kaidah-kaidah hukum serta menghargai martabat manusia, masyarakat dan lingkungan Soetomo, 2006.
d. Manfaat
Corporate Social Responsibility
CSR adalah jawaban atas inisiatif bahwa bisnis tidak hanya berjalan demi kepentingan pemegang saham shareholders belaka,
tetapi juga untuk stakeholders yaitu pekerja, konsumen, pemerintah, masyarakat, dan lingkungan. Global impact initiative menyebut
pemahaman ini sebagai 3P Profit, people, planet. Meski tujuan bisnis adalah mencari laba profit,
perusahaan harus bisa menyejahterakan orang people, dan menjamin kelestarian planet
ini. CSR seharusnya bisa membuat perusahaan mengaplikasikan Good Corporate Governance,
mematuhi regulasi dan etika, menjunjung transparansi, dan memenuhi harapan stakeholder. Hal
inilah yang mengkaitkan bahwa program CSR yang sempurna pasti berkaitan dengan laba. Ini artinya program CSR harus bisa memberi
benefit tertentu bagi perusahaan, secara mudah berupa laba.
Ada empat manfaat yang diperoleh bagi perusahaan dengan mengimplementasikan CSR. Pertama, keberadaan perusahaan dapat
tumbuh dan berkelanjutan dan perusahaan mendapatkan citra image yang positif dari masyarakat luas. Kedua, perusahaan lebih
mudah memperoleh akses terhadap kapital modal. Ketiga, perusahaan dapat mempertahankan sumber daya manusia human
resources yang
berkualitas. Keempat,
perusahaan dapat
meningkatkan pengambilan keputusan pada hal-hal yang kritis critical decision making dan mempermudah pengelolaan
manajemen risiko risk management Efendi, 2006. Selain itu menurut Untung 2008 manfaat aplikasi CSR bagi
perusahaan antra lain: 1 Mempertahankan serta mendongkrak reputasi serta citra merek perusahaan. 2 Mendapatkan lisensi untuk
beroperasi secara sosial, 3 Mereduksi resiko bisnis perusahaan, 4 Melebarkan akses sumber daya bagi operasional usaha, 5 Membuka
peluang pasar yang lebih luas, 6 Mereduksi biaya, misalnya terkait dampak pembuangan limbah, 7 Memperbaiki hubungan dengan
stakeholders, 8 Memperbaiki hubungan dengan regulator, 9
Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan, 10 Peluang mendapatkan perusahaan.
Berbagai kegiatan CSR yang berlangsung selama ini
memberikan gambaran kepada kita mengenai pola model CSR perusahaan sebagai entitas bisnis. Secara umum ada 4 pola atau
model CSRCorporate Social Responsibility yang dapat dilakukan oleh sebuah perusahaan. Keempat model tersebut adalah:
a Keterlibatan langsung. Perusahaan menjalankan program CSR secara langsung dengan menyelenggarakan sendiri kegiatan sosial
atau menyerahkan sumbangan ke masyarakat tanpa perantara. Untuk menjalankan tugas ini, sebuah perusahaan biasanya
menugaskan salah satu pejabat seniornya, seperti corporate secretary
atau public affair manager atau menjadi bagian dan tugas pejabat public relation. Mereka inilah, dengan dibantu oleh staff
lain yang menjalankan berbagai aktivitas CSR. bMelalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan. Perusahaan
mendirikan yayasan sendiri di bawah perusahaan atau groupnya. Model ini merupakan adopsi dari model yang lazim diterapkan di
perusahaan-perusahaan di negara maju. Biasanya, perusahaan menyediakan dana awal, dana rutin atau dana abadi yang dapat
digunakan secara teratur bagi kegiatan yayasan. Selain mendirikan yayasan, beberapa perusahan di Indonesia mulai mengadopsi
pelibatan karyawan dalam kegiatan sosial. Perusahaan-perusahaan itu mulai mendorong organisasi karyawan dan pensiunan untuk
aktif dalam kegiatan sosial. Mereka juga memberikan ijin bagi karyawannya untuk memakai sebagian waktu kerjanya untuk
kegiatan sosial.
c Bermitra dengan pihak lain. Perusahaan menyelenggarakan CSR melalui kerjasama dengan lembaga sosial atau organisasi non-
pemerintah Ornop, instansi pemerintah, universitas atau media massa, baik dalam mengelola dana maupun dalam melaksanakan
kegiatan sosialnya. Lewat kerja sama semacam ini perusahaan tidak terlalu banyak disibukkan oleh program tersebut dan kegiatan
yang dilakukan diharapkan dapat lebih optimal karena ditangani oleh pihak yang lebih kompeten.
dMendukung atau bergabung dalam suatu konsorsium. Perusahaan turut mendirikan, menjadi anggota atau mendukung suatu lembaga
sosial yang didirikan untuk tujuan sosial tertentu. Dibandingkan dengan model lainnya, pola ini lebih berorientasi pada pemberian
hibah perusahaan yang bersifat “hibah pembangunan”. Pihak konsorsium atau lembaga semacam itu yang dipercayai oleh
perusahaan-perusahaan yang mendukungnya secara pro aktif mencari mitra kerjasama dan kalangan lembaga operasional dan
kemudian mengembangkan program yang disepakati bersama. Pola ini pertama kali dipakai pada awal pada awal 1980 an ketika
sejumlah individu dan perusahaan mendirikan Dana Mitra Lingkungan DML. Pada usia yang hampir dua puluh tahun ini,
DML memiliki 300 anggota, baik perusahaan maupun individu yang memberikan sumbangan sosialnya. DML kemudian
menyalurkan dana bantuan itu kepada kelompok maupun individu yang memiliki kegiatan dengan visi dan misi sama dalam bidang
lingkungan hidup Wiwoho, 2009.
e. Dampak