adapun ciri-ciri bank syariah yaitu :
a. Beban biaya yang disepakati bersama pada waktu akad perjanjian
diwujudkan dalam bentuk jumlah nominal, yang besarnya tidak kaku dan dapat dilakukan dengan kebebasan untuk tawar
menawar dalam batas wajar. Beban biaya tersebut hanya dikenakan sampai batas waktu sesuai dengan kesepakatan dalam
kontrak.
Universitas Sumatera Utara
10 b.
Penggunaan persentase dalam hal kewajiban untuk melakukan pembayaran selalu dihindari, karena persentase bersifat melekat
pada sisa utang meskipun batas waktu perjanjian telah berakhir. c.
Di dalam kontak-kontrak pembiayaan proyek, bank syariah tidak menerapkan perhitungan berdasarkan keuntungan yang pasti yang
ditetapkan di muka, karena pada hakikatnya yang mengetahui tentang ruginya suatu proyek yang dibiayai bank hanyalah Allah
semata. d.
Pengerahan dana masyarakat dalam bentuk deposito tabungan oleh penyimpan dianggap sebagai titipan al-wadiah sedangkan
bagi bank dianggap sebagai titipan yang diamanatkan sebagai penyertaan dana pada proyek-proyek yang dibiayai bank yang
beroperasi sesuai dengan prinsip syariah sehingga pada penyimpan tidak dijanjikan imbalan yang pasti.
e. Dewan Pengawas Syariah DPS bertugas untuk mengawasi
operasionalisasi bank dari sudut syariahnya. Selain itu manajer dan pimpinan bank Islam harus menguasai dasar-dasar muamalah
Islam. f.
Fungsi kelembagaan bank syariah selain menjembatani antara pihak pemilik modal dengan pihak yang membutuhkan dana, juga
mempunyai fungsi khusus yaitu fungsi amanah, artinya berkewajiban menjaga dan bertanggung jawab atas keamanan
Universitas Sumatera Utara
11 dana yang disimpan dan siap sewaktu-waktu apabila dana diambil
pemiliknya.
2.1.3 Prinsip Bank Syariah
Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana danatau
pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang sesuai dengan syariah. Prinsip utama operasional bank yang berdasarkan
prinsip syariah adalah hukum islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan Al Hadits. Kegiatan operasional bank harus memperhatikan
perintah dan larangan dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Larangan utama berkaitan dengan kegiatan bank yang dapat diklasifikasikan sebagai
riba. Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, bank yang menggunakan prinsip syariah tidak menggunakan sistem bunga
dalam menentukan imbalan atas dana yang digunakan atau dititipkan oleh suatu pihak.
Penentuan imbalan terhadap dana yang dipinjamkan maupun dana yang disimpan di bank berdasarkan pada prinsip bagi hasil
sesuai dengan hukum Islam. Ditinjau dari sisi pelayanan terhadap masyarakat dan pemasaran, adanya bank atas dasar prinsip syariah
merupakan usaha untuk melayani dan mendayagunakan segmen pasar perbankan yang tidak setuju atau tidak menyukai sistem bunga.
Universitas Sumatera Utara
12
2.1.4 Fungsi dan Peran Bank Syariah
Fungsi dan peran bank syariah yang diantaranya tercantum dalam pembukaan standar akuntansi yang dikeluarkan oleh AAOIFI
Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institution, adalah sebagai berikut :
a. Manajer investasi, bank syariah dapat mengelola investasi dana
nasabah. b.
Investor, bank syariah dapat menginvestasikan dana yang dimilikinya maupun dana nasabah yang dipercayakan
kepadanya. c.
Penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran, bank syariah dapat melakukan kegiatan-kegiatan jasa-jasa layanan
perbankan sebagaimana lazimnya. d.
Pelaksanaan kegiatan sosial, sebagai ciri yang melekat pada entitas keuangan syariah, bank Islam juga memiliki kewajiban
untuk mengeluarkan dan mengelola menghimpun, mengadministrasikan, mendistribusikan zakat serta dana-dana
sosial lainnya.
2.1.5 Sumber Dana Bank Syariah
Menurut Zainul 2002:46, Dana bank adalah uang tunai yang dimiliki atau yang dikuasai oleh bank dalam bentuk tunai, atau
aktiva lain yang dapat segera diubah menjadi uang tunai. Uang tunai yang dimiliki atau dikuasai oleh bank tidak hanya berasal dari para
Universitas Sumatera Utara
13 pemilik bank itu sendiri, tetapi juga berasal dari titipan atau
penyertaan dana orang lain atau pihak lain yang sewaktu-waktu atau suatu saat tertentu akan ditarik kembali, baik sekaligus ataupun
secara berangsur-angsur.
2.2. Laporan Keuangan 2.2.1. Pengertian Laporan Keuangan
Menurut Zainul 2002:65, laporan keuangan financial statement menyimpulkan kegiatan dalam setiap bidang fungsional.
Neraca mewakili kesimpulan tentang keputusan manajemen yang telah diambil untuk bidang-bidang fungsional dan pernyataan Laba-
Rugi mengukur tingkat kemampuan menghasilkan laba profitability dari keputusan-keputusan manajemen selama periode tertentu.
Menurut Lukman 2009:109, laporan perhitungan laba rugi atau lebih dikenal juga dengan income statement dari suatu bank
umum adalah suatu laporan keuangan bank yang menggambarkan pendapatan dan biaya operasional dan nonoperasional bank untuk
suatu periode tertentu.
2.2.2. Laporan Keuangan Bank Syariah
Menurut Zainul 2002:66, perangkat laporan keuangan lengkap yang harus diterbitkan oleh bank-bank Islam terdiri dari :
a. Laporan Posisi Keuangan Neraca
b. Laporan laba-rugi
c. Laporan Arus Kas
Universitas Sumatera Utara
14 d.
Laporan Perubahan Modal Pemilik dan laporan laba ditahan e.
Laporan Perubahan Investasi Terbatas f.
Laporan sumber dan penggunaan dana zakat dan dana sumbangan apabila bank bertanggung jawab atas pengumpulan dan
pembagian zakat g.
Laporan sumber dan penggunaan dana qard h.
Catatan-catatan laporan keuangan i.
Pernyataan, laporan dan data lain yang membantu dalam menyediakan informasi yang diperlukan oleh para pemakai
laporan keuangan sebagaimana ditentukan di dalam statement of objective.
2.3 Penilaian Kesehatan Bank Syariah
Menurut Kasmir 2012, penilaian kesehatan bank perlu dilakukan termasuk oleh Bank Syariah. Hal tersebut perlu dan wajib dilakukan agar
dapat memberi gambaran yang lebih tepat mengenai kondisi saat ini dan mendatang. Dalam menganalisa kesehatan finansial Bank Syariah, variabel
operasional penelitian diturunkan dari metode penghitungan tingkat kesehatan untuk Bank Syariah.
Metode ini baru ditetapkan melalui Peraturan Bank Indonesia PBI No. 9 Tahun 2007 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum
Berdasarkan Prinsip Syariah. Dalam PBI tersebut dijelaskan bahwa Tingkat Kesehatan Bank adalah hasil penilaian kuantitatif dan kualitatif atas
Universitas Sumatera Utara
15 berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu Bank
atau Unit Usaha Syariah UUS melalui: 1 Penilaian Kuantitatif dan Penilaian Kualitatif terhadap faktor-faktor
permodalan, kualitas aset, rentabilitas, likuiditas, sensitivitas terhadap risiko pasar; dan
2 Penilaian Kualitatif terhadap faktor manajemen. Selain itu, dalam PBI tersebut juga dijelaskan faktor finansial adalah
salah satu faktor pembentuk Tingkat Kesehatan Bank yang terdiri dari faktor permodalan, kualitas aset, rentabilitas, likuiditas, dan sesitivitas
terhadap risiko pasar. Dalam penelitian ini penulis hanya berfokus untuk meneliti empat variabel penting dalam komponen kesehatan finansial
tersebut yaitu: permodalan capital, kualitas aset asset quality, rentabilitas earning, dan likuiditas liquidity.
Berdasarakan Peraturan Bank Indonesia PBI No. 91PBI2007 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan
Prinsip Syariah, penilaian untuk menentukan kesehatan suatu bank dapat menggunakan analisis CAMEL Capital, Asset, Management, Earnings,dan
Liquidity. Dalam menghitung nilai kumulatif tingkat kesehatan bank syariah perlu dibuat pembobotan untuk masing-masing faktor keuangan.
Berdasarkan ketentuan BI tahun 2007 pembobotan tersebut adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
16
Tabel 2.1 Bobot Penilaian Faktor CAMEL
No Keterangan
Bobot
1 Faktor Permodalan
25 2
Faktor Kualitas Aktiva Produktif 30
3 Faktor Kualitas Manajemen
25 4
Faktor Rentabilitas 10
5 Faktor Likuiditas
10
Sumber: Lampiran SE-BI No.924DPbS, 2007.
Berikutnya karena dalam penelitian ini hanya menggunakan empat
variabel, yaitu permodalan capital, kualitas aktiva asset quality, rentabilitas earning, dan likuiditas liquidity maka perlu dilakukan
penyesuaian atas pembobotannya dengan mengacu pada standar pembobotan Bank Indonesia tersebut.
Tabel 2.2 Penyesuaian Bobot Penilaian Faktor CAMEL
No Keterangan
Penyesuaian Bobot
1 Faktor Permodalan
2575 34
2 Faktor Kualitas Aktiva Produktif
3075 40
3 Faktor Rentabilitas
1075 13
4 Faktor Likuiditas
1075 13
Sumber: Penyesuaian dengan mengacu SE-BI No.924DPbS, 2007.
2.3.1 Capital Permodalan
Modal adalah segala sesuatu yang diberikan dan dialokasikan kedalam suatu usaha dan atau badan yang berguna untuk
menjalankan apa yang diinginkan , dimana modal tersebut adalah dapat berupa modal yang langsung dapat digunakan dan atau modal
tidak langsung dan juga modal itu didapat dari intern atau ekstern perusahaan.
Capital Adequacy Ratio CAR adalah rasio kecukupan modal yang berfungsi menampung risiko kerugian yang kemungkinan
Universitas Sumatera Utara
17 dihadapi oleh bank. Semakin tinggi CAR maka semakin baik
kemampuan bank tersebut untuk menanggung risiko dari setiap kreditaktiva produktif yang berisiko. Jika nilai CAR tinggi maka
bank tersebut mampu membiayai kegiatan operasional dan memberikan kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas. Aktiva
Tertimbang Menurut Risiko ATMR adalah aktiva dalam neraca perbankan yang diperhitungkan dengan bobot prosentase tertentu
sebagai faktor risiko pada masing-masing aktiva sebagai dasar perhitungan ATMR yang telah ditentukan oleh Bank Indonesia
sesuai Surat Edaran Bank Indonesia No.523DPNP, tanggal 29 September 2003.
Kemudian dalam menghitung nilai kredit faktor CAR yaitu berdasarkan pada kewajiban penyediaan modal minimum bank
sebagaimana ditetapkan dalam Surat Edaran Bank Indonesia No.26.1BPPP, tanggal 29 Mei 1993 yang penilaiannya sebagai
berikut: •
Untuk rasio modal 0 diberi nilai 1 •
Untuk setiap kenaikan, 0,1 mulai dari 0 nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum 100, dan
• Untuk bobot kecukupan modal adalah 25
Menurut surat edaran bank Indonesia No.623DPNP 31 Mei 2004 Lampiran 1, dalam menilai Capital suatu bank dapat
menggunakan rumus:
Universitas Sumatera Utara
18 •
• •
Nilai Kredit Faktor CAR = Nilai Kredit CAR x Bobot CAR
Tabel 2.3 Kriteria Penilaian Capital Adequacy Ratio CAR
No Predikat
Rasio Nilai Kredit
1 Sehat
8 81
2 Cukup Sehat
6,5 - 7,9 66 – 80
3 Kurang Sehat
6,49 0 – 65
Sumber : Lampiran SE-BI No.924DPbS, 2007
2.3.2 Asset Quality kualitas aset
Aset adalah sesuatu yang dimiliki oleh perusahan baik berupa aset tetap maupun aset lancar yang dipakai perusahaan dalam
mengembangkan dan menciptakan produk usahanya dan untuk aktivitas lainnya didalam usahanya baik aset sebagai penunjang
maupun aset utama. Menurut surat edaran bank Indonesia No.623DPNP 31 Mei
2004 Lampiran 2, dalam menilai asset suatu bank dapat menggunakan dua rumus yaitu:
a. Kualitas Aktiva Produktif KAP
Menurut Surat Keputusan Direksi BI No.31147KEPDIR 1998, Kualitas Aktiva Produktif adalah semua harta dalam bentuk
rupiah maupun valuta asing yang dimiliki oleh suatu bank dengan tujuan untuk memperoleh penghasilan, diantaranya meliputi:
- Surat berharga
Universitas Sumatera Utara
19 -
Kredit yang diberikan -
Penempatan dana pada bank lain, baik di dalam maupun di luar negeri
- Tagihan akseptasi, yakni tagihan atas surat berharga yang
dibeli dengan janji dijual kembali -
Penyertaan -
Transaksi rekening administratif Menurut SE BI No.302UPPB tanggal 30 April 1997 aktiva
produktif yang diklasifikasi adalah aktiva produktif baik yang sudah maupun yang mengandung potensi tidak memberikan
penghasilan atau menimbulkan kerugian. Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.26.1BPPP,
tanggal 29 Mei 1993 mengenai perhitungan rasio kualitas aktiva produktif adalah sebagai berikut:
- Untuk rasio 15,5 atau lebih diberi nilai kredit 0
- Untuk setiap penurunan 0,15 mulai dari 15,5 niai kredit
ditambah 1 dengan maksimum 100; dan -
Untuk bobot kecukupan kualitas aktiva produktif adalah 25 Rumus Kualitas Aktiva Produktif Sebagai Berikut:
- -
- Perhitungan NK Faktor KAP = NK KAP x Bobot KAP
Universitas Sumatera Utara
20
Tabel 2.4 Kriteria Penilaian Rasio Kualitas Aktiva Produktif KAP
No Predikat
Rasio Nilai Kredit
1 Sehat
10,35 81
2 Cukup Sehat
10,36 – 12,60 66 – 80
3 Kurang Sehat
12,61 – 14,85 51 – 65
4 Tidak Sehat
14,86 0 – 50
Sumber : Lampiran SE-BI No.924DPbS, 2007
b. Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif PPAP
Menurut Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.31148KEPDIR Tanggal 12 November 1998, penyisihan
penghapusan aktiva produktif adalah cadangan yang harus dibentuk sebesar persentase tertentu dari nominal berdasarkan
penggolongan kualitas aktiva produktif. Menurut Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia
No.31148KEPDIR Tanggal 12 November 1998, Bank wajib membentuk PPAP berupa cadangan umum dan cadangan khusus
guna menutup risiko kemungkinan kerugian. Cadangan umum PPAP ditetapkan sekurang-kurangnya sebesar 1 dari aktiva
produktif yang digolongkan lancar, tidak termasuk sertifikat BI dan surat utang pemerintah. Sedangkan cadangan khusus PPAP
ditetapkan sekurang-kurangnya sebesar: -
5 dari aktiva produktif yang digolongkan dalam perhatian khusus
- 15 dari aktiva produktif yang digolongkan kurang lancar
setelah dikurangi nilai agunan
Universitas Sumatera Utara
21 -
50 dari aktiva produktif yang digolongkan diragukan setelah dikurangi nilai agunan
- 100 dari aktiva produktif yang digolongkan macet setelah
dikurangi nilai agunan. Rumus untuk menghitung Penyisihan Penghapusan Aktiva
Produktif adalah sebagai berikut: -
- -
Perhitungan NK Faktor PPAP = NK Rasio PPAP x Bobot PPAP
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.26.1BPPP, tanggal 29 Mei 1993 mengenai perhitungan rasio PPAP adalah
sebagai berikut: -
Untuk rasio 0 tidak memiliki PPAP diberi nilai 0 -
Untuk setiap kenaikan 1 mulai dari 0 nilai kredit ditambah 1,5 dengan maksimum 100; dan
- Untuk bobot kecukupan rasio PPAP adalah 5.
Tabel 2.5 Kriteria Penilaian Rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva
Produktif PPAP No
Predikat Rasio
Nilai Kredit
1 Sehat
81 81
2 Cukup Sehat
66 – 81 66 – 80
3 Kurang Sehat
51 – 66 51 – 6
4 Tidak Sehat
51 0 – 50
Sumber : Lampiran SE-BI No.924DPbS, 2007
Universitas Sumatera Utara
22
2.3.3 Earnings rentabilitas
Berdasarkan SE. No.924DPbS, penilaian earnings merupakan penilaian terhadap kondisi dan kemampuan bank untuk
menghasilkan keuntungan dalam rangka mendukung kegiatan operasional dan permodalan.
Menurut surat edaran bank Indonesia No.623DPNP 31 Mei 2004 Lampiran 4, dalam menilai earnings suatu bank dapat
menggunakan dua rumus yaitu: a.
Return On Asset ROA Menurut Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia
No.31148KEPDIR Tanggal 12 November 1998, Return on assets ROA merupakan rasio penunjang dalam menghitung
rentabilitas bagi bank syariah. Rasio ini digunakan untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam menghasilkan laba.
ROA dihitung dengan membagi laba sebelum pajak dengan total aset. Semakin kecil rasio ini mengindikasikan kurangnya
kemampuan manajemen bank dalam hal mengelola aktiva untuk meningkatkan pendapatan dan atau menekan biaya.
Rumus untuk menghitung ROA adalah sebagai berikut: -
- -
Nilai Kredit Faktor ROA = NK Rasio ROA x Bobot ROA
Universitas Sumatera Utara
23 Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.26.1BPPP,
tanggal 29 Mei 1993 mengenai perhitungan rasio ROA adalah sebagai berikut:
- Untuk rasio 0 atau negatif diberi nilai kredit 0
- Untuk setiap kenaikan 0,015 mulai dari 0 nilai kredit
ditambah 1 dengan maksimum 100, dan -
Untuk bobot kecukupan rasio ROA adalah 5.
Tabel 2.6 Kriteria Penilaian Return On Asset ROA
No Predikat
Rasio Nilai Kredit
1 Sehat
1,22 81
2 Cukup Sehat
0,99 – 1,21 66 – 80
3 KurangSehat
0,77 – 0,98 51 – 65
4 Tidak Sehat
0,76 0 – 50
Sumber : Lampiran SE-BI No.924DPbS, 2007
b. Rasio Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional
BOPO Menurut Taswan, BOPO merupakan rasio anatara beban
operasional dengan pendapatan operasional yang dimaksudkan untuk menilai efisiensi dan efektivitas yang digunakan untuk
mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional yang dikeluarkan bank dalam menghasilkan
pendapatan operasional bank. Biaya operasional dihitung berdasarkan penjumlahan dari
total beban bunga dan total beban operasional lainnya. Sedangkan pendapatan operasional adalah penjumlahan dari total pendapatan
bunga dan total pendapatan operasional lainnya.
Universitas Sumatera Utara
24 Rumus untuk menghitung Biaya Operasional terhadap
Pendapatan Opersaional adalah sebagai Berikut: -
- -
Nilai Kredit Faktor BOPO = NK BOPO x Bobot Rasio BOPO -
Untuk bobot kecukupan rasio BOPO adalah 5 Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.26.1BPPP,
tanggal 29 Mei 1993 mengenai perhitungan rasio BOPO adalah sebagai berikut:
Tabel 2.7 Kriteria Penilaian Rasio Biaya Operasional Terhadap
Pendapatan Operasional BOPO No
Predikat Rasio
NIlai Kredit
1 Sehat
93,52 81
2 Cukup Sehat
93,52 – 94,74 66 – 80
3 KurangSehat
94,73 – 95,92 51 – 65
4 Tidak Sehat
95,92 0 – 50
Sumber : Lampiran SE-BI No.924DPbS, 2007
2.3.4 Liquidity likuiditas
Berdasarkan SE. No.924DPbS, penilaian likuiditas merupakan penilaian terhadap kemampuan bank untuk memelihara
tingkat likuiditas yang memadai. Penilaian likuiditas dimaksudkan untuk menilai bank dalam memelihara tingkat likuiditas yang
memadai termasuk antisipasi atas risiko likuiditas yang akan muncul.
Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No.623DPNP tanggal 31 Mei 2004 Lampiran 1e, Loan to Deposit Ratio LDR adalah
Universitas Sumatera Utara
25 suatu pengukuran tradisional yang menunjukan deposito berjangka,
giro, tabungan,dan lain-lain yang digunakan dalam memenuhi permohonan pinjaman atas nasabah. LDR dapat diukur dari
perbandingan antara seluruh jumlah kredit yang diberikan terhadap dana pihak ketiga. Besarnya jumlah kredit yang disalurkan akan
menentukan keuntungan suatu bank. Menurut surat edaran bank Indonesia No.623DPNP 31 Mei
2004 Lampiran 4, dalam menilai liquidity suatu bank dapat menggunakan rumus:
- -
- Nilai Kredit Faktor LDR = Nilai Kredit LDR x Bobot LDR
- Untuk bobot kecukupan rasio LDR adalah 5
Total kredit merupakan kredit yang diberikan kepada pihak ketiga tidak termasuk kredit kepada bank lain. Sedangkan total
dana pihak ketiga mencakup giro, tabungan, dan deposito tidak termasuk antar bank.
Tabel 2.8 Kriteria Penilaian Loan To Deposit LDR
No Predikat
Rasio Nilai Kredit
1 Sehat
94,75 81
2 Cukup Sehat
94,75 – 98,76 66 – 80
3 KurangSehat
98,75 – 102,25 51 – 65
4 Tidak Sehat
102,25 0 – 50
Sumber : Lampiran SE-BI No.924DPbS, 2007
Universitas Sumatera Utara
26
2.4 Peneletian Terdahulu
1. Rachmanto 2006, Analisis Tingkat Kesehatan Bank Syariah Dengan Menggunakan Metode Camel Studi Kasus Pada PT Bank Syariah
Mandiri, FE UII Melakukan penelitian pada Bank Syariah Mandiri dengan
menggunakan studi kasus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui atau mengukur tingkat kesehatan bank pada tahun 2001-2005, dengan
menggunakan metode CAMEL. Hasil analisis menunjukkan Bank Syariah Mandiri yang diteliti tersebut dinyatakan Sehat.
2. Khoiriyah 2008 Universitas Islam Negeri Malang, melakukan penelitian tentang “Analisis Rasio CAMEL untuk Menilai Kesehatan
PT Bank Syariah Mandiri Periode 1999-2007”. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kinerja PT. Bank Syariah Mandiri dari
tahun 1999 sampai tahun 2007 berpredikat sehat, kecuali pada tahun 1999 dan 2002 berpredikat kurang sehat karena pada tahun itu nilai
bersih rasio CAMEL kurang dari 81, yakni sebesar 70,41 dan 73,36. Sedangkan selain tahun tersebut PT. Bank Syariah Mandiri berpredikat
sehat, karena pada tahun itu nilai bersih rasio CAMEL melebihi 81, dengan nilai bersih rasio CAMEL tahun 2000 sebesar 88,76, tahun
2001 sebesar 89,28, tahun 2003 87,89, tahun 2004 sebesar 97,50, tahun 2005 sebesar 90,77, tahun 2006 sebesar 81,89 dan tahun 2007 sebesar
92,10.
Universitas Sumatera Utara
27 3. Oktafrida 2011, Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Dengan
Menggunakan Metode Camel Pada PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah Tahun 2006 – 2009, FE UNDIP.
Melakukan penelitian pada Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah dengan menggunakan studi kasus. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui atau mengukur tingkat kesehatan bank pada tahun 2006- 2009, dengan menggunakan metode CAMEL. Hasil analisis
menunjukkan Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah yang diteliti tersebut dinyatakan Sehat.
4. Rizky 2012, Universitas Hasanuddin, melakukan penelitian tentang “Analisis Kinerja Keuangan dengan Metode CAMEL Studi Kasus
pada PT Bank Sulselbar Tahun 2008-2010”. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa PT. Bank Sulselbar tergolong perusahaan
perbankan yang berpredikat sehat. Hal ini ditunjukkan dengan nilai CAMEL sejak tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 berturut-turut
adalah 85,31; 83,89 dan 83,09. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, dapat diketahui bahwa PT. Bank Sulselbar tetap dapat melanjutkan
usahanya, meskipun selama periode 2008 hingga 2010 nilai CAMEL PT. Bank Sulselbar mengalami tren yang menurun. Hal ini juga
menunjukkan bahwa selama periode yang sama, PT. Bank Sulselbar memiliki kinerja yang baik dalam pengelolaan segala sumber daya yang
dimilikinya bila dilihat berdasarkan hasil perhitungan Rasio CAMEL tersebut.
Universitas Sumatera Utara
28
Tabel 2.9 Review Penelitian Terdahulu
No Nama Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Hasil Penelitian
1.
Rachmanto 2006
Analisis Tingkat
Kesehatan Bank Syariah Dengan
Menggunakan Metode Camel
Studi Kasus Pada PT Bank
Syariah Mandiri
CAR, ROA, ROE,
BOPO, LDR Melakukan penelitian pada Bank
Syariah Mandiri dengan menggunakan studi kasus.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui atau mengukur
tingkat kesehatan bank pada tahun 2001-2005, dengan menggunakan
metode CAMEL. Hasil analisis menunjukkan Bank Syariah
Mandiri yang diteliti tersebut dinyatakan Sehat.
2 Khoiriyah
2008 Analisis Rasio
CAMEL untuk Menilai
Kesehatan PT Bank Syariah
Mandiri Periode 1999-2007
CAR, NPL, ROA, ROE,
BOPO, LDR Berdasarkan penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa kinerja PT. Bank Syariah Mandiri dari tahun
1999 sampai tahun 2007 berpredikat sehat, kecuali pada
tahun 1999 dan 2002 berpredikat kurang sehat karena pada tahun
itu nilai bersih rasio CAMEL kurang dari 81, yakni sebesar
70,41 dan 73,36. Sedangkan selain tahun tersebut PT. Bank
Syariah Mandiri berpredikat sehat, karena pada tahun itu nilai
bersih rasio CAMEL melebihi 81, dengan nilai bersih rasio CAMEL
tahun 2000 sebesar 88,76, tahun 2001 sebesar 89,28, tahun 2003
87,89, tahun 2004 sebesar 97,50, tahun 2005 sebesar 90,77, tahun
2006 sebesar 81,89 dan tahun 2007 sebesar 92,10.
3 Oktafrida,
2011 Penilaian Tingkat
Kesehatan Bank Dengan
Menggunakan Metode Camel
Pada PT Bank Pembangunan
Daerah Jawa Tengah Tahun
2006 – 2009 CAR,
ROA,ROE Melakukan penelitian pada Bank
Pembangunan Daerah Jawa Tengah dengan menggunakan
studi kasus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui atau
mengukur tingkat kesehatan bank pada tahun 2006-2009, dengan
menggunakan metode CAMEL. Hasil analisis menunjukkan Bank
Pembangunan Daerah Jawa Tengah yang diteliti tersebut
dinyatakan Sehat.
Universitas Sumatera Utara
29
No Nama
Judul Penelitian Variabel
Penelitian Hasil Penelitian
4. Rizky 2012
Analisis Kinerja Keuangan dengan
Metode CAMEL Studi Kasus pada
PT Bank Sulselbar Tahun
2008-2010”. ROA,NPL,
LDR, BOPO,QR,
CAR Berdasarkan penelitian dapat
disimpulkan bahwa PT. Bank Sulselbar tergolong perusahaan
perbankan yang berpredikat sehat. Hal ini ditunjukkan dengan nilai
CAMEL sejak tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 berturut-turut
adalah 85,31; 83,89 dan 83,09. Berdasarkan hasil perhitungan
tersebut, dapat diketahui bahwa PT. Bank Sulselbar tetap dapat
melanjutkan usahanya, meskipun selama periode 2008 hingga 2010
nilai CAMEL PT. Bank Sulselbar mengalami tren yang menurun.
Hal ini juga menunjukkan bahwa selama periode yang sama, PT.
Bank Sulselbar memiliki kinerja yang baik dalam pengelolaan
segala sumber daya yang dimilikinya bila dilihat
berdasarkan hasil perhitungan Rasio CAMEL tersebut.
Sumber: Berbagai Jurnal
Universitas Sumatera Utara
30
2.5 Kerangka Konseptual