50 granula sehingga berbentuk lapisan lemak yang bersifat hidrofobik di sekeliling
granula. Lapisan lemak tersebut akan menghambat pengikatan air oleh granula pati. Hal ini menyebabkan kekentalan dan kelekatan pati berkurang akibat jumlah
air berkurang untuk terjadinya pengembangan granula pati [70].
4.1.6 Kadar Protein
Analisis kadar protein dapat menunjukkan kadar nitrogen yang terdapat pada pati Chandra, dkk., 2013. Tujuan dari analisis kadar protein adalah untuk
menetapkan persentase kandungan protein yang terdapat per satuan massa serbuk pati yang diperoleh dari hasil ekstraksi biji durian. Dari pengujian dengan
menggunakan sampel pati biji durian sebanyak 0,510 diperoleh hasil kadar protein sebesar 11,61. Kadar protein pada pati biji durian cukup besar, hal ini
dapat menyebabkan viskositas pati menurun, dimana hal ini kurang diharapkan dalam penggunaan pati sebagai thickening agents [94]. Dalam pembuatan
bioplastik, berdasarkan penelitian Cornelia dkk., 2013, kadar protein pati biji durian sebesar 4,76 dapat menyebabkan terjadinya reaksi pencoklatan sehingga
bioplastik yang terbuat dari pati biji durian berwarna tidak jernih.
4.2 HASIL ANALISIS FT-IR FOURIER TRANSFORM INFRA RED
Analisis gugus fungsi dari pati biji durian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui gugus-gugus penyusun struktur molekul dari pati biji durian yang
diperoleh dari hasil penelitian. Analisis gugus fungsi ini dilakukan dengan menggunakan FT-IR. FT-IR adalah salah satu teknik indentifikasi struktur baik
untuk senyawa organik maupun senyawa anorganik. Analisis ini merupakan metoda semi empirik dimana kombinasi pita serapan yang khas dapat diperoleh
untuk menentukan struktur senyawa yang terdapat dalam suatu bahan [95].
4.2.1 Hasil Analisis FT-IR Pati Biji Durian
Dari analisis gugus fungsi menggunakan FT-IR diperoleh hasil spektrum dalam bentuk grafik. Gambar 4.2 berikut ini merupakan hasil FT-IR sampel pati
biji durian.
Universitas Sumatera Utara
51 Gambar 4.2 Hasil Analisis FT-IR Pati Biji Durian
Dari hasil FT-IR pati biji durian dapat dilihat terdapat beberapa puncak serapan yang menunjukkan adanya gugus C-H aromatik yaitu pada bilangan
gelombang 705,95 cm
-1
, 763,81 cm
-1
dan 860,25 cm
-1
. Gugus C-H alkena ditunjukkan pada panjang gelombang 929,69 cm
-1
. Terdapat adanya serapan gugus C-O eter atau C-O ester pada bilangan gelombang 1080,14 cm
-1
dan 1149,57 cm
-1
. Adanya puncak serapan pada bilangan gelombang 1242,16 cm
-1
dan 1338,60 cm
-1
menunjukkan keberadaan gugus C-N amina. Terdapat gugus C=C alkena pada serapan 1639,49 cm
-1
, gugus C-H alkana pada serapan 2835,36 cm
-1
, 2893,22 cm
-1
dan 2935,66 cm
-1
, dan gugus O-H yang mengandung ikatan hidrogen pada bilangan gelombang 3352,28 cm
-1
. Gambar 4.3 berikut ini merupakan struktur molekul dari pati [26], dimana pati merupakan senyawa
polimer dari monomer glukosa. Dari struktur molekulnya dapat dilihat pati mengandung gugus C-H aromatik yang terlihat dari hasil FT-IR pada bilangan
gelombang 705,95 cm
-1
, 763,81 cm
-1
dan 860,25 cm
-1
, juga mengandung gugus C- O eter pada bilangan gelombang 1080,14 cm
-1
dan 1149,57 cm
-1
, serta terdapat gugus O-H ikatan hidrogen pada bilangan gelombang 3352,28 cm
-1
.
Universitas Sumatera Utara
52 Gambar 4.3 Struktur Molekul Pati
Selanjutnya dari hasil pengamatan FT-IR pati biji durian terdapat adanya gugus amina C-N yang mengindikasi adanya senyawa protein. Protein merupakan
polimer dari monomer asam amino. Gambar 4.4 merupakan rumus struktur dari asam amino [78], dapat dilihat pada struktur asam amino tersebut terdapat gugus
amina C-N, dimana dari hasil FT-IR gugus amina C-N terindikasi dengan adanya puncak serapan pada bilangan gelombang 1242,16 cm
-1
dan 1338,60 cm
-1
.
Gambar 4.4 Struktur Molekul Asam Amino Dari analisis FT-IR pati biji durian juga terdapat serapan yang menunjukkan
adanya gugus C-O ester. Gugus ester dapat berasal dari senyawa lemak. Hidrolisis lemak menghasilkan asam lemak, dimana asam lemak merupakan senyawa asam
karboksilat. Gambar 4.5 merupakan rumus struktur lemak dan asam lemak [92], dimana dapat dilihat lemak merupakan senyawa ester yang mengandung gugus C-
O ester, dimana dari hasil FT-IR gugus C-O ester terindikasi dengan adanya puncak serapan pada bilangan gelombang 1080,14 cm
-1
dan 1149,57 cm
-1
.
Gambar 4.5 Struktur Molekul Lemak CH
2
OH
H
H N
C R
H C
O
OH
Universitas Sumatera Utara
53
4.2.2 Hasil Analisis FT-IR Pati Biji Durian, Kitosan, Bioplastik tanpa Kitosan dan Sorbitol, dan Bioplastik dengan Kitosan dan Sorbitol
Gambar 4.6 berikut ini merupakan hasil FT-IR pati biji durian, kitosan, bioplastik tanpa kitosan dan sorbitol, serta bioplastik dengan kitosan dan sorbitol.
Gambar 4.6 Hasil Analisis FT-IR Pati Biji Durian, Kitosan, Bioplastik tanpa Kitosan dan Sorbitol serta Bioplastik dengan Kitosan dan Sorbitol
Senyawa kitosan ditandai dengan adanya gugus fungsional yaitu gugus amino dan terdapat juga gugus hidroksil primer dan sekunder [96]. Hal tersebut
dapat dilihat dari hasil FT-IR kitosan pada Gambar 4.6, dimana keberadaan gugus amino C-N dan N-H terbaca pada bilangan gelombang 1311,59 cm
-1
dan 1570,06 cm
-1
, serta adanya gugus hidroksil O-H pada puncak bilangan serapan 3452,58 cm
-1
. Dari hasil FT-IR bioplastik dari pati biji durian tanpa kitosan dan sorbitol serta bioplastik dari pati biji durian dengan kitosan dan sorbitol dapat dilihat
bahwa gugus-gugus yang terkandung di dalam kedua biolastik tersebut merupakan gugus-gugus yang berasal dari komponen penyusunnya dan tidak
terdapat gugus baru yang terbentuk. Gugus-gugus tersebut meliputi gugus C-H aromatik, C-O ester, C=C alkena, C-H alkana dan O-H ikatan hidrogen yang
berasal dari gugus pati dan kitosan. Seiring dengan bioplastik tanpa kitosan dan sorbitol, pada bioplastik dengan kitosan dan sorbitol juga tidak terdapat gugus C-
N yang ada pada pati dan kitosan, hal ini dikarenakan gugus C-N yang diindikasi
20 40
60 80
100 120
400 800
1200 1600
2000 2400
2800 3200
3600 4000
Bilangan Gelombang cm
-1
Bioplastik dengan Kitosan dan Sorbitol Bioplastik tanpa Kitosan dan Sorbitol
Pati Kitosan
O-H C-H
N-H
N-H
C=C C-N
C-O C-H
Trans m
itans i
Bioplastik dengan Kitosan dan Sorbitol Bioplastik tanpa Kitosan dan Sorbitol
Kitosan
Universitas Sumatera Utara
54 berasal dari molekul protein mengalami pemutusan ikatan akibat denaturasi
protein yang terjadi pada temperatur 55-75
o
C [97]. Namun berbeda dengan bioplastik tanpa kitosan dan sorbitol, pada bioplastik dengan kitosan dan sorbitol
terdapat gugus N-H, hal ini dikarenakan gugus N-H berasal dari kitosan. Terjadi peningkatan bilangan gelombang gugus O-H dari pati ke bioplastik yaitu dari
3352,28 cm
-1
menjadi 3653,18 cm
-1
, dan adanya peningkatan bilangan gelombang gugus N-H dari kitosan ke bioplastik yaitu dari 1570,06 cm
-1
1589,34 cm
-1
. Peningkatan nilai bilangan gelombang gugus O-H dan N-H adalah akibat semakin
banyaknya ikatan hidrogen yang terbentuk ketika komponen pati dan kitosan dicampurkan pada proses pembuatan bioplastik, dimana ikatan hidrogen tersebut
terdiri dari ikatan di antara rantai amilosa-amilosa, amilosa-amilopektin, kitosan- kitosan serta amilosa-kitosan-amilopektin.
4.3 HASIL ANALISIS RVA RAPID VISCO ANALYZER