Tabel 2. Karakteristik Tahap-tahap Kedermawanan Sosial Paradigma
Charity Philantrophy
Good Corporate Citizenship GCC
Motivasi Agama,
tradisi, adaptasi
Norma, etika, dan
hukum universal
Pencerahan diri rekonsiliasi dengan
ketertiban sosial
Misi Mengatasi
masalah setempat
Mencari dan
mengatasi akar masalah
Memberikan kontribusi
kepada masyarakat
Pengelolaan Jangka
pendek, mengatasi
masalah sesaat
Terencana, terorganisir
dan terprogram Terinternalisasi
dalam kebijakan
perusahaan Pengorganisasian Kepanitiaan
Yayasandana abadi
profesionalitas Keterlibatan
baik dana
maupun sumberdaya lain
Penerima manfaat
Orang miskin
Masyarakat luas
Masyarakat luas dan perusahaan
Kontribusi Hibah
sosial Hibah
pembangunan Hibah
sosial pembangunan serta
keterlibatan sosial Inspirasi
Kewajiban Kepentingan bersama
Sumber: Ambadar 2008 CSR adalah konsep moral dan etis yang berciri umum, oleh karena
itu pada tataran praktisnya harus dialirkan ke dalam program-program kongkrit. Program Corporate Social Responsibility CSR meliputi
tujuan, sosialisasi, pelaksanaan, manfaat dan dampak.
a. Tujuan
Corporate Social Responsibility
Pada kenyataannnya, CSR memiliki makna yang berbeda bagi orang yang berbeda pula. Bagi sementara orang, CSR merupakan
prakarsa-prakarsa untuk menaikkan reputasi. CSR juga merupakan tindakan kedermawanan yang mulia. Bagi sebagian yang lain CSR
merupakan filosofi yang menjadi gerak dasar operasional perusahaan. CSR juga menunjukkan suatu komponen penting dari
komitmen yang
lebih luas
terhadap pembangunan
yang
berkelanjutan dan pengelolaan triple bottom lines people, profit, planet
dari kinerja sosial, ekonomi dan lingkungan Sedyono, 2002.
Sebagaimana dinyatakan Porter dan Kramer dalam Suharto 2007 perusahaan tidak berfungsi secara terpisah dari masyarakat
sekitarnya. Faktanya, kemampuan perusahaan untuk bersaing sangat tergantung pada keadaan lokasi dimana perusahaan itu beroperasi.
Oleh karena itu, piramida CSR yang dikembangkan Archie B. Carrol harus dipahami sebagai satu kesatuan. Sebab CSR merupakan
kepedulian perusahaan yang didasari tiga prinsip dasar yang dikenal dengan istilah triple bottom lines, yaitu profit, people dan plannet
3P: a
Profit Perusahaan tetap harus berorientasi untuk mencari keuntungan
ekonomi yang memungkinkan untuk terus beroperasi dan berkembang.
b People
Perusahaan harus memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan manusia. Beberapa perusahaan mengembangkan program CSR
seperti pemberian beasiswa bagi pelajar sekitar perusahaan, pendirian sarana pendidikan dan kesehatan, penguatan kapasitas
ekonomi lokal, dan bahkan ada perusahaan yang merancang berbagai skema perlindungan sosial bagi warga setempat.
c Plannet
Perusahaan peduli terhadap lingkungan hayati. Beberapa program CSR yang berpijak pada prinsip ini biasanya berupa
penghijauan hidup lingkungan hidup, penyediaan sarana pengembangan pariwisata Suharto, 2007.
Pemikiran yang
mendasari CSR
Corporate Social
Responsibility yang sering dianggap sebagai inti dari etika bisnis
adalah bahwa perusahaan tidak hanya mempunyai kewajiban-
kewajiban ekonomis dan legal artinya kepada pemegang saham atau shareholder
tapi juga kewajiban-kewajiban di atas. Beberapa hal yang termasuk dalam CSR ini antara lain adalah tatalaksana
perusahaan Corporate Governance yang sekarang sedang marak di Indonesia, kesadaran perusahaan akan lingkungan, kondisi tempat
kerja dan standar bagi karyawan, hubungan perusahaan-masyarakat, investasi sosial masyarakat Corporate Philanthrophy. Namun yang
paling banyak diterima saat ini adalah pendapat bahwa yang disebut CSR adalah yang sifatnya melebihi laba, melebihi hal-hal yang
diharuskan peraturan dan melebihi sekedar public relations Sedyono, 2002.
Konsep CSR juga dilandasi oleh argumentasi moral. Tidak ada satu perusahaan pun yang hidup di dalam suatu ruang hampa dan
hidup terisolasi. Perusahaan hidup di dalam dan bersama suatu lingkungan. Perusahaan dapat hidup dan dapat tumbuh berkat
masyarakat di mana perusahaan itu hidup. Masyarakat di mana suatu perusahaan hidup menyediakan berbagai infrastruktur umum bagi
kehidupan perusahaan tersebut, antara lain dalam bentuk jalan, transportasi, listrik, pemadam kebakaran, hukum dan penegakannya
oleh para penegak hukum polisi, jaksa, dan hakim. Masyarakat telah membayar pajak kepada pemerintah dan dari hasil pajak
tersebut, pemerintah membangun berbagai insfrastruktur umum yang digunakan dan dinikmati oleh perusahaan tersebut. Selain itu,
masyarakat telah menunjukkan kewajiban asasinya atas keberadaan perusahaan di dalam lingkungan masyarakat tersebut yaitu dengan
tertib telah menerima dengan baik keberadaan perusahaan di lingkungannya. Serta akan ditindak secara hukum oleh para penegak
hukum bila ada anggota masyarakat yang mengganggu keberadaan dan kehidupan perusahaan tersebut. Masyarakat juga telah bersedia
membeli dan menggunakan jasa dan barang yang dijual oleh perusahaan produk perusahaan, dan menyediakan tenaga kerja bagi
perusahaan. Untuk semua itu, maka secara moral perusahaan wajib memperhatikan
dan menunjang
kepentingan-kepentingan masyarakat sebagai imbalan atas segala hal yang diberikan oleh
masyarakat kepada perusahaan. Adapun
faktor-faktor pendorong utama bagi perusahaan mengapa perusahaan harus mengimplementasikan CSR. Menurut
Raynard dan Fortates dalam WBSCD 1999: a
Terjadinya perubahan nilai-nilai values. Perusahaan banyak yang secara sukarela mengubah orientasinya, yaitu dari semula
hanya mementingkan pemupukan pendapatan dan keuntungan yang sebesar-besarnya, menjadi harus pula bertanggung jawab
terhadap masyarakat, baik masyarakat lokal dimana mereka berada maupun masyarakat dunia, dan terhadaap lingkungan
bisnisnya. Hal tersebut merupakan perubahan sikap moral dari perusahaan. Perubahan sikap moral tersebut telah mendorong
perusahaan untuk mengubah pula nilai-nilai values yang berlaku sebagai budaya kerja Corporate Culture perusahaan
tersebut. b
Strategi, oleh karena terjadi perubahan orientasi yaitu perusahaan harus lebih bertanggung jawab terhadap masyarakat
dan terhadap lingkungan, maka strategi perusahaan juga harus disesuaikan.
c Public pressure
, berbagai kelompok LSM, konsumen, media, negara, dan badan-badan publik lainnya telah menuntut dengan
keras agar perusahaan-perusahaan lebih bertanggung jawab terhadap masyarakat, baik masyarakat lokal di mana mereka
berada dan masyarakat dunia.
b. Sosialisasi