47
responden tersebut terlebih dahulu akan dilakukan uji response bias karena ada perbedaan waktu pengumpulan data.
4.5. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel
Untuk memudahkan pelaksanaan penelitian, maka diperlukan definisi dan metode pengukuran variabel yang akan diteliti sebagai dasar dalam penyusunan
kuesioner penelitian, yaitu :
1. Kinerja Perawat Y
Kinerja diartikan sebagai kecakapan dalam melaksanakan berbagai aktivitas dalam organisasi, menilai keberhasilan seorang perawat menjalankan
pekerjaannya yang dinilai dari hasil kinerja selama kurun waktu tertentu. Variabel ini merupakan variabel dependen dan diukur dengan menggunakan butir-
butir pertanyaan yang berkaitan dengan kinerja yang dimodifikasi dari Standar praktek keperawatan yang telah dijabarkan oleh Persatuan Perawat Nasional
Indonesia PPNI, 2000 yang meliputi: 1 pengkajian, 2 diagnosis keperawatan dan perencanaan, 3 implementasi dan evaluasi. Butir-butir pertanyaan untuk
variabel ini dibuat sendiri sesuai dengan kondisi rumah sakit Santa Elisabeth Medan.
2. Kepuasan Kerja Z
Kepuasan kerja merupakan keadaan emosional perawat di mana terjadi ataupun tidak terjadi titik temu antara nilai balas jasa kerja perawat dari
perusahaanorganisasi dengan tingkat nilai balas jasa yang memang diinginkan oleh perawat yang bersangkutan. Variabel ini merupakan variabel intervening dan
secara operasional diukur dengan 3 tiga indikator yang dimodifikasi dari Celluci
Universitas Sumatera Utara
48
dan De Vries 1978 yaitu 1 kepuasan dengan gaji dan promosi, 2 kepuasan dengan rekan kerja dan atasan, 3 kepuasan dengan pekerjaan itu sendiri.
3. Motivasi Kerja X
1
Motivasi kerja adalah suatu kondisi yang berpengaruh membangkitkan, mengarahkan dan memelihara perilaku yang berhubungan dengan lingkungan
kerja. Variabel motivasi kerja secara operasional diukur dengan 3 tiga indikator yang dimodifikasi dari Perrek 1985 yaitu: 1 prestasi kerja, dan pengaruh, 2
pengendalian dan ketergantungan, 3 perluasan dan afiliasi.
4. Kepemimpinan X
2
Kepemimpinan adalah kemampuan pimpinan memengaruhi aktivitas orang lain melalui komunikasi, baik individual maupun kelompok ke arah
pencapaian tujuan. Variabel kepemimpinan merupakan variabel independen dan secara operasional diukur dengan 3 tiga indikator yang diadopsi dari Hopwood
1976 dan yang diaplikasikan serta sesuai dengan kondisi rumah sakit Santa Elisabeth Medan sebagai tempat penelitian yaitu: 1 gaya partisipatif, 2 gaya
birokratis, 3 gaya berorientasi pada tugas.
5. Budaya Organisasi X
3
Budaya organisasi adalah suatu pola asumsi dasar yang diciptakan, ditemukan atau dikembangkan oleh kelompok tertentu sebagai pembelajaran
untuk mengatasi masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal yang resmi dan terlaksana dengan baik dan oleh karena itu diajarkandiwariskan kepada anggota-
anggota baru sebagai cara yang tepat memahami, memikirkan, dan merasakan terkait dengan masalah tersebut Tika, 2006: 2. Variabel budaya organisasi ini
secara operasional diukur dengan menggunakan 3 tiga indikator yang
Universitas Sumatera Utara
49
dimodifikasi dari Tampubolon, 2008, yaitu: 1 inovatif memperhitungkan risiko
dan agresif dalam bekerja, 2 berorientasi terhadap hasil yang akan dicapai dan kepentingan karyawan, 3 mempertahankan dan menjaga stabilitas kerja dan
tetap memberi perhatian pada setiap masalah secara detail. Instrumen penelitian dalam pengukuran variabel bebas, variabel antara,
dan variabel terikat dalam kuesioner ini adalah menggunakan skala Likert dengan skala penilaian skor 1 sampai dengan 5 dengan ketentuan untuk pilihan jawaban
ekstrim negatif diberi nilai 1 dan jawaban ekstrim positif diberi nilai 5, dengan variasi jawaban untuk masing-masing item pertanyaan yaitu :
a. Sangat Setuju SS = 5
b. Setuju S = 4
c. Netral N = 3
d. Tidak Setuju TS = 2
e. Sangat Tidak Setuju STS = 1
Untuk memberikan gambaran lebih jelas tentang variabel penelitian ini, dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.2. Definisi Operasional, Indikator, dan Skala Pengukuran
Variabel Definisi Operasional
Indikator Skala
Pengukuran
Motivasi X
1
Suatu kondisi yang berpengaruh membangkit
kan, mengarahkan dan memelihara perilaku yang
berhubungan dengan lingkungan kerja.
1. Prestasi Kerja dan Pengaruh
2. Pengendalian dan Ketergantungan
3. Pengembangan dan afiliasi
Skala Likert
Universitas Sumatera Utara
50
Kepemimpinan X
2
Kemampuan pimpinan memengaruhi aktivitas
orang lain melalui komunikasi, baik
individual maupun kelom pok ke arah pencapaian
tujuan. 1. Gaya Partisipatif
2. Gaya Birokratis 3. Gaya Berorien
tasi pada Tugas Skala
Likert
Budaya Organisasi X
3
Suatu pola asumsi dasar yang diciptakan,
ditemukan atau dikembangkan oleh
kelompok tertentu sebagai pembelajaran untuk
mengatasi masalah adaptasi eksternal dan
integrasi internal yang resmi dan terlaksana
dengan baik. 1. Inovasi dalam peng
ambilan risiko dan Agresif Dalam
Bekerja 2. Orientasi terhadap
hasil dan kepenti ngan karyawan
3. Mempertahankan dan Menjaga stabi
litas dan
tetap Memberi Perhatian
pada setiap ma salah
Skala Likert
Kepuasan Kerja Intervening Z
Keadaan emosional
perawat di mana terjadi ataupun tidak terjadi titik
temu antara nilai balas jasa kerja perawat dari
perusahaanorganisasi dengan tingkat nilai balas
jasa yang memang diingin kan oleh perawat yang
bersangkutan. 1. Kepuasan dengan
gaji dan promosi 2. Kepuasan dengan
rekan kerja dan atasan
3. Kepuasan dengan pekerjaan itu
sendiri Skala
Likert
Kinerja Perawat Y
Sebagai kecakapan dalam melaksanakan berbagai
aktivitas dalam organi sasi, menilai keberhasilan
seorang perawat menja lankan pekerjaan
nya yang dinilai dari hasil
kinerja selama kurun
waktu tertentu. 1. Pengkajian
2. Diagnosis kepera watan dan Peren
canaan 3. Implementasi dan
Evaluasi Skala
Likert
Sumber : Perrek 1985, Hopwood 1976, Tampubolon 2008, Celluci dan De Vries 1978, dan PPNI 2000.
Universitas Sumatera Utara
51
4.6. Metode Analisis Data 4.6.1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif dalam penelitian ini pada dasarnya merupakan proses transformasi data penelitian dalam bentuk tabulasi, sehingga mudah dipahami
dan diinterpretasikan. Tabulasi menyajikan ringkasan, pengaturan atau penyususnan data dalam bentuk tabel numerik. Statistik deskriptif umumnya
digunakan peneliti untuk memberikan informasi mengenai karakteristik variabel penelitian yang paling utama dan data demografi responden Ikhsan
dan Ghozali, 2006. Dalam penelitian ini akan dilakukan analisis deskriptif dengan
memberikan gambaran data tentang jumlah data, jawaban minimum dan maksimum, mean, dan standar deviasi dari jawaban yang telah didapat melalui
kuesioner.
4.6.2. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan model regresi. Dalam suatu penelitian, kemungkinan munculnya masalah
dalam analisis regresi cukup sering dalam mencocokkan model prediksi ke dalam sebuah model yang dimasukkan ke dalam serangkaian data. Penelitian
diuji dengan beberapa uji statistik yang terdiri dari uji kualitas data, uji asumsi klasik, statistik deskriptif dan uji statistik untuk pengujian hipotesis.
Menurut Indriantoro dan Supomo 1999 ada dua konsep mengukur kualitas data yaitu reliabilitas dan validitas. Kualitas data yang dihasilkan
dari penggunaan instrumen penelitian dapat dievaluasi melalui uji validitas dan
Universitas Sumatera Utara
52
reliabilitas. Pengujian tersebut masing-masing untuk mengetahui konsistensi dan akurasi data yang dikumpulkan dari penggunaan instrumen.
4.6.2.1. Uji Kualitas Data
Dalam penelitian ini untuk mengukur kualitas data digunakan
antara lain:
1. Uji Validitas Uji validitas dimaksudkan untuk menilai sejauh mana alat ukur diyakini dapat
dipakai sebagai alat untuk mengukur item-item pertanyaan kuesioner dalam penelitian. Teknik yang digunakan untuk mengukur validitas pertanyaan
kuesioner adalah Korelasi Product Moment dari Karl Pearson dengan ketentuan: r hitung lebih besar dari r tabel r hitung
≥ r tabel dengan taraf signifikansi 5 atau 0,05 maka skor butir pertanyaankuesioner valid
tetapi sebaliknya jika r hitung lebih kecil dari r tabel, maka skor butir pertanyaan kuesioner tidak valid sehingga harus dibuangdiganti karena
dianggap tidak relevan. 2. Uji Reliabilitas
Pengujian reliabilitas dilakukan untuk menguji kestabilan dan konsistensi instrumen dalam mengukur konsep. Selain itu pengujian reliabilitas dilakukan
untuk membantu menetapkan kesesuaian pengukuran. Pengujian reliabilitas setiap variabel dilakukan dengan teknik Cronbach Alpha dengan bantuan
program SPSS. Teknik ini merupakan pengujian reliabilitas inter item yaitu menggunakan item-item pertanyaan yang berskala multipoint. Suatu konstruk
atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha 0,60 Nunnally, 1978.
Universitas Sumatera Utara
53
4.6.2.2 Uji Asumsi Klasik
Untuk dapat melakukan analisis regresi berganda perlu pengujian asumsi klasik sebagai persyaratan dalam analisis agar datanya dapat
bermakna dan bermanfaat. Menurut Lubis et.al 2007 dalam membuat uji asumsi klasik kita harus menggunakan data yang akan digunakan dalam uji
regresi. Uji asumsi klasik meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, dan uji heteroskedastisitas.
1. Uji Normalitas Data Menurut Ghozali 2005 uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi atau variabel pengganggu atau residual berdistribusi normal. Jika data yang diperoleh terdistribusi normal dan variansinya
sama, maka pengujian hipotesis dilakukan dengan alat statistik parametrik. Jika data yang diperoleh tidak terdistribusi normal danatau
variansinya tidak sama, maka pengujian hipotesis dilakukan dengan alat statistik nonparametrik. Untuk mengetahui apakah variabel dependen,
independen atau keduanya berdistribusi normal, mendekati normal atau tidak, dapat dilihat dengan menggunakan kurva normal p_plot, di mana
data dikatakan normal bila gambar distribusi dengan titik-titik data yang menyebar di sekitar garis diagonal dan penyebaran titik-titik data
searah mengikuti garis diagonal. 2. Uji Multikolinearitas Data
Menurut Ghozali 2005 uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel
bebas independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
Universitas Sumatera Utara
54
korelasi antar variabel independen. Jika antar variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi umumnya di atas 0.90, maka hal ini
mengindikasikan adanya multikolinearitas. Kemiripan antar variabel independen dalam suatu model akan menyebabkan terjadinya korelasi
yang sangat kuat antara suatu model independen dengan variabel independen yang lain. Pada penelitian ini untuk mendeteksi
multikolinearitas dengan melihat Variance Inflation Factor VIF pada model regresi.
Menurut Nugroho 2005 Deteksi multikolinearitas pada suatu model dapat dilihat bila nilai Variance
Inflation Factor VIF tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance tidak kurang dari 0,1, maka model dapat dikatakan terbebas dari multikolinearitas. VIF
= 1Tolerance, dan bila VIF = 10 maka Tolerance = 110 = 0,1. Semakin tinggi VIF maka semakin rendah Tolerance. Jika nilai antar koefisien
karelasi antar masing-masing variabel independen kurang dari 0,70 maka model dapat dikatakan bebas dari asumsi klasik multikolinearitas. Jika lebih
dari 0,70 maka diasumsikan terjadi korelasi yang sangat kuat antar variabel independen, sehingga terjadi multikolinearitas.
3. Uji Heteroskedastisitas Data Menurut Ghozali 2005 uji heteroskedastisitas bertujuan untuk
menguji apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika
varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lainnya tetap, maka disebut Homoskedastisitas. Jika varians berbeda, maka
disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang
Universitas Sumatera Utara
55
homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Deteksi ada tidaknya dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada
grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED di mana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual Y prediksi dan Y
sesungguhnya yang telah distudentized. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu bergelombang, melebar
kemudian menyempit, maka mengindikasikan telah terjadi
heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas.
4.6.3 Pengujian Hipotesis
4.6.3.1. Uji t
Priyatno 2008 menyebutkan uji t digunakan untuk mengetahui apakah model regresi variabel independen secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen. Dengan tingkat signifikansi dalam penelitian ini menggunakan alpha 5 atau 0,05 maka hasil uji t dapat dihitung
dengan bantuan program SPSS dapat dilihat pada tabel t hitung tabel Coefficients. Nilai dari uji t hitung dapat dilihat dari p-value pada kolom
Sig. pada masing-masing variabel independen, jika p-value lebih kecil dari level of significant yang ditentukan atau t hitung pada kolom t lebih besar
dari t tabel dihitung dari two-tailed á = 5 df-k, k merupakan jumlah variabel independen, maka nilai variabel independen secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen dalam arti Ha diterima dan Ho ditolak, dengan kata lain, terdapat pengaruh antara variabel
Universitas Sumatera Utara
56
independen terhadap variabel dependen.
4.6.3.2. Uji F
Priyatno 2008 menyebutkan Uji simultan dengan uji F bertujuan untuk mengetahui apakah variabel independen secara bersama-sama
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Dengan tingkat signifikansi dalam penelitian ini menggunakan alpha 5 atau 0,05 maka hasil
uji F dapat dihitung dengan bantuan program SPSS pada tabel ANOVA. Hasil uji F menunjukkan variabel independen secara bersama-sama berpengaruh
terhadap variabel dependen, jika p-value pada kolom sig. lebih kecil dari level of signifikan yang ditentukan sebesar 5, atau F hitung pada kolom
F lebih besar dari F tabel. F tabel dihitung dengan cara df1 = k- 1, dan df2 = n-k, di mana k adalah jumlah variabel dependen dan variabel independen, dan
n adalah jumlah responden atau jumlah kasus yang diteliti.
4.6.3.3. Uji koefisien determinasi
Koefisien determinasi R
2
bertujuan untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel independen yang digunakan dalam penelitian mampu
menjelaskan variasi total variabel dependen. Nilai koefisien determinasi antara 0 dan 1 0 R
2
1. Nilai yang mendekati satu berarti variabel- variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan
untuk memprediksi variabel-variabel dependen.
4.6.3.4. Analisis jalur path analysis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis jalur. Analisis jalur merupakan perluasan dari analisis
regresi linear berganda, untuk menaksir hubungan kausalitas antar variabel
Universitas Sumatera Utara
57
model causal yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan teori Ghozali, 2005: 139. Path analysis memberikan secara eksplisit hubungan kausalitas
antar variabel berdasarkan pada teori. Anak panah menunjukkan hubungan antar variabel dan setiap nilai p menggambarkan jalur dan koefisien jalur.
Tujuan dari analisis jalur adalah untuk menerangkan akibat langsung dan tidak langsung dari beberapa variabel sebagai variabel penyebab, terhadap
beberapa variabel lainnya sebagai variabel akibat Ghozali, 2005: 140. Berdasarkan gambar model jalur, diajukan hubungan bahwa motivasi
kerja, kepemimpinan dan budaya organisasi mempunyai hubungan langsung dengan kinerja perawat p1. Namun demikian motivasi kerja, kepemimpinan,
dan budaya organisasi juga mempunyai hubungan tidak langsung ke kinerja perawat yaitu dari motivasi kerja, kepemimpinan, dan budaya organisasi ke
kepuasan kerja p2 baru kemudian ke kinerja perawat p3. Total pengaruh hubungan dari motivasi kerja, kepemimpinan dan budaya organisasi ke
kinerja perawat sama dengan pengaruh langsung motivasi kerja,
kepemimpinan dan budaya organisasi ke kinerja perawat koefisien path atau regresi p1 ditambah pengaruh tidak langsung yaitu koefisien path dari
motivasi kerja, kepemimpinan dan budaya organisasi ke kepuasan kerja yaitu p2 dikalikan dengan koefisien path dari kepuasan kerja ke kinerja perawat
yaitu p3. Dalam analisis jalur untuk melihat pengaruhnya langsung atau tidak langsung melalui intervening dilihat dari koefisien jalur langsung p1
dibandingkan dengan perkalian antar koefisien jalur tidak langsung p2 x p3. Apabila perkalian antar koefisien jalur tidak langsung lebih besar dari
koefisien langsung, maka hubungannya adalah tidak langsung Ghozali, 2005:
Universitas Sumatera Utara
58
141. Koefisien jalur adalah standardized koefisien regresi dan dihitung dengan membuat dua persamaan struktural yaitu persamaan regresi yang
menunjukkan hubungan yang dihipotesiskan. Dalam penelitian ini persamaan regresi tersebut adalah:
Z = b0 + b1X1+ b2X2 + b3X3 + ei …….. 1
Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4Z + ei…..2
dimana: Y
= Kinerja Perawat Z
= Kepuasan Kerja X
1
= Motivasi Kerja X
2
= Kepemimpinan X
3
= Budaya Organisasi β0 = Konstanta
e = Error
β1 dan β2 = Koefisien Regresi
Universitas Sumatera Utara
59
Metode analisis jalur path analysis dapat dilihat pada gambar 4.6 di bawah ini :
Gambar 4.1. Hubungan Motivasi
Kerja, Kepemimpinan dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Perawat dengan Kepuasan Kerja
Sebagai Variabel Intervening
dimana: 1. Pengaruh langsung yaitu: motivasi kerja, kepemimpinan dan budaya organisasi
terhadap kinerja perawat = P
1
2. Pengaruh tidak langsung yaitu : motivasi kerja, kepemimpinan dan budaya organisasi terhadap kinerja perawat melalui kepuasan kerja
= P
2
x P
3
maka total pengaruh langsung dan tidak langsung = P
1
+ P
2
x P
3
dimana: Kepuasan Kerja
Z
Motivasi Kerja X
1
Kepemimpinan X
2
Budaya Organisasi X
3
Kinerja Perawat Y
P
2
P
1
P
3
Universitas Sumatera Utara
60
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Pada bab V ini disajikan gambaran data penelitian yang diperoleh dari hasil jawaban responden, proses pengolahan data dan analisis hasil pengolahan
data. Hasil pengolahan data selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk analisis dan menjawab hipotesis penelitian yang diajukan. Analisis data deskriptif
digunakan untuk menggambarkan kondisi jawaban responden untuk masing- masing variabel. Hasil jawaban tersebut selanjutnya digunakan untuk
mendapatkan tendensi jawaban responden mengenai kondisi masing-masing variabel penelitian. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan alat bantu SPSS.
5.1. Deskriptif Data 5.1.1. Deskripsi Lokasi
1. Profil Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Rumah sakit Santa Elisabeth Medan RSEM didirikan oleh misionaris
Religius Katolik Belanda Biarawati pada tahun 1925 dan diresmikan pada tahun 1930 terletak di jalan Haji Misbah nomor 7 Medan, Kecamatan Medan Maimun,
Propinsi Sumatera Utara, Kode Pos 20152, Telp 061 – 4144737, 4144240, Fax: 061 – 4143168, Type B Kelas Madya, badan hukum Yayasan, jumlah tempat
tidur 238 buah, tempat tidur tersebar di ruang perawatan kelas III, II, I, VIP, Super VIP, telah terakreditasi 16 bidang pelayanan oleh tim KARS Indonesia. Bed
Occupation Rate BOR rata-rata 3 tahun terakhir 68, LOS 4,83 hari profil RSEM 2013.
Universitas Sumatera Utara