1. Pandangan psikologi behavioristik, menurut pandangan ini belajar
dilaksanakan dengan
control instrumental
dari lingkungan.
Guru mengkondisikan keadaan lingkungan sehingga siswa mau belajar.
2. Pandanga psikologi humanistic, belajar dapat dilakukan sendiri oleh siswa,
dalam belajar demikian siswa senantiasa menemukan sendiri mwngwnai sesuatu tanpa banyak campur tangan dari guru.
3. Pandangan psikologi kognitif, pandangan ini merupakan konvergensi dari
pandangan behavioristik dan humanistic, menurut pandangan ini belajar merupakan perpaduan dari usaha pribadi dengan control instrumental yang
berasal dari lingkungan. 4.
Pandangan psikologi gestalt, menurut pandangan ini, belajar adalah usaha yang bersifat totalitas dari individu.”
20
Berdasarkan pandangan psikologi di atas dapat disimpulkan bahwa anak didik tidak dijadikan menjadi orang lain melainkan dibiarkan menjadi diri sendiri.
Ia tidak direkayasa agar terkait kepada orang lain, bertanggung kepada pihak lain dan memenuhi harapan orang lain. Ia dibiarkan agar menjadi dirinya sendiri.
2. Teori Tentang Belajar
Beberapa ahli mempunyai interprestasi masing-masing mengenai teori belajar, interprestasi tersebut terkadang berbeda antara satu ahli dengan ahli
lainnya. Sesuai dengan pemahaman dan tekanan yang dimaksud.
20
Ali Imron, Belajar dan Mengajar, Jakarta: Pustaka Jaya, 1996 , h.3-4
Sehubungan terdapat perbedaan teori belajar sesuai dengan tokoh yang mengemukakannya di klafikasikan menjadi beberapa teori belajar sesuai dengan
tokoh yang dikemukakannya : a.
Psikologi Daya Menurut teori psikologi daya, jiwa manusia terdiri dari berbagai daya
seperti menanggapi, daya mengingat, daya berpantasi, daya berpikir, daya menghendaki dan daya merasa. Daya-daya tersebut dapat diperkuat melalui
latihan pembiasaan dan ulangan. Berdasarkan padangan ini maka belajar di sekolah diartikan sebagai
melatih daya psikis, terutama daya berpikir.
21
b. Psikologi Asosiasi Koneksionisme
Belajar menurut teori ini adalah proses pembentukan asosiasi atau hubungan antara stimulus perangsang yang mengenai individu melalui
penginderaan dan response reaksi yang diberikan individu terhadap rangsangan tadi, dan proses memperkuat hubungan tersebut, individu terdapat rangsangan
tadi, dan proses memperkuat hubungan tersebut, disebut S-R bond. Edward L. Thorndike perintis teori ini mengatakan 3 tiga hal hukum
belajar yang dikembangkannya berdasarkan hasil penyelidikan-penyelidikan. 1.
Law of Effect : bila hubungan antara stimulus dengan respon terjadi dan diikuti dengan keadaan memuaskan, maka hubungan itu diperkuat.
21
Tabrani Rusyan, Proses Belajar Mengajar yang Efektif, Jakarta: Bina Budhaya,1993 , h.18
Sebaliknya jika hubungan itu diikuti dengan perasaan tidak menyenangkan, maka hubungan itu akan melemah.
2. Law of Exercise : hubungan antara perangsangan dan reaksi diperkuat
dengan latihan dengan penguasaan, sebaliknya hubungan itu melemahkan jika tidak digunakan.
3. Law of Reandiness : bila satuan-satuan dalam system syaraf telah siap
berkonduksi, dan hubungan itu berlangsung, maka terjadinya hubungan itu akan memuaskan.
Sumbangan pandangan E. L. Thorndike terhadap belajar diantaranya seperti berikut ini:
- Kematangan, kesiapan belajar dan motivasi berperanan penting dalam
keberhasilan belajar. -
Perubahan tingkah laku dan hasil belajar dapat diperkuat melalui penggunaan hadiah reward. Sebaliknya dapat diperlemah dengan penggunaan hukuman.
- Dalam beberapa aspek belajar bidang kongnitif, dan bidang psikomtor
tertutama dalam belajar keterampilan, peranan trial and error cukup besar pengaruhnya.
c. Psikologi Gestalt
Wolfgang Kohler dan beberapa ahli psikolog lainnya berkeberatan atas pandangan bahwa belajar hanya sekedar pembentukan S-R bond atau kondisi.
Belajar timbul dari suatu kegiatan yang kompleks, yang dipolakan dalam suatu response terhadap suatu situasi yang menyeluruh atau total.
Seseorang dikatakan belajar jika ia mendapat pemahaman, dan pemahaman itu diperoleh jika ia dapat melihat hubungan tertentu antara berbagai unsure
dalam situasi yang dipelajari, apabila ia belajar dan mencoba memahami dan memperoleh kejelasan mengenai konsep masalah yang dipelajari.
3. Tujuan Belajar
Dalam usaha pencapaian tujuan belajar diperlukan adanya sistem lingkungan belajar yang kondusif. Sistem lingkungan belajar dipengaruhi oleh
berbagai komponen, misalnya tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, dan materi yang diajarkan. Guru dan siswa memainkan peranan dalam hubungan
sosial di sekolah, jenis kegiatan yang yang dilakukan serta sarana prasarana belajar-mengajar yang tersedia.
Dari penjelasan di atas, maka tujuan belajar itu ada tiga yaitu :
22
a. Untuk mendapatkan pengetahuan
Pemilikan pengetahuan dan kemampuan berpikir dan faktor yang berkaitan. Kemampuan berpikir tanpa bahan pengetahuan, tidak bearti
apa-apa. Cara yang dapat digunakan untuk memperoleh pengetahuan dapat melakukan dengan upaya melaksanakan tugas membaca.
22
Sardiman A.M, Interakasi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000 , h.26-29